Anda di halaman 1dari 23

Pendidikan Islam Di Masa Rasul dan Masa Khulafaur Rasyidin

Makalah ini untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah

“ Ilmu Pendidikan ”

Dosen Pembimbing :

Dr. H. Mochamad Mu’izzudin, M. Pd


Oleh kelompok 4 :

Rizqy Aulia Azzahro (221360094)

Aisyah Wahyu Noer Cahyani (221360095)

Nufus vitha ayu (221360087)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDIN BANTEN


FAKULTAS USHULUDDIN DAN ADAB
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB
SERANG
2023

PAGE \* MERGEFORMAT 2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahma
t-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. De
mikian pula kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini kami masih banyak kekurangan
dan kesalahan, baik dalam segi substansi maupun tata bahasa. Namun, kami tetap berharap agar
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Oleh karena itu, kritik dan saran dari penu
lisan makalah ini sangat kami harapkan dengan harapan sebagai masukan dalam perbaikan dan p
enyempurnaan pada makalah kami berikutnya. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.

Serang, 09 November 2023

Penyusun

PAGE \* MERGEFORMAT 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…......................................................................................................2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….....3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang..............................................................................................................4

B. Rumusan masalah.........................................................................................................4

C. Tujuan pembahasan......................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A.Pendidikan islam pada masa abu bakar.........................................................................6

B.Pendidikan islam pada masa umar.................................................................................9

C. Pendidikan islam pada masa usman ...........…………………....................................12

D. Pendidikan islam pada masa ali................................……………………………..….14

E. Lembaga-lembaga pendidikan.....................................................................................16

F. Pusat-pusat pendidikan dan para ulama.......................................................................17

BAB III PENUTUP

Simpulan...........................................................................................................................21

PAGE \* MERGEFORMAT 2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setelah Nabi Muhammad Saw. wafat, kaum Anshar menghendaki agar orang yang
menggantikannya menjadi seorang khalifah adalah dari kalangan mereka. Ali bin Abi Thalib
menginginkan dirinyalah yang menjadi khalifah, karena ia menantu serta kerabat terdekat Nabi.
Namun sebagian besar kaum muslimin menghendaki Abu Bakar. Maka dipilihlah beliau menjadi
khalifah. Orang-orang yang tadinya ragu, segera ikut memberikan ba’iah kepada Abu Bakar.
Selanjutnya kekhalifahan dilanjutkan oleh Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan terakhir
khalifah Ali bin Abi Thalib. Para khalifah memusatkan perhatiannnya kepada pendidikan, syiar
agama, dan kokohnya Negara Islam. Materi pendidikan yang dicontohkan oleh Nabi Saw.
adalah: pendidikan tauhid, pendidikan shalat (ibadah), pendidikan adab sopan santun dalam
keluarga dan dalam bermasyarakat (kehidupan sosial), pendidikan kepribadian, dan pendidikan
hankam. pendidikan islam bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist untuk membentuk manusia
yang beriman dan bertakwa terhadap Allah SWT, dan untuk memelihara nilai-nilai kehidupan
sesama manusia agar dapat menjalankan pendidikan dan dapat menjalanakan seluruh
kehidupannya, sebagaimana yang telah di tentukan Allah dan Rasul-Nya demi kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pendidikan Islam Pada Masa Abu Bakar?
2. Bagaiman Pendidikan Islam Pada Masa Umar?
3. Bagaimana Pendidikan Islam Pada Masa Usman?
4. Bagaimana Pendidikan Islam Pada Masa Ali?
5. Apa saja lembaga dan pusat pendidikan masa Khulafaur Rasyidin?
6. Siapa saja ulama yang tertekenal masa Khulafaur Rasyidin?

C. Tujuan Pembahasan Masalah


1. Mengetahui bagaimana pendidikan islam pada masa abu bakar
2. Mengetahui bagaimana pendidikan islam pada masa umar
3. Mengetahui bagaimana pendidikan islam pada masa usman
4. Mengetahui bagaimana pendidikan islam pada masa ali

PAGE \* MERGEFORMAT 2
5. Mengetahui apa saja lembaga pusat pendidikan masa khulafaur rasyidin
6. Mengetahui siapa saja ulama yang terkenal masa khulafaur rasyidin
7. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang bagaimana pendidikan islam pada masa khulafaur
rasyidin
8. Memenuhi tugas makalah kelompok mata kuliah ilmu pendidikan

PAGE \* MERGEFORMAT 2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pada Masa Abu-Bakar as-Siddiq (632-634)


Abu Bakar As-Siddiq lahir di Mekkah, Arab Saudi, 27 Oktober 573 M dan Wafat di Mad
inah, Arab Saudi, 23 Agustus 634 M. Abu Bakar As-Siddiq lahir bersamaan dengan tahun ke
lahiran Nabi Muhammad Saw. pada 572 Masehi di Mekah, berasal dari keturunan Bani Taim,
suku Quraisy. Nama aslinya adalah Abdullah bin Abi Quhaafah. Ayahnya Abu Bakar berna
ma Uthman Abu Quhafa dan ibunya bernama Salma Umm-ul-Khair. Setelah Nabi wafat,
yang menjadi pemimpin umat Islam adalah Abu Bakar as-Siddiq sebagai khalifah. Khalifah a
dalah pemimpin yang di angkat setelah Nabi wafat untuk menggantikan Nabi dan melanjutka
n tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan pemerintahan.
Masa awal kekhalifaan Abu Bakar diguncang pemberontakan oleh orang-orang murtad, o
rang-orang yang mengaku sebagai nabi dan orang-orang yang enggan membayar zakat. Beda
sarkan hal ini Abu Bakar memusatkan perhatiannya untuk memerangi para pemberontak yan
g dapat mengacaukan keamanaan dan memengaruhi orang-orang Islam yang masih lemah im
annya untuk menyimpang dari ajaran Islam. Dengan demikian, dikirimlah pasukan untuk me
numpas para pemberontak di Yamamah. Dalam penumpasan ini banyak umat Islam yang gug
ur, yang terdiri dari sahabat dekat Rasulullah dan para hafiz Al-Qur’an, sehingga mengurangi
jumlah sahabat yang hafal Al-Qur’an. Oleh karena itu, Umar bin Khatab, menyarankan kepa
da khalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an, kemudian untuk merealisa
sikan saran tersebut diutuslah Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan semua tulisan al-Qur’an.
Pola pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti pada masa Nabi, baik dari segi materi m
aupun lembaga pendidikannya.

