Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

BIOGRAFI SAHABAT DAN TABI’IN

Guru Pengampu : Rasichun, S.Pd.I.


Kelas : XII Keagamaan
Kelompok : 1 (Satu)
Anggota Kelompok : 1. Abdillah Salman Alfarisi
2. Adzinta Halwa
3. Arum Septiana Izzatul Janah
4. Cucu Mega Erviyani
5. Dheafanida Sheila Ramadini
6. Fariha Fatimahtu Zahra
7. Intan Nuraini

MADRASAH ALIYAH NEGERI ( MAN ) 2 BREBES


JL.Jenderal Sudirman Km. 01 Laren, Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes, 52273

Tahun 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan karunianya kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini adalah
―Biografi Sahabat dan Tabi’in‖

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
pembimbing mata pelajaran Ilmu Hadis yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga
berterima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami jelas jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sebenarnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang
membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi kami pada khususnya
dan pihak lain yang membutuhkannya.

Brebes, Juli 2023


Tertanda

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................................................2
Daftar Isi.................................................................................................................................................3
BAB I Pendahuluan................................................................................................................................4
A. Latar Belakang
B. Identifikasi Masalah
BAB II Pembahasan...............................................................................................................................5
A. Sahabat
1. Utsman bin Affan
2. Sa‘ad bin Abi Waqqash
3. Abu Ubaidah bin al-Jarrah
B. Tabi‘in
1. Imam Asy- Sya‘bi
2. ‗Amru bin Dinar
3. Ibnu Syihab Az-zuhri
BAB III Penutup...................................................................................................................................18
A. Kesimpulan
Daftar Pustaka......................................................................................................................................19

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Para sahabat Nabi dan Tabi‘in memiliki kebaikan hati, kesungguhan iman, kedalaman
ilmu, kelurusan perilaku,keberanian dan juga memiliki keistimewaan akhlak atau perilaku,
yang bisa jadi inspirasi. Kisah para sahabat dan Tabi‘in sering kali dijadikan buku-buku yang
mencakup biografi dan makna hidup, pengalaman, teladan dan keberhasilan dari tokoh
tersebut. Karenanya, Allah memilih mereka untuk menemani Nabi-Nya dan sekaligus
menegakkan agama-Nya. Menjadikan para sahabat suri tauladan sebagai pokok mendasar
bagi kaum muslimin. Demikian ini dititahkan dalam Islam sebagai ajaran mulia. Selayaknya
kita bersemangat mengenal pribadi mereka.
Dalam pembahasan makalah kali ini akan menceritakan Biografi para Sahabat dan
Tabi‘in. Sebelum kepada pembahasan Biografi para Sahabat dan Tabi‘in, kita harus
mengetahui pengertian Sahabat dan Tabi‘in itu sendiri. Sahabat secara bahasa berarti teman
dekat, sedangkan secara istilah Sahabat berarti orang yang bertemu Nabi Muhammad saw.
Dalam keadaan iman kepadanya dan meninggal dalam keadaan Islam. Tabi‘in secara bahasa
berarti mengikuti (berjalan di belakangnya), sedangkan secara istilah adalah orang yang
pernah bertemu dengan sahabat, iman kepada Nabi saw. Dan meninggal dalam keadaan
islam.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, berikut adalah rumusan
masalah yang akan dibahas di BAB PEMBAHASAN:
1. Biografi Utsman bin Affan
2. Biografi Sa‘ad bin Abi Waqqash
3. Biografi Abu Ubaidah bin Al-Jarrah
4. Biografi Imam Asy-Syabi‘i
5. Biografi Amru bin Dinar
6. Biografi Ibnu Syihab az-Zuhri

4
BAB II
PEMBAHASAN

a. SAHABAT
1. Utsman bin Affan
Utsman bin Affan adalah Khulafaur Rasyidin yang berkuasa paling lama, yaitu
selama 12 tahun (644-656). Ia merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad yang
menjadi Khulafaur Rasyidin ketiga, setelah Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Di masa
kekuasaannya, pemerintahan Islam memperluas wilayahnya ke Fars (sekarang Iran) pada
650, dan beberapa wilayah Khorasan (sekarang Afghanistan) pada 651. Pernikahannya
berturut-turut dengan dua putri Nabi Muhammad dan Khadijah membuatnya mendapat
julukan Dzunnurrain atau Pemilik Dua Cahaya.
a. Kehidupan awal
Utsman bin Affan lahir di Thaif, Jazirah Arab, pada 579 Masehi atau 42 tahun
sebelum hijrahnya Nabi Muhammad SAW. Nama lengkap Utsman bin Affan adalah
Utsman bin Affan bin Abi Al-Ash bin Umayyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf bin
Qushay bin Kilab. Ia berasal dari Bani Umayyah, ayahnya bernama Affan bin Abi al-
As dan ibu Khalifah Utsman bin Affan bernama Arwa binti Kuraiz. Utsman bin Affan
lahir dari keluarga kaya dan berpengaruh di suku Quraisy. Ayahnya adalah pedagang
kaya dari Makkah. Sejak kecil, ia sudah mendapatkan pendidikan yang baik hingga
menjadi salah satu orang di Makkah saat itu yang pandai membaca dan menulis.
Sebelum datangnya Islam, ayahnya meninggal dan meninggalkan warisan yang cukup
besar. Berbekal warisan tersebut, ia memantapkan diri sebagai seorang pedagang,
seperti ayahnya.
Meski berasal dari keturunan dua suku kaya dan terpandang di Mekkah, ia tidak
tumbuh menjadi pribadi yang sombong. Kisah Utsman bin Affan yang dermawan
bahkan terkenal di penjuru kota. Ia kemudian melakukan perjalanan bisnisnya hingga
ke Syam dan Habasyah untuk memperluas jaringan. Setelah berhasil mengembangkan
usahanya, ia menjadi salah satu pedagang kaya yang terpandang di Makkah. Dalam
menggeluti dunia bisnis, Utsman menjadi teman dekat dari Abu Bakar karena sesama
seorang pebisnis.
b. Masuk Islam

