Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONDISI SOSIAL PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW DAN KONSEP


NABI MUHAMMAD SAW SEBAGAI PEDIDIK

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Studi Paradigma Pendidikan dalam Hadist

Oleh :

Dafirsam : 20123009
Alfi Sukrina : 20123004

Dosen Pengampu :
Dr. Charles, M.Pd. I

PASCASARJANA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UIN SJECH M. DJAMIL DJAMBEK
BUK ITTINGGI
2023 M/ 1445 H
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat
diselesaikan. Adapun dalam penulisan makalah ini, materi yang dibahas adalah
“Kondisi Sosial dan Keilmuan pada Masa Nabi Muhammad SAW dan Konsep
Nabi Muhammad SAW sebagai Pendidik ". Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak Dr.
Charles, M. Pd. I. Selain itu juga bertujuan untuk menambah pengetahuan dan
wawasan bagi pembaca maupun penulis.
Dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan. Oleh karena
itu, diharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
penulisan makalah ini. Dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan makalah ini, khususnya kepada dosen pengampu mata
kuliah yang bersangkutan.

Tilatang Kamang, 02 Maret 2024

Pemakalah

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kondisi Sosial Masyarakat Arab pada Masa Nabi Muhammad Salallahu
„alaihi wa sallam.............................................................................................. 3
B. Nabi Muhammad Salallahu „alaihi wa sallam sebagai Pendidik .................... 4
C. Faktor Kesuksesan Nabi Muhammad Salallahu „alaihi wa sallam sebagai
Pendidik ........................................................................................................... 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 9
B. Saran ................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Kondisi pranata sosial bangsa Arab sebelum kedatangan Islam dan awal
kelahirannya secara umum dikenal sebagai „zaman jahiliah‟ atau zaman
kebodohan (Satir, 2019, hlm. 40). Dinamakan demikian karena kondisi sosial,
politik, moralitas dan keagamaan pada waktu itu berada dalam kondisi
kesesatan yang nyata. Namun yang paling dominan adalah kesesatan dalam
bidang agama, di mana mereka tidak lagi terlihat menyembah Allah yang Maha
Pencipta dan Maha Pemberi berbagai karunia. Akan tetapi mereka menyembah
makhluk seperti dirinya atau bahkan lebih rendah, yaitu berupa benda atau
patung-patung berhala yang dikenal dengan penganut keyakinan paganisme.
Peranan Rasulullah sebagai seorang guru sudah diakui tidak hanya di
kalangan umat Muslim saja, tetapi juga oleh cendekiawan Barat. Rasulullah
tidak hanya sebagai hamba dan utusan Allah di muka bumi, melainkan beliau
seorang negarawan, ayah, suami dan guru (pendidik) umat manusia sepanjang
masa. Keteladanan dari segala aspek kehidupan Rasulullah dapat dijadikan
sebagai referensi utama dalam kehidupan ini. Sebagai seorang model,
Rasulullah selalu dipandang dalam setiap perbuatan dan perkataannya oleh para
sahabatnya. Pengajaran yang aktif dan keteladanan merupakan kombinasi ideal
dalam sebuah proses pendidikan Islam. Pendidikan yang beliau ajarkan tidak
saja untuk masanya saja. Sebagaimana dikatakan oleh Abdurrahman Mas‟ud:
“Rasulullah tidak hanya menjadi pendidik bagi generasi masanya saja, tetapi
juga bagi seluruh kaum Muslim pada masa sekarang. Beliau adalah guru dan
murid-muridnya adalah umat Muslim di dunia Islam.
Keberhasilan Nabi Muhammad Saw. ini mengisyaratkan tentang adanya
sistem yang efektif dan efisien (profesionalisme) yang dilakukannya dalam
mendidik umat, disamping figur nya yang memiliki karakter yang luar biasa.
Sebagai seorang pendidik yang selalu mengajar umatnya tentang segala

