Anda di halaman 1dari 17

IBNU RUSYD

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
FILSAFAT ISLAM

Dosen Pengampu :
H. Ghofiqi Faroek Abadi, M.Pd.I.

Tim Penyusun :

Shinta Maulidia S (D01218047)


Muhammad Fatchur Rochim (D71218084)
Rahmat Agus Darmawan (D71218097)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan kita nikmat serta
hidayahnya sehingga kita dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik, Sholawat
serta salam tetap tercurahkan kepada nabi besar Muhammad SAW. Yang telah
menunjukkan kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang yakni
Addinul Islam.
Kami ucapkan kepada Bapak H. Ghafiqi Faroek Abadi, M. Pd.Iyang telah
memberikan materi dengan judul ini, karena dengan disusunya makalah ini kami
dapat lebih mendalami tentang materi yang diberikan, tak lain kami sampaikan
banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah menjadi sumber wawasan
pengetahuan kami.
Kami selaku penyusun makalah ini menyadari akan kesalahan baik dalam
penulisan maupun tatanan bahasa, kami dengan senang hati menerima saran dan
kritik pembaca untuk menyempurnakan makalah kami. Semoga dengan tersusunya
makalah ini bermanfaat untuk kita semua.

Surabaya, 04 April 2019

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI……………………………………………………………………...iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
C. Tujuan.......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi Ibnu Rusyd ................................................................................... 3
B. Karya Ibnu Rusyd ...................................................................................... 4
C. Pemikiran Filsafat Ibnu Rusyd .................................................................... 8

BAB III KESIMPULAN


DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di saat islam mendapat serangan pemikiran falsafah dari barat, para
pemikir dan saintis islam seperti Ibnu Rusyd dan Ibnu Sina, berani keluar
dari keasikan ibadah oriented kepada memanfaatkan akal secara maksimal
tak lepas dari bimbingan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Pemikiran mereka ini
menghasilkan banyak temuan yang mengagumkan dunia, mereka adalah
penemu di berbagai bidang disiplin keilmuan seperti matematika, sains,
kedikteran, falsafat yang tidak pernah dibincangkan sebelumnya. Karya
karya mereka ada yang menjadi rujukan selama lima abad di Eropa.
Mereka juga merupakan maskot kebangkitan filsafat dan
rasionalisme islam. Atas jasa beliau dengan filsafat, manusia mampu
menemukan keagungan Tuhan melalui ciptaannya. Mereka bukan saja
hanya berfikir untuk zamannya, melainkan juga berfikir untuk masa depan
nya di satu sisi berpijak pada konteks sosiak pada zamannya, tetapi disisi
lain terlihat ingin melampaui zamannya. Pencerahan yang disuguhkan
makin kompleks. Pada mulanya pencerahan akal, lalu pada akhirnya menuju
pencerahan umat. Sebagai seorang filosof Ibnu Rusyd sendiri banyak
memberikan kontribusinya dalam khasanah dunia filsafat, baik filsafat yang
berasal dari Yunani maupun berasal dari filosof filosof muslim sebelumnya.
Ibnu Rusyd dalam filsafatnya sangat mengagumi filsafat Aristoteles
sehingga ia terkenal sebagai komentator dari Aristoteles.
Dalam makalah ini sekilas akan dijelaskan mengenai beberapa
pemikiran filsafat Ibnu Rusyd, biografi Ibnu Rusyd, serta karya karya dari
Ibnu Rusyd.

1
2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari penjelasan latar belakang diatas penulis dengan ini
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Biografi tentang Ibnu Rusyd?
2. Apa saja karya dari filsafat Ibnu Rusyd?
3. Apa saja pemikiran dari filsafat Ibnu Rusyd?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, penulis membuat tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana biografi dari Ibnu Rusyd.
2. Untuk mengetahui tentang karya filsafat dari Ibnu Rusyd.
3. Untuk mengetahui pemikiran Ibnu Rusyd.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Ibnu Rusyd


