Anda di halaman 1dari 14

ETIKA PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Dosen Pengampu:
Dian Safitri, M.Pd

Disusun Oleh:
Juniki Martin Hani (2030203094)
Muhammad Afriansyah (2010203003)
Ratri Fauziyah Nafisah (2020203041)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah memberikan
kami nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat islam dan nikmat sehat wal afiat
sehingga kami dapat menyelasaikan makalah yang membahas tentang “ETIKA
PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN”. Sholawat serta salam tak lupa
kita curahkan kepada baginda besar kita Nabi Muhammad saw yang telah
membawa pedoman hidup yakni, Al-Qur’an sehingga dapat membawa manusia
dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Etika dan Komunikasi
Organisasi di program studi Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. Selanjutnya
penulis mengucapkan terima kasih kepada Dian Safitri M.Pd. selaku dosen
pembimbing mata kuliah Etika dan Komunikasi Organisasi yang telah
memberikan bimbingan serta arahan dalam mengerjakan penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan


makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami
mengucapkan terima kasih.

Palembang, September 2022

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1


B. Rumusan Masalah......................................................................... 1
C. Tujuan Masalah............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN......................................................................... 2

A. Pengertian Etika............................................................................. 2
B. Peranan Serta Tujuan Kode Etik.................................................... 3
C. Prinsip Dan Ragam Etika............................................................... 5
D. Etika Profesi Pendidikan Di Era Millenial..................................... 8

BAB III PENUTUP................................................................................ 10

A. Kesimpulan................................................................................... 10
B. Saran............................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Berbicara mengenai pendidikan berarti berbicara tentang profesi
guru. Pada saat ini profesi guru merupakan salah satu profesi yang banyak
diminati oleh siswa dan siswi, hal tersebut karena guru merupakan profesi
yang dapat menentukan masa depan bangsa yang berkualitas juga, seorang
guru yang tidak berkualitas akan menjadikan bangsa ini menjadi bangsa
yang tertinggal dan bahkan bisa menjadi bangsa yang terjajah lagi.
Sebagai seorang pendidik perlu diketahui hakikat yang dimilikinya.
Profesi kependidikan tentunya memiliki seperangkat aturan dan
manajemen yang harus di ketahui oleh setiap guru, setiap guru dapat
mengetahui hal ini, dalam melaksanakan amanah profesi yang di emban
seorang pendidik akan berada di jalan yang tepat dan teratur. Dengan
adanya penjelasan ini, kualitas layanan dan etika seorang pendidik dapat
meningkat dengan baik. Sehingga bukan lagi materi yang akan di kejar,
akan tetapi seorang pendidik dapat mengetahui baik amanah dalam
melayani peserta didik dengan benar

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian etika?
2. Apakah peranan dan tujuan dari kode etik?
3. Apakah prinsip dan ragam dari etika?
4. Bagaimanakah etika profesi pendidikan di era millenial?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian etika.
2. Untuk mengetahui peranan dan tujuan kode etik.
3. Untuk mengetahui prinsip dan ragam etika.
4. Untuk mengetahui etika profesi pendidikan di era millenial.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani “Ethos” dalam bentuk tunggal yang
berarti kebiasaan. Etika merupakan dunianya filsafat, nilai, dan moral yang
mna etika bersifat abstrak dan berkenaan dengan persoalan baik dan
buruk. Yang mana dapat disimpulkan etika adalah (1) imu tentang hak dan
kewajiban moral; (2) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak; (3) nilai mengenai benar atau salah yang dianut suatu golongan
atau masyarakat. Secara terminologis, De Vos mendefinisikan etika
sebagai ilmu pengetahuan tentang kesusilaan (moral). Menurut Surahwardi
K Lubis, istilah latin Ethos atau Ethikos selalu disebut Mos sehingga dari
perkataan tersebut lahirlah moralitas atau yang sering diistilahkan dengan
perkataan moral. Dalam bahasa agama Islam, istilah etika ini merupakan
akhlak karena akhlak bukan sekedar menyangkut perilaku manusia yang
bersifat perbuatan yang lahiriah saja, akan tetapi mencakup hal-hal yang
lebih luas yaitu meliputi akidah, ibadah dan syariah. 1
Safrodin Halimi, menyebutkan pengertian etika secara garis besar
yaitu dapat dipahami bahwa pengertian etika berhubungan dengan 4 hal,
yaitu:2
1. Dilihat dari segi objeknya etika berusaha membahas alasan-alasan
filosofis perbuatan yang dilakukan manusia;
2. Dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber dari akal pikiran dan
filsafat. Sebagai hasil pemikiran, etika tidak bersifat mutlak dan tidak
pula universal;
3. Dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu
dan penetap terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia,
yakni apakah perbuatan itu akan dinilai baik atau buruk, mulia atau
hina terhadap sejumlah perilaku yang dilakukan oleh manusia.

