Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan
dalam menyelesaikan makalah tepat waktu.Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya,
penulis tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik.Tidak lupa
shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang syafa’atnya
kita nantikan kelak.

Penulis mengucapkan syukur kepada ALLAH SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya,sehingga makalah ”Pentingnya Tawassul dan Memahami Tawassul
Secara Umum” dapat diselesaikan.Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
mata kuliah Studi Agama Islam.Penulis berharap makalah tentang pentingnya
mempelajari Tawassul dapat menjadi referensi bagi pembaca agar dapat lebih
memahami apa itu Tawassul.

Penulis menyadari makalah ini masih perlu banyak penyempurnaan karena


kesalahan dan kekurangan.Penulis terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar
makalh ini dapat lebih baik.Apabila ada kesalahan terkait makalah ini,penulis
memohon maaf .Demikian yang dapat penulis sampaikan.Akhir kata,semoga
makalah ini dapat bermanfat.

Hormat Kami,

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i


................................................................................................................................................
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1


A. LATAR BELAKANG ............................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................ 1
C. TUJUAN ................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2


A. PENGERTIAN TAWASSUL ............................................................................... 2-5
B. SEJARAH TAWASSUL ....................................................................................... 5-6
C. PEMBAGIAN TAWASSUL ................................................................................. 6-8
D. CONTOH TAWASSUL ........................................................................................ 8-9

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 10


A. KESIMPULAN ...................................................................................................... 10
B. SARAN .................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 11


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tawassul merupakan salah satu bidang studi agama Islam yang cukup
banyak menarik perhatian masyarakat.Karena banyak manfaat yang diperoleh dari
mempelajari Tawassul tersebut.Dengan demikian hal tersebut akan menyadarkan
umat Islam untuk memperbaiki keadaan dirinya dan tampil untuk berjuang
mencapai kemajuan.
Disadari atau tidak bahwa selama ini informasi mengenai Tawassul sangat
minim terdengar oleh masyarakat awam.Ada sebagian orang yang mentakwil
hadits-hadits tentang Tawassul dengan berdasarkan akal pemikiran dan hawa
nafsu belaka. Sehingga munculah berbagai bentuk Tawassul yang sama sekali
tidak ada tuntunannya dalam syari’at Islam bahkan merupakan kesyirikan yang
besar.Hal ini terjadi karena kurangnya informasi mengenai Tawassul tersebut.
Menyadari persoalan diatas,maka diberbagai lembaga pendidikan Islam
yang ada hingga sekarang,bidang studi agama Islam dipelajari.Untuk itu pada
bagian ini,kami akan mencoba membahas mengenai pengertian Tawassul.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pengertian dari Tawassul?


2. Bagaimana sejarah dari Tawassul?
3. Jelaskan apa saja pembagian dari Tawassul?
4. Jelaskan apa saja contoh dari Tawassul?

C. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami pengertian dari Tawassul.
2. Mengetahui dan memahami sejarah Tawassul.
3. Mengetahui dan memahami pembagian Tawassul.
4. Mengetahui dan memahami contoh Tawassul.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tawassul
1. Tinjauan Etimologi
Dari kacamata bahasa, tawassul berawal dari fi’il madhiwassala, menurut
arti etimologi (bahasa-lughoh) mempunyai arti al-qurbah atau al-taqarrub (‫ التقرب‬,
(artinya mendekatkan diri dengan suatu perataraan (wasilah).Wasilah bermaksud
“perantara”, dalam bahasa Arab adalah isim dari kata kerja “wasala ilahi bikadza,
yasilu, wasilatan fahuwa wasilun” artinya, mendekatkan diri dan mengharapkan.
Dan dari kata itu t
berbentuk kata “ma yutaqarrabu bihi ila al- ghairi” artinya, sesuatu yang bisa
mendekatkan diri pada hal yang lain.
Maka dari kata wasilah itulah masyarakat kita lebih mengenal dengan kata
tawassul. Jadi tawassul adalah mendekatkan diri dengan suatu perantaraan
(wasilah) atau menjadikan sesuatu yang menurut Allah mempunyai nilai, derajat
dan kedudukan yang tinggi, untuk dijadikan sebagai perantaraan (wasilah) agar
doa dapat dikabulkan.Sedangkan untuk orang yang melakukan tawassul disebut
dengan mutawassil bentuk plural dari kata wasil.Dari kata-kata itulah kemudian
praktek tentang wasilah biasa pula dikenal dengan istilah tawassul. Jadi, jika kata
tawassul disebutkan, maka ia jelas memiliki hubungan yang sangat erat dengan
kata wasilah, karena ia merupakan bentuk isim masdar dari kata tawassala.
Sedangkan M. Nashiruddin al-Albani menjelaskan bahwa kata tawassul
adalah merupakan sebuah kata yang murni berasal dari bahasa Arab asli, yang ia
diucapkan oleh al-Qur’an, Hadis, pembicaraan orang Arab sehari-hari, di dalam
sya’ir ataupun prosa, yang ia sendiri memiliki arti mendekat kepada yang akan
dituju dan mencapainya dengan usaha yang sangat keras.Ibn Atsir sendiri, seperti
yang telah dinukilkan oleh al-Albani, dalam kitabnya yang berjudul al-Nihayah
mengartikan wasilah secara bahasa adalah merupakan sebuah pendekatan,
perantara dan sesuatu yang bisa dijadikan untuk menyampaikan serta
mendekatkan kepada suatu hal.
Al-Fairuzabadi lebih spesifik lagi dalam mengartikan kata tawassul.Ia
melihat bahwa tawassul adalah merupakan sebuah bentuk amalan yang
diamalkan, yang dengannya seseorang (yang telah melakukan amalan tersebut)
dapat mendekatkan diri kepada-Nya. Sedangkan amalan tersebut menurut Al-
Fairuzabadi dikatakan sebuah perantaraan.
Ibnu Manzhur berkata, al-Wasilah bermakna al-qurbah yaitu pendekatan. ‫وسیلة هللا‬
‫ ”إلى فالن وسل‬Si fulan berperantara kepada Allah dengan suatu wasilah”, yaitu
melakukan suatu perbuatan untuk mendekatkan diri kepada-Nya. ‫”وسیلة إلیھ وتوسل‬
Bertawassul kepada-Nya dengan suatu wasilah”. Yaitu mendekatkan kepada-Nya
dengan suatu amal.
Ar-Raghib al-Ashfahani berkata, hakikat dari wasilah kepada Allah
swt.adalah memperhatikan jalan-Nya dengan ilmu dan Ibadah, serta menapaki
kemuliaan syariaat seperti taqarrub.Jadi tawassul adalah mendekatkan diri dengan
suatu perantaraan (wasilah) atau menjadikan sesuatu yang menurut Allah
mempunyai nilai, derajat dan kedudukan yang tinggi, untuk dijadikan sebagai
perantaraan (wasilah) agar doa dapat dikabulkan.

