Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH METODEOLOGI ISLAM

BEBERAPA MODEL PENELITIAN AGAMA ISLAM ( TAFSIR, HADIS, FIQIH,


TASAWUF DAN ILMU KALAM)

OLEH

Kelompok 9 SPI III B :

SHELA CITRA PURWANINGSIH HRP

NABILA DWISUDA

DOSEN : DR. MUHAMMAD RAZALI, MA

SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2017
MODEL PENELITIAN AGAMA ISLAM I (TAFSIR, HADIS, FIQH, TASAWUF,
ILMU KALAM)

A. PENDAHULUAN
Penelitian agama telah dilakukan beberapa abad yang lalu namun hasil penelitiannya
masih dalam bentuk aktual atau perbuatan saja dan belum dijadikan sebagi sebuah ilmu.
Setelah bertambahnya gejala-gejala agama yang berbentuk sosial dan budaya, ternyata
penelitian dapat dijadikan sebagai ilmu yang khusus dalam rangka untuk menyelidiki
gejala-gejala agama tersebut. Perkembangan penelitian agama pada saat ini sangatlah
pesat karena tuntutan-tuntutan kehidupan sosial yang selalu mengalami perubahan.
Kajian-kajian agama memerlukan relevansi dari kehidupan sosial berlangsung.
Permasalahan-permasalahan seperti inilah yang mendasari perkembangan penelitian-
penelitian agama guna mencari relevansi kehidupan sosial dan agama.
Secara garis besar, pembahasan penelitian agama dan model-modelnya dibagi
menjadi dua, yakni penelitian agama dan model-model penelitian agama. Penelitian
agama diisi dengan penjelasan mengenai kedudukan penelitian agama dalam kompleks
penelitian pada umumnya. Penjabaran mengenai penelitian agama (research on
religious), penelitian keagamaan (religious research) dan konstruksi teori penelitian
keagamaan. Model-model penelitian agama seperti; model penelitian tafsir, model
penelitian hadits, model penelitian tasawuf dan model penelitian ilmu kalam yang
diteliti oleh para peneliti bidang tersebut dengan pendekatan-pendekatan serta metode-
metode yang digunakan dalam penelitiannya.

B. BEBERAPA MODEL PENELITIAN AGAMA ISLAM


1. Model Penelitian Tafsir
Model penelitian tafsir adalah ragam penelitian yang dilakukan secara ilmiah,
sistematis, serta seksama terhadap penafsiran al-quran yang pernah dilakukan oleh
orang-orang terdahulu hingga sekarang untuk mengetahui atau memahami secara pasti
tentang hal-hal yang masih dalam konteks pembahasan yang terdapat di dalam Al-
Quran dengan menggunakan pendekatan-pendekatan serta metode-metode dalam
menafsirkan ayat-ayat Al-Quran.1

