Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

GURU KURANG TERAMPIL DALAM MENGGUNAKAN METODE

PEMBELAJARAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar SD yang diampu

oleh :

Ike Anita, S.S.,M.M.Pd.

Disusun oleh :

Anastasia Chrysanta Angela 41154030190010

Inggit Juliana Hidayat 41154030190015

Yohana Gole Maha 41154030190013

A01 PGSD/ Semester 6

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LANGLANGBUANA

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan sukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih dan rahmat-
Nya lah kami dapat menyusun makalah dengan judul “ Guru Kurang Terampil Dalam
Menggunakan Metode Pembelajaran”. Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah
Perencanaan Pengajaran di SD. Secara umum makalah ini membahas sejauh mana komunikasi
yang terjadi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

Terima kasih saya ucapkan kepada dosen yang telah membantu kami baik secara moral
maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah
mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Dalam menyusun makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan
kekurangan baik dari segi pembahasan maupun sistematika penulisan. Untuk perbaikan dan
pengembangan makalah ini kedepannya kami sangat mengharapkan keritik dan saran dari
pembaca. Semoga makalah ini memberi manfaat bagi kita semua.

Bandung, April 2022

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar belakang...............................................................................................................................1
B. Rumusan masalah..........................................................................................................................2
C. Tujuan penulisan...........................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................4
2.1 Guru Kurang Terampil Dalam Menggunakan Metode Pembelajaran....................................4
2.2 Solusi Bagi Guru Yang Kurang Mampu Menggunakan Metode Pembelajaran.....................6
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................8
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................8
3.2 Saran...........................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas

pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi

Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic

Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya

menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih

menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai

follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia.

Memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh. Kehebohan

tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih

banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di

Indonesia. Perasan ini disebabkan karena beberapa hal yang mendasar.

Salah satunya adalah memasuki abad ke- 21 gelombang globalisasi dirasakan kuat

dan terbuka. Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan

kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di

tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas

membandingkan kehidupan dengan negara lain.

Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu

pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Dan hasil itu diperoleh

setelah kita membandingkannya dengan negara lain.

Dalam UU ini diatur mengenai dasar, fungsi, dan tujuan sistem pendidikan nasional; prinsip

penyelenggaraan pendidikan; hak dan kewajiban warga negara, orang tua, masyarakat, dan

1
pemerintah; peserta didik; jalur, jenjang, dan jenis pendidikan; bahasa pengantar; dan wajib

belajar.

Membicarakan tentang kualitas guru di Tanah Air seolah sudah menjadi hal yang

membosankan, berkali-kali dilakukan perombakan kebijakan pemerintah dalam sektor

pendidikan. Namun hal tersebut dirasa tidak pernah cukup bagi masyarakat, terutama

kalangan yang memiliki hak untuk menerima ilmu atau para siswa itu sendiri. Seolah

kebijakan atau aturan pemerintah yang berlaku tidak pernah cukup atau sesuai dengan

kebutuhan siswa. Oleh karena itu sudah bukanlah hal yang baru jika kita memperhatikan

keluhan-keluhan klasik dari siswa-siswi yang masih duduk di bangku sekolah baik dasar,

menengah, dan atau tinggi mengenai cara atau metode mengajar guru di sekolah yang

terbilang membosankan dan tidak memberikan ‘efek’ banyak kepada siswa seperti yang

mereka harapkan dan mengakibatkan rasa jenuh atau bosan di kelas.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana guru kurang terampil dalam menggunakan metode pembelajaran?

2. Apa solusi yang baik bagi guru yang kurang terampil dalam menggunakan metode

pembelajaran ?

2
C. Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui guru kurang terampil dalam menggunakan metode pembelajaran.

2. Untuk mengetahui solusi yang baik bagi guru yang kurang terampil dalam menggunakan

metode pembelajaran.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Guru Kurang Terampil Dalam Menggunakan Metode Pembelajaran

Kinerja dan kompetensi pengajar yaitu guru memikul tanggung jawab utama dalam

transformasi siswa dari ketidaktahuan menjadi tahu, ketergantungan menjadi mandiri, tidak

terampil menjadi terampil, dengan metode pembelajaran bukan lagi bertujuan mempersiapkan

peserta didik ke jenjang berikutnya, melainkan peserta didik atau siswa berpengetahuan yang

mampu menyerap dan menyesuaikan diri dengan informasi baru dengan berpikir, bertanya,

menggali, mencipta dan mengembangkan cara tertentu dalam memecahkan masalah yang

berkaitan dengan kehidupannya.