5
Ketika Nabi Muhammad SAW mendapatkan wahyu dan mendakwahkan agama
Islam, Abu Bakar menjadi orang pertama yang memeluk Islam. Setelah melakukan
perjalanan bisnis ke Suriah pada 611, Abu Bakar mendatangi Utsman bin Affan untuk
mengajaknya memeluk Islam. Utsman pun memutuskan untuk memeluk Islam dan
kemudian dibawa Abu Bakar bertemu Nabi Muhammad untuk menyatakan imannya.
Dengan begitu, Utsman menjadi salah satu orang yang paling awal masuk Islam,
mengikuti Ali, Zaid, Abu Bakar dan beberapa lainnya. Sejak saat itu, ia selalu setia
kepada Nabi Muhammad SAW dan menjadi salah satu sahabat utama Nabi. Ketika
mendapat seruan untuk hijrah ke Madinah, Utsman menjadi salah satu orang yang
berangkat dan menemani Nabi Muhammad SAW menyebarkan Islam hingga akhir
hayat Nabi. Utsman memiliki keutamaan lain karena menikahi dua putri Nabi
Muhammad SAW secara berturut-turut, yaitu Ummu Kultsum dan Ruqayyah.
c. Menjadi Khalifah
Ketika Nabi Muhammad SAW meninggal pada 632, Abu Bakar menjadi khalifah
yang memimpin umat Islam. Sedangkan Utsman bin Affan bersama dengan sahabat
lainnya menjadi penasihat utama dalam pemerintahan Abu Bakar. Setelah Abu Bakar
wafat pada 634, Umar bin Khattab menggantikan kedudukannya hingga akhir hayatnya
pada 644. Begitu Umar menjabat sebagai Khulafaur Rasyidin kedua, Utsman tetap
berada di Madinah menjalankan bisnisnya dan ikut andil dalam pemerintahan. Berbagai
peristiwa dilaluinya, hingga tiba waktu Umar bin Khattab meninggal karena dibunuh
oleh Abu Lu'luah. Setelah itu, diadakanlah musyawarah untuk memilih khalifah
selanjutnya. Ada enam orang kandidat khalifah yang diusulkan, yaitu Ali bin Abi
Thalib, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Abi Waqqas, Zubair bin
Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah. Namun, Abdurrahman bin Auf, Sa‘ad bin Abi
Waqqas, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan diri, hingga
hanya Utsman dan Ali yang tersisa. Setelah dilakukan jajak pendapat, mayoritas
masyarakat menginginkan Utsman menggantikan Umar sebagai khalifah ketiga. Maka
pada bulan Muharram 23 H atau 644 M, Utsman bin Affan menjadi khalifah pada usia
70 tahun.
d. Masa pemerintahan Utsman
Salah satu hal yang dilakukan Utsman bin Affan selama menjadi khalifah adalah
melakukan ekspansi wilayah dan membentuk armada angkatan laut. Pemerintahannya
berhasil menguasai Barqah, Tripoli Barat, bagian selatan negeri Nubah di Afrika,
Armenia, Tabaristan, Amu Daria, negeri-negeri Balkha, Harah, Kabul, Haznah di

6
Turkistan di Asia, dan Cyprus di Eropa. Utsman juga membagi kekuasaan Islam
menjadi sepuluh provinsi dengan masing-masing amir atau gubernur. Di bawah
pemerintahannya, umat Islam mengalami era paling makmur dan sejahtera. Konon,
rakyatnya mampu naik haji berkali-kali. Utsman juga membangun kepolisian dan
pengadilan, yang sebelumnya selalu digelar di dalam masjid. Prestasi Usman yang
paling gemilang yakni membukukan Alquran, dan kemudian digandakan untuk dikirim
ke Mekkah, Suriah, Basrah, Kufah, dan Madinah.
e. Akhir pemerintahan
Utsman bin Affan memerintah selama dua periode, di mana setiap periodenya
berlangsung selama enam tahun. Akan tetapi, periode kedua kekuasaan terjadi
perpecahan dan pemberontakan karena jabatan-jabatan strategis di pemerintahan
diberikan kepada keluarganya dari Bani Umayyah. Pada 35 H atau 655 M, sekitar 1.500
orang datang ke Madinah untuk memprotes kebijakan Utsman itu. Namun karena tidak
ditanggapi, protes tersebut berubah menjadi pemberontakan untuk menggulingkan
kekuasaannya. Utsman dikepung oleh pasukan tersebut, tetapi menolak melakukan
perlawanan karena tidak ingin terjadi pertumpahan darah antarsesama umat Muslim.
Khalifah Utsman bin Affan wafat pada tahun 656 setelah pemberontak yang bernama
Al-Gafiqi berhasil masuk lewat atap dan menemukan kamarnya. Penyebab kematian
Utsman bin Affan adalah karena dipukul kepalanya dengan sangat keras.

