Anda di halaman 1dari 15

Mata Kuliah Dosen Pembimbing

Sejarah Peradaban Islam Iky Munica Khasmi, M.Sy

PERIODE KHULAFAUR RASYIDIN (632-661 M)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :


1. AFRI NALDI (11651103444)
2. RIZKI PRASETIA (11651103422)
3. WEGI ZULIANDA (11651103411)

KELAS TIF 6-A

TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
2019
Kata Pengantar
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena penulis telah
menyelesaikan tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam dalam bentuk makalah
sebagai tugas kelompok.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis


hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah
ini tidak lain berkat bantuan do’a dari banyak pihak sehingga kendala-kendala
yang penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada :

Dosen Mata Kuliah yang telah memberikan tugas kepada penulis sehingga
penulis termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran


bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi para pembaca, sehingga tujuan
yang diharapkan dapat tercapai, dan jika terdapat kekurangan dalam penulisan
makalah ini maka penulis memohon maaf sebesar-besarnya dan penulis juga
menerima saran agar kedepan bisa lebih sempurna. Aamiin.

Pekanbaru, 5 April 2019

Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar ........................................................................................................ 2

Daftar Isi.................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4

1.3 Tujuan ....................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 5

2.1 Pembentukan Kekhilafahan dan Sistemnya ............................................. 5

2.1.1 Abu Bakar Ash-Shiddiq (632 -634 M) ............................................. 6

2.1.2 Umar Bin Khattab (634-644 M)........................................................ 6

2.1.3 Utsman Bin Affan (644-656 M)........................................................ 7

2.1.4 Ali Bin Abi Thalib (656-661 M) ....................................................... 9

2.2 Tipe Kepemimpinan Khalifah ................................................................ 10

2.3 Kontribusi Khalifah dalam Peradaban Islam .......................................... 12

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 14

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 14

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 15


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perkembangan Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabat
merupakan zaman keemasan Umat Islam, hal itu bisa terlihat dari bagaimana
kemurnian Islam itu sendiri dengan adanya pelaku dan faktor utamanya yaitu
Rasulullah SAW. Kemudian pada zaman para sahabat, terkhusus pada zaman
Khulafaur Rasyidin, Islam berkembang dengan pesat dimana hampir 2/3 bumi
yang kita huni ini dipegang dan dikendalikan oleh Islam. Hal itu tentunya tidak
terlepas dari para pejuang yang sangat gigih dalam mempertahankan dan juga
dalam menyebarkan Islam sebagai agama Tauhid yang diridhoi. Perkembangan
Islam pada zaman ini merupakan titik tolak perubahan peradaban kearah yang
lebih maju. Maka tidak heran para sejarawan mencatat bahwa Islam pada zaman
Nabi Muhammad SAW dan Khulafaur Rasyidin merupakan Islam yang luar biasa
pengaruhnya. Namun pada zaman sekarang ini seolah kita melupakannya.
Sehingga kita selalu mengulangi kesalahan yang pernah ada dimasa lalu. Padahal
sejarah merupakan suatu rujukan yang sangat penting saat kita akan membangun
masa depan. Oleh sebab itu, perlu kiranya kita mengkaji kembali bagaimana
sejarah Islam yang sebenarnya.

1.2 Rumusan Masalah

1) Bagaimana sejarah pembentukan kekhilafahan pada masa Khulafaur


Rasyidin ?
2) Bagaimana tipe kepemimpinan khalifah di periode Khulafaur Rasyidin ?
3) Bagaimana saja bentuk kontribusi khalifah dalam peradaban Islam ?