1
2

sesuatu, ia memiliki karakteristik dan akhlak mulia yang begitu kuat


pengaruhnya, sehingga ajarannya dapat dipahami dengan baik dan diamalkan
oleh para sahabatnya yang sekaligus murid-muridnya. Oleh karenanya
karakteristik dan profesionalisme Nabi Muhammad Saw. sebagai pendidik
adalah dua hal yang krusial untuk dikaji secara mendalam untuk seterusnya
diteladani oleh pemerhati dan praktisi di dunia Pendidikan.
B. Rumusan Masalah.
Diantara rumusan masalah yang akan dijabarkan berdasarkan latar
belakang adalah :
1. Bagaimana kondisi social masyarakat arab pada masa nabi Muhammad
salallahu „alaihi wa sallam ?
2. Bagaimana konsep nabi Muhammad salallahu „alaihi wa sallam sebagai
pendidik ?
3. Bagaimana faktor kesuksesan nabi Muhammad salallahu „alaihi wa sallam
sebagai pendidik ?
C. Tujuan Penulisan.
Dan tujuan penulisan makalah ini berdasarkan rumusan masalah diatas :
1. Untuk menjelaskan kondisi social masyarakat arab pada masa nabi
Muhammad salallahu „alaihi wa sallam
2. Untuk menjelaskan nabi Muhammad salallahu „alaihi wa sallam sebagai
pendidik
3. Untuk menjelaskan faktor kesuksesan nabi Muhammad salallahu „alaihi
wa sallam sebagai pendidik

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kondisi Sosial Masyarakat Arab Pada Masa Nabi Muhammad Salallahu
‘Alaihi Wa Sallam
Secara etimologis, kata Arab berasal dari kata „araba yang berarti bergoyang
atau mudah berguncang, ibarat gerak kereta kuda di jalanan buruk. Kata itu
berubah menjadi kata i‟rab dalam tata bahasa Arab (nahwu dan shorof) yang
merupakan sistem perubahan bentuk kata sesuai penggunaannya, misalnya; „araba,
ya‟rabu, i‟rab. kerna itu, mereka disebut bangsa Arab lantaran memiliki
temperamen yang panas dan emosi yang labil. Pengertian tersebut menunjukkan
gambaran yang stereotipik belaka, (Su‟ud, 2003).
Bangsa Arab termasuk ras atau rumpun bahasa caucasoid, dalam subras
Mediterranean yang anggotanya meliputi wilayah sekitar Laut Tengah, Afrika
Utara, Armenia, Arabia, dan Irania, (Dedi Supriyadi, 2008). Caucasoid adalah
termasuk kepada jenis Homo Sapiens, yaitu manusia yang sudah bisa berbudaya,
dapat memasak dan membuat alat. Sedangkan ciri ras caucasaid yaitu kulit putih,
mata biru, hidung mancung, rambut pirang, (Afifuddin, 2007).
Asal usul bangsa arab dari rumpun bangsa Smit yaitu keturunan Syam ibn
Nuh, serumpun dengan bangsa Babilonia, Kaldea, Asyuria, Ibrani, Phunisia, dan
Habsy. Menurut Hasan Ibrahim Hasan, perkembangan bangsa arab terbagi kepada
dua kelompok besar, yaitu :
1. Arab Ba‟idah yaitu kelompok yang telah punah. Sejarah mereka berhenti
bersamaan dengan punahnya mereka di permukaan bumi, seperti bangsa
Ad dan Tsamut
2. Arab Baqiyah yaitu kelompok yang bisa bertahan sampai sekarang, yang
terdiri dari dua golongan, diantaranya :
a. Arab „Aribah (asi) berasal dari suku Qathan, umumnya mereka
tinggal di Yaman dan Arab Selatan