2. Sa’ad bin Abi Waqqash radhiallahu ‘anhu


―Aku adalah orang ketiga yang paling dulu masuk Islam, dan aku adalah orang yang
pertama kali memanah musuh di jalan Allah.‖ Demikianlah Sa‘ad bin Abi Waqqash
memperkenalkan dirinya. Dia adalah orang ketiga yang paling dulu masuk Islam, dan
orang pertama yang memanah musuh di jalan Allah.
a. Masuk Islam
Sa‘ad bin Abi Waqqash bin Wuhaib bin ‗Abdi Manaf hidup di Bani Zuhrah,
yang merupakan paman-paman Nabi SAW. dari pihak ibu. Masuknya Sa‘ad ke dalam
Islam terjadi pada awal-awal munculnya Islam. Dia mengenal dengan baik Nabi
shallallahu ‗alaihi wasallam serta mengetahui kejujuran dan sifat amanah beliau. Nabi
shallallahu ‗alaihi wasallam sudah sering bertemu dengannya sebelum beliau diutus
menjadi rasul. Beliau mengetahui betapa besar kecintaan Sa‘ad untuk berperang dan
juga keberaniannya. Sa‘ad sangat suka memanah. Dia selalu berlatih melempar anak
panah.

7
Dia masuk Islam dengan mudah dan tidak sulit, bahkan sangat cepat masuk
Islam. Dia adalah orang ketiga dari tiga orang yang masuk Islam lebih dulu. Allah SWT
telah menjadikan Sa‘ad sebagai orang yang menyebabkan turunnya salah satu ayat
Alquran, Allah Subhanahu wa Ta‘ala menurunkan firman-Nya : ―Dan jika keduanya
memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik.‖
b. Berjuang di jalan Allah SWT.
Mengenai anggapan bahwa Sa‘ad adalah orang yang pertama kali melemparkan
anak panah dalam rangka berjuang di jalan Allah, dikisahkan bahwa suatu ketika kaum
muslimin Makkah sedang mengerjakan shalat di lorong-lorong jalan yang ada di
Makkah secara sembunyi-sembunyi. Namun sebagian kaum musyrikin melihat mereka,
lalu kaum musyrikin pun menyerang kaum muslimin, maka Sa‘ad bin Abi Waqqash
bangun dan langsung menyerang , mereka. Dia memanah salah seorang dari mereka
hingga darah mengalir dari tubuh orang tersebut. Inilah darah pertama yang
ditumpahkan oleh umat Islam. (Saat kaum kuffar Makkah memboikot kaum muslimin)
Sa‘ad bersama Rasulullah berlindung di klan Abu Thalib, sehingga harus menahan
lapar bersama beliau selama tiga tahun penuh. Selama itu Sa‘ad hanya memakan
dedaunan hingga akhirnya Allah pun menghendaki ujian ini berakhir. Tak lama
kemudian Sa‘ad r.a lalu pergi berhijrah ke madinah bersama orang-orang yang
berhijrah di jalan Allah.
Umair bin Abi Waqqash berhijrah bersama saudaranya, Sa‘ad, ke Madinah.
Ketika orang yang bertugas untuk mengumandangkan seruan jihad berkata, ―Hayya
‗alal jihad‖ (Mari berjihad). Sa‘ad pun segera keluar dengan membawa pedang dan
panahnya. Saat itu usia Sa‘ad telah lebih dari dua puluh tahun, sedangkan Umair masih
kecil. Umurnya belum mencapai tiga belas atau empat belas tahun.
Waktu itu, Kehidupan berjihad berlangsung dengan cepat. Orang-orang Islam
berpindah dari satu pertempuran ke pertempuran yang lain hingga tibalah saatnya
perang Uhud. Saat itu para pasukan pemanah tidak mematuhi ucapan Nabi kita, lalu
mereka meninggalkan tempat-tempat mereka. Melihat keadaan itu, pasukan kaum
musyrkin pun menyerang kaum muslimin hingga akhirnya mereka sampai ke
Rasulullah yang pada saat itu hanya segelintir shahabat saja yang ada di samping
beliau, diantaranya Sa‘ad bin Abi Waqqash radhiiyallahu ‗anhu. Ketika Rasulullah