1
Saipul Annur, Metodologi Penelitian Pendidikan (Palembang: IAIN Raden Fatah Press, cet. Ke 2, 2008)
h. 22
Metode-metode menafsirkan Al-Qur’an diantaranya; metode ijmaly; membahas
secara universal ayat-ayat dalam nash al-Quran atau dalam arti lain seorang mufassir
hanya menjelaskan makna kandungan ayat secara garis besarnya saja 2, metode muqarin;
penafsiran ayat-ayat al-Quran lebih cenderung dibandingkan dengan penafsiran ayat-
ayat al-Quran diantara para mufassir misalnya Quraish Shihab yang pernah meneliti
tafsir dari Muhammad Abduh, metode mawadhu’i; menafsirkan ayat-ayat Al-Quran
dengan menghimpun makna ayat yang sama atau dengan topik yang sama dan disusun
berdasarkan kronologi asbabun nuzul ayat tersebut, metode tahlily dapat mencakup
semua aspek dalam kandungan ayat-ayat al-Quran tetapi penafsirannya lebih cenderung
secara konseptual tidak langsung kepada permasalahan yang dihadapi. Seperti model
penelitian tafsir Quraish Shihab, Asy-Syarbashi, Muhammad Al-Ghazali.
Dalam ilmu tafsir, berkembang dua metode penafsiran terkenal, pertama Tafsir Bi
Al-Ma’tsur, metode menafsirkan al-Quran dengan dalil al-Quran itu sendiri, hadits
Nabi, dan pendapat sahabat dengan perkataan para tabi’in yang menjelaskan maksud
Allah SWT dari nash-nash Al-Quran. Tokoh ahli tafsir yang menggunakan metode ini
adalah Ibnu Jarir Ath-Thabary (Jami’ Al Bayan fi Tafsir Al-quran). Dan kedua Tafsir Bi
Al-Ra’yi, penafsiran ayat-ayat Al quran berdasarkan ijtihad para mufasirnya dan
menjadikan akal sebagai pendekatan ulama. Tokoh yang menggunakan metode ini
adalah Abu bakar Asham dan Abu Muslim Muhammad bin Nashr Isfahany.3
2. Model-Model Penelitian Hadis
Seperti halnya Al Quran, Al hadis pun telah banyak diteliti oleh para ahli, bahkan
penelitian terhadap Hadis lebih banyak dari Al-Qur’an. Hal ini dilihat dari segi
datangnya Al-Quran dan Al-Hadis berbeda. Al hadis dari segi datangnya (al wurud),
tidak seluruhnya diyakini berasal dari Nabi melainkan ada yang berasal dari selain Nabi.
Hal ini disebabkan sifat dari lafal-lafal hadis yang tidak bersifat mukjizat, juga
disebabkan perhatian terhadap penulisan hadis pada zaman Rosulullah agak kurang
bahkan beliau pernah melarangnya; dan juga karena sebab-sebab yang bersifat politis
dan lainnya. Keadaan inilah yang menyebabkan para ulama seperti Imam Bukhori dan
Muslim yang mencurahkan segenap tenaga, pikiran, dan waktunya bertahun-tahun
untuk meneliti hadits, dan hasil penelitiannya itu dibukukan dalam kitabnya Shahih
Buhari dan Sahih Muslim. Mereka adalah para peneliti awal terhadap Hadis yang

Abudin Nata, Metodologi Studi Islam(Jakarta: Rajawali Press, 2008) h. 220.


2

Fitri oviyanti, Metodologi Studi Islam ( Palembang: Noer Fikri Offset, cet. Ke 3, 2014), h. 84-85
3
kemudian diikuti oleh Quraish Shihab, Musthafa Al-Siba’iy, dan Muhammad Al
Ghazali.4
3. Model-Model Penelitian Tasawuf
Tasawuf merupakan salah satu bidang studi islam yang memusatkan perhatian pada
pembersihan aspek rohani manusia, yang selanjutnya dapat menimbulkan akhlak mulia.
Ia mencakup berbagai jawaban atas berbagai kebutuhan manusia yang bersifat lahiriyah
muapun bathiniyah (esoterik). Melalui cara-cara atau ramalan-ramalan dalam dunia
kesufian, manusia diharapkan dapat tampil sebagai seorang yang berkepribadian jujur
dan benar dalam segala hal, hal ini juga berbeda dengan aspek fikih khususnya pada bab
thaharoh yang memusatkan perhatian pada pembersihan aspek jasmani dan lahiriya
yang selanjutnya disebut dengan dimensi ekstrorika.
Tasawuf mulai mendapatkan perhatian dan dituntut peranannya untuk terlibat secara
aktif dalam mengatasi masalah-masalah keduniawian. Hal ini terlihat bahwa tuntutan
zaman yang semakin membara membuat sebagian masyarakat cenderung mengarah
kepada akadensi moral dan keterpurukan akhlak. Manusia cenderung melakukan
sesuatu atas dasar kebebasan. Sehingga ia semene-mena dan acuh tak acuh terhadap
akibat yang ditimbulkan oleh perbuatannya.
Tasawuf memiliki potensi dan otoritas yang tinggi dalam menangani masalah ini.
Tasawuf secara intensif memberikan pendekatan-pendekatan agar manusia selalu
merasakan kehadiran Tuhan dalam kesehariannya. Kehadirannya berupaya untuk
mengatasi krisis akhlak yang terjadi di masyarakat islam di masa lalu (klasik) tahun
650-1250 M. Masa dimana kehidupan manusia bersifat foya-foya dan suka
menghamburkan harta. Dan sungguh masa kinipun sudah terlihat dan memperlihatkan
pengaruhnya terhadap perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Islam sebagai agama yang bersifat universal dan mencakup berbagai jawaban atas
kebutuhan manusia, selain menghadapi sifat lahirnia juga menghendaki kebersihan
bathiniya lantaran penelitian yang sesungguhnya dalam islam diberikan aspek bathinia.
Tasawuf adalah cabang dari ilmu agama yang dalam konteksnya apabila kita ingin
memahami model penelitian tasawuf, kita juga harus memahami aspek agama terlebih
dahulu sehingga akhirnya muncul beberapa konsep ilmu itu sendiri.5 Model-
model  penelitian  tasawuf model Sayyed Husein Nasr (Tasawuf Dulu dan Sekarang