1.3 Tujuan

1) Mengetahui sejarah pembentukan kekhilafahan pada masa Khulafaur


Rasyidin.
2) Mengetahui tipe kepemimpinan khalifah pada masa Khulafaur Rasyidin
3) Mengetahui bentuk-bentuk kontribusi khalifah dalam peradaban Islam
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pembentukan Kekhilafahan dan Sistemnya

Secara bahasa, Khulafaur Rasyidin berasal dari kata Khulafa dan Ar-
Rasyidin. Kata Khulafa’ merupakan jamak dari kata Khalifah yang berarti
pengganti. Sedangkan Ar-Rasyidin artinya mendapat petunjuk. Artinya yaitu
orang yang ditunjuk sebagai pengganti, pemimpin atau pemimpin yang selalu
mendapat petunjuk dari Allah SWT.

Rasulullah SAW wafat tanpa meninggalkan wasiat kepada seseorang


untuk meneruskan kepemimpinannya (kekhalifahan). Sekelompok orang
berpendapat bahwa Abu Bakar lebih berhak atas kekhalifahan karena Rasulullah
meridhoinya dalam urusan agama, salah satunya dengan memintanya mengimami
sholat berjamaah selama beliau sakit. Oleh karena itu, mereka menghendaki agar
Abu Bakar memimpin urusan keduniaan, yakni kekhalifahan. Kelompok lain
berpendapat bahwa orang yang paling berhak atas kekhalifahan ialan dari Ahlul
bait Rasulullah SAW yaitu Abdullah bin Abbas atau Ali bin Abi Thalib. Selain
itu, masih ada sekelompok lain yang berpendapat bahwa yang paling berhak atas
kekhalifahan ialah salah seorang dari kaum Quraisy yang termasuk didalam kaum
Muhajirin gelombang pertama. Kelompok lainnya berpendapat, bahwa yang
paling berhak atas kekhalifahan ialah kaum Anshor.1

Masalah suksesi mengakibatkan suasana politik umat islam menjadi sangat


tegang. Padahal semasa hidupnya, Nabi bersusah payah dan berhasil membina
persaudaraan sejati yang kokoh diantara sesama pengikutnya yaitu antara kaum
Muhajirin dan Anshor. Dilambatkannya pemakaman jenazah beliau menunjukkan
betapa gawatnya krisis suksesi pada saat itu. Ada 3 golongan yang bersaing keras
dalam perebutan kepemimpinan ini, yaitu : Anshor, Muhajirin, dan keluarga
Hasyim.

1
Ahmad Amin, Islam Dari Masa ke Masa (Terjemahan dari Yaumul Islam), Bandung: Rosda,
1987, hlm. 80.
2.1.1 Abu Bakar Ash-Shiddiq (632 -634 M)

Abu Bakar, nama lengkapnya adalah Abdullah Ibnu Abi Quhafah At-
Tamimi, di zaman pra Islam bernama Abdul Ka’bah. Setelah masuk Islam, Nabi
mengganti namanya menjadi Abdullah Abu Bakar. Namun orang-orang
memanggilnya Abu Bakar. Dalam bahasa Arab, Bakar berarti dini atau pagi.
Nama ini diberikan karena ia adalah orang yang paling dini memeluk Islam. Gelar
Ash-Shiddiq diperolehnya karena ia dengan segera membenarkan nabi dalam
berbagai peristiwa, terutama Isra’ dan Mi’raj.2

Abu Bakar memangku jabatan khalifah berdasarkan pilihan yang


berlangsung sangat demokratis di Muktamar Tsaqifah Bani Sa'idh, memenuhi tata
cara perundingan yang dikenal dunia modern ini. Kaum anshar menekankan pada
persyaratan jasa, mereka mengajukan calon Sa'ad bin Ubadah. Kaum Muhajirin
menekankan pada persyaratan kesetiaan mereka mengajukan calon Abu Ubaidah
bin Jarrah. Sementara itu dari Ahlul Bait menginginkan agar Ali bin Abi Thalib
menjadi khalifah atas kedudukannya dalam Islam, juga sebagai menantu dan karib
Nabi. Hampir saja perpecahan terjadi bahkan adu fisik, melalui perdebatan dengan
beradu argumentasi, akhirnya Abu Bakar disetujui oleh jamaah kaum muslimin
untuk menduduki jabatan Khalifah.