8
melihat Sa‘ad, beliau bersabda kepadanya, ―Usir mereka (maksudnya pukul mundur
orang-orang musyrik itu).‖
Sa‘ad berkata, ―Bagaimana aku dapat melakukan hal itu sendirian?‖
Akan tetapi kemudian, Sa‘ad segera mengeluarkan anak panah dari sarungnya,
lalu dia melemparkan anak panah itu ke arah salah seorang dari kaum musyrikin hingga
orang itu tewas. Sa‘ad kembali mengambil anak panah yang lain, lalu dengan anak
panah itu dia pun membunuh salah seorang lainnya dari kaum musyrikin. Demikianlah,
panahnya telah membunuh banyak orang musyrik, mak a Sa‘ad mengambil panahnya
itu, lalu berkata, ―Ini adalah panah yang diberkahi oleh Allah.‖
Sa‘ad tidak pernah ikut serta dalam satu pertempuran, kecuali ia akan membawa
anak panah tersebut, dan hal itu terus dilakukannya hingga dia meninggal dunia. Pada
hari yang menyedihkan itu, datanglah Ummu Aiman untuk memberi minuman kepada
para pasukan yang terluka dalam medan perang. Tiba-tiba seorang kafir melemparnya
dengan anak panah, hingga dia pun terjatuh dan auratnya terbuka. Orang kafir tersebut
pun tertawa. Melihat itu, Rasulullah shallallahu ‗alaihi wasallam segera mengambil
sebuah anak panah, lalu beliau bersabda kepada Sa‘ad, ―Wahai Sa‘ad, lemparlah (anak
panah ini)! Ayah dan ibuku menjadi tebusanmu.‖
Demikianlah, Rasulullah shallallahu ‗alaihi wasallam telah menggabungkan
penyebutan nama ayah dan ibu beliau ketika meminta sesuatu kepada Sa‘ad, dan hal itu
belum pernah beliau lakukan terhadap siapapun, kecuali kepada Sa‘ad radhiallahu
‗anhu. Setelah Sa‘ad melepaskan anak panah, anak panah tersebut tepat mengenai leher
orang kafir itu, hingga ia pun tewas seketika. Melihat itu, Rasulullah shallallahu ‗alaihi
wasallam tertawa, lalu beliau bersabda, ―Sa‘ad telah melakukan pembalasan untuknya
(untuk Ummu Aiman). Semoga Allah mengabulkan doanya.‖
Sejak saat itu yang menjadi senjata Sa‘ad dalam setiap peperangannyaa adalah
―anak panah yang diberkahi‖ dan ―doa yang dikabulkan‖ itu. Sa‘ad selalu teringat akan
sabda Rasulullah Shallallahu ‗alaihi wasallam yang ditujukkan kepadanya, ―Makanlah
yang baik-baik, wahai Sa‘ad, niscaya doamu akan dikabulkan.‖
Dia juga teringat sabda Rasulullah lainnya, ―Ya Allah, tepatkanlah lemparannya
dan kabulkanlah doanya.‖
Allah Subhanahu wa Ta‘ala mengabulkan doa Nabi-Nya itu, maka Sa‘ad radhiallahu
‗anhu pun menjadi pemanah jitu dan doanya selalu terkabulkan.
Mengenai lemparan jitu dan anak panah yang selalu mengenai sasaran, dapat
dilihat dengan jelas dalam pertempuran-pertempuran yang selalu diikuti oleh Sa‘ad

9
dalam melawan orang-orang musyrik, terutama ketika dia menjadi pemimpin pasukan
kaum muslimin dalam penaklukan negeri Persia dengan tujuan menyebarluaskan Islam
disana. Sebelum terjadinya peperangan yang sangat masyhur di negeri Persia
(Qadisiyah), orang –orang Persia telah berkumpul dalam jumlah yang besar guna
menghadapi orang-orang Islam. Saat itu ‗Umar bin Khaththab yang menjadi Amirul
Mukminin ingin keluar guna menghadapi pasukan Persia dan memimpin pasukan kaum
muslimin, namun ‗Ali bin Abi Thalib berhasil merayunya agar dia mengurungkan
niatnya tersebut.
Tugas yang sangat sulit ini tidak mungkin dapat dilakukan, kecuali oleh orang
yang memiliki kekuatan, baik dalam hal keimanan maupun fisiknya. Dari sini, ‗Abdur
Rahman bin ‗Auf berkata kepada ‗Umar, ―Sebaiknya kamu mengutus orang yang
memiliki cakar-cakar seperti singa. Dia adalah Sa‘ad bin Abi Waqqash.‖ ‗Umar pun
mempertimbangkan perkataan ‗Abdur Rahman tersebut hingga akhirnya dia
berpendapat bahwa Sa‘ad merupakan singa yang pantas untuk dipercaya melakukan
tugas yang sulit itu. ‗Umar pun menunjuknya sebagai pemimpin pasukan, lau dia
berkata kepadanya, ―Wahai Sa‘ad, janganlah kamu terperdaya bila dikatakan
(kepadamu) : ‗Engkau dalah paman Rasulullah Shallallahu ‗alaihi wasallam dan engkau
adalah shhabat Rasulullah.‘ Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta‘ala tidak akan
menghapus suatu kejelekan dengan kejelekan lainnya, melainkan dia akan menghapus
suatu kejelekan dengan kebaikan. Wahai Sa‘ad, sesungguhnya tidak ada satu hubungan
pun antara Allah dengan salah seorangpun (dari hamba-hamba-Nya), kecuali hubungan
ketaatan.‖
Sa‘ad bin Abi Waqqash pun keluar sebagai singa bagi Allah dan Rasul-Nya yang
diutus untuk memimpin kaum muslimin dalam sebuah peperangan yang sangat
menentukan di negeri Qadisiyah. Melalui perantara Sa‘ad, Allah memadamkan ―api‖
(yang menjadi sesembahan) orang-orang Majusi, membersihkan bumi Persia dari najis,
dan mengubah tempat-tempat penyembahan api menjadi masjid-masjid yang dipakai
untuk menyembah kepada Allah Subhanahu wa Ta‘ala. Madain, ibu kota Persia, pun
jatuh ke tangan kaum muslimin, lalu Allah memuliakan pasukan-Nya dengan
memberikan kemenangan kepada mereka. Meskipun pada waktu itu Sa‘ad sedang
merasakan kesakitan pada sebagian anggota tubuhnya, tetapi dia berusaha untuk
menahan rasa sakit itu. Dia tetap memimpin kaum muslimin guna meraih pertolongan
yang telah dijanjikan Allah. Pada saat itu kaum muslimin pun selalu mengulang-ulangi