3
b. Arab Musta‟rabah (campuran), yaitu keturunan suku Adnan,
umumnya tinggal di Hijaz. Mereka adalah keturunan nabi Ismail as.
Kehidupan oran-orang arab sebelum Islam sering disebut dengan
kehidupan Jahiliyah, yang merupakan suatu tata kehidupan yang telah terlepas
dari nilai- nilai ajaran agama, walaupun masarakatnya menganut agama,
bukan berarti kebodohan. ( Fatmawati, 2010 :19)
Kondisi social masyarakat Arab sebelum Islam (pada masa Nabi
SAW) adalah masyarakat feodal yang sudah mengenal system perbudakan.
System kekerabatannya adalah system patrilineal, berdasarkan keturunan
bapak. Seingga wanita kurang mendapat kedudukan yang layak dalam
masyarakat, sehingga mereka merasa malu bahkan hina jika melahirkan anak
perempuan dan tega melakukan tindakan yang tidak lazim seperti mengubur
bayi perempuan hidup-hidup. Tapi kebiasaan ini hanya terdapat pada kabilah
kecil, seperti Bani Hasyim, Bani Umayyah, Bani Makhzum dan Bani Zuhra.
Dengan demikian, akhlak mereka sangat memperihatinkan, sehingga berlaku
hu kum rimba, yang perkasa ia yang berkuasa, yang bodoh diperas oleh yang
pandai, yang miskin dihisap oleh yang kaya. Sehingga masa inilah disebut
dengan masa jahiliyyah. ( Fatmawati, 2010 : 21)
Menurut Ahmad Syalaby, Keistimewaan penduduk Arab ialah mereka
mempunyai keturunan (nasab yang jelas dan murni). Hal ini disebabkan
jazirah Arab tidak pernah dimasuki oleh orang asing, (Ahmad Syalaby, 1997).
Bahasa mereka murni dan terpelihara,(Majid, 2002), karena kerusakan bahasa
disebabkan oleh percampuran dengan bangsa-bangsa lain seperti yang terjadi
pada bahasa penduduk negeri. Oleh karena itu, padang pasir dijadikan sekolah
tempat mempelajari dan menerima bahasa Arab yang fasih ketika bahasa Arab
telah mengalami kerusakan di kota-kota dan negeri, (Majid, 2002), sehingga
bahasa Arab tetap terpelihara dan murni bahkan sampai saat ini.
Sifat yang menonjol dari penduduk padang pasir adalah pemberani
yang ditimbulkan oleh keadaan mereka yang saling sendirian di pesawangan

4
atau di padang pasir. Mereka cendrung membawa senjata sebagai alat untuk
menjaga dirinya sendiri karena tidak ada yang melindunginya selain
keberanian mereka sendiri. Mereka selalu mengganggu dan menyerang
penduduk negeri yang disebabkan sulitnya kehidupan di padang pasir. Oleh
karena itu, Ibnu Khaldun yang dikutip Syalabi mengatakan bahwa penduduk
padang pasir dipandang sebagai orang-orang biadab yang tidak dapat
ditaklukkan atau dikuasai oleh penduduk negeri. (Majid, 2002).
Lebih lanjut, Ahmad Hashari menjelaskan bahwa penduduk Arab
kuno adalah penduduk fakir miskin yang hidup di pinggiran desa
terpencil.Mereka senang berperang, membunuh, dan kehidupannya
bergantung pada bercocok tanam dan turunnya hujan. Mereka berpegang pada
aturan qabilah atau suku dalam kehidupan social, (Dedi Supriyadi, 2008).
B. Konsep Nabi Muhammad Salallahu ‘Alaihi Wa Sallam Sebagai Pendidik
1. Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi wa sallam sebagai pendidik
Nabi Muhammad SAW, merupakan suri tauladan dalam segala aspek,
baik bidang pendidikan, kepemimpinan, bahkan saudagar dan pengembala yang
sukses. Dalam konteks ini, Nabi SAW, sebagai seorang pendidik yang sangat
bijak dan menghargai orang-orang disekitarnya, baik mengahadapi keluarga,
sahabat, bahkan musuh sekalipun.
Pendidikan yang diajarkan oleh Nabi SAW, semua materi
pendididkannya dirancang dan dipersiapkan langsung oleh Allah, sebagai tugas
kerasulannya. Sebagimana firman Allah dalam Qur‟an Surat Al-Jumu‟ah : ayat
2, berikut :

            

        


Artinya : “Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang
rasul dari kalangan mereka sendiri, yang mmembacakan kepada mereka
ayat-ayat-Nya, mensucikan mereka, dan mengajarkan kitab (Al-Qur‟an) dan

