Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Etika Profesi dalam Pendidikan Islam

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur pada mata kuliah

Studi Pendidikan Agama Islam Kontemporer

OLEH:

Rahma Yanti 20123026

DOSEN:

Dr. Wedra Aprison, M.Ag

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) BUKITTINGGI

1445 H / 2023 M
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya
kepada kita semua sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini yang membahas tentang
Etika Profesi dalam Pendidikan Islam.

Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah buat junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
yang telah membawa kita umat-Nya ke jalan yang lurus dan di ridhoi oleh Allah SWT.

Terimakasih banyak pemakalah ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas terstruktur dalam mata kuliah Studi Pendidikan
Agama Islam Kontemporer. Pemakalah berharap apa yang penulis buat ini bermanfaat bagi kita
semua khususnya bagi pemakalah sendiri.

Selain itu, pemakalah juga menyadari bahwa pemakalah hanya manusia biasa yang tidak
luput dari salah dan khilaf. Oleh karena itu, pemakalah mengharapkan kritik dan saran dari teman-
teman yang bersifat membangun sehingga pemakalah dapat memperbaiki dan menyempurnakan
kekurangan itu.

Akhir kata pemakalah berdoa agar kita semua semakin hari menjadi semakin lebih baik lagi.

Bukittinggi, 10 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ........................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika dan Profesi .................................................................... 2


B. Etika dan Profesi dalam Pendidikan Islam .............................................. 4
C. Kode Etik Guru ........................................................................................ 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................. 10
B. Saran ........................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan berperan mengantarkan suatu bangsa pada satu tujuan mulia untuk
mencerdaskan anak bangsa dan meningkatkan taraf kebudayaan bangsa tersebut. Salah
satu pernyataan mengatakan bahwa “semakin tinggi dan maju tingkat pendidikan suatu
Negara, maka semakin tinggi budaya dan kehidupan sosial warga Negara tersebut”.
Terlepas dari benar tidaknya pernyataan ini, dapat diambil satu premis bahwa
pentingnya pendidikan akan menentukan nasib suatu bangsa pada suatu waktu yang
akan datang. Dengan demikian, tidak ada lagi tawar-menawar bahwa pendidikan
merupakan satu prioritas yang harus diutamakan dalam rangka pembangunan dan
pengembangan suatu bangsa.
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya
memerlukan/ menuntut keahlian, menggunakan teknik-teknik, serta dedikasi yang
tinggi. Ciri-ciri atau kriteria suatu profesi ialah adanya kode etik yang dijadikan sebagai
satu pedoman perilaku anggota berserta sanksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggar
kode etik tersebut. Begitu juga dengan guru. Guru memiliki kode etik karena guru
merupakan salah satu profesi yang ada di Indonesia berdasarkan UU Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen (Pasal 1) yang berbunyi: “Guru adalah pendidikan
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, pada
jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah”. Berikut pemakalah akan
membahas mengenai etika dan profesi dalam Pendidikan Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian etika dan profesi?
2. Jelaskan etika dan profesi dalam pendidikan Islam?
3. Jelaskan kode etik guru.

C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui pengertian pendidik dalam pendidikan Islam
2. Untuk mengetahui etika dan profesi dalam pendidikan Islam.
3. Untuk mengetahui kode etik guru.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika dan Profesi


1. Pengertian Etika
Etika merupakan suatu norma yang dijadikan acuan bagi manusia untuk
berperilaku dan bertindak. “Kata etika berasal dari bahasa yunani ethos yang berarti
kebiasaan, watak, perasaan, sikap, cara, berfikir, tempat tinggal, dan padang
rumput. Bentuk jamak dari ethos adalah ta etha yang berarti adat kebiasaan.1
Bentuk lain dari etika biasanya adalah kata moral, susila, budi pekerti dan
akhlak. Pengertian etika lambat laun mengalami perubahan, seperti, etika adalah
suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana
yang dapat dinilai baik dan mana yang jahat.2
Etika diartikan ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang
hak dan kewajiban moral (akhlak).3 Sehingga etika disebut ilmu normative, yang
dengan sendirinya berisi ketentuanketentuan (norma-norma) dan nilai-nilai yang
dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam berbagai literatur, etika diidentikkan dengan akhlak dan moral.
Akhlak berarti perbuatan manusia (bahasa arab).4 Moral berasal dari kata ―mores‖
yang berarti perbuatan manusia.5 Moral mengacu pada baik buruknya manusia
sebagai manusia, sehingga moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi
kebaikannya sebagai manusia.6 Jadi kata etika, akhlak dan moral secara bahasa
adalah sama, yaitu perbuatan atau tingkah laku manusia. Di mana objek etika itu
sendiri adalah perbuatan manusia.
Namun, berdasarkan sumbernya, terdapat perbedaan antara akhlak, etika
dan moral. Etika bersumber dari pertimbangan akal pikiran dan perenungan yang
mendalam. Etika bersumber dari olah pikir manusia yang dijadikan patokan dan
ukuran dalam menentukan baik buruknya suatu perbuatan. Sementara akhlak adalah

