Anda di halaman 1dari 18

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Sosoknya Dr. Sir Muhammad Iqbal sangat fenomenal. Lebih dari siapa pun, Iqbal telah merekonstruksi sebuah bangunan filsafat Islam yang dapat menjadi bekal individu-individu Muslim dalam mengantisipasi peradaban Barat yang materialistik ataupun tradisi Timur yang fatalistik. Jika diterapkan maka konsep-konsep filosofis Iqbal akan memiliki implikasi-implikasi kemanusiaan dan sosial yang luas Bahasannya Muhammad Iqbal adalah seorang ilmuan dibidang filsafat dan dibidang ilmu agama sehingga Muhammad Iqbal dikenal masyarakat diseluruh dunia dan dizaman sekarang juga masih dikenal dan dipelajari ilmu dan filosof lainnya, dan alangkah baiknya kita sebagai generasi muda mengulas kembali tentang dan memperdalami ilmu-ilmu yang disebarkan oleh Muhammad Iqbal dan pemikiran-pemikiran Muhammad Iqbaltersebut. Sehingga saya tertarik untuk menulis kembali biografi serta pemikiran-pemikiran Muhammad Iqbal.

B. Rumusan Masalah Adapun masalah yang akan saya angkat dalam penulisan makalah ini yaitu : a. Tentang riwayat hidup Muhammad Iqbal b. Tentang karakteristik Muhammad Iqbal

c. Tentang rekonstruksi pemikiran-pemikiran Muhammad Iqbal

C. Tujuan Masalah Adanya tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk menambah wawasan dari ayng tidak tahu menjadi tahu.

BAB II PEMBAHASAN

A. Biografi Muhammad Iqbal Muhammad Iqbal lahir di Sialkot, kawasan Punjab pada tanggal 9 November 1877. Daerah ini sebelumnya merupakan bagian dari India, tetapi setelah Pakistan (1947) muncul sebagai Negara baru di Asia Selatan daerah tersebut masuk wilayah Pakistan.1 Iqbal memiliki kedua orang tua yang begitu perhatian terhadap

pendidikannya, yaitu ayahnya bernama Nur Muhammad dan ibunya bernama Imam Bibi. Mereka sudah mengajarkan kepada Iqbal kecil membaca Al quran dan Iqbal juga disuruh untuk menuntut ilmu di kuttab (surau) agar pemahaman Al qurannya lebih baik. Kesalehan orang tuanya sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian Iqbal. Pendidikan formalnya ia mulai di Scottish Mission School di Sialkot. Kemudia ia melanjutkan studinya ke govemment College di Lahore sampai mendapat gelar BA (Bacchelor of Arts) tahun 1897 dan MA (Master of Arts) tahun 1899. Setelah tamat Iqbal melanjutkan studinya ke Inggris yaitu Cambridge University, London dan ke Jerman yaitu Munich University bahkan Iqbal medapat gelar Doktor (1907) dalam bidang filsafat di universitas tersebut dengan desrtasinya The Development of Metaphisyich in Persia.2 Setelah Iqbal kembali ke India ia menjadi tenaga pengajar di alamamaternya dahulu, ia juga menjadi pengacara dan terlibat dalam kancah politik praktis. Dari banyaknya jabatan yang ia pegang , maka dapat dikatan Iqbal seelain seorang pemikir ulung ia juga sebagai politikus yang ulung.

1 2

Danusiri, Epistemologi Dalam Tasawuf Iqbal, 1996 :280 Ibid hal 281

Sebagai seorang pemikir, tentu tidak dapat sepenuhnya dikatakan bahwa gagasan-gagasannya tersebut lahir tanpa dipengaruhi oleh pemikir-pemikir sebelumnya. Jika dilihat dari kondisi sosial politik di masanya, Iqbal hidup pada masa kekuasaan kolonial Inggris. Pada masa ini, pemikiran kaum muslimin di benua India sangat dipengaruhi oleh seorang tokoh religius, yaitu Syah Waliyullah Ad-Dahlawi dan Sayyid Ahmad Khan . Kecuali Ahmad Khan, Syah Waliyullah adalah pemikir muslim pertama yang menyadari bahwa kaum muslimin tengah menghadapi jaman modern yang di dalamnya ada tantangan serius dari Inggris mengenai masalah pemahaman Islam, terlebih ketika Dinasti Mughal terakhir di India mengalami kekalahan saat melawan Inggris pada tahun 1857, yang juga sangat mempengaruhi 41 tahun kekuasaan Imperium Inggris , dan bahkan pada tahun 1858 British East India Company dihapus dan Raja Inggris bertanggungjawab atas pemerintah imperium India .3 Adapun filosof yang mempengaruhi Iqbal diantaranya:

\ Iqbal adalah filosof Muslim yang banyak dipengaruhi oleh banyak filosof Barat seperti Thomas Aquinas, Bergson, Nietzsche, Hegel dan masih banyak lagi yang lainnya Di antara sekian banyak filosof, menurut Donny Gahral, Nietzsche dan Bergsonlah yang paling banyak mempengaruhi Iqbal, oleh karena itu pemikiran kedua filosof ini akan dipaparkan sebagai berikut: Nietzsche dan Bergson sangat mempengaruhi Iqbal khususnya konsepnya tentang hidup sebagai kehendak kreatif yang terus bergerak menuju realisasi. Manusia sebagai kehendak kreatif tidak bisa dibelenggu oleh hukum mekanis maupun takdir sebagai rencana Tuhan terhadap manusia yang ditetapkan sebelum penciptaan. Namun semangat relegius Iqbal menyelamatkannya dari sikap atheisme yang dianut Nitzsche sebagai konsekuensi kebebasan kreatif manusia. Iqbal masih mempertahankan Tuhan dan mengemukakan argumentasi yang bisa mendamaikan kemahakuasaan Tuhan dengan kebebasan manusia.

Ibid hal 282

Iqbal juga menolak konsep Nitzsche maupun Bergson tentang kehendak sebagai sesuatu yang buta, khaotis, tanpa tujuan. Iqbal mengatakan bagaimanapun orang sadar bahwa dalam kehendaknya ia memiliki tujuan karena kalau tidak buat apa ia berkehendak, namun Iqbal menolak tujuan sebagai tujuan yang bukan ditetapkan oleh manusia sendiri melainkan oleh takdir atau hukum evolusionistik. Iqbal meninggal dunia pada uusia 71 tahun, tepatnya pada tanggal 20 April 1938. Kematian Iqbal merupakan kerugian bagi muslim India dan dunia muslim pada umumnya.4

B. Corak Pemkiran M. Iqbal Iqbal selain terkenal sebagai filosof, ahli hukum, pemikir politik, dan reformis muslim, juga dikenal sebagai penyair ulung. Faktor yang paling dominan dalam pembentukan pemikiran Iqbal adalah kepergiannya ke Eropa untuk mempelajari filsafat barat. Sejak saat itu, Iqbal memiliki kecenderungan intelektual yang khas. Kecintaannya pada nilai nilai dan tradisi Timur yang dipelajarinya selama berada di Negara kelahirannya, dan ditambah dengan penghargaannya yang tinggi terhadap tradisi keilmuan Barat, telah menjadikan Iqbal sebagai sosok yang menguasai warisan intelektual Timur (Islam) yang diiringi dengan pengetahuannya yang mendalam tentang filsafat Barat.5 Iqbal memandang sudah saatnya kaum muslim melakukan rekontruksi terhadap segala pemikiran yang berkembang di dunia Islam. Hal utama yang dilakukan dalam hal ini adalah menentang dualisme filsafat klasik abstrak, yang telah mempertahankan pikiran dan materi dalam wadah yang ketat. Menurut Iqbal, cita cita yang bersumber dari idealisme dan realisme bukanlah dua kekuatan yang saling bertentangan. Dari hal diatas, dapat dikatakan bahwa paradigma pemikiran yang dgunakan Iqbal untuk menelorkan gagasan rekontruksinya adalah dengan menggunakan
4 5

Mustofa, Filsafat Islam, 2007 : 333 Ibid hal 334

metodologi yang bersifat sintesis. Dia berhasil memadukan tradisi intelektual Barat dengan tradisi intelektual Timur dalam ssuatu paradigma berfikir. Namun demikian, upaya sintesis pemikiran Iqbal bukannya dilaksanakan tanpa sikap kritis. Dia seleksi terlebih dahulu apa yang datang dari Barat, sehingga pemikirannya tetap komprehensif: mencakup Timur dan Barat.

Bidang pendidikan telah menjadi salah satu agenda pembaruan intelektual Iqbal, karena ia melihat bahwa intelektualisme Islam pada waktu itu dapat dikatakan nyaris berhenti, karena kaum muslim telah berhenti mengambil inspirasi dari Al quran. Diagnosis yang ditawarkan Iqbal untuk menyembuhkan persoalan ini adalah dengan menumbuhkan kembali semangat intelektualisme melalui tiga sumber, yaitu serapan indrawi, rasio, dan intuisi. 6 Ketiga sumber diatas, menurut Iqbal harus diambil dan digunakan secara serempak, tanpa harus mengesampingkan salah satunya. Inilah yang disebut berfikir qurani. Apabila kaum muslim mampu melakukan cara berfikir semacam ini, maka revolusi pengetahuan dalam dunia Islam akan terjadi secara mengagumkan.