Dari segi materi, pendidikan Islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhl
ak, ibadah, kesehatan dan lain sebagainya.
1. Pendidikan Keimanan, yaitu menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib di sembah adala
h Allah.

PAGE \* MERGEFORMAT 2
2. Pendidikan Akhlak, seperti adab masuk rumah orang, sopan santun bertetangga, bergaul da
lam masyarakat, dan lain sebagainya. Pendidikan ibadah seperti pelaksanaan sholat, puasa, d
an haji.
3. Kesehatan seperti tentang kebersihan, gerak-gerik dalam sholat merupakan didikan untuk
memperkuat jasmani dan rohani.
Menurut ahmad syalabih, lembaga untuk belajar membaca, menulis ini disebut kuttab. Ku
ttab merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah masjid, selanjutnya Asama Hasan
Fahmi mengatakan bahwa kuttab didirikan oleh orang-orang arab pada masa abu bakar. Pusat
pembelajaran pada saat ini adalah di Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pen
didik adalah para sahabat Rasul yang terdekat. Lembaga pendidikan islam adalah masjid, ma
sjid dijadikan sebagai benteng pertahanan rohani, tempat pertemuan dan lembaga pendidikan
islam, sebagai tempat sholat berjama’ah, tempat membaca Al-Qur’an dan sebagainya.
Tampuk kekhalifaan terus berganti apalagi Abu Bakar As-Siddiq telah menyaksikan prob
lematika yang timbul dikalangan kaum muslimin pasca wafatnya nabi Muhammad terus mer
uncing. Bedasarkan fakta yang demikian, Abu Bakar as-Siddiq menunjuk umar bin khattab
(634-644 M). Sebagai penggantinya yang bertujuan untuk mencegah supaya tidak terjadi pers
elisihan dan perpecahan dikalangan umat islam dan ternyata kebijakan Abu Bakar As-Siddiq
diterima, oleh kalangan masyarakat.
Bedasarkan uraian diatas, penulis berkesimpulan bahwa pelaksanaan pendidikan islam pa
da masa khalifah Abu Bakar ini adalah sama dengan pendidikan islam pada masa nabi, baik
materi maupun lembaga pendidikannya.
1. Kondisi Masyarakat Pada Masa Abu Bakar Shidiq
Masa awal kekhalifaan Abu Bakar diguncang pemberontakan oleh orang-orang murtad, o
rang-orang yang mengaku sebaai nabi dan orang-orang yang enggan membayar zakat. Bedas
arkan hal ini Abu Bakar memusatkan perhatiannya untuk memerangi para pemberontak yang
dapat mengacaukan keamanan dan mempengaruhi orang-orang Islam yang masih lemah ima
nnya untuk menyimpang dari ajaran islam.
Untuk menghadapi para pemberontak tersebut, Abu Bakar bermusyawarah dengan para s
ahabat dan kaum muslimin. Dalam musyawarah tersebut diputuskan bahwa semua golongan
yang telah menyeleweng dari kebenaran harus di perangi, sehingga mereka semua kembali k
epada kebenaran atau khalifah mati syahid dalam perjuangan menegakan agama Allah. Kepu

PAGE \* MERGEFORMAT 2
tusan ini didukung sepenuhnya oleh kaum muslimin walaupun pada awalnya dianjurkan untu
k berdamai dengan para pembelot agama tersebut.
Kemudian Abu Bakar mengirim pasukan untuk menumpas para pemberontak di Yamamah.
Dalam penumpasan ini banyak umat Islam yang gugur, yang terdiri dari sahabat dekat Rasulu
llah dan para hafiz al-Qur’an sehingga mengurangi jumlah sahabat yang hafal al-Qur’an. Ole
h karena itu, Umar bin Khattab menyarankan kepada khalifah Abu Bakar untuk mengumpulk
an ayat-ayat al-Qur’an, kemudian untuk merealisasikan saran tersebut, diputuskan bahwa Zai
t bin Tsabit ditugaskan untuk mengumpulkan semua tulisan al-Qur’an yang masih berserakan
tempatnya.
2. Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Abu Bakar Shidiq
a. Lembaga pendidikan
Lembaga pendidikan pada masa Abu Bakar seperti lembaga pendidikan pada masa Nabi,
namun dari segi kuantitas maupun kualitas sudah banyak mengalami perkembangan.
1.) Kutab
Pada masa Abu Bakar lembaga pendidikan kutab mencapai tingkat kemajuan yang berarti
kemajuan lembaga kutab ini terjadi ketika masyarakat muslim telah menaklukan beberapa da
erah dan menjalin kontak dengan bangsa-bangsa yang telah maju. Lembaga pendidikan ini m
enjadi sangat penting sehingga para ulama berpendapat bahwa mengajarkan al-Qur’an merup
akan fardu kifayah.
2.) Masjid
Masjid merupakan lembaga pendidikan lanjutan setelah anak tamat belajar pada kutab. Di
masjid ini ada dua tingkat pendidikan, yaitu tingkat menengah dan tingkat tinggi. Yang mem
bedakan antara kedua tingkatan tersebut adalah tingkat menengah, gurunya belum mencapai
status ulama besar, sedangkan pada tingkat tinggi, para pengajarnya adalah ulama yang memi
liki pengetahuan yang mendalam dan intregritas kesalehan dan kealiman yang diakui oleh ma
syarakat.
3.) Materi pendidikan
Materi pendidikan yang diajarkan pada kutab adalah; (1) membaca dan menulis, (2) memb
aca al-Qur’an dan menghafalnya, (3) pokok-pokok agama islam seperti keimanan, ibadah, ak
hlak, dan muamalat. Sedangkan materi pendidikan pada tingkat menengah dan tinggi adalah:
(1) al-Qur’an dan tafsirnya, (2) Hadist dan syarahnya, dan (3) fiqih ( tasyri).