2.1.2 Umar Bin Khattab (634-644 M)

Umar ibnu Khatab putera dari Nufail al Quraisy dari suku bani Adi, salah
satu kabilah suku Quraisy. Umar dilahirkan di Mekkah empat tahun sebelum
kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Umar masuk Islam setelah tahun kelima kenabian. Keislaman Umar terbukti
membawa kemajuan pesat bagi Islam. Kaum muslimin menjadi berani terang-
terangan melakukan salat dan thawaf. Umar juga tidak takut menantang paman
sendiri, yaitu Abu Jahal seorang yang paling membenci Islam. Ia menemui Abu
Jahal dan terang-terangan mengaku telah memeluk agama Islam. Karena

2
Hassan Ibrahim Hassan, Tarikhul-Islam, As-Siyasi Ad-Dini As-Saqafi Al-Ijtima’i, JIlid I, Kairo:
Maktabah An-Nahdah Al-Misriyah, Cetakan ke-9, 1979, hlm. 205.
ketegasannya itu, Umar mendapat julukan ”Al Faruq” yang artinya pembeda
antara yang baik dan buruk.

Karena sifatnya yang tegas, tak jarang Umar mendebat Rasulullah, seperti
dalam Perjanjian Hudaibiyah. Sebab, ia merasa perjanjian tersebut merugikan
kaum muslimin. Namun di balik badannya yang kekar dan kuat serta wataknya
yang keras dan tegas, Umar menyimpan sifat lembut dan perasa. Hatinya mudah
tersentuh sampai menangis terharu. Tak jarang para sahabat menyaksikan Umar
menangis setelah shalat karena teringat dosa-dosanya pada masa Jahiliyah.

Pada tahun 634 M, ketika pasukan muslim sedang bergerak menaklukan


Syam, Abu Bakar jatuh sakit. Ketika itulah Abu bakar berfikir untuk menunjuk
satu orang penggantinya. Pilihannya jatuh kepada Umar bin Khatab.
Pandangannya yang jauh membuat Abu Bakar yakin bahwa Umar lah pemimpin
yang tepat untuk menggantikannya.

Namun demikian, sebelum menentukan orang yang akan menjadi


penggantinya, Abu Bakar meminta penilaian dari para sahabat besar mengenai
Umar. Ia bertanya kepada Abdurrahman bin Auf, Usman bin Affan, Asid bin
Hudhair al anshari, Said bin Zaid, dan para sahabat lain dari kalangan Muhajirin
dan Anshar. Pada umumnya, para sahabat itu memuji dan menyanjung Umar.

Umar bin Khattab menyebut dirinya “Khalifah khalifati Rasulillah”


(pengganti dari pengganti Rasulullah). Ia juga mendapat gelar Amir Al-Mukminin
(komandan orang-orang beriman) sehubungan dengan penaklukan-penaklukan
yang berlangsung pada masa pemerintahannya.3

2.1.3 Utsman Bin Affan (644-656 M)

Usman bin Affan enam tahun lebih muda dari pada Nabi SAW. Kabilahnya
Bani Umayyah, merupakan kabilah Quraisy yang dihormati karena kekayaannya.
Kekayaan tersebut mereka peroleh dari usaha perdagangan. Keluarga Usman juga
kaya raya. Pada usia remaja, Usman sudah mulai menjalankan usaha dagangnya
ke berbagai negeri.

3
Mun’im Majeed, Tarikh Al-Hadarah Al-Islamiyah, Mesir: Angelo, 1965, hlm. 28.
Usman menerima ajakan Rasulullah memeluk Islam tanpa ragu. Tidak
berapa lama, Usman menikah dengan Ruqayah, putri Rasululah SAW.
Keimanannya tak pernah goyah bahkan ketika ia disiksa oleh salah seorang
pamannya dari Bani Umayyah untuk meninggalkan Islam dan kembali ke
pangkuan agama nenek moyang.