5
hikmah. Sungguh, mereka sebelum itu berada dalam kesesatan yang nyata.”
(QS. Al-jumu‟ah 62:2)
Berdasarkan ayat di atas Allah mengabarkan bahwa Nabi Muhammad
SAW, adalah seorang pendidik. Menurut Fariadi (Fariadi, 2020, hlm. 1).
kepribadian Nabi Muhammad SAW. merupakan uswatun hasanah, dikarenakan
perilakunya senantiasa terkontrol oleh wahyu. Karena itu mencontoh beliau
dalam segala aspek termasuk dalam masalah Pendidikan adalah sebuah
keniscayaan bagi setiap muslim. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Usiono
(Usiono, 2017, hlm. 202), menurutnya mengenali Muhammad Saw sebagai
seorang pendidik adalah suatu kebutuhan karena dia memberikan spirit dalam
membangun umat dengan berbagai arah yang lebih baik. Hal inilah yang
mendasari pembahasan tentang Nabi Muhammad Saw sebagai pendidik yang
diangkat bahasannya oleh sejumlah akademisi, dengan berbagai sudut pandang
dan pendekatan. ( Tafiati, dkk. 2022 :80). Dalam hal ini peran beliau sebagai
suri teladan yang baik. Rasulullah Saw bersabda: “Allah tidak mengutusku
sebagai orang yang kaku dan keras akan tetapi mengutusku sebagai seorang
pendidik dan mempermudah”. (HR. Muslim). Dalam hadist yang diwirayatkan
Abu Dawud Rasulullah juga b ersabda “Aku belum pernah melihat seorang
pendidik yang lebih santun dari Rasulullah Saw” (HR. Abu Dawud)
Adapun hadist Rasulullah SAW, juga menyebutkan bahwa beliau seorang
pendidik, sebagai berikut

6
Artinya : “Ibnu Majah dalam sunah-nya dan Darimi juga dalam sunah-
nya, meriwayatkan dengan redaksi Ibnu Majah kisah dari Abdullah bin Amru
bin Ash ra. Beerikut : suatu hari Rasulullah SAW. Keluar dari salah satu
biliknya menuju masjid. Di dalam masjid itu dia mendapati dua kelompok
orang. Kelompok pertama adalah golongan orang yang sedang membaca
Alquran dan berdoa kepada Allah SWT. Sedangkan kelompok kedua adalah
golongan orang yang sedang sibuk mempelajari dan mengajarkan ilmu
pengetatahuan. Nabi SAW kemudian bersabda: “Masing-masing kelompok
sama-sama berada dalam kebaikan. Terhadap yang sedang membaca Alquran
dan berdoa kepada Allah, maka Allah akan mengabulkan doa mereka jika ia
menghendaki, begitupun sebaliknya, doa mereka tidak akan diterima oleh Allah
jika ia tidak berkenan mengabulkan doa tersebut. Adapun terhadap golongan
yang belajar-mengajar, mereka sedang mempelajari ilmu dan mengajar orang
yang belum tahu. Mereka lebih utama. Maka (ketahuilah) sesungguhnya aku ini
diutus untuk menjadi seorang pengajar (guru). Kemudian Rasul saw. ikut
bergabung bersama mereka”.
Hadits di atas menjelaskan bahwa Nabi menemukan dua kelompok
sahabat dalam masjid yang sama-sama dalam kebaikan, yaitu yang membaca
Al-quran dan berdoa dan kelompok yang membahas ilmu pengetahuan. Beliau
menghargai kedua kelompok tersebut, akan tetapi beliau lebih menyukai
kelompok yang membahas ilmu dan bergabung dengan mereka sambil
mempertegas perannya “sebagai Pendidik atau Guru”. (Desma, dkk. 2023)