PAGE \* MERGEFORMAT 2
B.Masa Umar bin Khatab ( 13-23 H: 634-644 M)
Umar bin al-Khattab lahir di Mekkah dari Bani Adi yang masih satu rumpun dari suku
Quraisy dengan nama lengkap Umar bin al-Khattab bin abdul Uzza. Umar bin al-Khattab, Lahir
583 M Mekkah, Jazirah Arab, Wafat 3 November 644, bergelar al-Faruq (Pemisah antara yang
benar dan batil), Amir al-Mu`miniin (Pemimpin Orang-Orang Beriman). Keluarga Umar
tergolong keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis yang pada masa itu
merupakan sesuatu yang sangat jarang terjadi.
Pada masa khalifah Umar bin Khatab, kondisi politik dalam keadaan stabil, usaha perluasan
riwayat islam memperoleh hasil yang gemilang. Bila islam pada masa umur bin khatab meliputi
semenanjung Arabia, Palestina, Syiria, Irak, Persia, dan Mesir.
Pada masa khalifah Umar bin khattab, sahabat-sahabat yang sangat berpengaruh tidak
diperbolehkan keluar dari daerah kecuali atas izin khalifah dan dalam waktu yang terbatas. Jadi,
kalau ada di antara umat Islam yang ingin belajar hadis harus pergi ke Madinah, ini berarti
bahwa penyebaran dan pengetahuan para sahabat dan tempat pendidikan adalah terpusat di
Madinah.
Dengan meluasnya wilayah Islam sampai ke luar Jazirah Arab, tampaknya khalifah
memikirkan pendidikan islam di daerah-daerah yang baru ditaklukan itu. Umar bin khattab
memerintahkan panglima perangnya, apabila mereka berhasil menguasai satu kota, hendaknya
mereka mendirikan masjid sebagai tempat ibadah dan pendidikan.
Berkaitan dengan masalah pendidikan ini khalifah Umar bin Khatab merupakan seorang
pendidik yang melakukan penyuluhan pendidikan di kota Madinah, mereka juga menerapkan di
masjid dan pasar-pasar, serta mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang
di taklukan itu, mereka bertugas mengajarkan isi al-Qur’an dan ajaran islam lainnya, seperti fiqih
pada penduduk yang baru masuk islam.
Pada masa khalifah umar bin khattab, mata pelajaran yang diberikan adalah membaca dan
menulis Al-Qur’an dan menghafalnya serta belajar pokok-pokok agama Islam. Pendidikan islam
pada masa umar bin khatab ini lebih maju dibandingkan dengan sebelumnya. Pada masa ini
tuntutan untuk belajar bahasa Arab juga sudah mulai tampak, orang yang baru masuk islam dari
daerah yang ditaklukan harus belajar bahasa Arab, jika ingin belajar dan memahami pengetahuan
islam. Oleh karena itu pada masa ini sudah terdapat pelajaran bahasa arab.

PAGE \* MERGEFORMAT 2
Mhd. Dalpen dalam konteks ini menyimpulkan bahwa pelaksanaan pendidikan dimasa khalifah
umar bin khatab lebih maju, sebab selama umar bin khatab memerintah, Negara berada dalam
keadaan stabil dan aman. Lebih lanjut Mhd. Dalpen mengatakan di samping telah ditetapkannya
masjid sebagai pusat pendidikan, juga telah terbentuknya pusat-pusat pendidikan islam
diberbagai kota dengan materi yang dikembangkan, baik dari segi ilmu, bahasa, menulis dan
pokok ilmu-ilmu lainnya. Pendidikan di kelola di bawah pengaturan gubernur yang berkuasa saat
itu, serta di iringi kemajuan di berbagai bidang, seperti jawatan pos, kepolisian, baitul mal, dan
sebagainya. Adapun sumber gaji para pendidik pada waktu itu diambilkan dari daerah yang di
taklukan dan dari baitulmal.
Dan pada masa khalifah Utsman bin Affan, pelaksanaan pendidikan Islam tidak jauh berbeda
dengan masa sebelumnya. Pendidikan di masa ini hanya melanjutkan apa yang telah ada, hanya
sedikit terjadi perubahan yang mewarnai pendidikan islam. Para sahabat yang berpengaruh dan
dekat dengan nabi Muhammad yang tidak diperbolehkan meninggalkan Madinah di masa
Khilafah umar bin khattab, diberikan kelonggaran untuk keluar dan menetap di daerah-daerah
lain.
Walaupun perkembangan pendidikan di masa utsman bin Affan stagnan atau status quo sebab
perkembangannya sama dengan perkembangan pendidikan pada masa sebelumnya., akan tetapi
ada satu usaha yang cukup cemerlang yang telah terjadi di masa kekhalifahan Utsman bin Affan
ini yang berpengaruh luar biasa bagi perkembangan pendidikn islam selanjutnya, yaitu
pengkodifikasian tulisan ayat-ayat al-Qur’an yang berserakan. Usaha pengkodifikasian al-Qur’an
ini dilatarbelakangi oleh arus dialek pembacaan al-Qur’an yang plural dan menimbulkan
perselisihan antar umat islam sendiri. Dengan fakta yang riil ini kemudian Utsman bin Affan
memerintahkan untuk membentuk tim pengkodifikasian al-Qur’an yang terdiri dari Zaid bin
Tsabit, Abdullah bin Zubair, Zaid bin Ash, dan Abdurahman bin Harist.