10
perkataan, ―Cukuplah Allah sebagai (penolong kami). Sesungguhnya Dia adalah
sebaik-baik pelindung.‖
Sa‘ad dan kaum muslimin berjalan menyeberangi sungai Dijlah hingga mereka
dapat sampai di tempat kaum musyrikin. Akhirnya, mereka dapat mengalahkan orang-
orang Persia secara total. Hal itu tidak lepas dari kehebatan pemimpin mereka, sang
pemilik anak panah yang selalu mengenai sasaran dan pemilik lemparan yang tepat.
Adapun doa yang selalu dikabulkan merupakan senjata kedua yang dipergunakan
oleh Sa‘ad dalam berperang melawan musuh-musuh Allah. Pintu-pintu langit selalu
terbuka untuk menyambut setiap doa yang dipanjatkan Sa‘ad. Allah Subhanahu wa
Ta‘ala akan selalu mengabulkan doa dan permintaan Sa‘ad kapan saja dia berdoa dan
meminta kepada-Nya.
Sa‘ad mempunyai beberapa orang anak yang masih kecil, sedangkan dia sendiri
telah tua, sebab ia tergolong terlambat memiliki anak. Ketika Sa‘ad sakit keras hingga
hampir saja dia wafat, dia pun berdoa kepada Allah, ―Ya Allah, sesungguhnya aku
mempunyai beberapa orang anak yang masih kecil-kecil, maka tangguhkanlah
kematianku hingga mereka baligh (dewasa).‖ Allah pun menangguhkan kematian Sa‘ad
dua puluh tahun lagi hingga semua anaknya telah besar (dewasa).
Suatu hari ada seorang laki-laki yang mencaci ‗Ali radhiallahu ‗anhu, Thalhah,
dan Zubair. Melihat itu, Sa‘ad pun melarang orang itu agar tidak melakukan hal
tersebut, namun orang itu tak mau berhenti dari perbuatannya, bahkan dia terus
mengulangi perkataannya itu. Karenanya, Sa‘ad berkata, ―Hentikanlah perbuatanmu !
Jika kamu tidak mau, maka aku akan berdoa untuk kejelekan dirimu!‖
Orang itu berkata dengan nada mengejek, ―Kamu mengatakan hal itu seolah-olah
kamu adalah seorang nabi hingga doamu pun pasti dikabulkan.‖
Sa‘ad radhiallahu ‗anhu pun berdiri, lalu dia berwudhu, dan melakukan shalat dua
rakaat. Setelah itu dia berdoa untuk kejelekan orang tersebut. Tidak berselang lama,
orang laki-laki itu pun menjadi sebuah pelajaran dan bukti yang memperlihatkan
kepada Sa‘ad bahwa Allah Subhanahu wa Ta‘ala telah menerima doanya. Tiba-tiba
keluarlah seekor unta yang kuat yang datang dengan membabi buta, sepertinya ia
sedang mencari seorang laki-laki yang di doakan oleh Sa‘ad teersebut. Ketika melihat
laki-laki tersebut, unta itu langsung menendang orang tersebut dengan menggunakan
kaki-kakinya hingga orang itu pun jatuh ke tanah. Unta itu masih terus menendang dan
menginjak orang tersebut hingga dia mati.
c. Wafatnya Sa’ad bin Abi Waqqash

11
Setelah wafatnya Rasulullah Shallallahu ‗alaihi wasallam, Abu Bakar, ‗Umar,
‗Utsman, dan ‗Ali, tidak banyak kebaikan dunia yang masih tersisa. Sebagian kaum
muslimin saling berseteru dengan sebagian yang lainnya. Adapun Sa‘ad berrusaha
menjauhkan diri dari fitnah (kerusuhan) tersebut. Dia juga tidak turut berperang dalam
kubu ‗Ali ataupun Muawiyah. Akan tetapi, dia lebih memilih untuk tinggal di Madinah
yang berada jauh dari tempat terjadinya kerusuhan tersebut. Dia menjadi wali
(gubernur) disana.
Ketika hari kematiannya datang, dia sempat berkata, ―Aku mempunyai sebuah
jubah yang terbuat dari bulu. Ketika menghadapi pasukan kaum musyrikin pada
peperangan Badar, aku mengenakan jubah tersebut. Sesungguhnya aku ingin bertemu
Allah dengan menggunakan jubah tersebut. Karenanya, kafanilah aku dengan jubah itu
bila aku meninggal.‖
Pada pagi hari di tahun ke-55 Hijriyah, kaum muslimin melayat Sa‘ad. Mereka
memakamkannya di Baqi‘ di samping kuburan para shahabat Nabi shallallahu ‗alaihi
wasallam. Istri-istri Nabi shallallahu ‗alaihi wasallam (Ummahat Almu‘minin) ikut
mendoakannya. Mereka semua menangis tersedu-sedu, karena sang pelempar jitu dan
pemilik doa yang selalu terkabulkan itu telah meninggal dunia.
Semoga Sa‘ad dapat sampai ke surga-surga Allah, serta dapat meraih keridhaan
dan ampunan-Nya. Kini yang tersisa hanyalah sabda Rasulullah shallallahu ‗alaihi
wasallam : ― Lemparkan (anak panah ini), wahai Sa‘ad. Ayah dan Ibuku menjadi
tebusanmu.‖