Nata, h. 237-238
4

Simuh, Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998) h. 4


5
yang diterjemahkan Abdul Hadi WM dan diterbitkan oleh Pustaka Firdaus di Jakarta
tahun 1985), Mutafa Zahri (Kunci Memahami Ilmu Tasawuf), Kautsar Azhari Noor
(Wahdat Al-Wujud), Harun Nasution (Filsafat dan Mistisisme dalam Islam), A. J.
Arberry (Pasang Surut Aliran Tasawuf).

4. Model-Model Penelitian Ilmu Kalam


MenurutIbnu Khaldun ilmu kalam berisi alasan-alasan yang mempertahankan
kepercayaan-kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi
bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan-kepercayaan
golongan salaf atau ahli sunah.6 Penelitian ilmu kalam dibagi menjadi dua bagian,
pertama; penelitian pemula: Ada beberapa karya hasil penelitian pemula diantaranya;
Abu Mansur Muhammad Bin Muhammad Bin Mahmud Al Maturidi (Kitab At-Tauhid),
Al-Imam Abi Al-Hasan Bin Isma'il Al-Asy'ari (Maqalat Al-Islamiyyin Wa Ikhtilaf Al-
Mushallin), Abdul Al-Jabbar Bin Ahmad (Sarah Al-Ushul Al-Khamsyah), Thohariyah
(Syarah Al- Aqidah At- Thahawiyah), Al-Imam Al-Harmain Al-Juwaini (Al-Syamil Fi
Ushul Al-Din), dan sebagainya. Kedua; penelitian lanjutan atau pengembangan dari
penelitian pemula: Abu Zahra (Tarikh Al-Mazahib Al-Islamiyah Fi Al-Siyasyah Wa Al-
Aqo'id), Ali Mustofa Alghurabi (Tarikh Al-Firakh Al-Islamiyah Wa Nasyatu Ilmu Al-
Kalam Ind Al-Muslimin), Abdul Al-Latif Muhammad Al-Asyr (Al-Fikriyah Li Madzhab
Ahl Al-Sunnah), Ahmad Mahmud Subdi (Fi Ilmi Kalam), Harun Nasution (Fi Ilm Al-
Kalam; Teologi Islam).7

5. Model-model Penelitian Fiqih


Ada tiga model penelitian fikih yaitu Model Harun Nasution, Model Noel J.
Coulson, dan Model Mohammad Atho Mudzhar. Harun nasution membagi
perkembangan hukum Islam ke dalam 4 periode, yaitu periode nabi, periode sahabat,
periode ijtihad serta kemajuan dan periode taklid serta kemunduran. Model Noel J.
Coulson, Hasil penelitianya di tuangkan dalam 3 bagian, - Menjelaskan tentang
terbentuknya hukum syari’at, yang di dalamnya di bahas tentanglegalisasi al-Qur’an,
praktek hukum di abad pertama Islam, akar yurisprudensi sebagai mazhab pertama,