Sejak masuk Islam, Usman tidak bisa dipisahkan dari perjuangan


menegakkan agama Islam. Karena mendapatkan permusuhan yang sengit dari
penduduk Mekkah, Rasulullah SAW menyuruh kaum muslimin hijrah ke Habsyi.
Bersama istrinya, Usman melakukan hijrah ke Habsyi.

Kedudukan Usman begitu mulia di sisi Nabi SAW sehingga membuatnya


sangat dihormati oleh kaum muslimin. Pada masa Abu Bakar dan Umar, pendapat
Usman senantiasa didengarkan dan diperhatikan.

Pada hari rabu waktu Subuh, 4 Dzulhijjah 23 H, khalifah Umar yang


hendak mengimami shalat di masjid mengalami nasib naas. Ditikam oleh seorang
budak dari Persia milik Mughirah bin Syu’bah yang bernama Abu Lu’lu’ah
Fairuz. Setelah penikaman, Umar masih bertahan selama beberapa hari. Dalam
keadaan sakit, ia membentuk sebuah dewan yang beranggotakan enam orang
yaitu antara lain Abdurrahman bin Auf , Zubair bin Awwan, Saad bin Abi
Waqash, Thalhah bin Ubaidillah, Ali bin Abu Thalib dan Usman bin Affan.
Dewan inilah yang dikenal dengan sebutan Dewan Syura. Keenam anggota
Dewan Syura adalah para sahabat Nabi paling terkemuka yang masih hidup
hingga saat itu. Mereka semua harus bersidang untuk menentukan siapa di antara
mereka yang menggantikan kedudukan Umar sebagai khalifah.

Sepeninggalan Umar bin Khatab, Dewan Syura mulai bersidang untuk me-
nentukan pengganti Umar. Abdurrahman bin auf ditunjuk sebagai ketua sidang.
Sidang berjalan keras sehingga selama tiga hari lamanya. Pada hari terakhir, Ab-
durrahman bin Auf, Zubair bin Awwan, Saad bin Abi Waqash dan Thalhah bin
Ubaidillah mengundurkan diri dari pencalonan. Maka calon khalifah yang tersisa
hanyalah Ali bin Abu Thalib dan Usman bin Affan sebagai khalifah. Ketika
dibaiat, usia Usman bin Affan hampir 70 tahun. Ia terpilih mengalahkan Ali bin
Abu Thalib sebagian karena pertimbangan usia.

2.1.4 Ali Bin Abi Thalib (656-661 M)

Ali bin Abi Thalib lahir pada hari Jum’at tanggal 13 Rajab di Kota Mekkah
sekitar tahun 600 M. Ia lahir dari pasangan Abu Thalib bin Abdull Muthalib dan
Fatimah binti Asad. Abu Thalib adalah kakak Abdullah ayah Nabi Muhammad.
Jadi Ali dan Muhammad SAW adalah saudara sepupu. Sejak kecil Ali hidup
serumah dengan Muhammad SAW, dan diasuh oleh Nabi. Nabi tentu saja ingat
bahwa dia pernah diasuh oleh pamannya, Abu Thalib. Ketika dalam asuhan
sepupunya inilah, Ali mendapat cahaya kebenaran yakni Islam. Tanpa ragu sedikit
pun ia memutuskan untuk menyatakan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Keputusan ini dilakukan ketika Ali masih kecil, ketika umurnya baru 10 tahun.
Secara keseluruhan, ia adalah orang ketiga yang memeluk Islam dan yang pertama
dari golongan anak-anak.

Di bawah asuhan Rasulullah SAW, Ali tumbuh berkembang. Segala


kebaikan perilaku diajarkan oleh Nabi kepada sepupunya. Ali tumbuh menjadi
pemuda cerdas, pemberani, tegas, juga lembut hati dan sangat pemurah.
Kecerdasannya sangat menonjol. Ia merupakan sahabat Nabi yang paling faham
tentang Al-Qur’an dan Sunnah, karena merupakan salah satu sahabat terdekat
Nabi, Ia menerima langsung pengajaran Al-Qur’an dan Sunnah dari Rasulullah
SAW.