1. Tinjauan Terminologi
Tawassul adalah mewujudkan perantaraan bagi menyampaikan kepada
sesuatu maksud dan tidak mungkin seseorang sampai kepada maksud yang
hendak ditujuinya kecuali melalui perantara atau wasilah yang sesuai
dengannya.Dalam hal tawassul kepada Allah swt.bermaksud menggunakan
peraturan yang boleh mencapai keredhaan dan pahala daripada Allah swt. Ia
merupakan antara perkara yang diusahakan untuk melakukannya oleh setiap orang
yang beriman kepada Allah swt. dengan menggunakan cara-cara dan sebab- sebab
yang sesuai yang boleh menyampaikan kepada Allah swt. Sebagaimana firman
Allah swt:
َ‫واٱللَّھَ َو ۡٱبتَ ُغ ٓو ْاإِلَ ۡی ِھ ۡٱل َو ِسیلَة‬ ْ ُ‫ٰیَٓأَیُّھَاٱلَّ ِذینَ َءا َمن‬
ْ ُ‫واٱتَّق‬
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan carilah
wasilah (perantara) untuk mendekatkan diri kepada-Nya”.
Wasilah yang disebutkan di dalam ayat di atas membawa maksud jalan
yang boleh mendekatkan diri kepada Allah swt.dengan melakukan perkara yang
dicintai dan diredhai-Nya, sama ada berbentuk perkataan, perbuatan, amalan
maupun niat.
Menurut terminologi syariat wasilah adalah amalan yang dipersembahkan seorang
hamba mukmin saat menyampaikan keinginannya, untuk dijadikan perantara
sehingga keinginannya tercapai.wasilah adalah mendekatkan diri kepada Allah
swt. dengan amalan shalih demi mendekatkan diri kepada-Nya, meraih derajat
disisi-Nya, atau untuk memenuhi hajat, mendapatkan manfaat dan terhindar dari
mara bahaya.Wasilah Syar’i memiliki tiga pondasi:
a) Mutawassal ilahi, yaitu Allah swt yang memiliki karunia dan nikmat.
b) Wasil atau mutawassil, yaitu hamba yang lemah, memerlukan bantuan dan
pertolongan, memohon agar bias dekat dengan Allah swt., ingin hajatnya terkabul,
mendapatkan manfaat dan terhindar dari mara bahaya.
c) Mutawassal bihi, yaitu amal shalih untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.
inilah yang disebut wasilah.
Menurut Yahya Zainul Ma’arif atau lebih dikenali dengan Buya yahya
dalam ceramah beliau tentang menyingkapi kesalahpahaman tentang tawassul.
Beliau berkata tawassul ini tidak dipermasalahkan dari masa ke masa, terjadinya
kesalahpahaman dalam tawassul karena salah dalam memahami definisi tawassul
yang sesungguhnya, tawassul terbagi kepada dua, yaitu:
a). Tawassul dengan doa, yaitu kita pergi kepada orang yang dianggap soleh dan
minta kepada orang soleh tersebut agar mendoakan kita.
b). Berdoa dengan tawassul, yaitu kita berdoa kepada Allah swt. dengan
membawa sesuatu yang di muliakan oleh Allah swt.
Menurut Yusuf Al-Qaradhawi tawassul adalah mengambil perantara bagi
mencapai sesuatu tujuan.Sesuatu tujuan itu tidak dapat dicapai melainkan dengan
perantaraan yang betul.Tawassul kepada Allah swt.adalah bertawassul bagi
mendapat keredhaan dan ganjaran yang baik. Keredhaan ini diperoleh oleh semua
orang yang beriman kepada Allah swt., iaitu dengan mengambil semua cara dan
sebab yang dapat mencapai ke arah keredhaan itu. Sebagaimana Allah jelaskan
dalam al-Qur’an surah al-Maidah ayat 35. Perantara atau wasilah yang dinyatakan
dalam ayat tersebut adalah kaedah bagi mendekatkan diri kepada Allah
swt.melalui cara yang disukai dan diredhai-Nya, sama ada melalui percakapan,
perbuatan, dan niat yang betul.
Menurut Ibnu Taimiyah, tawassul adalah mencari wasilah melalui Rasul
saw.dalam perbincangan para sahabat, maksudnya adalah tawassul melalui doa
dan syafaatnya. Berbeda dengan tawassul dalam perbincangan kebanyakan orang
sekarang yang maksudnya berdoa melalui beliau seperti berdoa melalui nabi-nabi
lain atau orang-orang soleh. Dengan demikian, tawassul melalui Rasul saw itu
dimaksudkan dua arti berdasarkan kesepakatan umat Islam dan satu arti yang
tidak terdapat dalam al-Sunnah. Dua arti tersebut adalah:
a). Sebagai pokok iman dan Islam, yakni mengimani Rasul saw. dan menaatinya.
b). Tawassul melalui doa dan syafaat beliau.

