Pertemuan 11
Selasa, 10 Mei 2022
Pengertian
Pengertian kode etik ini telah dibahas dan dikembangkan oleh beberapa
tokoh yang mempunyai sudut pandang yang berbeda-beda. Namun pada dasarnya
mempunyai pengertian yang sama. Socrates seorang filosof yang hidup di zaman
Romawi, yang dianggap sebagai pencetus pertama dari etika, di mana dia telah
menguraikan etika sebagai ilmu yang tersusun. Malah sampai sekarang etika terus
mengalami perkembangan, hal ini dapat dirasakan dengan adanya fenomena-
fenomena dan realita dalam masyarakat.
Secara etimologi, kode etik berasal dari dua kata “kode” dan “etik”. Kode
berasal dari bahasa Prancis “Code” yang artinya norma atau aturan. Sedangkan Etik
berasal dari kata “Etiquete” yang artinya tata cara atau tingkah laku. Sementara itu,
Elizabeth B. Hurlock mendifinisikan tingkah laku sebagai berikut: “Behaviour which
may be called ‘true morality’ not only conforms to social standards but also is carried
out valuntarilly, it comes with the transition from external to internal authority and
consists of conduct regulated from within.” Artinya, tingkah laku boleh dikatakan
sebagai moralitas yang sebenarnya itu bukan hanya sesuai dengan standar
masyarakat tetapi juga dilaksanakan dengan sukarela. Tingkah laku itu terjadi
melalui transisi dari kekuatan yang ada di luar (diri) ke dalam (diri) dan ada
ketetapan hati dalam melakukan (bertindak) yang diatur dari dalam (diri).
Selanjutnya definisi guru, yaitu semua orang yang berwenang dan
bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara
individual atau klasikal, di sekolah maupun luar sekolah. Sebagai pendidik, guru
dibedakan menjadi dua, yakni: Pertama, guru kodrati dan guru jabatan. Guru kodrati
adalah orang dewasa yang mendidik terhadap anak-anaknya. Disebut kodrat karena
mereka mempunyai hubungan darah dengan anak (si terdidik). Kedua, guru jabatan,
yaitu mereka yang memberikan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Peran
mereka terutama nampak dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran di sekolah,
yaitu mentransformasikan kebudayaan secara terorganisasi demi perkembangan
peserta didik khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Jadi, Kode Etik Guru dapat diartikan aturan tata-susila keguruan. Maksudnya
aturan-aturan tentang keguruan (yang menyangkut pekerjaan-pekerjaan guru) dilihat
dari segi susila. Kata susila adalah hal yang berkaitan dengan baik dan tidak baik
menurut ketentuan-ketentuan umum yang berlaku. Dalam hal ini kesusilaan diartikan
sebagai kesopanan, sopan-santun dan keadaban.
Dengan demikian yang dimaksud dengan Kode Etik Guru Indonesia adalah
pedoman/aturan-aturan/norma-norma tingkah laku yang harus ditaati dan diikuti oleh
guru profesional di Indonesia dalam melaksanakan tanggung jawabnya sehari-hari
sebagai guru profesional.
PEMBUKAAN
Guru sebagai pendidik adalah jabatan profesi yang mulia. Oleh sebab itu,
moralitas guru harus senantiasa terjaga karena martabat dan kemuliaan sebagai
unsur dasar moralitas guru itu terletak pada keunggulan perilaku, akal budi, dan
pengabdiannya.
Guru merupakan pengemban tugas kemanusiaan dengan mengutamakan
kebajikan dan mencegah manusia dari kehinaan serta kemungkaran dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun watak serta budaya, yang
mengantarkan bangsa Indonesia pada kehidupan masyarakat yang maju, adil dan
makmur, serta beradab berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Guru dituntut untuk menjalankan profesinya dengan ketulusan hati dan
menggunakan keandalan kompetensi sebagai sumber daya dalam mewujudkan
tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik menjadi
manusia utuh yang beriman dan bertakwa serta menjadi warga negara yang baik,
demokratis, dan bertanggung jawab.
Pelaksanaan tugas guru Indonesia terwujud dan menyatu dalam prinsip “ing
ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”. Untuk itu,
sebagai pedoman perilaku guru Indonesia dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan perlu ditetapkan Kode Etik Guru Indonesia.
BAGIAN SATU
Kewajiban Umum
Pasal 1
(1) Menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan sumpah/janji guru.
(2) Melaksanakan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
BAGIAN DUA
Kewajiban Guru Terhadap Peserta Didik
Pasal 2
(1) Bertindak profesional dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi proses dan
hasil belajar peserta didik.
(2) Memberikan layanan pembelajaran berdasarkan karakteristik individual serta
tahapan tumbuh kembang kejiwaan peserta didik.
(3) Mengembangkan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan.
(4) Menghormati martabat dan hak-hak serta memperlakukan peserta didik secara
adil dan objektif.
(5) Melindungi peserta didik dari segala tindakan yang dapat mengganggu
perkembangan, proses belajar, kesehatan, dan keamanan bagi peserta didik.
(6) Menjaga kerahasiaan pribadi peserta didik, kecuali dengan alasan yang
dibenarkan berdasarkan hukum, kepentingan pendidikan, kesehatan, dan
kemanusiaan.
(7) Menjaga hubungan profesional dengan peserta didik dan tidak memanfaatkan
untuk keuntungan pribadi dan/atau kelompok dan tidak melanggar norma yang
berlaku.
Pasal 7
(1) Guru dan organisasi profesi guru bertanggungjawab atas pelaksanaan Kode
Etik Guru Indonesia.
(2) Guru dan organisasi guru berkewajiban mensosialisasikan Kode Etik Guru
Indonesia kepada rekan sejawat penyelenggara pendidikan, masyarakat dan
pemerintah.
Pasal 8
(1) Pelanggaran adalah perilaku menyimpang dan/atau tidak melaksanakan Kode
Etik Guru Indonesia dan ketentuan perundangan yang berlaku yang berkaitan
dengan protes guru.
(2) Guru yang melanggar Kode Etik Guru Indonesia dikenakan sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan yang berlaku.
(3) Jenis pelanggaran meliputi pelanggaran ringan sedang dan berat.
Pasal 9
(1) Pemberian rekomendasi sanksi terhadap guru yang melakukan pelanggaran
terhadap Kode Etik Guru Indonesia merupakan wewenang Dewan Kehormatan
Guru Indonesia.
(2) Pemberian sanksi oleh Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus objektif.
(3) Rekomendasi Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib dilaksanakan oleh organisasi profesi guru.
(4) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan upaya pembinaan
kepada guru yang melakukan pelanggaran dan untuk menjaga harkat dan
martabat profesi guru.
(5) Siapapun yang mengetahui telah terjadi pelanggaran Kode Etik Guru Indonesia
wajib melapor kepada Dewan Kehormatan Guru Indonesia, organisasi profesi
guru, atau pejabat yang berwenang.
(6) Setiap pelanggaran dapat melakukan pembelaan diri dengan/atau tanpa
bantuan organisasi profesi guru dan/ atau penasehat hukum sesuai dengan
jenis pelanggaran yang dilakukan dihadapan Dewan Kehormatan Guru
Indonesia