1
Supriadi. 2006. Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia. (Sinar Grafika: Jakarta)
Hal 7-8
2
Halimi Safrodin. 2008. Etika Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an (Antara dealitas Qur’an dan
realitas). (Walisongo Press: Semarang) Hal 15.

2
4. Dilihat dari segi sifatnya, etika lebih berperan sebagai konseptor
bersifat relatif yaitu dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan ruang
dan waktu.

Disamping itu, teori etika yang ada hanyalah cara pandang atau sudut
pengambilan pendapat tentang bagaimana harusnya manusia tersebut
bertingkah laku. Meskipun pada akhirnya akan mengacu pada satu titik
yaitu kebahagiaan, kesejahteraan, kemakmuran, dan harmonisasi terlepas
sudut pandang mana yang akan melihat baik dari tujuan ataupun
kewajiban. Dengan demikian, tergantung kepada situasi dan cara
pandangnya seseorang dapat menilai apakah etika yang digunakan atau
diterapkan itu bersifat baik atau buruk.

B. Peranan Serta Tujuan Kode Etik


Kode etik merupakan pedoman perilaku guru Indonesia dalam
menjalankan tugas ke profesionalitas dalam dunia pendidikan. Semakin
guru menjungjung tinggi dan mematuhi kode etik tersebut, semakin ia
profesional dalam menjalankan profesinya. Istilah kode etik tenaga
kependidikan yang dirumuskan secara tertulis untuk pertama kalinya oleh
The National Education Association (NEA) pada tahun 1929, yaitu “A
Code Ethis for The Teaching Profession”. Kemudian kode etik ini
mengalami perbaikan dan revisi pada tahun 1941, 1953, dan terakhir tahun
1963. The National Education Asociation (NEA) ini merupakan organisasi
professional dalam bidang pendidikan di Amerika.3 Semasa penjajahan
Belanda pendidikan di Indonesia diarahkan sesuai dengan kehendak
penjajah, sehingga rakyat menjadi bersifat statis, dan para guru yang
mengajar pun sangat berpengaruh dalam cara pendidikannya yang bersifat
otoriter dan suka menjajah memperlihatkan kekuasaannya, tidak
demokratis dan menganaktirikan siswa. Sehingga muncullah tokoh
pendidikan yang bernama Ki Hajar Dewantara, yang pertama kali
mendirikan sekolah di Indonesia (Perguruan Taman Siswa). Dimana
beliau memberi buah pikiran kepada kita mengenai tata cara akhlak guru.
3
Bafadal. Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah. 285

3
Walaupun istilah kode etik guru tidak dipakai oleh beliau dalam sistem
pendidikannya. Namun beliau menggunakan semboyan yang mencakup 4
pengertian, yaitu ing ngarso sung tulodo (memberi contoh an suri tauladan
bila berada di depan), ing madyo mangun karso (ikut aktif dan giat serta
menggugah semangat bila berada di tengah), tut wuri handayani
(mendorong dan mempengaruhi bila berada di belakangnya), waspodo
purbo waseso (harus selalu waspada dan mengawasi serta sanggup
melakukan koreksi). Beliau mengharapkan kiranya semboyan ini dapat
diresapi dan diwujudkan sebagai pedoman tata cara akhlak bagi tenaga
kependidikan dalam melakukan tugasnya.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 mengatur
tentang guru dan dosen sebagai berikut:4
1. Pasal 20 mengatur kewajiban guru bagian dari tugas ke profesionalan;
(a) guru merencanakan, melaksanakan, menilai dan mengevaluasi hasil
pembelajaran; (b) guru meningkatkan kualifasi akademik dan
mengembangkan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (c) guru
menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, kode etik,
serta nilai-nilai agama dan etika.
2. Pasal 43 (a) untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan dan
martabat guru dalam pelaksanaan tugas ke profesionalan, organisasi
profesi guru membentuk kode etik; (b) kode etik yang dimaksud ayat 1
berisi norma dan etika yang mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan
tugas ke profesionalan.
Kode etik pada dasarnya mempunyai rangkap guna, ialah selaku
pelindung serta pengembangan profesi. Guna ini sama dengan yang
dikemukakan oleh Gibson serta Michel yang menekankan kode etik,
menjadikan kode etik selaku kode jabatan. Pada dasarnya tujuan dibangun
ataupun dirumuskannya kode etik profesi yakni untuk kepentingan
anggota serta organisasi profesi. Secara universal, tujuan pembuatan kode
etik merupakan selaku berikut:

4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 Tentang guru dan dosen.

4
1. Menjaga Martabat Profesioal
Dalam hal ini yang wajib dilindungi merupakan citra orang luar
ataupun warga sehingga orang luar itu memandang rendah ataupun
memandang rendah profesinya. Oleh sebab itu, tiap kode etik profesi
hendak melarang seluruh wujud firnah profesi terhadap dunia luar.
Dari perspektif ini, kode etik pula mempunyai namanya ataupun
disebut kode kehormatan.
2. Menjaga Kesejahteraan Anggota
Artinya kesejahteraan berbentuk kesehatan materi serta mental.
Mengenai kesejahteraan material anggota profesional, kode etik
umumnya melarang anggota melaksanakan sikap yang merugikan
kesejahteraan anggotanya.
3. Tingkatkan Layanan Profesional
Dalam perihal ini, kode etik pula memuat tujuan dedikasi tertentu
sehingga para profesional bisa dengan gampang menguasai tanggung
jawab serta tanggung jawab pelayanannya dikala melaksanakan tugas
profesionalnya. Oleh sebab itu, kode etik menetapkan ketentuan yang
wajib diterapkan oleh para profesional dalam melaksanakan tugasnya.
4. Tingkatkan Mutu Profesional
Dalam rangka tingkatkan mutu profesional, kode etik pula
memuat saran yang relevan, sehingga anggota sesuai bidang
pelayanannya. Tidak hanya itu, kode etik pula mengendalikan
bagaimana melindungi serta tingkatkan mutu organisasi profesi.

C. Prinsip dan Ragam Etika


Dalam buku Adler 12 seluruh gagasan atau “ide-ide agung” tersebut
diringkaskan menjadi 6 (enam) prinsip dapat dikatakan merupakan
landasan prinsipil dari etika. Prinsip-prinsip etika tersebut adalah sebagai
berikut:5

5
Supriyadi. 2001. Etika Birokrasi. Hal 20

5
1. Prinsip Keindahan
Prinsip ini mendasari segala sesuatu yang mencakup penikmatan
rasa senang terhadap keindahan. Dengan demikian berdasarkan prinsip
ini, etika manusia adalah berkaitan atau memperhatikan nilai-nilai
keindahan. Itulah sebabnya seseorang memerlukan penampilan yang
serasi dan indah atau enak dipandang dalam berpakaian dan
menggunakan pada waktu yang tepat.
2. Prinsip Persamaan
Etika yang dilandasi oleh prinsip persamaan ini dapat
menghilangkan perilaku diskriminatif, yang membeda-bedakan dalam
berbagai aspek interaksi manusia. Pemerintah sesungguhnya tidak
dapat membeda-bedakan tingkat pelayanan terhadap masyarakat,
hanya karena kedudukan mereka sebagai warga negara adalah sama.
Yang membedakan dalam pemberian layanan pemerintah kepada
masyarakat adalah tinggi rendahnya tingkat urgensinya sehingga dapat
memberikan prioritas-prioritas tertentu.
3. Prinsip Kebaikan
Berdasarkan prinsip ini sangat erat kaitannya dengan hasrat dan
cita manusia. Apabila orang menginginkan kebaikan dari suatu ilmu
pengetahuan, misalnya maka akan mengandalkan objektivitas ilmiah,
kemanfaatan pengetahuan, rasionalitas, dan sebagainya.
4. Prinsip Keadilan
Suatu definisi tertua yang hingga kini masih sangat relevan untuk
merumuskan keadilan (justice berasal dari zaman Romawi kuno;
‘justitia est contants et perpetua voluntas jus suum cuique tribuendi’
(Keadilan adalah kemauan yang tetap dan kekal untuk memberikan
kepada setiap orang apa yang semestinya).
5. Prinsip Kebebasan
Secara sederhana kebebasan dapat dirumuskan sebagai keleluasan
untuk bertindak atau tidak bertindak berdasarkan pilihan yang tersedia
bagi seseorang. Kebebasan muncul dari doktrin bahwa setiap orang
memiliki hidupnya sendiri serta memiliki hak untuk bertindak menurut