B. Sejarah Tawassul
Istilah atau perbuatan tawassul ini bukan sesuatu yang baru atau rekaan
semata-mata, akan tetapi istilah dan perbuatan tawassul ini telah ada dari dulu lagi
sebagaimana dalam al-Quran Allah menceritakan tentang tawassul saudara-
saudara Nabi Yusuf kepada ayahnya Nabi Ya’qub as.
“Mereka berkata: ‘Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap
dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)’.
Ya’qub berkata: ‘Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Rabbku.
Sesungguhnya Allah lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’.
Daripada ayat al-Qur’an ini jelas bahwa tawassul itu telah ada dari dulu
lagi., dan amalan tawassul ini tidak pernah dilarang oleh Nabi saw., para sahabat
dan ulama-ulama setelahnya, sehinggalah datangnya Ibnu Taimiyah yang
mempermasalahkan amalan tawassul ini, dan mengatakan amalan tawassul itu
bid’ah. Sebagaimana yang dikatakan Imam As-Suyuti dalam kitabnya Faidhul
Qadir Syarah Jami’ al-Shahir al-Basyir wa al-Nazir. Berkata Imam Subki.
“Tawassul minta tolong dan minta syafaat kepada Allah melalui Nabi saw. adalah
baik dan tidak ada satu pun ulama salaf dan khalaf yang mengingkarinya, hingga
datanglah Ibnu Taimiyah yang mengingkarinya, menganggap tawassul itu
berpaling dari jalan yang lurus serta membid’ahkannya, padahal tidak ada seorang
alim pun sebelumnya yang berkata seperti itu
Orang-orang jahiliyah dahulu memalingkan sebagian ibadah tadi kepada
selain Allah swt, mereka ber-i'tiqad bahwa para wali itu baginya mempunyai
pangkat dan kedudukan yang tinggi disisi Allah swt.Dan mereka mangangkat
hajat-hajatnya kepada Allah swt.seperti: Lata yang disernbah selain Allah di
Thaif, padahal (sebenarnya) sebelum meninggal dunia ia adalah seorang yang
memberikan suatu manfaat kepada manusia dan para jamaah haji pada khususnya.
Dulu ia membuat adonan kueh yang dicampur dengan minyak samin, lalu ia
menyuguhkannya untuk mereka. Ketika ia meninggal dunia, maka urusannya
menjadi seperti orang besar yang berpengaruh dimana orang-orang beri'tiqad
bahwa ia mempunyai kelebihan dan kebaikan. Maka orang-orang yang hidup
dizamannya ikut berduka cita lalu mereka berulangkali datang ke makamnya
kemudian mereka membangun diatasnya suatu bangunan.Dan kemudian mereka
bertawassul dengannya, mengelilingi kuburannya dan memohon kepadanya agar
diselesaikan hajatannya serta dibebaskan dari kesulitan-kesulitannya.
Maka perbedaan tawassul orang-orang jahiliah dengan orang Islam adalah
mereka orang-orang jahiliah menjadikan wasilah itu sesembahan atau berhala,
tetapi orang-orang Islam mereka bertawassul atau memohon pertolongan kepada
Allah swt.dengan menyebut wasilah dalam doanya atau meminta wasilah
mendoakan dirinya, sebagaimana bertawassul kepada orang soleh, yaitu meminta
orang soleh mendoakan apa yang dihajati diri kita. Mereka tidak menjadikan
wasilah itu sesembahan, tetapi hanyalah sebagai perantaraan karena kedudukan
wasilah itu yang dekat dengan Allah swt.Jika umat Islam menjadikan selain Allah
itu sesembahan, maka itu nyata dan jelas kesyirikan yang dilakukan.