Proses belajar mengajar yang berlangsung di kelas akan berjalan dengan baik apabila

terjadi interaksi yang optimal antara siswa dan guru dalam rangka mencapai suatu tujuan

pembelajaran (Yulianingsih & Gaol, 2019). Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah

dirumuskan, guru perlu memilih metode pembelajaran yang sesuai dan efisien (Pasaribu,

Hasratuddin, Armanto, 2019). Namun realita selalu diluar ekspektasi dan apa yang menjadi

‘seharusnya’ yang kemudian mengarah pada kejenuhan, minimnya fokus dan atensi, kemudian

ketidakefektifan proses belajar mengajar itu sendiri yang menjadi fokus utama guru.

Salah satu kesalahan dalam proses pembelajaran adalah kesalahan pemilihan metode

pembelajaran yang dilakukan oleh guru, sehingga tidak tersampaikannya materi pembelajaran

dengan baik (Irawan, Handoko, Adriantatri, Wibowo, Pranoto, 2019). Seperti metode pengajaran

yang hingga saat ini masih digunakan oleh guru-guru di Tanah Air yang terlalu berorientasi

dengan akademik, dan cara pengajaran yang seperti inilah yang disebut dengan direct

instruction.

4
Direct instruction adalah pendekatan pengajar yang sangat terstruktur, teacher-

centered atau berpusat pada pengajar atau guru, serta berfokus pada aktivitas akademik

(Santrock, 2011). Pendekatan ini bercirikan dengan tingginya arahan, kontrol, dan perintah dari

guru, ekspektasi tinggi pada progres performa siswa, dan minimnya perhatian akan aspek-aspek

lain dalam proses pengajaran yang diluar akademik seperti personal concern siswa itu sendiri

(Santrock, 2011). Pengajar yang menggunakan pendekatan ini tentunya memiliki goal untuk

memaksimalkan waktu pembelajaran akademik tanpa memperhatikan efektifitas metode tersebut

bagi pelajar.

Sering kita dapati di mana pengajar memberikan ceramah secara teoritis, memberikan

tugas, kemudian memberikan tes akhir di mana hal ini akan terulang secara terus menerus. Siswa

diperlakukan secara kaku dan monoton namun juga mendapat tekanan bahwa mereka harus

menunjukkan level performa yang tinggi secara bersamaan. Sedangkan untuk melahirkan

individu-individu terpelajar yang berkualitas tentunya membutuhkan lebih dari itu dan

penyesuaian akan kebutuhan pelajar guna menggapai tujuan pembelajaran itu sendiri.

Pengajar mempunyai posisi kunci yang strategis dalam menciptakan suasana belajar yang

kondusif dan menyenangkan untuk siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran secara

optimal (Alaa, Qomariyah, Wirawan, Angraini, Syamsuddin, Sukrisna, 2019). Namun sebagai

fasilitator, guru harus memiliki keahlian dalam membuat, merancang, ataupun mendesain sendiri

proses pembelajaran yang akan mereka lakukan di kelas. Mulai dari perangkat pembelajaran

sampai dengan media pembelajaran yang sesuai untuk mendukung kualitas pembelajaran yang

akan ditetapkan (Alaa, Qomariyah, Wirawan, Angraini, Syamsuddin, Sukrisna, 2019).

5
2.2 Solusi Bagi Guru Yang Kurang Mampu Menggunakan Metode Pembelajaran

Oleh karena itu tugas pengajar sangat besar, yaitu untuk membalikkan keadaan yang

membosankan itu menjadi suasana yang menyenangkan sehingga siswa memiliki minat belajar

dan antusiasme di kelas. Untuk itu guru harus memiliki keterampilan yang diperlukan untuk

memastikan proses belajar dan pentrasferan ilmu di kelas bukan saja berjalan lancar tetapi juga

menyenangkan. Maka tentunya dibutuhkan cara atau metode mengajar yang

menyenangkan, flexible, namun tidak keluar dari konteks pembelajaran.

1. Seorang guru harus mampu memahami murid sebelum memberikan perlakuan yang tepat untuk

mereka. Ketahuilah lebih dahulu kemampuan atau kapasitas mereka dalam menyerap ilmu,

ketahui apa yang mereka butuhkan. Sesuaikanlah cara mengajar dari apa yang dirasa cocok

untuk mereka karena belum tentu metode yang biasa dilakukan akan berjalan efektif dan sesuai

harapan.

