MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
FILSAFAT ISLAM
Dosen Pengampu :
H. Ghofiqi Faroek Abadi, M.Pd.I.
Tim Penyusun :
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan kita nikmat serta
hidayahnya sehingga kita dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik, Sholawat
serta salam tetap tercurahkan kepada nabi besar Muhammad SAW. Yang telah
menunjukkan kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang yakni
Addinul Islam.
Kami ucapkan kepada Bapak H. Ghafiqi Faroek Abadi, M. Pd.Iyang telah
memberikan materi dengan judul ini, karena dengan disusunya makalah ini kami
dapat lebih mendalami tentang materi yang diberikan, tak lain kami sampaikan
banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah menjadi sumber wawasan
pengetahuan kami.
Kami selaku penyusun makalah ini menyadari akan kesalahan baik dalam
penulisan maupun tatanan bahasa, kami dengan senang hati menerima saran dan
kritik pembaca untuk menyempurnakan makalah kami. Semoga dengan tersusunya
makalah ini bermanfaat untuk kita semua.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
C. Tujuan.......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi Ibnu Rusyd ................................................................................... 3
B. Karya Ibnu Rusyd ...................................................................................... 4
C. Pemikiran Filsafat Ibnu Rusyd .................................................................... 8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di saat islam mendapat serangan pemikiran falsafah dari barat, para
pemikir dan saintis islam seperti Ibnu Rusyd dan Ibnu Sina, berani keluar
dari keasikan ibadah oriented kepada memanfaatkan akal secara maksimal
tak lepas dari bimbingan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Pemikiran mereka ini
menghasilkan banyak temuan yang mengagumkan dunia, mereka adalah
penemu di berbagai bidang disiplin keilmuan seperti matematika, sains,
kedikteran, falsafat yang tidak pernah dibincangkan sebelumnya. Karya
karya mereka ada yang menjadi rujukan selama lima abad di Eropa.
Mereka juga merupakan maskot kebangkitan filsafat dan
rasionalisme islam. Atas jasa beliau dengan filsafat, manusia mampu
menemukan keagungan Tuhan melalui ciptaannya. Mereka bukan saja
hanya berfikir untuk zamannya, melainkan juga berfikir untuk masa depan
nya di satu sisi berpijak pada konteks sosiak pada zamannya, tetapi disisi
lain terlihat ingin melampaui zamannya. Pencerahan yang disuguhkan
makin kompleks. Pada mulanya pencerahan akal, lalu pada akhirnya menuju
pencerahan umat. Sebagai seorang filosof Ibnu Rusyd sendiri banyak
memberikan kontribusinya dalam khasanah dunia filsafat, baik filsafat yang
berasal dari Yunani maupun berasal dari filosof filosof muslim sebelumnya.
Ibnu Rusyd dalam filsafatnya sangat mengagumi filsafat Aristoteles
sehingga ia terkenal sebagai komentator dari Aristoteles.
Dalam makalah ini sekilas akan dijelaskan mengenai beberapa
pemikiran filsafat Ibnu Rusyd, biografi Ibnu Rusyd, serta karya karya dari
Ibnu Rusyd.
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari penjelasan latar belakang diatas penulis dengan ini
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Biografi tentang Ibnu Rusyd?
2. Apa saja karya dari filsafat Ibnu Rusyd?
3. Apa saja pemikiran dari filsafat Ibnu Rusyd?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, penulis membuat tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana biografi dari Ibnu Rusyd.
2. Untuk mengetahui tentang karya filsafat dari Ibnu Rusyd.
3. Untuk mengetahui pemikiran Ibnu Rusyd.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), 221.
3
4
2
Sirajuddin Zar, Filsafat islam filosof dan filsafatnya, Cet. I , (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2004), 223.
5
3
Hanafi Ahmad, Pengantar Filsafat Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,1990),166.
7
4. Ilmu Astronomi
a. Maqalah fi Harkah Al Jirm As Samawi (Makalah tentang
Gerakan Meteor).
b. Kalam 'ala Ru'yah Jirm Ats Tsabitah (Pendapat tentang Melihat
Meteor yang Tetap Tak Bergerak).
5. Ilmu Nahwu
a. Kitab Adh Dharuri fi An Nahw (Yang Penting dalam Ilmu
Nahwu).
b. Kalam 'ala Al Kalimah wa Al Ism Al Musytaq (Pendapat tentang
Kata dan Isim Musytaq).
6. Kedokteran
a. Al Kulliyat fi Ath Thibb (Studi Lengkap tentang Kedokteran).
Sebanyak 7 jilid, dan menjadi rujukan dan buku wajib di
berbagai universitas di Eropa. Diterjemahkan ke dalam bahasa
Latin, Inggris, dan Ibrani.
b. Syarh Arjuwizah Ibn Sina fi Ath Thibb. Secara kauntitas kitab
ini paling banyak beredar. Menjadi bahan kajian ilmu kedokteran
di Oxford University Leiden dan Universitas Sourborn Paris.
c. Maqalah fi At Tiryaq (Makalah tentang Obat Penolak Racun),
yang telah diterjemahkan ke bahasa Latin, Inggris, dan Ibrani.
d. Nasha'ih fi Amr Al Ishal (Nasihat tentang Penyakit Perut dan
Mencret), yang telah diterjemahkan ke bahasa Latin dan Ibrani.
e. Mas'alah fi Nawaib Al Humma (Masalah tentang Penyakit
Demam)
C. Pemikiran Filsafat Ibnu Rusyd
1. Pemikiran Epistomologi Ibnu Rusyd
Dalam kitabnya Fash al Maqal, ibn Rusyd berpandangan bahwa
dalam mempelajari filsafat bisa dihukumi wajib.4 Dengan dasar
argumentasi bahwa filsafat tidak berubah ubah dalam mempelajari hal-
4
Faturohman, “ibnu Rusyd dan Pemikirannya”. Vol 1 No 1 (januari juni) 2016,114.