Dari Madinah, bersama Nabi dan kaum muslimin lainnya berjuang bersama
sama. Ali hampir tidak pernah absen di dalam mengikuti peperangan bersama
rasulullah SAW, seperti perang Badar, Uhud, Khandak, Khaibar dan pembebasan
kota Mekkah.

Sepeninggal Nabi SAW, Ali menjadi tempat para sahabat meminta


pendapat. Begitu terhormat posisi Ali di mata umat Islam. Bahkan Abu Bakar,
Umar dan Usman ketika menjabat sebagai khalifah tidak pernah mengabaikan
nasehat-nasehat Ali.
Pada saat kaum pemberontak mengepung rumah Khalifah Usman, Ali
mengutus dua putra lelakinya yang bernama Hasan dan Husain untuk ikut
melindungi Khalifah Usman. Namun hal itu tak mampu mencegah bencana yang
menimpa Khalifah Usman dan juga kaum muslimin. Khalifah Usman terbunuh
secara keji pada tanggal 17 Juni 656 M.

Beberapa sahabat terkemuka seperti Zubair bin Awwam dan Thalhah bin
Ubaidillah, ingin membaiat Ali sebagai khalifah. Mereka memandang bahwa
dialah yang pantas dan berhak menjadi seorang khalifah. Namun Ali belum
mengambil tindakan apa pun. Keadaan begitu kacau dan mengkhawatirkan
sehingga Ali pun ragu-ragu untuk membuat suatu keputusan dan tindakan. Setelah
terus menerus didesak, Ali akhirnya bersedia dibaiat menjadi khalifah pada
tanggal 24 Juni 656 M, bertempat di Masjid Nabawi. Hal ini menyebabkan
semakin banyak dukungan yang mengalir, sehingga semakin mantap saja ia
mengemban jabatan khalifah. Namun sayangnya, ternyata tidak seluruh kaum
muslimin membaiat Ali bin Abu Thalib sebagai khalifah. Selama masa
kepemimpinannya, khalifah Ali sibuk mengurusi mereka yang tidak mau
membaiat dirinya tersebut. Sama seperti pendahulunya yaitu Rasulullah, Abu
Bakar dan Umar, Usman, khalifah Ali juga hidup sederhana dan zuhud. Ia tidak
senang dengan kemewahan hidup. Ia bahkan menentang mereka yang hidup
bermewah-mewahan.

2.2 Tipe Kepemimpinan Khalifah

1. Memerangi Kaum Riddah

Abu Bakar dihadapkan pada keadaan masyarakat sepeninggalnya


Muhammad SAW. Ia menghadapi kesulitan-kesulitan yang memuncak. Dengan
ketegasan Abu Bakar ini disambut dan didukung oleh hampir seluruh kaum
muslimin untuk memerangi mereka yang melakukan riddah, yaitu gerakan
pengingkaran terhadap Islam.

2. Pengelolaan Kas Negara


Pada Masa Abu Bakar kekuasaan bersifat sentral (eksekutif, legislatif,
yudikatif, terpusat pada pimpinan tertinggi ). Pada masa Umar lembaga yudikatif
dipisahkan dengan didirikannya lembaga pengadilan, bahkan di daerah-daerah).
Masa pemerintahan Umar mulai diatur dan ditertibkan tentang pembayaran gaji
dan pajak tanah. Untuk mengelola keuangan negara didirikan Baitul Mal. Mulai
saat ini pemerintahan Umar sudah menempa mata uang sendiri. Selain itu, Umar
juga membentuk kesatuan tentara untuk melindungi daerah tapal batas,
mengangkat para hakim dan menyelenggarakan ”hisbah”. Seluruh kebijakan yang
dilaksanakan, pada hakekatnya merupakan upaya mengkonsoldasikan bangsa arab
dan melebur suku-suku arab kedalam satu suku bangsa.