1
Novan Ardi Wiyani, Etika Profesi Keguruan, (Yokyakarta: Gava Media, 2015), Hal.1
2
Burhanuddin Salam, Etika Individual: Pola Dasar Filsafat Moral, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012),
Hal.3.
3
Departement Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2008), Hal. 383.
4
Siswanto, Etika Profesi Guru PAI, (Surabaya: Pena Salsabila, 2013), Hal. 12
5
Susi Herawati, Etika dan Profesi Keguruan, Hal. 1
6
C. Adiningsih, Pembelajaran Moral, Berpijak Pada Karakteristik Siswa dan Budayanya (Jakarta;
Rineke Cipta, 2004), Hal. 24.

2
bersumber dari ajaran Islam yang disarikan dari ketentuan dan aturan Al-Qur‘an, al
Hadits dan perkataan para ulama. Sedangkan moral bersumber dari kebiasaan, adat
istiadat suatu masyarakat, meskipun adat istiadat dan kebiasaan masyarakat
setempat tidak dapat dilepaskan dari pandangan dunia, sudut pandang terhadap
prilaku tertentu.7
Setiap profesi dalam masyarakat memiliki etika yang berbeda yang
mengikat insan-insan yang bergelut dalam profesi masing-masing. Etika dalam
profesi dan komunitas tertentu dirumuskan oleh komunitas dan atau perwakilan dari
profesi dan komunitas tersebut melalui pemikiran dan perenungan yang mendalam
untuk dijalankan dan mengatur mereka dalam melaksanakan profesinya.
Dengan demikian, etika dapat dipahami sebagai aturan prilaku, adat
kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang
benar dan mana yang buruk. Sehingga dalam etika ini terdapat norma norma, nilai-
nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.
2. Pengertian Profesi
Secara etimologi, istilah profesi berasal dari bahasa Inggris yaitu profession
atau bahasa latin, profecus, yang artinya mengakui, adanya pengakuan, menyatakan
mampu, atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan secara terminologi,
profesi berarti suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi
pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental, yaitu adanya persyaratan
pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, bukan
pekerjaan manual. Jadi suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok, yaitu
pengetahuan, keahlian, dan persiapan akademik.8
Menurut Hamalik, profesi pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau
suatu janji terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu
jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil
untuk menjabat pekerjaan itu.9
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Profesi adalah bidang pekerjaan
yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan dan sebagainya)

7
M. Muchlis Solichin, Pendidikan Akhlak Tasawuf (Yogyakarta: UIN Suka Press, 2012), Hal. 27-28.
8
2Susi Herawati, Etika dan Profesi Keguruan, Hal. 4.
9
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi (Jakarta: Bumi Aksara,
2002), Hal. 1

3
tertentu. Sehingga pekerjaan yang bersifat profesional jika memenuhi hal-hal
berikut, yaitu:
a. Bersangkutan dengan profesi.
b. Memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya.
c. Mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa profesi adalah suatu
kepandaian khusus yang dimiliki oleh seseorang yang diperoleh melalui pendidikan
karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan tersebut.
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi,
yaitu:
a. Adanya pengetahuan khusus, biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki
berkat pendidikan, pelatihan, dan pengetahuan yang bertahun-tahun.
b. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap
pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
c. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus
meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
d. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu
berkaitan dengan kepentingan masyarakat, di mana nilai-nilai kemanusiaan
berupa keselamatan, keamanan, dan kelangsungan hidup maka untuk
menjalankan suatu profesi terlebih dahulu harus ada izin khusus.
e. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.
B. Etika Profesi dalam Pendidikan Islam