Filsafat Muslim yang muncul setelah ibnu thufail adalah Ibnu
Rusyd. Ibnu Rusyd memiliki nama asli Abu Walid Muhammad ibnu
Muhammad ibnu Rusyd beliau dilahirkan di Cordova, Andalus pada tahun
510H/1126 M, beliau lahir setelah 15 tahun wafatnya Al Ghazali. Ibnu
Rusyd popule di kalangan orang barat dengan sebutan Averrois tetapi
sebenarnya sebutan ini lebih cocok disandangkan untuk kakeknya. Beliau
berasal dari keturunan keluarga yang terhormat dan terkenal sebagai tokoh
keilmuan.1 Pada tahun 565 H/ 1169 M beliau diangkat menjadi hakim di
Seville dan Cordova, disamping itu kakek dan ayah beliau juga mantan
hakim di Andalus. Ibnu Rusyd diangkat menjadi seorang hakim
dikarenakan prestasinya yang luar biasa dalam ilmu hukum, dan pada tahun
1173 ia dipromosikan menjadi ketua Mahkamah Agung Qadhi al-Qudhat
di Cordova.
Ibnu Rusyd hidup dalam keluarga yang besar sekali ghirah nya pada
bidang ilmu pengetahuan. Hal ini yang merupakan salah satu factor yang
ikut melempangkang jalan bagi Ibnu Rusyd untuk menjadi seorang ilmuan.
Adapun faktor lain yang lebih dominan untuk keberhasilannya adalah
ketajaman berfikir dan kejeniusan otaknya. Oleh karena itu tidak heran
bahwa beliau dapat mewarisi intelektualitas keluarganya dan berhasil
menjadi seorang sarjana all-round yang menguasai disiplin ilmu seperti
hukum, filsafat, kedokteran, astronomi, dan sastra Arab.
Dalam perjalanan hidupnya hampir sepenuhnya ia gunakan untuk
belajar dan membaca. Menurut ibnu Abrar, sejak mulai berakal Ibnu Rusyd
tidak pernah meninggalkan dalam hal berfikir dan membaca, kecuali pada
malam hari ketika ayah beliau meninggal dan malam perkawinannya.

1
Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), 221.

3
4

Keluasan pandangan dalam filsafat Ibnu Rusyd ini menyita


kekaguman khalifah Abu Ya’kub Abu Muhammad Abd Al-Mu’min dari
dinasti Al-Muwahhid ketika Ibnu Rusyd diundang ke istana khalifah atas
prakarsa Ibnu Thufail2.
Ibnu Rusyd sebagai pejabat Negara, ketua Mahkamah Agung, guru
besar, dan dokter istana yang menggantikan Ibnu Thufail yang sudah tua ini
tidaklah menghalangi kegiatan nya dalam menulis, bahkan ia sangat
produktif dengan karya karya ilmiah dalam beberapa bidang ilmu
pengetahuan, dan karya beliau juga menjadi salah satu rujukan pada setiap
bidangnya oleh para ahli. Hal ini merupakan salah satu indikasi wawasan
dan kedalaman ilmunya.
Ibnu Rusyd adalah pendukung ajaran filsafat Aristoteles
(Aristotelianisme). Ia berusaha mengembalikan filsafat dunia Islam ke
ajaran Aristoteles yang asli. Ia mengkritik corak Neoplatonisme yang
terdapat pada filsafat pemikir-pemikir Islam sebelumnya seperti Al-Farabi
dan Ibnu Sina, yang ia anggap menyimpang dari filsafat Aristoteles. Ia
membela kegiatan berfilsafat dari kritik yang dilancarkan para ulama
Asy'ariyah seperti Al-Ghazali. Ibnu Rusyd berpendapat bahwa dalam
agama Islam berfilsafat hukumnya boleh, bahkan bisa jadi wajib untuk
kalangan tertentu. Ia juga berpendapat bahwa teks Quran dan Hadis dapat
diinterpretasikan secara tersirat atau kiasan jika teks tersebut terlihat
bertentangan dengan kesimpulan yang ditemukan melalui akal dan filsafat.