2. Guru harus mampu menyeimbangkan waktu serius dan bercanda pada saat mengajar. Mengingat

peserta didik atau siswa akan mengunci atensi pada guru apabila menggunakan humor sebagai

penarik perhatian dalam pembelajaran namun tetap memastikan bahwa guyonan tetap sejalan

dengan materi. Kemudian guru yang baik harus mampu menjelaskan langkah demi langkah

hingga muridnya benar-benar paham. Tidak hanya menjelaskan langkah demi langkah dari

sebuah prosedur untuk melakukan sebuah tugas atau sesederhana menghafalkan sebuah materi,

namun juga menekankan step-step dengan kata kunci untuk tiap poinnya guna mempermudah

siswa untuk mengingat.

3. Pastikan guru melakukan aktivitas-aktivitas di luar rutin setiap minggu atau setiap pergantian

materi yang berisi sebuah permainan, project, atau kunjungan ke lapangan dengan memberikan

6
tugas untuk mereka kerjakan sembari pelaksanaan aktivitas tersebut. Bentuk aktivitas menjadi

kebebasan guru, namun dibentuknya atau diadakannya sesuatu yang “berbeda” bertujuan agar

siswa ikut mengalami langsung dalam proses pembelajaran sehingga tidak satu arah hanya dari

guru. Selain itu, pengalaman tersebut tidak hanya akan menjadi sebuah pelajaran dan penambah

wawasan baru, namun juga menjadi pengalaman menyenangkan dan menantang namun tetap

menyenangkan yang tentunya akan meninggalkan kesan positif yang bebas dari kejenuhan dan

monoton.

Cara-cara tersebut tidak membataskan guru dalam melakukan eksplorasi dalam

memahami siswanya guna menentukan pendekatan mana yang dirasa tepat dan efektif, sehingga

menguntungkan kedua belah pihak. Sebab meninggalkan kesan positif dan menghilangkan

kejenuhan atau rasa bosan akibat aktivitas kelas yang monoton dan teacher-centered seperti yang

masih menjadi budaya di Tanah Air bagi siswa dan juga menambah pengalaman mengajar yang

membuahkan hasil, mampu menggapai tujuan pembelajaran, dan efektif bagi guru.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kualitas pendidikan di Indonesia memang masih sangat rendah bila di bandingkan

dengan kualitas pendidikan di negara-negara lain. Hal-hal yang menjadi penyebab

utamanya yaitu efektifitas, efisiensi, dan standardisasi pendidikan yang masih

kurang dioptimalkan,salah satunya guru kurang terampil dalam penggunaan metode

pembelajaran.

Oleh karena itu tugas pengajar sangat besar, yaitu untuk membalikkan keadaan yang

membosankan itu menjadi suasana yang menyenangkan sehingga siswa memiliki minat belajar

dan antusiasme di kelas. Untuk itu guru harus memiliki keterampilan yang diperlukan untuk

memastikan proses belajar dan pentrasferan ilmu di kelas bukan saja berjalan lancar tetapi juga

menyenangkan. Maka tentunya dibutuhkan cara atau metode mengajar yang

menyenangkan, flexible, namun tidak keluar dari konteks pembelajaran.

3.2 Saran

Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak menuntut perubahan kesistem

pendidikan nasional yang lebih baik serta mampu bersaing secara sehat dalam segala bidang.

Salah satu cara yang harus di lakukan bangsa Indonesia agar tidak semakin ketinggalan dengan

negara-negara lain adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikannya terlebih dahulu.

Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir akan

8
semakin baik mutunya dan akan mampu membawa bangsa ini bersaing secara sehat dalam

segala bidang di dunia internasional

DAFTAR PUSTAKA

Alaa, S., Qomariyah, N., Wirawan, R., Angraini, R. M., Syamsuddin, Sukrisna, B. (2019).

Peningkatkan Kompetensi Guru Dalam Pembelajaran Fisika Berbasis Metode Eksperimen.

Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan. Diakses pada 10 Oktober 2019 melalui

http://journal.ummat.ac.id/index.php/jpmb/article/view/868.

Irawan, J. D., Handoko, F., Adriantatri, E., Wibowo, S. A., Pranoto, Y. A. (2019). Ruang

Kuliah Pintar Pemantau Tingkat Efektivitas Pembelajaran Yang Dapat Mendeteksi Mahasiswa

Bosan Dan Mengantuk. Jurnal Seminar Nasional Inovasi dan Aplikasi Teknologi di Industri

2019. Diakses pada 10 Oktober 2019 melalui

https://ejournal.itn.ac.id/index.php/seniati/article/view/2449/1480.

Pasaribu, S., Hasratuddin, Armanto, D. (2019). Penerapan Pembelajaran Langsung

Berbantuan Media Komputer Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Motivasi

Belajar Siswa. Jurnal Tematik. Diakses pada 10 Oktober 2019 melalui

https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/tematik/article/view/14438/11875

9
10

Anda mungkin juga menyukai