Etika dalam Islam dikenal dengan Akhlak, Secara etimologis, menurut Endang
Syaifuddin Anshari, etika berarti perbuatan, dan ada sangkut pautnya dengan kata-kata
Khuliq ( pencipta) dan Makhluq (yang diciptakan). Akan tetapi, ditemukan juga
pengertian etika dalam islam berasal dari kata jamak dalam bahasa Arab “Akhlaq”.
Kata Mufradnya adalah khulqu, yang berarti : sajiyyah: perangai, mur’iiah : budi,
thab’in : tabiat, dan ‘adab: adab (kesopanan).10

Sedangkan perbedaan antara etika, moral, dan susila adalah terletak pada
sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika
penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral dan susila

10
Muhammad Alfan, Filsafat Etika Islam,(Bandung: Pustaka Setia, 2011), Hal. 20-21

4
berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat, maka pada akhlak ukuran
yang digunakan untuk menentukan baik dan buruk itu adalah al-Qur’an dan al-hadist.11

Islam merupakan agama yang sempurna, sehingga setiap ajaran yang ada dalam
Islam memiliki dasar pemikiran sebagai aktifitas yang bergerak dalam proses
pembinaan kepribadian muslim seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

َّ ‫اخ َر َوذَك ََر‬


ً ِ‫ٱَّللَ َكث‬
‫يرا‬ ْ ‫ٱَّللَ َو ْٱليَ ْو َم‬
ِ ‫ٱل َء‬ َّ ‫وا‬ َ ‫ٱَّلل أُس َْوة ٌ َح‬
۟ ‫سنَةٌ ِل َمن َكانَ يَ ْر ُج‬ ُ ‫لَّقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِى َر‬
ِ َّ ‫سو ِل‬

Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”(Q.S Al-Ahzab : 21)

Menurut Para Ahli Muhammad Nawawi al-Jawai al-Batani. Secara sederhana


dapat dikatakan seorang guru setidaknya memiliki sikap dan prilaku sebagai berikut :

1. Memiliki sikap yang tabah dan terbuka dalam menghadapi berbagai problem yang
datang dari peserta didik.
2. Bersikap penyantun dan penyayang.
3. Selalu menjaga kewibawaan dan kehormatannya dalam bertindak.
4. Menghindari dan menghilangkan sikap angkuh terhadap sesama.
5. Bersikap rendah hati ketika menyatu dan bergaul dengan masyarakat.
6. Menghindari kegiatan yang tidak bermanfaat.
7. Bersikap lemah lembut dalam menghadapi peserta didik.
8. Meghindari sikap marah dalam menghadapi persoalaan peserta didik.
9. Sabar dalam menghadapi kekurangan dan kelemahan peserta didik.
10. Menghindari sikap yang dapat menaklukan peserta didik.
11. Berusaha merespon dengan sikap terbuka tehadap pertanyaanpertanyaan yang tidak
bermutu dari peserta didik.
12. Selalu menerima kebenaran yang datangnya dari peserta didik
13. Menjadikan kebenaran yang datang dari peserta didik untuk dijadikan acuan dan
pedoman dalam proses pendidikan.
14. Mencegah dan mengontrol peserta didik dalam mempelajari ilmu yang tidak
bermanfaat dan membahayakan.

11
Zainuddin Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Asara, 2011), Cet ke-4, Hal.29

5
15. Selalu menanamkan sikap ikhlas dalam menyampaikan informasi kepada pesera
didik dan berusaha terus meningkatkan kemampuan peserta didik sampai pada
tingkat taqarrub kepada Allah.
16. Berusaha mengaktualisasikan ilmu yang diajarkan kepada peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari.12

Al-Ghazali memiliki pandangan mengenai guru dan etika seorang guru. Al-
Ghazali berpandangan “idealistik” terhadap profesi guru. Idealisasi guru, menurutnya
adalah orang yang berilmu, beramal dan mengajar. Berangkat dari idealistik profesi
guru tersebut, al-Ghazali menandaskan bahwa orang yang sibuk mengajar merupakan
orang yang bergelut dengan sesuatu yang amat wigati (penting), sehingga ia perlu
menjaga etika dan kode etik profesinya.13

Etika yang harus dipatuhi oleh guru (pendidik) menurut al-Ghazali dalam kitab
Ihya Ulumuddin meliputi delapan hal diantaranya:

1. Seorang guru harus memperlihatkan kebaikan, simpati dan bahkan empati kepada
para muridnya, serta memperlakukan mereka laksana anaknya sendiri.
2. Mengikuti teladan dan contoh dari akhlak Rasulullah
3. Seorang guru tidak diperkenankan menuntut imbalan atau upah bagi aktivitas
mengajarnya, selain mengharapkan kedekatan diri kepada Allah SWT semata
4. Guru tidak boleh menyembunyikan nasihat atau ajaran untuk diberikan kepada
murid-muridnya
5. Guru berusaha mencegah murid-muridnya dari memiliki watak serta perilaku jahat
dengan penuh kehati-hatian atau melalui cara yang halus seperti sindiran.
6. Seorang guru tidak boleh merendahkan ilmu lainnya di hadapan para muridnya
7. Guru menyampaikan materi pengajarannya sesuai dengan tingkat pemahaman
peserta didiknya
8. Terhadap peserta didik yang berkemampuan rendah, guru menyampaikan materi
yang jelas, kongkrit dan sesuai dengan tingkat kemampuannya yang terbatas.
9. Guru hendaknya mengamalkan ilmunya, dan jangan sampai ucapannya
bertentangan dengan perbuatan

12
Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam (Malang : UIN Malang Press, 2008) h. 89-90
13
Muhammad Jawwad Ridla. Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam (Perspektif Sosiologi-
Filosofis). Terjemahan oleh Mahmud Arif. (Yogyakarta: Tiara Wacana,2002).

6
Etika pendidikan Islam dapat disimpulkan sebagai sebuah proses pendidikan
yang berlangsung secara sistematis dan terus menerus dalam kehidupan seseorang
melalui pengajaran dan penekanan terhadap etika itu sendiri sehingga kemampuan,
bakat, kecakapan, dan minatnya dapat dikembangkan seimbang dengan etika yang baik
dan benar dalam kehidupannya sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama Islam. Jadi etika
(yang baik) dalam pendidikan Islam adalah hal-hal yang mestinya dilakukan dalam
proses pendidikan, baik oleh guru maupun peserta didik berlandaskan ajaran Islam.

C. Kode Etik Guru


1. Kode Etik Guru di Indonesia
Kode etik guru adalah norma atau asas yang harus dijalankan oleh guru di
Indonesia sebagai pedoman untuk bersikap dan berperilaku dalam melaksanakan
tugas profesinya sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga negara.
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) menyadari bahwa pendidikan
adalah merupakan suatu bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
Bangsa dan Tanah Air serta kemanusiaan pada umumnya dan Guru Indonesia
berjiwa pancasila serta melaksanakan UUD 1945 merasa turut bertanggungjawab
atas terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Adapun kode etik
seorang guru yaitu :
1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia
pembangunan yang berpancasila
2. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan
kebutuhan anak didik masing-masing
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya
proses belajar mengajar
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat
sekitarnya untuk membina peran serta dan tanggung jawab bersama terhadap
Pendidikan
6. Guru secara pribadi dan secara bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan
mutu dan martabat profesinya
7. Guru memelihara hubungan profesi semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan
nasional.

7
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi profesi
guru sebagai sarana perjuangan dan pengabdian
9. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah di bidang pendidikan.
2. Kode Etik Jabatan Guru terhadap Profesionalitas
a) Guru sebagai manusia Pancasilais menjunjung tinggi serta mewujudkan nilai-
nilai Pancasila.
b) Guru bersama-sama meningkatkan mutu organisasi guru profesional sebagai
sarana pengabdian.
c) Guru berkewajiban terus mengembangkan ilmu penetahuan yang dimilikinya
serta meningkatkan profesionalitasnya.
d) Guru berkewajiban meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani sehingga
terwujud pribadi yang baik.
e) Guru didalam berpakaian dan berhias hendaknya memperhatikan norma-norma
estetika dan sopan santun.
f) Guru hendaknya bersikap terbuka dan demokratis serta dapat menempatkan
dirinya dengan hirarki kepegawaian.
g) Guru Hendaknya mengadakan hubungan yang baik dengan instansi lain
3. Kode Etik Jabatan Guru terhadap Peserta Didik
a) Guru berbakti membimbing peserta didik untuk bertakwa kepada Allah SWT
dan membentuk manusia Indonesia yang berjiwa pancasila.
b) Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran dalam profesionalitas nya
mengajar.
c) Guru berusaha memperleh Informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan
d) Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya untuk menunjang
berhasilnya proses pemebelajaran.
e) Guru hendaknya bertekad untuk menjadi suri teladan bagi peserta didik.
f) Guru hendaknya bertekad mencintai anak-didiknya dan jabatannya
g) Setiap guru dalam pergulan dengan peserta didik tidak dibenarkan mengkaitkan
persoalan politik dan ideologi yang dianutnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung.