B. Karya – karya Ibnu Rusyd


Kebesaran dan kejeniusan Ibn Rusyd bisa dilihat pada karya-
karyanya. Dalam berbagai karyanya ia selalu membagi pembahasannya ke
dalam tiga bentuk, yaitu komentar, kritik, dan pendapat. Ia adalah seorang
komentator sekaligus kritikus ulung. Ulasannya terhadap karyakarya filsuf
besar terdahulu banyak sekali, antara lain ulasannya terhadap karya-karya

2
Sirajuddin Zar, Filsafat islam filosof dan filsafatnya, Cet. I , (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2004), 223.
5

Aristoteles. Dalam ulasannya itu ia tidak semata-mata memberi komentar


(anotasi) terhadap filsafat Aristoteles, tetapi juga menambahkan pandangan-
pandangan filosofisnya sendiri, suatu hal yang belum pernah dilakukan oleh
filsuf semasa maupun sebelumnya. Kritik dan komentarnya itulah yang
mengantarkannya menjadi terkenal di Eropa. Ulasan-ulasannya terhadap
filsafat Aristoteles berpengaruh besar pada kalangan ilmuwan Eropa
sehingga muncul di sana suatu aliran yang dinisbatkan kepada namanya,
Avereroisme. Selain itu, ia juga banyak mengomentari karya-karya filsuf
muslim pendahulunya, seperti al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Bajjah, dan al-
Ghazali. Komentar-komentarnya itu banyak diterjemahkan ke dalam bahasa
Latin dan Ibrani. Para ahli sejarah berbeda pendapat akan jumlah buku-buku
hasil karyanya. Ermest Renan (1823-1892), seorang filosof Perancis
mengatakan bahwa Ibn Rusyd menulis sekitar 78 judul buku dalam berbagai
bidang ilmu, dengan rincian 39 judul tentang filsafat, lima tentang ilmu
alam, delapan tentang fikih, empat tentang ilmu falak, matematika dan
astronomi, dua tentang nahwu dan sastra, 20 judul tentang kedokteran.
Disebutkan karya-karya tersebut banyak yang raib dan tidak sampai
ke tangan kita. Raibnya karya-karya Ibn Rusyd tersebut terjadi ketika Ibn
Rusyd mengalami fitnah dan pengasingan, pada saat itu karyanya banyak
yang dibakar atas perintah Khalifah. Selain itu, dalam kaitannya dengan
situasi dan kondisi politik, kehidupan Ibn Rusyd tidak terpaut jauh dengan
waktu jatuhnya pemerintahan Islam di Spanyol, sejak abad ke-11 hingga
1492 satu persatu kota-kota Islam jatuh ke tangan orang-orang Kristen.
Peyusunan secara kronologis karyakarya Ibn Rusyd pertama kali dilakukan
oleh M. Alonso dalam karyanya La Cronogia en Las Obras des Averoes
pada tahun 1943. Karya-karya Ibn Rusyd dibedakan antara karya yang
berdasarkan pemikiran sendiri Ibn Rusyd dan karya yang merupakan
komentar atas karyakarya orang lain terutama karya Aristoteles.
Beberapa karya Ibn Rusyd yang masih dapat dilacak diantaranya
sebagai berikut:
6

1. Filsafat dan Hikmah


a. Tahafut At Tahafut (kerancuan dalam Kerancuan) adalah
tanggapan atas buku Al Ghazali Tahafut Al Falasifah
(Kerancuan Para Filosof).3
b. Jauhar Al Ajram As Samawiyah (Struktur Benda-benda Langit).
c. Ittishal Al 'Aql Al Mufarriq bi Al Insan (Komunikasi Akal yang
Membedakan dengan Manusia.
d. Masa'il fi Mukhtalif Aqsam Al Manthiq (Beberapa Masalah
tentang Aneka Bagian Logika).
e. Syuruh Katsirah 'ala Al Farabi fi Masa'il Al Manthiqi Aristha
(Beberapa Komentar terhadap Pemikiran Aristoteles).
f. Maqalah fi Ar Radd 'ala Abi Ali bin Sina (Makalah Jawaban
untuk Ibnu Sina), dan lainnya banyak sekali.
2. Ilmu Kalam
a. Fashl Al Maqal fima Baina Al Hikmah wa Asy Syari'ah min Al
Ittishal (Uraian tentang Kitan filsafat dan Syari'ah).
b. I'tiqad Masyasyin wa Al Mutakallimin (Keyakinan kaum
Liberalis dan Pakar Ilmu Kalam).
c. Manahij Al Adillah fi 'Aqaid Al Millah (Beberapa Metode
Argumentatif dalam Akidah Agama), dan lain-lain.
3. Fiqih dan Ushul Fiqih
a. Bidayah Al Muqtashid wa An Nihayah Al Muqtashid (Dasar
Mujtahid dan Tujuan Orang yang Sederhana). Kitab ini diakui
oleh Ibnu Jafar Zahabi sebagai buku terbaik di sekolah ilmu fikih
Maliki, dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan
sangat terkenal. - Ad Dar Al Kamil fi Al Fiqh (Studi Fikih yang
Sempurna).
b. Risalah Adh Dhahaya (Risalah tentang Kurban), dan lain-lain.