7
2. Karakteristik Nabi Muhammad Salallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai
pendidik
Desma, dkk. 2023. Menyebutkan dalam Junaidi Arsyad (Arsyad, 2015,
hlm. 77–87) karakteristik Nabi Muhammad Saw. sebagai pendidik ada enam,
yaitu;
Pertama, serasi antara ucapan dan perbuatan, kedua, bersikap adil
terhadap murid, ketiga, berakhlak mulia dan terpuji, keempat, humoris, kelima,
sabar dan mampu mengendalikan emosi, dan keenam, murah senyum dan tutur
kata yang baik. Sedangkan Mirfat binti Kamil Usrah memandang Rasul sebagai
pendidik pertama, berpendapat bahwa beliau memiliki tujuh karakteristik, yaitu:
1) ar-rifqu bi al-muta‟allim wa ta‟lῑmuhu bi al-uslūb al-hasan (lemah lembut
dengan murid dan mendidiknya dengan metode yang baik).
2) al-„ināyah bi al-muta‟allim wa al-ihtimām bihi (mengayomi dan
memperhatikan murid).
3) Ijād ad-dāfi‟ῑyah li at-ta‟allumi min khilāl isy‟ār almuta‟allim bihājatihi
ilā al-„ilmi (memberi motivasi belajar kepada murid dengan cara
menjelaskan kebutuhannya terhadap ilmu).
4) Istighlāl al-Mawāqif wa al-Ahdāṡ wa rabthuhā bi at-Ta‟lῑm
(memanfaatkan situasi dan peristiwa untuk belajar).
5) Istikhdām uslūb al-muhāwarah wa al-iqnā‟ alaqlῑ (menggunakan metode
dialog dan persuasive).
6) „Adam at-taṣrῑh bi al-asmā‟ atsnā‟ at-taubῑkh (Tidak menyebut nama
ketika mencela perbuatan seseorang).
7) at-tasyji‟ wa aṡ-sana‟ „ala almutamayyizin ( memberikan motivasi dan
apresiasi kepada peserta didik yang berprestasi). (Tafiati, dkk. 2022 :85)

8
3. Profesionalime Nabi Muhammad salallahu ‘alaihi wa sallam sebagai
pendidik
Nabi SAW, memiliki wawasan keilmuan yang luas dan sudah terjamin
kebenarannya karena semua yang disampaikan beliau merupakan wahyu dari
Allah, sebagaimana firman Allah dalam Q.S An-Najm ayat 3-4 :

          

Artinya : “ Dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Qur‟an) menurut


keinginannya. Tidak lain (Al-Qur‟an) adalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya). (QS. An-Najm : 3-4)
Kemudian dalam proses pembelajaran Nabi Muhammad Saw. telah
mempraktekkan dan mencontohkan berbagai metode pembelajaran pada
berbagai situasi dan kondisi ketika menyampaikan ajaran, pengetahuan atau
menanamkan nilai-nilai kepada para sahabatnya, yang membuktikan keahlian
dan wawasan beliau dalam Pendidikan. Ada tiga hal pokok yang ada pada
seseorang yang professional, pertama skill, atau keahlian dibidangnya, kedua
knowledge, yaitu mempunyai wawasan lain minimal yang berkaitan dengan
bidangnya, dan ketiga attitude, atau memiliki etika yang diterapkan di dalam
bidangnya. (Maksum, 20222)
C. Faktor Kesuksesan Nabi Muhammad Salallahu ‘Alaihi Wa Sallam Sebagai
Pendidik

Suksesnya pendidikan Nabi SAW tentu saja bukan tanpa alasan, fakta sangat terbukti bahwa di nobat
Imron Fauzi (2012) menyebutkan dalam bukunya sebagai berikut :
Diantara faktor kesuksesan nabi SAW adalah dilihat dari Sifat Kepemimpinan
pendidikannya.
Diantara sifat-sifat kepemimpinan pendidikan Nabi Salallahu alaihi wa sallam,
sebagai berikut :