8
4. Kode Etik Jabatan Guru terhadap Guru (Teman Sejawat)
a) Guru hendaknya selalu membangun keharmonisan terhadap rekan sejawat
maupun atasannya sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan dan
pelayanan yang menjadi tanggungjawab bersama.
b) Setipa guru berkewajiban selalu memelihara semmangat Korps dan
meningkatkan rasa kekeluargaan dengan sesama guru.
c) Setiap guru hendaknya bersikap toleran dalam menyelesaikan setiap persoalan
yang timbul diselesaikan dengan musyawarah dan mufakat demi kepentingan
bersama.
d) Guru berkewajiban berpartisipasi secara aktif dalam melaksanakan program-
program sekolah.
e) Guru bekerjasama hendaknya mengadakan hubungan yang baik dengan instansi
lain

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika dapat dipahami sebagai aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam
pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk.
Sehingga dalam etika ini terdapat norma norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-
ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.
Profesi adalah suatu kepandaian khusus yang dimiliki oleh seseorang yang
diperoleh melalui pendidikan karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat
pekerjaan tersebut.

Etika pendidikan Islam dapat disimpulkan sebagai sebuah proses pendidikan


yang berlangsung secara sistematis dan terus menerus dalam kehidupan seseorang
melalui pengajaran dan penekanan terhadap etika itu sendiri sehingga kemampuan,
bakat, kecakapan, dan minatnya dapat dikembangkan seimbang dengan etika yang baik
dan benar dalam kehidupannya sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama Islam. Jadi etika
(yang baik) dalam pendidikan Islam adalah hal-hal yang mestinya dilakukan dalam
proses pendidikan, baik oleh guru maupun peserta didik berlandaskan ajaran Islam.

Adapun kode etik seorang guru yaitu : Guru berbakti membimbing anak didik
seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan yang berpancasila, Guru memiliki
kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik
masing-masing, Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan, Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya
yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar, Guru memelihara hubungan baik
dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan
tanggung jawab bersama terhadap Pendidikan, Guru secara pribadi dan secara bersama-
sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya, Guru memelihara
hubungan profesi semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan nasional., Guru secara
bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi profesi guru sebagai sarana
perjuangan dan pengabdian, Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah di bidang
pendidikan.

10
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat tentang Etika Profesi dalam Pendidikan
Islam Makalah ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan maupun target yang ingin
dicapai, semoga bermanfaat bagi orang yang membacanya. Sebelum dan sesudahnya
kami ucapkan terima kasih.

11
DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, (2004). Pembelajaran Moral, Berpijak Pada Karakteristik Siswa dan Budayanya,
Jakarta; Rineke Cipta.
Departement Pendidikan Nasional, (2008), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Fatah Yasin, (2008), Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, Malang : UIN Malang Press.
M. Muchlis Solichin, (2012), Pendidikan Akhlak Tasawuf, Yogyakarta: UIN Suka Press.
Muhammad Alfan, (2011), Filsafat Etika Islam, Bandung: Pustaka Setia.
Muhammad Jawwad Ridla. (2002), Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam (Perspektif
Sosiologi-Filosofis). Terjemahan oleh Mahmud Arif., Yogyakarta: Tiara Wacana.

Novan Ardi Wiyani, (2015), Etika Profesi Keguruan, Yokyakarta: Gava Media.
Oemar Hamalik, (2022), Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta: Bumi
Aksara.
Siswanto, (2013), Etika Profesi Guru PAI, Surabaya: Pena Salsabila.
Susi Herawati, Etika dan Profesi Keguruan,
Urhanuddin Salam, (2012), Etika Individual: Pola Dasar Filsafat Moral, Jakarta: Rineka Cipta.
Zainuddin Ali, (2011), Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Bumi Asara.

12

Anda mungkin juga menyukai