3
Hanafi Ahmad, Pengantar Filsafat Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,1990),166.
7

4. Ilmu Astronomi
a. Maqalah fi Harkah Al Jirm As Samawi (Makalah tentang
Gerakan Meteor).
b. Kalam 'ala Ru'yah Jirm Ats Tsabitah (Pendapat tentang Melihat
Meteor yang Tetap Tak Bergerak).
5. Ilmu Nahwu
a. Kitab Adh Dharuri fi An Nahw (Yang Penting dalam Ilmu
Nahwu).
b. Kalam 'ala Al Kalimah wa Al Ism Al Musytaq (Pendapat tentang
Kata dan Isim Musytaq).
6. Kedokteran
a. Al Kulliyat fi Ath Thibb (Studi Lengkap tentang Kedokteran).
Sebanyak 7 jilid, dan menjadi rujukan dan buku wajib di
berbagai universitas di Eropa. Diterjemahkan ke dalam bahasa
Latin, Inggris, dan Ibrani.
b. Syarh Arjuwizah Ibn Sina fi Ath Thibb. Secara kauntitas kitab
ini paling banyak beredar. Menjadi bahan kajian ilmu kedokteran
di Oxford University Leiden dan Universitas Sourborn Paris.
c. Maqalah fi At Tiryaq (Makalah tentang Obat Penolak Racun),
yang telah diterjemahkan ke bahasa Latin, Inggris, dan Ibrani.
d. Nasha'ih fi Amr Al Ishal (Nasihat tentang Penyakit Perut dan
Mencret), yang telah diterjemahkan ke bahasa Latin dan Ibrani.
e. Mas'alah fi Nawaib Al Humma (Masalah tentang Penyakit
Demam)
C. Pemikiran Filsafat Ibnu Rusyd
1. Pemikiran Epistomologi Ibnu Rusyd
Dalam kitabnya Fash al Maqal, ibn Rusyd berpandangan bahwa
dalam mempelajari filsafat bisa dihukumi wajib.4 Dengan dasar
argumentasi bahwa filsafat tidak berubah ubah dalam mempelajari hal-