9
a. Disiplin wahyu
Rasulullah SAW. Tidak berbicara kecuali sesuai apa yang diwahyukan
kepada beliau. Pada dasarnya yang pengajaran yang disampaikan Rasulullah
SAW, jelas kebenarannya, tanda ada yang disembunyikan bahkan ditambah-
tambah sesuai nafsu beliau sendiri. Dalam beberapa kesempatan, wahyu
yang turun berkaitan dengan kritikan terhadap sikap beliau tetapi beliau tetap
menyampaikan, seperti turunnya surah „Abasa.
b. Mulai dari diri sendiri
Dalam sebuah sabda beliau terkait kepemimpinan, berikut :
“dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah saw, bersabda : „ Ketahuilah,
masing-masing kamu adalah pemimpin, dan masing-masing kamu akan
dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpin...‟ (Sahih
Bukhari no. 893 dan sahih muslim no. 4724)
Berdasarkan redaksi hadist tersebut, jelas bahwa Rasulullah SAW,
menegaskan bahwa setiap orang ia adalah pemimpin terhadap dirinya sendiri
dan akan dimintai pertanggungjawaban atas dirinya sendiri. Jadi,
kepemimpinan mesti dimulai dari yang terkecil yakni dari diri sendiri “ibda‟
bi nafsik”.
c. Memberi keteladanan
Rasulullah SAW, adalah Al-Qur‟an yang berjalan, artinya pada diri
Rasulullah SAW, tercermin ilia-nilai ajaran yang terkandung dalam Al-
Qur‟an secara nyata. Sehingga Rasulullah SAW, menjadi suri tauladan yang
baik dalam segala aspek kehidupan, sesuai antara apa yang diucapkan
dengan yang diperbuat beliau.
d. Komunikasi yang efektif
Komunikasi merupakan sarana penyampai pesan dalam proses
pedidikan yang sangat penting, dengan menguasai komunikasi yang baik
dapat menyampaikan pesan dengan tepat. Seyogyanya Rasulullah SAW,
ialah seorang komunikator yang baik dan efektif. Yang ditandai dengan

10
dapat diserap pesan dari ucapan, perbuatan dan persetujuan beliau oleh ara
sahabat. Komunikasi Rasulullah SAW, melibatkan hati, perasaan, pikiran,
dan tindakan nyata. Sehingga pesan yang disampaikan sangat mempengaruhi
sampai ke hati, akal dan jiwa penerima pesan. Dalam menyampaikan pesan
belau singkat dan dalam maknanya, setiap perkara yang dikomunikasikan
beliau menangandung pelajaran, termasuk canda humoris beliau.
e. Dekat dengan umatnya
Rasulullah SAW, bukanlah seorang yang mengurung diri, focus
ibadah sendiri melainkan dekat dengan umat. Beliau tidak sebatas
menyampaikan wahyu Allah, bukan sekedar mengatakan ini baik atau buruk
saja, tapi beliau sangat dengan dengan anak-anak, bercanda dengan para
sahabat. Beliau langsung melihat kondisi realitas kehidupan pengikutnya
atau orang yang belum beriman.
f. Selalu bermusyawarah
Rasulullah SAW. Setiap menghadiri majelis selalu dalam majelis
untuk berdzikir kepada Allah, beliau tidak ada mengikuti apalagi
mengadakan majelis senda gurau yang sia-sia. Majelis beliau adalah majelis
kearifan, malu,sabar dan amanah. Rasulullah Saw. Seorang yang murah
senyum, tidak pemarah, tidak pernah memaki, tidak cuek, ramah dan
menjauhi diri dari tiga hal yakni perdebatan, sikap yang berlebih-lebihan dan
melakukan hal yang sia-sia. Jika rasulullah SAW berbicara dala majelis
semua orang diam dan menyimak dengan seksama, , namun ketika beliau
diam, baru mereka berbicara tanpa ada perdebatan dan berebut dalam
berbicara dihadapan beliau, beliau mendengar pendapat dari mereka dan
tidak memotong pembicaraan mereka.
Musyawarah yang dilakukan Rasulullah SAW, biasanya untuk
mengambil keputusan, menyepakati tjuan, menjalin keakraban, dan memberi
motivasi.
g. Memberi pujian (Motivasi)