8
hal wujud sehingga lantas orang berusaha menarik pelajaran atau hikmah
dan ibrah darinya, sebagai sarana pembuktian akan adanya Tuhan Sang
Maha Pencipta. Semakin sempurna pengetahuan seseorang tentang
maujud atau tentang ciptaan Tuhan, maka semakin sempurnalah ia bisa
mendekati pengetahuan tentang adanya Tuhan. Demikian bila seseorang
dalam pemikirannya semakin menjauh dengan dasar-dasar Syar’i maka
ada beberapa tiga kemungkinan. Pertama, ia tidak memiliki kemampuan
atau kapasitas yang memadai berkecimpung dalam dunia filsafat, Kedua,
ketidakmampuan dirinya mengendalikan diri untuk untuk tidak terseret
pada hal-hal yang dilarang oleh agama dan yang Ketiga adalah ketiadaan
pendamping atau guru yang handal yang bisa membimbingnya
memahami denganbenar tentang suatu obyek pemikiran tertentu.
Sehingga tidak mungkin seorang filsuf akan berubah menjadi
mujtahid, tidak mempercayai eksistensi Tuhan atau meragukan
keberadaaan Tuhan, Kalaupun ia berada dalam kondisi semacam itu bisa
dipastikan ia mengalami salah satu dari 3 faktor di atas, atau terdapat
dalam dirinya gabungan 2 atau 3 faktor-faktor tersebut. Sebab
kemampuan manusia dalam menerima kebenaran danbertindak dalam
mencari pengetahuan berbeda-beda. Ibn Rusyd berpendapat ada 3
macam metode cara manusia dalam memperoleh pengetahuan yakni:
a. Lewat metode al- Khatabiyyah (Retorika)
b. lewat metode al-Jadaliyyah (dialektika)
c. Lewat metode al-Burhaniyyah (demonstratif)5
Pertama, Metode Khatabi digunakan oleh mereka yang
samasekali tidak termasuk ahli takwil , yaitu orang-orang yang
berfikirretorik atau merupakan mayoritas manusia. Sebab tidak ada
seorangpun yang berakal sehat kecuali dari kelompok manusia dengan
kriteria pembuktian semacam ini (khatabi). Kedua, Metode Jadali
dipergunakan oleh mereka yang termasuk ahli dalammelakukan ta’wil
5
Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, Cet. III , (Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2002), 116.
9
dialektika. Mereka itu secara alamiyah atau tradisi mampu berfikir secara
dialektik. Ketiga, Metode Burhani dipergunakan oleh mereka yang
termasuk ahli dalam melakukan ta’wil yaqini. Mereka itu secara alamiah
mampu karena latihan, yakni latihan filsafat, sehingga mampu berfikir
secara demonstratif. Ta’wil yang dilakukan dengan metode Burhani
sangat tidak layakuntuk diajarkan atau disebarkan kepada mereka yang
berfikir dialektik terlebih orang-orang yang berfikir retorik. Sebab jika
metode ta’wil burhani diberikan kepada mereka justru bisa
menjerumuskan kepada kekafiran. Penyebabnya dalah karena tujuan
ta’wil itu tak lain adalah membatalkan pemahaman lahiriyah dan
menetapkan pemahaman secara interperatif.6
Satu pendekatan yang diyakini Ibn Rusyd dapat bisa
mendamaikan antara bunyi literal teks yang transenden dengan
pemikiran spekulatif – rasionalistik manusia adalah kegiatan Ta’wil .
Metode ta’wil bisa dikatakan merupakan isu sentral dalam kitabnya
sendiri. Al-Qur’an kadang berdiam diri tentang suatu obyek
pengetahuan. Lantas ulama melakukan Qiyas (syar’iy) untuk
menjelaskan kedudukan obyek pemikiran yang maskut ‘anhu tersebut.
Demikianpula dengan nalar Burhani, ia merupakan metode ta’wilatau
qiyas untuk membincangkan persoalan-persoalan maujud yang tidak
dibicarakan oleh al qur’an.
Sehingga Qiyas burhani itu digunakan sebagai ketika adanya
terjadi kontradiksi antara gagasan Qur’an dengan konsep rasional-
spekulatif pemikiran manusia. Ibn Rusyd beranggapan bahwa teks
syar’iy memiliki keterbatasan makna. Oleh karena itu jika terjadi ta’arudl
dengan qiyas burhani, maka harus dilakukan ta’wil atas makna lahiriyyah
teks. Ta’wil sendiri didefinisikan sebagai: makna yang dimunculkan dari
pengertian suatu lafaz yang keluar darikonotasinya yang hakiki (real)
kepada konotasi majazi (metaforik) dengan suatu cara yang tidak
6
Faturohman, “ibnu Rusyd dan Pemikirannya”. Vol 1 No 1 (januari juni) 2016, 116
10
7
Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, Cet. III, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002),117.
8
Ibid.
11
9
Faturohman, “ibnu Rusyd dan Pemikirannya”. Vol 1 No 1 (januari juni) 2016, 119-121.
12
13
DAFTAR PUSTAKA
Zar, Sirajuddin. Filsafat Islam Filosof dan Filsafatnya. Jakarta: PT Raja Grafinfo
Persada, 2007.