4
Faturohman, “ibnu Rusyd dan Pemikirannya”. Vol 1 No 1 (januari juni) 2016,114.
8

hal wujud sehingga lantas orang berusaha menarik pelajaran atau hikmah
dan ibrah darinya, sebagai sarana pembuktian akan adanya Tuhan Sang
Maha Pencipta. Semakin sempurna pengetahuan seseorang tentang
maujud atau tentang ciptaan Tuhan, maka semakin sempurnalah ia bisa
mendekati pengetahuan tentang adanya Tuhan. Demikian bila seseorang
dalam pemikirannya semakin menjauh dengan dasar-dasar Syar’i maka
ada beberapa tiga kemungkinan. Pertama, ia tidak memiliki kemampuan
atau kapasitas yang memadai berkecimpung dalam dunia filsafat, Kedua,
ketidakmampuan dirinya mengendalikan diri untuk untuk tidak terseret
pada hal-hal yang dilarang oleh agama dan yang Ketiga adalah ketiadaan
pendamping atau guru yang handal yang bisa membimbingnya
memahami denganbenar tentang suatu obyek pemikiran tertentu.
Sehingga tidak mungkin seorang filsuf akan berubah menjadi
mujtahid, tidak mempercayai eksistensi Tuhan atau meragukan
keberadaaan Tuhan, Kalaupun ia berada dalam kondisi semacam itu bisa
dipastikan ia mengalami salah satu dari 3 faktor di atas, atau terdapat
dalam dirinya gabungan 2 atau 3 faktor-faktor tersebut. Sebab
kemampuan manusia dalam menerima kebenaran danbertindak dalam
mencari pengetahuan berbeda-beda. Ibn Rusyd berpendapat ada 3
macam metode cara manusia dalam memperoleh pengetahuan yakni:
a. Lewat metode al- Khatabiyyah (Retorika)
b. lewat metode al-Jadaliyyah (dialektika)
c. Lewat metode al-Burhaniyyah (demonstratif)5
Pertama, Metode Khatabi digunakan oleh mereka yang
samasekali tidak termasuk ahli takwil , yaitu orang-orang yang
berfikirretorik atau merupakan mayoritas manusia. Sebab tidak ada
seorangpun yang berakal sehat kecuali dari kelompok manusia dengan
kriteria pembuktian semacam ini (khatabi). Kedua, Metode Jadali
dipergunakan oleh mereka yang termasuk ahli dalammelakukan ta’wil

5
Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, Cet. III , (Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2002), 116.
9

dialektika. Mereka itu secara alamiyah atau tradisi mampu berfikir secara
dialektik. Ketiga, Metode Burhani dipergunakan oleh mereka yang
termasuk ahli dalam melakukan ta’wil yaqini. Mereka itu secara alamiah
mampu karena latihan, yakni latihan filsafat, sehingga mampu berfikir
secara demonstratif. Ta’wil yang dilakukan dengan metode Burhani
sangat tidak layakuntuk diajarkan atau disebarkan kepada mereka yang
berfikir dialektik terlebih orang-orang yang berfikir retorik. Sebab jika
metode ta’wil burhani diberikan kepada mereka justru bisa
menjerumuskan kepada kekafiran. Penyebabnya dalah karena tujuan
ta’wil itu tak lain adalah membatalkan pemahaman lahiriyah dan
menetapkan pemahaman secara interperatif.6
Satu pendekatan yang diyakini Ibn Rusyd dapat bisa
mendamaikan antara bunyi literal teks yang transenden dengan
pemikiran spekulatif – rasionalistik manusia adalah kegiatan Ta’wil .
Metode ta’wil bisa dikatakan merupakan isu sentral dalam kitabnya
sendiri. Al-Qur’an kadang berdiam diri tentang suatu obyek
pengetahuan. Lantas ulama melakukan Qiyas (syar’iy) untuk
menjelaskan kedudukan obyek pemikiran yang maskut ‘anhu tersebut.
Demikianpula dengan nalar Burhani, ia merupakan metode ta’wilatau
qiyas untuk membincangkan persoalan-persoalan maujud yang tidak
dibicarakan oleh al qur’an.
Sehingga Qiyas burhani itu digunakan sebagai ketika adanya
terjadi kontradiksi antara gagasan Qur’an dengan konsep rasional-
spekulatif pemikiran manusia. Ibn Rusyd beranggapan bahwa teks
syar’iy memiliki keterbatasan makna. Oleh karena itu jika terjadi ta’arudl
dengan qiyas burhani, maka harus dilakukan ta’wil atas makna lahiriyyah
teks. Ta’wil sendiri didefinisikan sebagai: makna yang dimunculkan dari
pengertian suatu lafaz yang keluar darikonotasinya yang hakiki (real)
kepada konotasi majazi (metaforik) dengan suatu cara yang tidak