6
pilihannya sendiri kecuali jika pilihan tindakan tersebut melanggar
kebebasan.
6. Prinsip Kebenaran
Ide kebenaran biasanya dipakai dalam pembicaraan mengenai
logika ilmiah, sehingga kita mengenal kriteria kebenaran dalam
berbagai cabang ilmu, misal: matematika, ilmu fisika, biologi, sejarah,
dan juga filsafat. Namun ada pula kebenaran mutlak yang dapat
dibuktikan dengan keyakinan, bukan dengan fakta yang ditelaah oleh
teologi dan ilmu agama.

Ada beragam etika, diantaranya etika umum, etika pribadi, dan etika
profesi. Yaitu:

1. Etika Umum
Etika umum merupakan seperangkat keyakinan moral yang
dianut oleh hampir semua orang. Seperti salah jika membunuh,
berbohong, berbuat curang atau mencuri, melanggar janji, dan lainnya.
Karakter etika umum yaitu disusun untuk melindungi individu dari
berbagai tipe pelanggaran atau kejahatan yang diakukan orang lain.
2. Etika Pribadi
Etika pribadi kerap dipandang sama dengan etika umum oleh
sebagian besar masyarakat, padahal tidak persis sama. Khususnya, jika
etik umum tersebut penafsirannya kurang jelas atau dalam masam
perubahan.
3. Etika Profesi
Etika profesi merupakan seperangkat standar yang digunakan
para profesional ketika mereka menjalankan tugasnya (profesinya).
Setiap profesi memiliki etika masing-masing yang hanya berlaku
dalam bidang tersebut, seperti etika dalam ilmu kedokteran, hukum,
jurnalis, farmasi, dan sebagainya. Karateristik etika profesi yaitu
terformalisasi dalam bentuk seperangkat aturan yang disepakati.6

6
Rusdiana. 2002. Etika Komunikasi Organisasi Filosofi, Konsep dan Aplikasi. (Pusat Penelitian
dan Penerbitan UIN Sunan Gunung Djati: Bandung) Hal 18-22

7
D. Etika Profesi Pendidikan Di Era Millenial
Pendidikan berasal dari kata didikyang berarti memelihara dan
memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan
pikiran. Pendidikan berarti proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan latihan. 7Adapun profesi seseorang, baik
sebagai pejabat, politikus, pengusaha, ekonom, budayawan, olah ragawan
dan lain-lain. Pendidikanlah yang membawa pada keberhasilan diraihnya,
dan guru merupakan sosok yang menjadi bagian terpenting dalam dunia.
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,
dosen, konselor, pamong belajar, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan
lainnyayang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan terdapat dalam UU No. 20 Tahun 2003
pasal 1). Dalam UU No. 20 tahun 2003 Pasal 39 pendidik merupakan
tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Etika seorang pemimpin pada era digital atau era milenial menjadi
sebuah tantangan tersendiri. Bukan tidak mungkin di era yang serba clouds
sekarang ini banyak peranan manusia yang sudah dapat digantikan oleh
mesin. Bahkan tak jarang banyak keputusan maupun kebijakan bersumber
pada jejak digital seseorang dalam memutuskan sebuah kebijakan. Hal ini
sangat mempengaruhi proses perumusan hingga pengesahan sebuah
kebijakan yang diambil oleh pemimpin. Adapun dalam bidang
kependidikan. Peranan kepala atau pemimpin sangat krusial dimana
keputusan atau kebijakan yang diambil akan langsung berpengaruh
terhadap stakeholder. Generasi milenial maupun pemimpin milenial
diharapkan tetap dapat menjunjung tinggi norma-norma kesusilaan serta
norma agama dalam setiap pemutusan kebijakan yang diambilnya. Kepala
sekolah dalam hal ini sebagai pemimpin disekolah harus bisa memadukan
manajemen antara para guru dan pengimplementasikan kurikulum.