Pemerintahan Usman mengalami masa kemakmuran dan berhasil dalam


beberapa tahun pertama permerintahanya. Ia melanjutkan kebijakan-kebijakan
khalifah Umar. Pada separuh terakhir masa pemerintahannya, muncul kekecewaan
dan ketidakpuasan di kalangan mayarakat karena ia mulai mengambil kebijakan
yang berbeda dari sebelumnya. Usman mengangkat keluarganya (Bani Umayah)
pada kedudukan yang tinggi.4

Sebagai khalifah keempat, Ali bin Abi Thalib meneruskan cita-cita Abu
Bakar dan Umar. Ia mengikuti dengan tepat prinsip-prinsip Baitul Mal dan
memutuskan untuk mengembalikan semua tanah yang diambil alih oleh Bani
Umayah ke dalam perbendaharaan negara. Demikian hibah atau pemberian
Usman kepada siapapun yang tiada beralasan, diambil kembali. Ali kemudian
bertekad unruk mengganti semua gubernur yang tidak disenangi rakyat, tetapi
Mua’wiyah, gubenur Syria, menolaknya. Oleh karenanya khalifah Ali harus
menghadapi kesulitan dengan Bani Ummayah.

3. Penataan Birokrasi Pemerintahan

Pengembangan sistem birokrasi pemerintahan ini berdasarkan pada


pemikiran para khalifah, khususnya Umar bin Khatab yang berhasil memadukan
sistem yang ada di daerah perluasan dengan kebutuhan masyarakat yang sudah
mulai berkembang pada saat itu.
4
Dr. Ali Mufrodi, Islam Di Kawasan Kebudayaan Arab, Jakarta: Logos, 1997, hlm. 61
4. Perluasan dan Pengelolaan Wilayah

Satu keterkaitan antara perluasan dan pengelolaan wilayah dengan masuk


Islamnya penduduk di wilayah-wilayah tersebut adalah sikap toleransi dari kaum
muslimin dan mereka mendapatkan perlakuan yang baik. Mereka hidup lebih
aman dan damai di bawah perlindungan pemerintahan Islam, sehingga mereka
masuk Islam dengan kemauan sendiri tanpa adanya paksaan dari kaum muslimin.

5. Sistem Nepotisme

Pergantian Umar dan Usman dapat diartikan pergantian keradilan dan


kekerasan dengan kelonggaran, kelemahan, dan sikap ragu-ragu. Akibatnya
banyak kaum muslimin yang meninggalkan Usman, yang berarti hilangnya
kawan-kawan dan oarang-orang tempat ia menumpahkan kepercayaan, kecuali
kerabatnya. Oleh sebab itu banyak pejabat dipecat dan digantikan oleh sanak
kerabatnya. Pada masa itulah oleh lawan-lawan politiknya ia dituduh melakukan
nepotisme (sistem family).

2.3 Kontribusi Khalifah dalam Peradaban Islam

1. Pembukuan Al-Qur’an

Setelah Rasulullah SAW wafat dan Abu Bakar menjadi khalifah, terjadi
perang Yammah yang merenggut korban kurang lebih 70 orang sahabat penghafal
Al-Qur’an. Banyaknya sahabat yang gugur dalam peristiwa tersebut, timbul
kekhawatiran di kalangan para sahabat khususnya Umar bin Khathab, bahwa hal
ini akan menyebabkan hilangnya Al-Qur’an. Awalnya Abu Bakar keberatan
karena hal itu tidak dilakukan oleh Rasul. Umar menyarankan kepada Abu Bakar
agar menghimpun surat-surat dan ayat-ayat yang masih berserakan kedalam satu
mushaf. Akhirnya Abu Bakar menyetujuinya. Menurut Jalaluddin As-Suyuti
bahwa pengumpulan Alquran ini termasuk salah satu jasa besar dari Khalifah Abu
Bakar.5 Ketika Umar menjadi khalifah, mushaf itu berada dalam pengawasannya.
Sepeninggal Umar, mushaf tersebut disimpan di rumah Hafsah binti Umar, istri
Rasulullah SAW.