11
Rasulullah SAW, sosok yang sering memberi pujian kepada
sahabatnya, disbanding hujatan. Beliau banyak menyampaikan keutaman
seseorang, sebagai pujian dan motivasi. Beliau juga sering memberi gelar
yang indah dan bagus untuk sabahat beliau.
2. Rasulullah sebagai Pengawas Pendidikan
Diantara bukti pengawasan Rasulullah SAW, dan cara penyelesaian
masalah sahabat oleh Rasulullah SAW, ialah :
a. Rasulullah SAW menanggapi kesalahan
Dalam menganggapi kesalahan, Rasulullah SAW, tidak langsung menghujat,
melainkan merespon dengan kelembutan, misal sabda beliau, “setiap
keturunan anak Adam melakukan kesalahan, dan sebaik baik orang yang
melakukan kesalahan adalah orang yang bertaubat”. Begitu indahnya bahasa
yang diungkapkan beliau. Sehingga, melihat sahabat atau suatu kesalahan
seseorang yang berhadap dengan beliau tidak kena mental, tapi termotivasi
untuk kembali ke jalan kebenaran yakni taubat.
b. Cara Rasulullah SAW, mengoreksi dan menasehati
Diantaranya, sebagai berikut : Pertama, menegur dengan segera tanpa
menunda. Kedua, menjelaskan kesalahan dari sudut pandang syari‟at.
Ketiga, menjelaskan kesalahan dan menyeru agar mengikuti ajaran Islam.
Keempat, Meluruskan kesalahan akibat pemikiran yang tidak jelas. Kelima,
Mengingatkan orang yang salah agar senantiasa mengingat Allah.Keenam,
menunjukkan kasih saying kepada orang yang berbuat salah. Ketujuh, tidak
terburu-buru menyatakan kesalahan orang lain. Kedelapan, menginatkan
dengan lembut. Kesembilan, menjelaskan bahwa kesalahan seseorang bisa
menimbulkan kesalahan yang lebih serius.

12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kondisi social masyarakat Arab sebelum Islam (pada masa Nabi SAW)
adalah masyarakat feodal yang sudah mengenal system perbudakan. System
kkerabatannya adalah system patrilineal, berdasarkan keturunan bapak.
Seingga wanita kurang mendapat kedudukan yang layak dalam masyarakat,
sehingga mereka merasa malu bahkan hina jika melahirkan anak perempuan
dan tega melakukan tindakan mengubur bayi perempuan hidup-hidup.
Karakteristik Nabi Muhammad Saw. sebagai pendidik ada enam, yaitu;
Pertama, serasi antara ucapan dan perbuatan, kedua, bersikap adil terhadap
murid, ketiga, berakhlak mulia dan terpuji, keempat, humoris, kelima, sabar dan
mampu mengendalikan emosi, dan keenam, murah senyum dan tutur kata yang
baik.
Factor kesuksesan Rasulullah SAW, sebagai pendidik ialah
kepemimpinan beliau sengai pendidik dengan sifat yang disiplin wahyu, dekat
dengan umat, memberi eteladanan, komunikasi yang baik. Dan mengawasi
pendidikan dengan sikap yang ramah dan teknik menasehati dan mengkoreksi
kesalahan yang sesuai dengan objek ( sasaran pendidikan).
B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, diharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan penulisan makalah ini. Dan ucapkan terima kasih untuk semua
pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini, khususnya kepada dosen
pengampu mata kuliah yang bersangkutan.

13
DAFTAR PUSTAKA
Shofia Nurul Huda dan Fira Afrina. 2020. Rasulullah sebagai Role Model bagi
Pendidik (Kajian terhadap Al-Qur‟an Surah al-Ahzan Ayat 21 ). Fitrah
:Journal of Islamic Education. 1(1)
Tariati, Maksum,dkk. 2022. Nabi Muhammad SAW. Sebagai Pendidik : Studi
Tematis Hadis Perspektif Morfosematik dan Didaktik. Diroyah : Jurnal
Studi Ilmu Hadist 6 (2)
Usiono. 2017. Potret Rasulullah sebagai Pendidik. Jurnal ansir 1(1)
Desman, Robi Aroka, dkk. 2023. Muhammad Rasulullah SAW sebagai Pendidik.
Innoative : Journal Of Social Science Recearch 3 (2)
Abdul Fattah Abu Ghuddah. Muhammad Sang Guru meneladani 40 metode
pendidikan nabi.
Imron Fauzi. 2012. Manajemen Pendidikan ala Rasulullah. Jogjkarta : Ar-Ruzz
Media.

14

Anda mungkin juga menyukai