1. kondisi Masyarakat Masa Umar bin Khatab


Abu bakar telah merasakan persoalan yang timbul di kalangan kaum muslimin setelah nabi
wafat, bedasarkan hal inilah Abu Bakar menunjuk penggantinya yaitu Umar bin Khattab. Tujuan
Abu Bakar menunjuk penggantinya agar tidak terjadi perselisihan dan perpecahan di kalangan
umat Islam, kebijakan Abu Bakar tersebut ternyata diterima masyarakat. Pada masa khalifah
Umar bin Khattab, kondisi politik dalam keadaan stabil, usaha perluasaan wilayah Islam

PAGE \* MERGEFORMAT 2
memperoleh hasil yang gemilang. Wilayah Islam pada masa Umar bin Khattab meliputi
semenanjung Arabia, Palestina, Syiriah, Irak Persia dan Mesir.
Dengan meluasnya wilayah Islam mengakibatkan meluas pula kehidupan masyarakat dalam
segala bidang. Untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan manusia yang memiliki keterampilan
dan keahlian, sehingga dalam hal ini diperlukan pendidikan.
Meluasnya kekuasaan Islam, mendorong kegiatan pendidikan Islam bertambah besar, karena
mereka yang baru menganut agama Islam dan ingin menimba ilmu dari sahabat-sahabat yang
menerima langsung dari Nabi. Pada masa ini telah terjadi mobilitas penuntut ilmu agama dari
daerah-daerah yang jauh dari Madinah, sebagai pusat agama Islam. Gairah menuntut ilmu agama
islam ini yang kemudian mendorong lahirnya sejumlah pembidangan disiplin ilmu keagamaan.

2. Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Umar bin Khattab.


a. lembaga pendidikan
lembaga pendidikan pada masa khalifah Umar bin Khatab, sama dengan masa Abu
Bakar. Namun dari segi kemajuan lembaga pendidikan begitu pesat, sebab selama Umar
bin Khattab memerintah negara berada dalam keadaan stabil dan aman, hal ini
menyebabkan ditetapkannya masjid sebagai pusat pendidikan Islam di berbagai kota.
Pendidikan pada masa itu berada di bawah pengaturan Gubernur. Disamping itu
kemajuan dalam bidang pendidikan juga terdapat kemajuan di berbagai bidang, seperti
pos pengiriman surat, kepolisian, baitul mal dan sebagainya. Adapun sumber gaji para
pendidik pada waktu itu diambilkan dari hasil yang dikelola daerah yang ditaklukkan dan
dari baitul mal.
b. Materi Pendidikan
Materi pendidikan pada masa Umar adalah materi pada kutab masa Abu Bakar disamping
itu materi yang diajarkan ditambah dengan beberapa mata pelajaran dan keterampilan.
Ketika Umar bin Khattab diangkat menjadi khalifah, ia menginstruksikan kepada
pendidik agar anak-anak diajarkan : (1) berenang, (2) mengendarai onta, (3) memanah,
(4) membaca, menghafal syair-syair yang mudah, dan peribahasa. Pada masa inilah
adanya tuntutan untuk belajar bahasa Arab, jika ingin belajar dan memahami
pengetahuan Islam. Oleh karena itu, pada masa ini sudah terdapat pengajaran Bahasa
Arab.

PAGE \* MERGEFORMAT 2
Materi pendidikan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari : (a) al-Qur’an dan
tafsirnya, (b) Hadits dan pengumpulannya, dan (c) fiqih (tasyri). Ilmu-ilmu yang
berkaitan dengan duniawi dan ilmu filsafat belum dikenal pada masa itu. Hal ini
dimungkinkan mengingat kontruk sosial masyarakat ketika itu masih dalam
pengembangan wawasan keislaman yang lebih difokuskan pada pemahaman al-Qur’an
dan Hadits secara literal.
c. Pendidik
Pada masa khalifah Umar yang menjadi pendidik adalah beliau sendiri, serta guru-guru
yang beliau angkat. Umar merupakan seseorang pendidik yang sering melakukan
penyuluhan pendidikan di Kota Madinah. Beliau juga menerapkan pendidikan di masjid-
masjid dan pasar-pasar, serta mengangkat dan menunjukm guru-guru tiap-tiap daerah
yang ditaklukan itu, dengan tugas mengajarkan isi al-Qur’an dan ajaran Islam lainnya,
seperti fiqih kepada penduduk yang baru masuk Islam, disamping beliau sendiri sebagai
pendidik. Beliau juga menunjuk diantara sahabat-sahabat menjadi pendidik ke daerah-
daerah yang ditaklukan seperti Abdurrahman bin Ma’qal dan Imran bin al Hasim,
ditempatkan di Basyrah. Abd al-Rahman bin Ghanam dikirim ke Syiria dan Hasan bin
Abi Jabalah dikirim ke Mesir.

C. Masa khalifah Usman bin Affan (23-35 H: 644-656 M)


Utsman bin Affan bin al- Ash bin Umayyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf bin Qushay al-
Amawi Al- Quraisy dilahirkan pada tahun 573 M dari kelahiran Rasulullah SAW. Ibunya
bernama al-Baida binti Abdul al- Muthalib, bibi Rasulullah SAW, yakni saudari kembar
Abdullah ayah Rasulullah SAW.
Nama lengkapnya adalah Usman ibn Umaiyyah. Beliau masuk islam atas seruan Abu Bakar
as-Shidiq. Usman bin Affan adalah termasuk saudagar besar dan kaya dan sangat pemurah,
menafkahkan kekayaannya untuk kepentingan umat islam. Usman diangkat menjadi khalifah
dari pemilihan panitia enam yang di tunjuk oleh khalifah Umar bin Khatab menjelang beliau
akan wafat. Panitia yang enam adalah: Usman, Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair bin Awwam,
Saad bin Abi Waqash dan Abdurrahman bin ‘Auf.
Pendidikan kekhalifaan selanjutnya di gantikan oleh usman bin affan, yang memiliki nama
lengkap usman bin abil ash bin umaiyah dan masuk islam atas suruan dari abu bakar as-siddiq.