3. Abu Ubaidah bin al-Jarrah


Abu Ubaidah bin al-Jarrah juga termasuk dalam 10 sahabat Rasulullah SAW yang
dijamin masuk surga. Lelaki ini lahir dengan nama Amir bin Abdullah. Sama seperti Nabi
SAW, ia berasal dari Kota Makkah al-Mukarramah. Saat dewasa, perawakannya tinggi,
agak membungkuk, dan tidak gemuk. Wajahnya cenderung cekung. Janggutnya tipis.
Abu Ubaidah menjadi Muslim hanya selang sehari setelah Islamnya Abu Bakar. Dari
ash-Shiddiq-lah ia pertama kali mendengar tentang ajaran tauhid yang dibawa Nabi SAW.
Bersama dengan Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Mazh‘un, dan al-Arqam bin Abil
Arqam, ia mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapan Rasulullah SAW.
Sejak saat itu, Abu Ubaidah selalu setia mendampingi Nabi SAW dalam menyebarkan
risalah Islam. Tidak sedikitpun rasa ragu dalam dirinya untuk membela Rasulullah SAW,

12
baik pada masa sebelum maupun sesudah hijrah. Ia ikut bersama umat Islam berpindah
dari Makkah ke Madinah, sejalan dengan arahan al-Musthafa.
Berbagai medan jihad diikutinya, termasuk Perang Badar. Dalam banyak momen,
dirinya tampil menjadi tameng bagi Rasulullah SAW.
Sahabat dari golongan Muhajirin ini berkaitan dengan sebab turunnya Alquran surah
al-Mujadilah ayat 22. Waktu itu, Perang Badar terjadi. Abu Ubaidah berjumpa dengan
ayahnya sendiri, yang berada di pihak musuh Islam. ―Sebelum duel berlangsung,‖ tutur
Abdullah bin Syaudzb, ―sang ayah menantang anaknya itu. Dalam duel ini, Abu Ubaidah
berhasil membuat bapaknya terpojok. Lalu, ia pun menghabisinya.‖
Terkait itu, turunlah ayat tersebut. Firman Allah SWT ini antara lain berarti, ―Engkau
(Muhammad) tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari
akhirat saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya,
sekalipun orang-orang itu bapaknya, anaknya, saudaranya atau keluarganya. Mereka itulah
orang-orang yang dalam hatinya telah ditanamkan Allah keimanan dan Allah telah
menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari Dia.‖
Kemuliaan Abu Ubaidah ditandai dengan besarnya kasih sayang Rasul SAW
kepadanya. Nabi SAW pernah memujinya di hadapan banyak orang. Pernah suatu hari,
para utusan kaum Najran menghadap kepada beliau. ―Ya Rasulullah,‖ kata mereka,
―utuslah kepada kami seseorang yang jujur lagi tepercaya (untuk dijadikan sebagai
pemimpin).‖
―Sungguh, aku akan mengutus kepada kalian seseorang yang sangat jujur dan dapat
dipercaya,‖ jawab Rasul SAW.
Mendengar itu, para sahabat bertanya-tanya dalam hati, siapa gerangan sosok yang
dimaksud oleh Rasulullah itu. Ternyata, beliau kemudian mengutus Abu Ubaidah bin al-
Jarrah.
Pujian lainnya terangkum dalam sebuah hadis sahih. ―Sesungguhnya setiap umat itu
ada orang yang kepercayaan. Orang yang paling terpercaya di tengah umatku adalah Abu
Ubaidah bin al-Jarrah,‖ sabda Nabi SAW, seperti diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam
Muslim.
Sesudah Rasulullah SAW wafat, sejumlah sahabat berunding untuk memutuskan,
siapa yang akan memimpin umat. Dalam diskusi itu, nama Abu Ubaidah bin al-Jarrah
sempat tersebut dan hampir disepakati. Namun kemudian, Umar mengusulkan sosok Abu
Bakar ash-Shiddiq, yang kemudian disepakati sebagai khalifah pertama.