C. Pembagian Tawassul
Kiai Wazir menerangkan tentang macam-macam tawassul. Yang pertama,
tawassul bi asmaillah (tawassul dengan nama Allah). Tawassul ini adalah tawasul
yang paling tinggi. Misalnya dengan perkataan a‘ûdzu biqudratillah, a‘udzu bi
izzatillah dan yang lainnya. Seperti tawasul kepada Allah agar disembuhkan dari
sakit. Tawassul ini juga bisa dilakukan dengan menyebut asmaul khusna, secara
lengkap atau sebagian. Atau dengan ismul a'dham. Ismul a'dham, menurutnya
merupakan password berdoa. Ismul a'dham ini disamarkan, tetapi bisa dipelajari,
misalnya dalam kitab Imam Nawawi, Fatawa Nawawi, disebutkan tentang ismul
a'dham.
Kedua, tawasul bi a'mal shalihat (tawassul dengan amal yang baik). Kiai
Wazir menjelaskan, dalam kitab Riyadus Shalihin dikisahkan, ada 3 orang
sahabat, yang dalam perjalanan mereka menemukan gua. Karena penasaran,
ketiganya memasuki gua tersebut. Saat sudah masuk, tiba-tiba ada angin kencang,
yang merobohkan batu besar sehingga menutupi gua.Mereka mengalami
kesulitan, seminggu tidak makan, dan memanggil-manggil orang tidak ada yang
dengar, lalu ketiganya muhasabah. Seorang dari mereka berdoa dan bertawassul
dengan perbuatan birrul walidain (berbuat baik kepada orang tua). Akhirnya batu
terdorong angin besar, dan ada sinar matahari. Kemudian yang lain berdoa dengan
amal unggulannya, akhirnya batu tergeser sedikit demi sedikit.
Ketiga, tawassul bis shalihin (tawassul dengan orang-orang shalih).
Tawasul kepada orang-orang shalih, baik masih hidup atau sudah meninggal. Apa
bisa tawasul kepada yang masih hidup. Diceritakan dalam hadits shahih, ada salah
satu sahabat buta, yang ingin bisa melihat, kemudian ia tawassul Allahumma inni
as'aluka wa atawajjahu bi nabiyyika fi hajati hadzihi...
(Ya Allah saya meminta dan menghadapmu dengan wasilah kepada Nabi dalam
memenuhi kebutuhan saya ini...).
Akhirnya sahabat tersebut bisa melihat. “Tawasul kepada orang yang
sudah meninggal, yang ditawassuli Nabi SAW. Para nabi itu masih hidup di
kuburannya, apa yg dilakukan? Para Nabi melakukan shalat. Bahkan orang yang
memiliki kelebihan (khos) bisa kontak dan belajar kepada mereka. Bahkan, tamah
Kiai Wazir, Nabi Adam AS juga pernah tawassul kepada Nabi Mahammad SAW,
padahal Nabi Muhammad belum lahir.
“Ketika Nabi Adam AS melakukan kesalahan, beliau berdoa ya rabbi
as'aluka bihaqqi muhammdin. Ini juga dari Hadits Shahih. Selanjutnya, Imam
Syafii pernah mengatakan: ‘Saya punya masalah berat, saya tawasul dan ambil
berkah kepada guru saya, yaitu Abu Hanifah. Saya datang ke makam beliau setiap
malam sepanjang masalah berat masih menimpa saya, dan sebelum datang
kemakam saya sholat dulu 2 rakaat.
Keempat,Tawassul bi zat (tawassul dengan dzat).Cara melakukan tawassul
macam ini,misalnya bi jahi (dengan kedudukan),bi hurmati (dengan kemuliaan),bi
karamati (dengan kemurahan).Shalawat Nariyah merupakan tawassul bi
dzat.Tawassul yang keempat ini diperselisihkan oleh para ulama.Menurut
sebagian besar ulama,tawassul dengan empat macam diatas tidak masalah,tetapi
menurut Ibn Taimiyah,semua tawassul bisa diterima secara syariat kecuali
tawassul bi dzat.

D. Contoh Tawassul
Tawassul dengan Asma’ul Husna, yakni kita berdoa kepada Allah
dengan menyebut nama-nama dan sifat-sifat Allah yang indah sesuai dengan
karakter doa kita. Misalnya: “Yaa Ghafuur  Ya Rahiim”, saat kita memohon
ampunan dan rahmat-Nya. Atau “Ya ‘Aziizu Ya Qawiyyu”, saat mendoakan
kekalahan bagi musuh-musuh Islam, atau nama-nama lainnya yang tidak
bertentangan dengan makna doa kita. Tawassul seperti ini sangat dianjurkan,
sebagaimana firman Allah:

]180/‫ [األعراف‬ …‫ بِهَا‬sُ‫َوهَّلِل ِ اأْل َ ْس َما ُء ْال ُح ْسنَى فَا ْدعُوه‬

“Hanya milik Allah lah asmaa-ul husna, maka berdoalah kepada-Nya


dengan menyebut asmaa-ul husna itu…” (Al A’raaf: 180).

Membaca shalawat.Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda.”semua


do’a tertutupi (tidak bisa naik ke langit) sampai dibacakan shalawat untuk
Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wasallam.”(HR.At Thabrani dalam Al
Ausath dan dihasankan Al Albani).