PAGE \* MERGEFORMAT 2
Usman bin affan adalah seorang lemah lembut dan termasuk saudagar besar dan kaya serta
sangat pemurah menafkahkan kekayaannya untuk kepentingan umat islam. Walaupun usman bin
affan memiliki beberapa kelebihan, tapi dalam hal pemikiran kreatif tidak muncul, justru
kelemahan-lembutnya itu dimanfaatkan oleh keluarga bani ummaiyah yang pernah memegang
kekuatan politik sebelum islam untuk meningkatkan dan memberikan kedudukannya sebagai
pemimpin kaum Quraisy pada masa islam. Karena peluang yang dapat dimanfaatkan oleh
keluarga bani ummaiyah untuk menduduki jabatan penting menyebabkan timbulnya berbagai
protes dan sikap oposisi yang datang hampir dari seluruh daerah. Gerakan itu berakhir dengan
pembunuhan terhadap khalifah Utsman bin Affan.
Proses pelaksanaan pola pendidikan pada masa usman ini lebih ringan dan lebih mudah di
jangkau oleh seluruh peserta didik yang ingin menuntut dan belajar islam dan dari segi pusat
pendidikan juga banyak, sebab pada masa ini para sahabat bisa memilih tempat yang mereka
inginkan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat.
Pada masa khalifah Usman bin Affan tidak banyak terjadi perkembangan pendidikan, kalau
dibandingkan dengan masa kekhalifaan Umar bin Khatab, sebab pada masa khalifah Usman
urusan pendidikan diserahkan saja kepada rakyat, dan apabila dilihat dari segi kondisi
pemerintahan Usman banyak timbul pergolakan dalam masyarakat sebagai akibat
ketidaksenangan mereka terhadap kebijakan Usman yang mengangkat kerabatnya dalam jabatan
pemerintahan.
1. Kondisi Masyarakat Pada Masa Usman bin Affan
Usman diangkat menjadi khalifah tidak langsung ditunjuk oleh Umar bin khattab akan tetapi
hasil dari pemilihan Panitia Enam yang ditunjuk oleh khalifah Umar bin Khattab menjelang
beliau akan meninggal. Panitia yang enam itu adalah Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib,
Thalhah, Zubair bin Awam, Saad bin Abi Wasaq dan Abdurrahman bin Auf. Dengan sistem
yang dilakukan seperti itu situasi pemilihan khalifah berjalan dengan lancar, dan tidak terjadi
perselisihan dan perpecahan dalam masyarakat. Kondisi masyarakat pada saat ini kondusif.
2. Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Usman bin Affan
Pada masa khalifah Usman bin Affan, pelaksanaan pendidikan Islam ditinjau dari aspek lembaga
dan materi, tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Pendidikan dimasa ini hanya melanjutkan
apa yang telah ada sebelumnya, namun hanya sedikit terjadi perubahan yang mewarnai
pendidikan Islam. Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan Rasulullah yang tidak

PAGE \* MERGEFORMAT 2
diperbolehkan meninggalkan Madinah di masa Khalifah Umar, oleh Usman diberikan
kelonggaran untuk keluar dan menetap di daerah-daerah yang mereka sukai. Kebijakan ini sangat
besar pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di daerah-daerah.
Pola pendidikan pada masa Usman ini lebih merakyat dan lebih mudah dijangkau oleh seluruh
peserta didik yang ingin mempelajari ajaran Islam karena pusat pendidikan lebih banyak, sebab
pada masa ini para sahabat bisa memilih tempat yang mereka inginkan untuk memberikan
pendidikan kepada masyarakat.
Pelaksanaan pendidikan pada masa ini diserahkan kepada masyarakat dan masyarakatlah yang
lebih banyak inisiatif dalam melaksanakan pendidikan termasuk termasuk pengangkatan para
pendidik.
Walaupun demikian ada usaha yang sangat cemerlang dan menentukan yang dilakukan Usman
bin Affan, yang sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan Islam dimasa yang akan datang,
usaha tersebut adalah terjadinya kodifikasi al-Qur’an.
.
D. Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib (35-40 H: 656-661 M)
Ali bin Abi Thalib lahir sejak 13 Rajab 23 Pra hijrah / 599 M. Beliau wafat 21 Ramadhan 40
Hijriyah / 661 M, adalah salah seorang pemeluk Islam pertama dan juga keluarga dari Nabi
Muhammad SAW. Ia adalah Khalifah terakhir dari Khulafa’ur Rasyidin. ‘Ali adalah sepupu dari
Nabi Muhammad dan setelah menikah dengan Fatimah Az-Zahra, ia menjadi menantu Nabi
Muhammad SAW. Ali dilahirkan di Makkah, daerah Hijaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab.
Menurut para ahli sejarah, ‘Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad,
sekitar tahun 599 M.
Pada kepemimpinan Ali bin abi thalib ini, umat islam di guncang oleh peperangan saudara yaitu
peperangan ali bin abi thalib dan aisyah (istri nabi Muhammad) beserta talhah dan Abdullah bin
zubair karena kesalahpahaman dalam menyikapi pembunuhan terhadap khalifah ke tiga yaitu
utsman bin affan. Peperangan tersebut terkenal dengan istilah perang Jamal (unta) karena pada
waktu perang aisyah mengendarai unta sebagai kendaraan perangnya. Setelah mengatasi
peperangan aisyah, muncul juga pemberontakan yang lain sehingga masa kekuasaan khalifah ali
tidak pernah mendapat ketenangan dan kedamaian.
Dan keadaan ini pun tidak akan mampu membentuk lingkungan yang kondusif terhadap
keberlangsungan pendidikan terlebih dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Dengan kericuhan