6
Faturohman, “ibnu Rusyd dan Pemikirannya”. Vol 1 No 1 (januari juni) 2016, 116
10

melanggar tradisi bahasa arab dalam mebuat majaz. Misalnya dengan


menyebutkan “sesuatu” dengan sebutan “tertentu lainnya” karena adanya
faktor kemiripan, menjadi sebab akibat, menjadi bandingan atau faktor-
faktor lain yang mungkin bisa dikenakan terhadap obyek yang awal.
Dengan keterngan diatas, Ibn Rusyd beranggapan adanya lafaz
dhahir (Eksoteris) dalam nash sehingga perlu dita’wil, agar diketahui
akan bathinyyah (Esoteris) yang tersembunyi di dalamnya adalah dengan
tujuan menyelaraskan keberagaman kapasitas penalaran manusia dan
perbedaan karakter dalam menerima kebenaran. Nash ilahiyyahturun
dengan berusaha menyesuaikan bahasa yang paling mudah untuk
dimengerti oleh manusia dengan tidak menutup mata terhadap
kecenderungan kelompok ulama yang pandai (al Rasyikhuna fil ‘Ilm)
untuk merenungi makna-makna dibalik lafaz yang tersurat.
2. Metafisika
Dalam masalah ketuhanan, Ibn Rusyd berpendapat bahwa Allah
adalah Penggerak Pertama (muharrik al-awwal). Sifat posistif yang dapat
diberikan kepada Allah ialah ”Akal”, dan ”Maqqul”. Wujud Allah ia;ah
Esa-Nya. Wujud dan ke-Esa-an tidak berbedadari zat-Nya.7 Konsepsi Ibn
Rusyd tentang ketuhanan jelas sekali merupakan pengaruh Aristoteles,
Plotinus, Al-Farabi, dan Ibn Sina, disamping keyakinan agama Islam
yang dipeluknya. Mensifati Tuhan dengan ”Esa” merupakan ajaran
Islam, tetapi menamakan Tuhan sebagai penggerak Pertama, tidak
pernah dijumpai dalam pemahaman Islam sebelumnya, hanya di jumpai
dalam filsafatAristoteles dan Plotinus, Al-Farabi, dan Ibnu Sina.8
Dalam pembuktian adanya Tuhan, golongan Hasywiyah,
Shufiah, Mu’tazilah, Asy’ariyah, dan falasifah, masing-masing golongan
tersebut mempunyai keyakinan yang berbeda satu sama dalam masalah
ketuhanan, lainnya, dan menggunakan ta’wil dalam mengartikan kata-

7
Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, Cet. III, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002),117.
8
Ibid.
11

kataSyar’i sesuai dengan kepercayaan mereka. Dalam pembuktian


terhadap Tuhan, Ibn Rusyd menerangkan dalil-dalil yang menyakinkan.
Yaitu :9
a. Dalil wujud Allah. Dalam membuktikan adanya Allah, Ibn
Rusyd menolak dalil-dalil yang pernah dikemukakan
olehbeberapa golongan sebelumnya karena tidak sesuai
denganapa yang telah digariskan oleh Syara’, baik dalam
berbagai ayatnya, dan karena itu Ibn Rusyd mengemukakan tiga
dalil yang dipandangnya sesuai dengan al-Qur’an dalam
berbagai ayatnya, dankarena itu, Ibnu Rusyd mengemukakan
tiga dalil yang dipandangnya sesuai, tidak saja bagi orang awam,
tapi juga bagi orang –orang khusus yang terpelajar.
b. Dalil ‘inayah al-Ilahiyah (pemeliharan Tuhan). Dalil ini berpijak
pada tujuan segala sesuatu dalam kaitan dengan manusia.
Artinya segala yang ada ini dijadikan untuk tujuan kelangsungan
manusia. Pertama segala yang ada ini sesuai dengan wujud
manusia. Dan kedua, kesesuaian ini bukanlah terjadi secara
kebetulan, tetapi memang sengaja diciptakan demikian oleh sang
pencipta bijaksana.
c. Dalil Ikhtira’ (dalil ciptaan) Dalil ini didasarkan pada fenomena
ciptaan segala makhluk ini, seperti ciptaan pada kehidupan
benda mati dan berbagai jenis hewan, tumbuh tumbuhan dan
sebagainya. Menurut Ibn Rusyd, kita mengamati benda mati lalu
terjadi kehidupan padanya,sehingga yakin adanya Allah yang
menciptakannya. Demikian juga berbagai bintang dan falak di
angkasa tunduk seluruhnya kepada ketentuannya. Karena itu
siapa saja yangingin mengetahui Allah dengan sebenarnya,
maka ia wajib mengetahui hakikat segala sesuatu di alam ini agar
ia dapat mengetahui ciptaan hakiki pada semua realitas ini.