Memilih waktu dan tempat mustajab.Ada beberapa waktu yang

mustajab untuk berdo’a, di antaranya:

1.Waktu antara adzan dan iqamah, berdasarkan hadits, “Do’a

di antara adzan dan iqamah tidak ditolak, maka

berdo’alah.” (HR. At Tirmidzi dan dishahihkan Al Albani).


2.Di akhir shalat fardhu sebelum salam, berdasarkan riwayat ketika
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, “Kapankah do’a seseorang itu
paling didengar?” Beliau menjawab, “Tengah malam dan akhir shalat
fardhu.” (HR. At Tirmidzi dan dihasankan Al Albani). Yang dimaksud “akhir
shalat fardlu” adalah setelah tasyahud sebelum salam.
3.Satu waktu di hari jum’at setelah ‘Ashar, berdasarkan hadits, “Hari jum’at
itu ada 12 jam. Di antaranya ada satu waktu yang jika seorang muslim
memohon kebaikan kepada Allah pada waktu tersebut pasti Allah beri. Cari
waktu itu di akhir hari setelah ashar.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan Al
Hakim dengan disetujui Ad Dzahabi).

Meminta orang shaleh yang masih hidup untuk mendo’akannya.Karena


keshalehan dan kedudukan manusia itu bertingkat-tingkat. Sehingga peluang
terkabulkannya do’a seseorang juga bertingkat-tingkat sebanding dengan
kedekatannya kepada Allah. Oleh karena itu, ada beberapa sahabat yang meminta
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mendo’akannya.

Amal sholeh, Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Ya Rabb kami,


sesungguhnya kami mendengar seorang da’i yang mengajak untuk beriman
kepada Engkau lalu kami beriman…” (QS. Ali Imran: 193).
Pada ayat di atas Allah mengajarkan salah satu cara bertawassul ketika berdo’a,
dengan menyebutkan amal shalih yang paling besar nilainya, yaitu memenuhi
panggilan dakwah seorang nabi untuk beriman kepada Allah.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian diatas, penulis memiliki beberapa kesimpulan antara
lain sebagai berikut:
1. Tawassul ialah sebuah aktivitas untuk mengambil sarana atau wasilah
agar doa atau ibadah kita dapat diterima Allah SWT.
2. Sejarah dari Tawassul yaitu perbedaan tawassul orang-orang jahiliah
dengan orang Islam adalah mereka orang-orang jahiliah menjadikan
wasilah itu sesembahan atau berhala, tetapi orang-orang Islam mereka
bertawassul atau memohon pertolongan kepada Allah swt.dengan
menyebut wasilah dalam doanya atau meminta wasilah mendoakan
dirinya, sebagaimana bertawassul kepada orang soleh, yaitu meminta
orang soleh mendoakan apa yang dihajati diri kita.
3. Tawassul dibagi menjadi 4 bagian, yang pertama tawassul bi asmaillah
(tawassul dengan nama Allah).Yang kedua, tawasul bi a'mal shalihat
(tawassul dengan amal yang baik).Yang ketiga, tawassul bis shalihin
(tawassul dengan orang-orang shalih).Dan yang terakhir, Tawassul bi
zat (tawassul dengan dzat).
4. Contoh dari Tawassul ialah dengan asmaul husna,membaca shalawat
Nabi,memilih waktu dan tempat mustajab,meminta orang sholeh untuk
mendoakannya,amal shaleh.

B. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan antara lain ialah,diera
sekarang ini penyampaian tentang Tawasul harus lebih ditingkatkan.Agar
tidak terjadi kesalahpahaman tentang Tawassul itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

https://muslim.or.id/7561-ini-dalilnya-17-antara-tawassul-yang-dibolehkan-dan-
yang-terlarang.html

https://buletin.muslim.or.id/tawassul-yang-dibolehkan-dan-yang-terlarang/

http://repository.uin-suska.ac.id/6298/3/BAB%20II.pdf

https://www.nu.or.id/post/read/71252/makna-dan-macam-macam-tawassul

Anda mungkin juga menyukai