PAGE \* MERGEFORMAT 2
politik pada masa ali bin abi thalib berkuasa, kegiatan pendidikan mendapat hambatan dan
gangguan yang sangat tinggi. Konsekuensi logisnya adalah pemerintahan ali bin abi thalib tidak
memfokuskan kegiatan pemerintahannya pada peningkatan pendidikan secara akseleratif
(perubahan yang sangat cepat).
Bedasarkan uraian diatas, pada masa ali terjadi kekacauan dan pemberontakan, sehingga dimasa
ia berkuasa pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik, pada masa ali berkuasa
kegiatan pendidikan islam mendapat hambatan dan gangguan. Pada masa itu ali tidak sempat lagi
memikirkan masalah pendidikan. Sebab keseluruhan perhatiannya di tumpahkan pada masalah
keamanan dan kedamaian bagi masyarakat islam. Dengan demikian, walupun pendidikan pada
masa khulafaur rasyidin tidak jauh berbeda dengan masa nabi yang menekan pada pengajaran
baca tulis dan ajaran-ajaran islam yang bersumber pada al qur’an dan hadis nabi.
1. Kondisi Masyarakat pada Masa Ali bim Abi Thalib.
Ali bin Abi Thalib adalah khalifah yang keempat setelah Usman bin Affan. Pemerintahannya
diguncang oleh peperangan dengan Aisyah (Istri Nabi) beserta Thalhah dan Abdullah bin Zubair.
Peperangan ini disebabkan karena kesalahpahaman dalam menyikapi pembunuhan terhadap
Usman bin Affan/ peperangan tersebut dinamakan Perang Jamal (unta) karena Aisyah
menggunakan unta. Setelah berhasil mengatasi pemberontkan Aisyah, dan lawan-lawanya
muncul pula pemberontakan lain, sehingga masa kekuasaan Khalifah Ali bin Abi Thalib tidak
pernah mendapatkan ketenangan dan kedamaian.
Peperangan selanjutnya terjadi dengan Muawiyyah bin Abi Sufyan. Muawiyyah sebagai
gubernur di Damaskus memberontak untuk menggulingkan kekuasaannya. Peperangan ini
disebutkan dengan peperanga shiffin. Ketika tentara muawiyyah terdesak oleh pasukan Ali pada
peperangan tersebut, maka Muawiyyah segera mengambil siasat untuk menyatakan tahkim
(penyelesaian dengan adil dan damai). Semua Ali menerimanya, namun tahkim malah
menimbulkan kekacauan, dikarenakan Muawiyyah melakukan kecurangan. Dan dengan adanya
tahkim tersebut Muawiyyah berhasil mengalahkan Ali bin Abi Thalib dan mendirikan
pemerintahan tandingan di Damaskus. Sementara itu, sebagian tentara yang menentang
keputusan Ali bin Abi Thalib dengan cara tahkim, meninggalkan Ali dan membuat kelompok
tersendiri. Kelompok tersebut disebut Khawarij.
2. Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Ali bin Abi Thalib

PAGE \* MERGEFORMAT 2
Pada masa Ali bin Abi Thalib tidak terlihat perkembangan pendidikan yang berarti karena pada
masa ini telah terjadi kekacauan politik dan pemberontakan, sehingga di masa ia berkuasa
pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik pada masa Ali berkuasa, kegiatan
pendidikan Islam mendapat hambatan dan gangguan. Pada saat itu Ali bin Abi Thalib tidak
sempat lagi memikirkan masalah pendidikan sebab keseluruhan perhatiannya ditumpahkan
kepada masalah keamanan di dalam pemerintahannya.

E. Lembaga-lembaga Pendidikan Islam


Lembaga-lembaga pendidikan Islam yang ada sebelum kebangkitan madrasah pada masa klasik
adalah:
1) Shuffah, pada masa Rasulullah SAW. suatu tempat untuk aktivitas pendidikan yang
menyediakan pemondokan bagi yang miskin, ada Sembilan shuffah diantanya di
samping Masjid Nabawi
2) Kuttab/Maktab, berarti tempat tulis menulis
3) Halaqah, artinya lingkaran, proses belajar mengajar dimana murid melingkari muridnya,
di masjid-masjid atau di rumah-rumah, mendiskusikan ilmu agama, ilmu pengetahuan ,
dan filsafat
4) Majlis, ada 7 macam majlis menurut Muniruddin Ahmed: a. Majlis Al-Hadis; b. Majlis
al-Tadris; c. Majlis al-Munazharah; d. Majlis Muzakarah; e. Majlis al-Syu’ara; f. Majlis
al-Adab
5) Masjid
6) Khan, asrama murid-murid yang dari luar kota untuk belajar Islam di suatu masjid,
Ribath, tempat kegitan kaum sufi yang dipimpin oleh Syaikh, Rumah-rumah Ulama,
Toko-toko Buku dan Perpustakaan, Rumah Sakit, Badiah (Padang Pasir, Dusun Tempat
Tinggal Badwi).
Di zaman khulafaur rasyidin, sahat-sahabat Nabi SAW. terus melanjutkan peranannya
yang selama ini mereka pegang, tetapi zaman ini muncul kelompok tabi’in yang berguru
kepada lulusan-lulusan pertama. Diantaranya yang paling terkenal di Madinah adalah:
Rabi’ah al-Raayi yang membuka pertemuan ilmiah di Masjid Nabawi.
1. Al-Kuttab, didirikan pada masa Abu Bakar dan Umar yaitu sesudah penaklukan-
penaklukan dan sesudah mereka mempunyai hubungan dengan bangsa-bangsa yang