A. Hanafi, Theology Islam; Ilmu Kalam (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), cet. III, H. 10.
6

Nata, h. 25
7
imam al-Syafi’i. - Berbicara tentang dan praktek hukum Islam di abad pertengahan. Di
dalamnya membahas tentang teori hukum klasik, antara kesatuan dan keragaman,
dampak aliran dalam sistem hukum, pemerintahan dan hukum syari’at, masyarakat
Islam dalam hukum syari’at. Berbicara tentang hukum Islam di masa modern yang di
dalamnya di bahas tentang penyerapan hukum eropa, hukum syari’at kontemporer,
taklid dan pembaharuan hukum serta neo ijtihad. Model Mohammad Atho Mudzhar,
Hasil penelitian tersebut di tuangkan dalam 4 Bab. -Mengemukakan tentang latar
belakang dan karakteristik Islam di indonesia serta pengaruhnya terhadap corak hukum
Islam. -Dalam bab ini mengemukakan tentang Majelis Ulama Indonesia dari segi latar
belakang didirikanya, sosiol politik yang mengitarinya, hubungan Majelis Ulama
dengan pemerintahan dan organisasi Islam serta organisasi non Islam lainnya dan
berbagai fatwa yang di keluarkannya. -Penelitian di sertai dengan mengemukakan isi
produk fatwa yang di keluarkan oleh MUI seta metode yang di gunakanya. Fatwa
tersebut antara lain meliputi bidang ibadah ritual, masalah keluarga dan perkawinan,
kebudayaan, masalah kedokteran, keluarga berencana, dan aliran minoritas dalam Islam.
-Berisi kesimpulan yang di hasilkan dari studi tersebut. Dalam kesimpulan tersebut
dinyatakan bahwa fatwa MUI dalam kenyataanya tidak selalu konsisten mengikuti pola
metodologi dalam penetapan fatwa sebagaimana di jumpai dalam ilmu fikih.8

Harun Nasution, Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid II (Jakarta: Universitas Indonesia, 1979) hlm 8
8
C. KESIMPULAN

Model penelitian agama Islam dalam lingkup tafsir, hadis, tasawuf, dan ilmu kalam
memiliki definisi suatu acuan untuk menyelidiki keempat bidang ilmu tersebut. Dalam
model penelitian tafsir penelitian dilakukan secara ilmiah, sistematis, serta seksama
terhadap penafsiran Al-Quran yang pernah dilakukan oleh orang-orang terdahulu hingga
sekarang untuk mengetahui atau memahami secara pasti tentang hal-hal yang masih
dalam konteks pembahasan yang terdapat di dalam Al-Quran dengan menggunakan
metode-metode penelitian terhadap Al-Qur’an, seperti; metode ijmaly, metode muqarin,
metode mawadhu’i.
Model penelitian hadis adalah ragam atau macam penelitian yang dilakukan oleh
para peneliti terdahulu sampai sekarang untuk meneliti kebenaran suatu hadis. Para ahli
mempunyai model-model penelitian tasawuf yang berbeda seperti : Sayyed Husein
Nasr, Mustafa Zahri, Kautsar Azhari Noor, Hanun Nasution, A.J Arberry.
Model penelitian ilmu kalam dibagi menjadi dua, yaitu: Penelitian pemula yaitu
penelitian yang bersifat dasar. Penelitian lanjutan yaitu pengembangan dari penelitian
lanjutan. Dari berbagai penelitian yang sifatnya lanjutan tersebut, dapat diketahui model
penelitian yang dilakukan dengan menggunakan ciri-ciri sebagai berikut: Pertama :
Penelitian tersebut termasuk penelitian kepustakaan, Kedua : Bercorak deskriptif,
Ketiga : Menggunakan pendekatan histories, Keempat : Menggunakan analisis doktrin
juga analisis perbandingan. Model penelitian fikih yaitu Model Harun Nasution, Model
Noel J. Coulson, dan Model Mohammad Atho Mudzhar
DAFTAR PUSTAKA

Annur,Saipul. Metodologi Penelitian Pendidikan. Palembang: IAIN Raden Fatah Press,


cet. Ke 2, 2008.
Hanafi, A. Theology Islam; Ilmu Kalam. Jakarta: Bulan Bintang, cet. III, 1979.
Nasution,Harun. Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya. Jilid II. Jakarta: Universitas
Indonesia, 1979.
Nata, Abuddin. Metodelogi Studi Islam. Jakarta: Rajawali press, 1998
Oviyanti, Fitri. Metodolgi Studi Islam. Palembang: Noer Fikri Offset, cet. Ke 3, 2014.
Simuh, Akhlak Tasawuf . Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998.

Anda mungkin juga menyukai