7
Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesi Cet III. (Balai Pustaka: Jakarta) Hal 853

8
Tujuannya adalah membuat manajemen sekolah menjadi seefektif
mungkin. Beberapa kriteria menurut Zahroh mengenai sekolah yang
efektif, seperti: memfokuskan penguatan kepemimpinan, kemampun dasar
yang tercapai, membuat lingkungan yang memberi suasana dekat, dan
memotivasi siswa untuk mencapai prestasi yang tinggi. Sedangkan hasil
sekolah yang efektif diantaranya: kualitas pengajaran yang diperhatikan
kepala sekolah, kepemimpinan yang bermutu, pemahaman terhadap mata
kuliah, terciptanya pengajaran yang kondusif selama berlangsung di
sekolah, pengamalan akan ilmu pengetahuan sedapatya dari siswa, dan
keberhasilan mengukur kemampuan siswa berdasarkan alat ukur yang
ditetapkan.8
Pendekatan persuasif baiknya lebih dipriorutas dilakukan ketimbang
melakukan kebijakan-kebijakan yang terkesan otoriter maupun memaksa
kehendak. Guru bisa memberikan pengertian kepada siswa melalui
kebijakan-kebijakan konkret dengan memanfaatkan teknologi dalam
pembelajaran, seperti e-learning, atau menggunakan sosial media lainnya.
Siswa justru mendapatkan edukasi bahwa teknologi ketika dimanfaatkan
dengan baik justru memiliki dampak yang positif. Secara umum, guru
hendaknya memahami perubahansosial yang ada di era sekarang dan tidak
berhenti belajar mengenai hal-hal baru Tantangan global di era dahulu.
Apapun langkah dan metode yang dilakukan pastinya bertujuan
membentuk karakter dan menyiapkan SDM yang berkualitas di Indonesia.

8Perdani Caterine Widaya, Budiana Nia, Indrowaty Aju Sri. 2019. Etika Profesi Pendidikan
Generasi Milenial 4.0. (UB Press:Malang) Hal132-133

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori etika yang ada hanyalah cara pandang atau sudut
pengambilan pendapat tentang bagaimana harusnya manusia tersebut
bertingkah laku. Meskipun pada akhirnya akan mengacu pada satu titik
yaitu kebahagiaan, kesejahteraan, kemakmuran, dan harmonisasi terlepas
sudut pandang mana yang akan melihat baik dari tujuan ataupun
kewajiban. Dengan demikian, tergantung kepada situasi dan cara
pandangnya seseorang dapat menilai apakah etika yang digunakan atau
diterapkan itu bersifat baik atau buruk. Secara universal, tujuan pembuatan
kode etik merupakan selaku berikut:
1. Menjaga Martabat Profesioal
2. Menjaga Kesejahteraan Anggota
3. Tingkatkan Layanan Profesional
4. Tingkatkan Mutu Profesional

Prinsip-prinsip etika tersebut adalah sebagai berikut:

1. Prinsip Keindahan
2. Prinsip Kesamaan
3. Prinsip Kebaikan
4. Prinsip Keadilan
5. Prinsip Kebabasan
6. Prinsip Kebenaran
B. Saran
Besar harapan kami pembaca dapat merasakan manfaat dari makalah
ini dan kritik pembaca yang bersifat membangun dapat menjadi pelajaran
berharga untuk kami menjadi lebih baik lagi mambuat suatu makalah
selanjutnya. Dan kami berharap dalam melakukan penelitian, mahasiswa
dapat mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan agar penelitian yang
dilakukan diharapkan memiliki jawaban yang akurat terhadap suatu
permasalahan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Bafadal. Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah. 285

Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesi Cet III. (Balai Pustaka: Jakarta)
Hal 853

Halimi Safrodin. 2008. Etika Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an (Antara


dealitas Qur’an dan realitas). (Walisongo Press: Semarang) Hal 15.

Perdani Caterine Widaya, Budiana Nia, Indrowaty Aju Sri. 2019. Etika Profesi
Pendidikan Generasi Milenial 4.0. (UB Press:Malang) Hal132-133

Rusdiana. 2002. Etika Komunikasi Organisasi Filosofi, Konsep dan Aplikasi.


(Pusat Penelitian dan Penerbitan UIN Sunan Gunung Djati: Bandung) Hal 18-
22

Supriadi. 2006. Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia. (Sinar
Grafika: Jakarta) Hal 7-8

Supriyadi. 2001. Etika Birokrasi. Hal 20

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 Tentang guru dan


dosen.

11

Anda mungkin juga menyukai