PAGE \* MERGEFORMAT 2
telah maju. Utamanya mengajarkan Alquran kepada anak-anak, selanjutnya
mengajarkan membaca, menulis dan agama. Khuda Bakhsh: pendidikan di al-kuttab
berkembang tanpa campur tangan pemerintah, dalam mengajar menganut sistem
demokrasi.
2. Mesjid dan Jami’. Mesjid mulai berfungsi sebagai sekolah sejak pemerintahan
khalifah kedua, Umar, yang mengangkat “penutur”, qashsh, untuk masjid di kota-
kota, umpamanya Kufah, Basrah, dan Yastrib guna membacakan Alquran dan Hadits
(Sunnah Nabi). Mesjid lembaga ilmu pengetahuan tertua dalam Islam. Mesjid yang
terkenal sebagaui tempat digunakannya belajar adalah:
a. Jami’ Umaar bi ‘Ash (mulai tahun 36 H). Pelajaran agama dan budi pekerti. Imam
syafi’i datang ke Mesjid ini (182 H) untuk mengajar, sdh 8 halaqat (lingkaran)
yang penuh dengan para pelajar.
b. Jami’ Ahmad bin Thulun (didirikan 256 H). Pelajaran Fiqh, Hadis, Alquran dan
Ilmu kedokteran.
c. Masjid Al-Azhar ada di Universitas Al-Azhar
3. Duwarul Hikmah dan Duwarul Ilmi, muncul pada masa Abbasiyah (masa bangkitnya
intelektual), lahir pada masa Al-Rasyid.
4. Madrasah, muncul pada akhir abad ke IV H. Yang dikembangkan oleh golongan-
golongan Syi’ah (pengikut Ali) dengan tujuan mengendalikan pemerintahan, gerakan
ilmu pengetahuan dan sejalan dengan pendapat-pendapat golongan mistik yang
extreme. Di Mesir didirikan sesudah hilangnya Fathimiyah.
5. Al-Khawanik, Azzawaya dan Arrabath, di rumah-rumah orang sufi abad ke XIII M.
6. Al-Bimarista, sejenis rumah sakit pada masa Al-Walid bin Abdul Malik tahun 88 H.
memberikan pelajaran kedokteran.
7. Halaqatud Dars dan Al-Ijtima’at Al-‘Ilmiyah, pada masa Ibnu Arabi pada abad ke dua
H.
8. Duwarul Kutub, perpustakaan-perpustaan besar. Misalnya: Perpustakan yang
didirikan disamping madrasah al-Fadhiyah (buku 100.000 buku).

F. Pusat-pusat Pendidikan dan para Ulama yang terkenal pada masa Khulafah’al Rasyidin

PAGE \* MERGEFORMAT 2
Dengan meluasnya kekuasaan Islam pada masa ini berkembang pula pusat-pusat kegiatan
pendidikan Islam, baik bagi mereka yang baru masuk Islam, bagi para generasi muda (anak-
anak), maupun bagi mereka yang akan memperdalam dan mengembangkan ilmu pengetahuan
dalam Islam.
Menurut Mahmud Yunus, bahwa pusat-pusat pendidikan masa-masa Khulafa’al Rasyidin adalah
sebagai berikut :
1. Madrasah Mekkah
Guru pertama yang mengajar di Mekkah, ialah Mu’az bin Jabal. Ialah yang mengajarkan al-
Qur’an, hukum-hukum halal dan haram dalam Islam. Pada masa Khalifah Abdul Malik bin
Marwan (65-86 H), Abdullah bin Abbas pergi ke Mekkah, lalu mengajar disana. Ia mengajarkan
Tafsir, Hadist, Fiqh dan Sastra. Abdullah bib Abbaslah yang merupakan pembangun madrasah
Mekkah yang kemudian menjadi termasyhur ke seluruh penjuru negeri Islam. Diantara murid-
murid bin Abbas yang menggantikannya sebagai guru di madrasah Mekkah ini adalah; Mujahid
bin Jabbar, seseorang ahli tafsir al-Qur’an Atta bin Abu Rabah, yang termashyur keahliannya
dalam ilmu fiqih, dan Tawus bin Kaisan, seseorang fuqaha dan Mufti di Mekkah. Kemudian
diteruskan oleh murid-murid berikutnya, yang terkenal yaitu Sufyan bin Uyainah dan Muslim
bin Khalid Al Zanji. Imam Al Syafi’i sebelum berguru ke Madinsh, pernah belajar di Madrasah
Mekkah kepada kedua ulama tersebut.

2. Madrasah Madinah
Madrasah Madinah ini lebih termasyhur, karena disanalah tempat khalifah Abu Bakar, Umar dan
Usman, dan disana pula banyak tinggal sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW. Diantara
sahabat yang mengajar di Madrasah Madinah ini adalah Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib,
Zaid bin Tsabit dan Abdullah bin Umar. Zait bin Tsabit adalah seseorang ahli qiraat fiqih, dan
beliaulah yang mendapatkan tugas memimpin penulisan kembali al-Qur’an, baik di Zaman Abu
Bakar maupun di zaman Usman bin Affan. Sedangkan Abdullah bin Umar adalah seorang ahli
hadits. Beliau dianggap sebagai pelopor mazhat Ahl al-Hadist yang berkembang pada masa-masa
berikutnya.
Setelah ulama-ulama sahabat wafat, digantikan oleh murid-muridnya (tabiin) yang terkenal;
Sa’ad bin Musyayab dan Urwah bin Al Zubair bin Al Awwan, yang pada generasi berikutnya

PAGE \* MERGEFORMAT 2
kemudian muncul seorang ahli Hadits dan Fiqih; Ibn Syihab al-Zuhri, dari madrasah Madinah
dan menjadi pelopor mazhab yang termasyhur.
3. Madrasah Basrah
Ulama sahabat yang terkenal di Basrah ini ialah Abu Musa al-Asy’ari dan Anas bin Malik. Abu
Musa terkenal sebagai ahli Fiqh, Hadist dan ilmu al-Qur’an, sedangkan Anas bin Malik
termashyur dalam ilmu hadits.

Diantara guru madrasah Basrah yang terkenal adalah; Hasan al Basri dan bin Sirin. Hasan al
Basri, disamping seorang ahli Fiqh, ahli pidato dan kisah, juga terkenal sebagai seorang ahli pikir
dan tassawuf. Ia dianggap sebagai perintis mazhab Ahl al Sunnah dalam lapangan Ilmu Kalam.
Sedangkan Ibn Sirin,adalah seorang ahli Hadits dan Fiqh yang belajar langsung dari Zaid bin
Tsabit dan Annas bin Malik.