5
Jalaluddin As-Suyuti, Tarikh al-Khulafa, Beirut: Darul Fikr, 1979, hlm. 67 dan 72.
Dimasa Usman bin Affan, timbul perbedaan cara membaca Al-Qur’an
dikalangan umat islam. Untuk itu Usman membentuk suatu panitia yang di ketuai
oleh Zaid bin Tsabit. Sedangkan yang mengumpulkan tulisan-tulisan Al-Qur’an
antara lain adalah dari Hafsah, salah seorang istri Nabi SAW. Zaid membuat
salinan naskah Al-Quran sejumlah 6 buah. Setelah selesai mushaf dikembalikan
kepada Hafsah. Khalifah menyuruh agar salinan tersebut di kirim ke beberapa
wilayah Islam sebagai pedoman yang benar untuk masa selanjutnya.6

2. Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Pada masa permulaaan Islam, para sahabat yang utama baik dalam
kedudukannya sebagai pejabat maupun dengan sukarela, berangkat ketempat-
tempat pemukiman baru dan kota-kota lainya untuk mengajarkan agama Islam
kepada penduduk setempat. Di tempat-tempat baru itu mereka berhadapan dengan
berbagai masalah. Pemecahan masalah-masalah tersebut merupakan cikal bakal
bagi lahirnya ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang agama.

3. Perkembangan Arsitektur

Arsitektur dalam Islam di mulai tumbuhnya dari masjid. Salah satunya


masjid yang dibangun dan diperbaiki pada masa khulafaur rasyidin yaitu:

Masjid al-Haram, khalifah Umar mulai memperluas masjid yang pada masa
Rasulullah SAW masih amat sederhana, dengan membeli tembok rumah-rumah di
sekitarnya. Pada masa Usman (26 H). Masjid al-Haram di perluas.

Masjid Madinah (Nabawi), Khalifah Umar mulai memperluas masjid ini (17
H) bagian selatan ditamabah 5 meter dibuat mihrab, bagian barat di tamabah 5
meter dan bagian utara ditambah 15 meter, pintu masuk menjadi 3 buah. Masa
khalifah Usman, diperluas lagi dan diperindah. dindingnya diganti dengan batu,
bidang-bidang dinding dihiasi dengan berbagai ukiran. Tiang-tiangnya dibuat dari
beton bertulang dan ditatah dengan ukiran, plafonnya dari kayu pilihan. Unsur
estetisnya mulai diperhatikan.

6
W. Montgomery, Pengantar Studi Alquran, Jakarta: Rajawali, 1991, hlm. 64
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pada pemerintahan masa khulafaur rasyidin kekuasaan Abu Bakar bersifat


sentral. Sedangkan khalifah Umar menduduki sistem pemerintahan yang
menonjol. Ia juga dijuluki Peletak Dasar / Pembangunan Negara Modern.
Pemerintahan Usman mengalami masa kemakmuran dan berhasil dalam beberapa
tahun pertama permerintahanya. Ia melanjutkan kebijakan-kebijakan khalifah
Umar. Pada separuh terakhir masa pemerintahannya, muncul kekecewaan dan
ketidakpuasan di kalangan mayarakat karena ia mulai mengambil kebijakan yang
berbeda dari sebelumnya. Usman mengangkat keluarganya (Bani Umayah) pada
kedudukan yang tinggi.

Pada masa pemerintahan Ali, ia bercita-cita mengembalikan sistem


pemerintahan yang sudah dilakukan oleh Usman untuk dirubah seperti masa
pemerintahan Umar.
Daftar Pustaka
Ahmad Amin. 1987. Islam Dari Masa ke Masa, (Terjemahan dari Yaumul Islam).
Bandung: Rosda.
Ali Mufrodi. 1997. Islam Di Kawasan Kebudayaan Arab. Jakarta: Logos.
Montgomery Watt. 1991. Pengantar Studi Alquran. Jakarta: Rajawali.
Samsul Munir Amin. 2016. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.

Anda mungkin juga menyukai