13
Pada zaman Khulafaur rasyidin, Abu Ubaidah tampil sebagai seorang panglima yang
tangguh. Ia pernah memimpin pasukan Muslimin dalam melawan balatentara Romawi.

b. TABI’IN
1. Imam Asy-Sya’bi
Namanya adalah Amir bin Syurahil, ia seorang ulama tabi‘in yang terkemuka, beliau
lahir pada pemirintahan Khalifah Umar bin Khaththab yaitu pada tahun 17 H, ia seorang
imam ilmu, penghapal hadits, dan ahli dalam bidang fiqh. Ia meriwayatkan hadits dari Ali
bin Abu Thalib, Abu Hurairah, Ibnu abbas, Aisyah, Ibnu Umar dan lain lainnya. Ia adalah
guru besarnya Abu Hanafi. Ia mengendalikan pengadilan Kufah beberapa lama masanya,
fatwa fatwanya telah berkembang di masa sahabat sendiri , hal ini menunjukan
bahwasanya beliau mempunyai ilmu yang luas dalam bidang hadits dan fiqh.
Para ulama sepakat bahwa asy Sya‘by adalah seorang imam dan seorang yang tsiqah
dan semua ulama memujinya karena keluasan ilmu dan keutamaannya. Ibnu Sirin berkata
kepada Abu Bakar al-Huzaly:,‖ Tetaplah engkau bersama asy Sya‘by, aku melihat bahwa
beliau telah berfatwa di masa sahabat masih banyak jumlahnya‖. Ibnu Abi Laila berkata:,‖
Asy Sya‘by adalah seorang ulama hadits sedangkan Ibrahim Nakha‘iy seorang ahli qiyas‖.
Dan Asy Sya‘by sendiri pernah berkata, ―Kami bukan fuqaha, kami hanya meriwayatkan
hadits.‖.
Di dalam biografi Imam Asy-Sya‘bi ini diterangkan bahwa beliau wafat pada tahun
104 H.

2. ‘Amru bin Dinar


Nama lengkap beliau adalah Al Imam Al Kabir Al Hafizh, Abu Muhammad,
Muhammad Makky Al Atsram, beliau adalah seorang alim yang berilmu luas sekaligus
seorang syaikh yang dihormati di zamannya. Beliau dilahirkan dari rahim salah seorang
istri sahabat Mu‘awiyah pada thun 45/46 H.
Kesehariannya beliau banyak menimba ilmu –terutama hadits—dari para ulama‘ sahabat
kenamaan seperti; Ibnu Abbas, Jabir bin Abdullah, Ibnu Umar, Anas bin Malik, Abdullah
bin Ja‘far, Abu Thufail dan yang lainnya.
Al Hakim menyebutkan di dalam kitabnya: ―Beliau adalah salah seorang tokoh
tabi‘in, tapi itu tidak mungkin karena tokoh tabi‘in itu adalah: Alqomah, Aswad, Qais,
Abu Hazim, Said bin Musayyab, Katsir bin Murah dan lainnya. Tetapi bukan suatu yang

14
mustahil, dengan kesungguhan dan ketekunannya manjadikan beliau (Amru bin Dinar)
disejajarkan dengan para tabi‘in, seperti halnya Tsabit Al Banani, Abu Ishaq dll.‖
Beliau Al Hakim menambahkan, ―Beliau termasuk tokoh tabi‘in dalam hal keutamaan dan
kebesarannya, dan ini sangat mungkin. Beliau adalah pendahulu para hufazh, beliau
memberi fatwa kepada penduduk Makkah selama 30 tahun.‖
Sedangkan para ulama‘ yang belajar darinya tidak kurang dari 23 ulama‘ besar.
Adapun Sufyan bin Uyainah beliau di kemudian hari dikenal sebagai murid yang paling
setia, sehingga tak heran Sufyan bin Uyainah meriwayatkan 950 hadits dari Amru bin
Dinar.
Adapun pujian dari para ulama :
a. Saking banyaknya ulama‘ yang belajar darinya, banyak pula pujian dan komentar untuk
beliau, seperti komentar Ibnu Uyainah: ―Amru bin Dinar adalah Tsiqah (terpercaya),
tsiqah, tsiqah.‖
b. Ada lagi komentar Az Zuhri: ―Tidak seorangpun yang ada di dunia ini yang lebih alim
dari pada Amru bin Dinar.‖
c. Pada suatu kesempatan lain Imam Az Zuhri datang ke rumahnya ketika beliau sakit.
Setelah Imam Az Zuhri berdiri di sampingnya, ia berkata: ―Tidak pernah aku dapatkan
seorang syaikh yang meriwayatkan hadits yang lebih baik dari pada dia (Amru bin
Dinar).
Hal inilah yang membuat rasa ingin tahu dan ingin bertemu mereka-mereka yang
berada di luar Makkah. Seperti riwayat yang disebutkan oleh Ishaq bin Manshur As Saluli,
dari Ibnu Uyainah, berkata Abu Ja‘far: ―Sungguh menambah semangatku untuk
menunaikan ibadah hajji dan harapanku bisa bertemu dengan Amru bin Dinar.‖
Ahmad bin Hambal berkata: ―Adalah syaikh Subhan tidak mendahulukan orang
lain ketimbang Amru bin Dinar dalam hal tsabat, baik itu hakam atau yang lainnya.
Subhan menambahkan: ―Meskipun Amru bin Dnar itu bekas seorang budak
mereka, tatapi Allah memuliakanya dengan ilmu.‖
Diantara hadits yang diriwayatkan oleh Amru bin Dinar adalah hadits dari Jabir :
―Rasulullah bersabda:
‫ال حرب خدعة‬
“Perang itu adalah tipu daya.”
Syu‘bah berkata: ―Aku duduk bermajlis dengan Amru bin Dinar sebanyak 500 kali,
tidaklah aku hafal darinya selain 100 hadits, karena setiap satu hadits dikupas dalam lima
kali pertemuan.‖