4. Madrasah Kufah
Ulama sahabat yang ditinggal di Kufah ialah Ali bin Abi Thalib dan Abdullah bin Mas’ud. Ali
bin Abi Thalib mengurus masalah politik dan urusan pemerintahan, sedangkan Abdullah bin
Mas’ud sebagai guru agama. Ibn Ma’ud adalah utusan resmi Khalifah Umar untuk menjadi guru
agama di Kufah. Beliau adalah seorang ahli Tafsir, ahli Fiqh dan banyak meriwayatkan Hadits-
Hadist Nabi Muhammad SAW. Diantara murid-murid Ibn Mas’ud yang terkenal kemudian
menjadi guru di Kufah ini adalah; Alqamah, Al Aswad, Masruq, Al Haris bin Qais dan Amr bin
Syurahbil. Madrasah kufah ini kemudian melahirkan Abu Hanifah, salah seorang imam mazhab
yang terkenal, dengan penggunaan ra’yu dalam beritjihad.
5. Madrasah Damsyik
Setelah negeri Syam (Syiriah) menjadi bagian negara Islam dan penduduknya banyak memeluk
agama Islam, maka Khalifah Umar bin Khattab mengirimkan 3 orang guru agama ke negeri itu,
yaitu; Muaz bin Jabal, Ubada dan Abu Dar’da. Ketiga sahabat ini mengajar di Syam pada
tempat-tempat yang berbeda, yaitu Abu Dardak di Damsyik, Muaz bin Jabal di Palestina dan
Ubadah di Hims. Kemudian mereka digantikan oleh murid-muridnya (tabi’in) seperti Abu Idris
al-khailany, Makhul al Damsyik, Umar bin Abdul Aziz dan Raja bin Haiwah. Akhirnya
madrasah itu melahirkan iman penduduk Syam, yaitu Abdurrahman al Auza’i yang sederajat
ilmunya dengan Imam malik dan Abu Hanifah.

PAGE \* MERGEFORMAT 2
6. Madrasah Fistat (Mesir)
Sahabat yang mula-mula mendirikan madrasah dan menjadi guru di Mesir adalah Abdullah bin
Amr bin Al Asy. Ia adalah seseorang ahli Hadits. Ia tidak hanya menghafal Hadits-Hadits yang
didengarnya dari Nabi Muhammad SAW melainkan juga menuliskannya dalam catatan,
sehingga ia tidak lupa atau khilaf dalam meriwayatkan Hadits itu kepada murid-muridnya. Guru
berikutnya yang termasyhur sesudahnya ialah Yazid bin Abi Habib Al Nuby dan Abdillah bin
Abiu Ja’far bin Rabi’ah. Diantara murid Yazid yang terkenal adalah Abdullah bin Lahi’ah dan
al-Lais bin Said. Yang tersebut terakhir juga terkenal sebagai ulama yang mempunyai mazhab
tersendiri dalam bidang Fiqh, sebagaimana Al-Auza’i.

PAGE \* MERGEFORMAT 2
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa pemerintahan Abu Bakar sangat singkat (632-634) tetapi sangat penting. terutama berperan
melawan Riddah (Kemurtadan), orang yang mengaku sebagai Nabi dan orang-orang yang
enggan membayar pajak. Abu Bakar memusatkan perhatian untuk memerangi para pemberontak,
dalam penumpasan ini banyak umat Islam yang gugur, terdiri dari para sahabat Rasulullah dan
hafidz Alquran. Karena itu Umar ibn Khattab menyarankan kepada khalifah Abu Bakar untuk
mengumpulkan ayat Alquran. Realisasinya diutusnya Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan
semua tulisan Alquran. Dari segi materi pendidikan Islam terdiri dari pendidikan tauhid atau
keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan.

Khalifah Umar Ibnu Khattab merupakan seorang pendidik yang melakukan penyuluhan
pendidikan di kota Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di masjid-masjid dan pasar
pasar, serta mengangkat guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang ditaklukkan. Mereka bertugas
mengajarkan isi Alquran, fiqih, dan ajaran Islam lainnya kepada penduduk yang baru masuk
Islam. Mata pelajaran agama Islam pada masa khalifah Umar lebih maju dan lebih luas, serta
lebih lengkap. Ijtihad Umar di kalangan ahli fiqih, Umar mengusulkan penyelenggaraan salat
tarawih berjamaah, penambahan kalimat as-salâtu khairun minan-naum (salat lebih baik dari
pada tidur) dalam azan subuh, ide perlunya pengumpulan ayat-ayat Alquran, dan penentuan
kalender Hijrah.

Khalifah Usman meminta mengumpulkan naskah Alquran yang disimpan Hafsah binti Umar,
naskah ini merupakan kumpulan tulisan Alquran yang berserakan pada masa pemerintahan Abu
Bakar. Khalifah Usman kemudian membentuk suatu badan atau panitia pembukuan Alquran,
yang anggotanya terdiri dari : Zaid bin Sabit sebagai ketua panitia dan Abdullah bin Zubair serta
Abdurrahman bin Haris sebagai anggota. Salinan Alquran dengan nama alMushaf al Imam di
Madinah, oleh panitia diperbanyak menjadi lima buah. Dan empat lainnya dikirimkan ke Mekah,
Suriah, Basrah, dan Kufah.

PAGE \* MERGEFORMAT 2
Periode Ali Ibnu Abi Thalib kegiatan pendidikan pada saat itu mengalami hambatan dengan
adanya perang saudara. Ali tidak sempat memikirkan masalah pendidikan, karena yang lebih
penting dan mendesak memberikan jaminan keamanan, ketertiban dan ketentraman dalam segala
kegiatan kehidupan, yaitu mempersatukan kembali kesatuan umat, tetapi Ali tidak berhasil.
Dasar pendidikan Islam yang tadinya bermotif aqidah tauhid, sejak masa itu tumbuh di atas dasar
motivasi, ambisius kekuasaan, dan kekuatan.

Khulafaur Rasyidin lebih banyak bekerja berdasarkan suri teladan yang dibentangkan oleh Rasul.
Dengan cara demikian, mereka menyempurnakan pekerjaan raksasa yang telah dimulai oleh
Rasulullah Saw. Khulafaur Rasyidin dipilih dengan cara musyawarah, tetapi sesudah periode
khulafaur rasyidin merupakan kerajaan yang diwarisi oleh anggota keluarganya, bahkan saling
berebut kekuasaan dan hidup dengan kemewahan.

PAGE \* MERGEFORMAT 2
PAGE \* MERGEFORMAT 2

Anda mungkin juga menyukai