9
Faturohman, “ibnu Rusyd dan Pemikirannya”. Vol 1 No 1 (januari juni) 2016, 119-121.
12

d. Dalil Harkah (Gerak.) Dalil ini berasal dari Aristoteles danIbn


Rusyd memandangnya sebagi dalil yang meyakinkan tentang
adanya Allah seperti yang digunakan oleh Aristoteles
sebelumnya. Dalil ini menjelaskan bahwa gerak ini tidak tetap
dalam suatu keadaan, tetapi selalu berubah-ubah. Dan semua
jenis gerak berakhir pada gerak pada ruang, dan gerakpada ruang
berakhir pada yang bergerak pad dzatnya dengan sebab
penggerak pertama yang tidak bergerak sama sekali, baik pada
dzatnya maupun pada sifatnya. Akan tetapi, Ibn Rusyd juga
berakhir pada kesimpulan yang dikatakan oleh Aristoteles
bahwa gerak itu qadim.
e. Sifat-sifat Allah. Adapun pemikiran Ibn Rusyd tentang sifa
tsifatAllah berpijak pada perbedaan alam gaib dan alam realita.
Untuk mengenal sifat-sifat Allah, Ibn Rusyd mengatakan, orang
harus menggunakan dua cara: tasybih dantanzih (penyamaan
dan pengkudusan). Berpijak pada dasar keharusan pembedaan
Allah dengan manusia, maka tidak logis memperbandingkan dua
jenis ilmu itu.
BAB III
KESIMPULAN

Ibnu Rusyd memiliki nama asli Abu Walid Muhammad ibnu


Muhammad ibnu Rusyd beliau dilahirkan di Cordova, Andalus pada tahun
510H/1126 M, beliau lahir setelah 15 tahun wafatnya Al Ghazali. Ibnu
Rusyd popule di kalangan orang barat dengan sebutan Averrois tetapi
sebenarnya sebutan ini lebih cocok disandangkan untuk kakeknya. Beliau
berasal dari keturunan keluarga yang terhormat dan terkenal sebagai tokoh
keilmuan
Diantara karya Ibnu Rusyd adalah mencakup: Filsafat dan Hikmah,
Ilmu Kalam, Fiqih dan Ushul Fiqih, Ilmu Astronomi, Ilmu Nahwu,
Kedokteran. Yang diantaranya memiliki beberapa karya.
Dalam kitabnya Fash al Maqal, ibn Rusyd berpandangan bahwa
dalam mempelajari filsafat bisa dihukumi wajib. Dengan dasar argumentasi
bahwa filsafat tidak berubah ubah dalam mempelajari hal-hal wujud
sehingga lantas orang berusaha menarik pelajaran atau hikmah dan ibrah
darinya, sebagai sarana pembuktian akan adanya Tuhan Sang Maha
Pencipta. Semakin sempurna pengetahuan seseorang tentang maujud atau
tentang ciptaan Tuhan, maka semakin sempurnalah ia bisa mendekati
pengetahuan tentang adanya Tuhan. Demikian bila seseorang dalam
pemikirannya semakin menjauh dengan dasar-dasar Syar’i maka ada
beberapa tiga kemungkinan. Pertama, ia tidak memiliki kemampuan atau
kapasitas yang memadai berkecimpung dalam dunia filsafat, Kedua,
ketidakmampuan dirinya mengendalikan diri untuk untuk tidak terseret
pada hal-hal yang dilarang oleh agama dan yang Ketiga adalah ketiadaan
pendamping atau guru yang handal yang bisa membimbingnya memahami
denganbenar tentang suatu obyek pemikiran tertentu.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Hanafi. Pengantar Filsafat Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1990.

Faturrohman. Ibnu Rusyd dam Pemikirannya. Vol I, 2016, Januari juni.

Nasution Hasyimiyah. Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama,2002.Cet I.

Subriyadi, Dedi. Pengantar Filsafat Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2009.

Zar, Sirajuddin. Filsafat Islam Filosof dan Filsafatnya. Jakarta: PT Raja Grafinfo

Persada, 2007.

Anda mungkin juga menyukai