15
Di tahun 126 H beliau wafat, meninggalkan dunia yang fana ini dengan meninggalkan
banyak ilmu yang bermanfaat.

c. Ibnu Syihab Az-zuhri


Muhammad bin Muslim bin Ubaidullah bin Abdullah bin Syihab bin Abdullah bin al-
Harith bin Zuhrah[1] adalah salah satu ulama ahli hadits terbesar yang juga termasuk
shighar at-tabi‘in (tabi‘in junior). Ia adalah orang pertama yang membukukan ilmu hadis
atas perintah Khalifah Umar bin Abdul-Aziz.
Ia banyak mengambil ilmu dari para tabi‘in senior seperti kepada Sayyidut Tabi‘in
Said bin al-Musayyib, Ia mengatakan, ―Lututku selalu menempel pada lutut Said bin al-
Musayyib selama delapan tahun.‖, juga kepada Urwah bin az-Zubair, Al-Qasim bin
Muhammad, dan yang lainnya. Sedangkan beberapa muridnya yang ternama seperti: Imam
Malik bin Anas ―Imam Daril Hijrah‖, Al-Laits, Sufyanain, dan lainnya.
Imam az-Zuhri dikenal sebagai seorang yang kaya lagi dermawan dan memiliki
kedudukan yang tinggi di dalam Dinasti Bani Umayyah. Ia dikaruniai kecerdasan dan
kekuatan hafalan.
Berikut pendapat beberapa pendapat Ulama tentang kecerdasan Ibnu Syihab Az-
zuhri:
a. Amr bin Dinar mengatakan, ―Aku tidak pernah melihat seorang pun yang lebih
mengetahui tentang hadis dibandingkan Ibnu Syihab (Az-Zuhri).‖
b. Imam Ahmad berkata, ―Az-Zuhri adalah manusia yang terbaik hadisnya dan terbagus
jalan sanadnya.‖
c. Al-Laits menyatakan, ―Aku tidak melihat seorang alim pun yang lebih luas ilmunya
dibandingkan Imam Az-Zuhri. Tatkala dia berbicara tentang targhib (nasihat dan
anjuran), engkau akan katakan: ‗Tidak ada yang terbaik kecuali dia‘, bila dia berbicara
tentang hari-hari Arab dan penyebutan nasab, engkau akan katakan: ‗Tidak ada
penyebutan nasab, engkau akan katakan: ‗Tidak ada yang terbaik kecuali dia‘, dan bila
dia sedang berbicara tentang Alquran dan hadis, engkau pun akan mengatakan yang
semisal.‖
d. Meskipun Hasan al-Bashri dan Ibnu Sirin adalah termasuk para tabi‘in senior, tetapi
Abu Bakar al-Hudzali mengatakan, ―Aku telah duduk bermajelis kepada Hasan al-
Bashri dan Ibnu Sirin, tetapi aku tidak melihat seorang pun yang semisal dengan Imam
Az-Zuhri.‖

16
e. Imam adz-Dzahabi berkata, ―Di antara yang menunjukkan kekuatan hafalan Imam Az-
Zuhri adalah dia mampu hafal Alquran hanya dalam waktu 8 hari.‖

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Sahabat dan Tabi‘in adalah
generasi berbeda. Seorang sahabat adalah orang yang pernah bertemu Nabi Muhammad dan
meninggal dalam keadaan islam, sedangkan tabi‘in adalah seseorang yang pernah menemui
sahabat Nabi. Para Sahabat dan Tabi‘in adalah tokoh yang harus kita teladani sebab banyak
sekali jasa-jasa mereka yang masih bertahan hingga saat ini. Dalam memperjuangkan Agama,
kita juga harus mencontoh para Sahabat dan Tabi‘in yang rela berkorban nyawa, harta,
keluarga demi memperjuangkan agama Allah. Kegigihan para Sahabat dan Tabi‘in dalam
mempertahankan Islam harus kita lanjutkan dengan terus mempelajari ilmu-ilmu agama yang
terus berkembang dari masa ke masa.

18
Daftar Pustaka

Subroto, Lukman Hadi. 2022. Biografi Utsman bin Affan, Sang Pemilik Dua Cahaya.
https://amp.kompas.com/stori/read/2022/01/07/100000779/biografi-utsman-bin-affan-sang-
pemilik-dua-cahaya
Kisahmuslim.com. (2011, 27 September). Biografi Sa‟ad bin Abi Waqqash (Seri I). Diakses pada 3
Agustus 2023, dari https://kisahmuslim.com/1595-saad-bin-abi-waqqash.html

Republika.id. (2023, 7 Juli). Biografi Abu Ubaidah bin al-Jarrah. Diakses pada 4 Agustus 2023, dari
https://www.republika.id/posts/42872/biografi-abu-ubaidah-bin-al-jarrah

Abid, Muhammad Nasikhul. 2017. Biografi Imam Asy-Sya‟bi Rahimahullah.


https://dosenmuslim.com/tabiin/biografi-imam-asy-syabi-rahimahullah/

El-Arify, Rayhan. 2014. Biografi „Amru Bin Dinar.


http://rayhanalarify.blogspot.com/2014/06/biografi-amru-bin-dinar-126.html?m=1

P2k.stekom.ac.id. (Tanpa Tahun). Ensiklopedi Dunia Ibnu Syihab az-Zuhri.


https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Ibnu_Syihab_az-Zuhri

19

Anda mungkin juga menyukai