C. Karya-karya Muhammad Iqbal 1. Asrar-i Khudi (Rahasia Pribadi), (1915) 2. Bang-i Dara (Seruan dari Perjalanan), (1924) 3. The Recunstruction of Relegious Thought in Islam, (1930) 4. Payam-i Masyriq (Pesan dari Timur), (1923)7

D. Filosof-Filosof yang Mempengaruhi Iqbal Iqbal adalah filosof Muslim yang banyak dipengaruhi oleh banyak filosof Barat seperti Thomas Aquinas, Bergson, Nietzsche, Hegel dan masih banyak lagi yang lainnya. Di antara sekian banyak filosof, menurut Donny Gahral, Nietzsche
6 7

Ibid hal 225 Thawil Aikhiyar Dasoeki, 1993 :151

dan Bergsonlah yang paling banyak mempengaruhi Iqbal, oleh karena itu pemikiran kedua filosof ini akan dipaparkan sebagai berikut: Nietzsche dan Bergson sangat mempengaruhi Iqbal khususnya konsepnya tentang hidup sebagai kehendak kreatif yang terus bergerak menuju realisasi. Manusia sebagai kehendak kreatif tidak bisa dibelenggu oleh hukum mekanis maupun takdir sebagai rencana Tuhan terhadap manusia yang ditetapkan sebelum penciptaan. Namun semangat relegius Iqbal menyelamatkannya dari sikap atheisme yang dianut Nitzsche sebagai konsekuensi kebebasan kreatif manusia. Iqbal masih mempertahankan Tuhan dan mengemukakan argumentasi yang bisa mendamaikan kemahakuasaan Tuhan dengan kebebasan manusia. 8 1. Friedrich Nietzsche Filsafat Nietzsche (1844-1900) adalah filsafat kehendak untuk penguasaan. Konsep Nietzsche tentang kehendak untuk penguasaan berkaitan erat dengan konsep lebenphi-losophie tentang hidup. Tradisi lebenphilosophie memandang hidup bukan sebagai proses biologis, melainkan sebagai sesuatu yang mengalir, meretas, dan tidak tunduk pada apa pun yang mematikan gerak hidup. Nietzsche memandang hidup sebagai insting atas pertumbuhan, kekekalan dan pertambahan kuasa. Pendeknya, hidup menurut Nietzsche adalah kehendak untuk penguasaan.9 Berdasarkan konsep hidup sebagai kehendak untuk penguasaan, Nietzsche secara revolusioner mendekonstruksi tiga warisan klasik yang menjadi pondasi dasar peradaban Barat: filsafat, moralitas, dan agama (Yudeo-Kristiani) yang dinilainya tidak mewadahi kehendak untuk

penguasaan. Tiga serangkai yang membawa peradaban Barat menuju pada kehancuran bukan kemajuan. Ketiga warisan klasik peradaban Barat itu menurut Nietzche berlawanan dengan konsepnya tentang hidup.

8 9

Donny Gahral Adian, Muhammad Iqbal, (Bandung: Teraju),.34 Ibid hal 35

Iqbal memang terinspirasi Nietzsche, terutama dalam semangatnya. Hal ini tampak dari puisi lainnya tentang Nietzsche bahwa kita dapat meraih semangat yang positif dan harapan dari ketulushatiannya: Jika kau nada lembut, jangan datang padanya Gemuruh topannya adalah musik yang ditiup seruling penanya Ia celupkan pisau bedah ke lubuk hati Barat Tangannya berlumuran darah setelah membersihkan darah salib Kristus Pada pembangunan Kabah, ia mendirikan rumah berhala sendiri Hatinya adalah seorang mukmin, namun otaknya kafir Pergilah dan bakar dirimu di api unggun raja Namrudz ini Agar taman bunga Ibrahim berbunga dari api azar 2. Henry Bergson Henry Bergson (1859-1941) merupakan tokoh yang bisa dibilang paling berpengaruh terhadap pemikiran Iqbal, khususnya tentang intuisi dan lan vital. Bergson mengemukakan adanya dua cara pengenalan yaitu analisis dan intuisi. Analisis adalah aktivitas intelektual yang mengenali objek dengan observasi bergerak mengitari objek atau dengan memisahkan bagian-bagian konstituen objek kajiannya. Analisis bekerja dengan simbol-simbol tersebut selalu berupa generalisasi abstrak yang melenyapkan keunikan individu Intuisi, di lain pihak, menurut Bergson merupakan semacam rasio simpati yang mana subjek peneliti menempatkan dirinya dalam objeknya untuk menemukan apa yang unik dalamnya dan oleh karenanya tidak dapat diekspresikan. Berpikir secara intuitif adalah berpikir dalam durasi. Durasi sendiri dipahami sebagai waktu dalam bergerak berkelanjutan (continuous flow) dan bukan waktu yang terspesialisasi oleh rasio menjadi momen-momen atau titik-titik dalam garis. Rasio hanya mampu memahami bagian-bagian statis dan tidak mampu menangkap pergerakan terus-menerus (durasi). Elan Vital merupakan suatu kesadaran dari mana tumbuh kehidupan dan semua kemungkinan kreatifnya. Evolusi bersifat kreatif dan tidak deterministik seperti dikemukakan Darwin dan Marx karena masa depan

bersifat terbuka. Bergson menolak, berdasarkan argumen lan vitalnya, adanya tujuan final yang ditetapkan di depan.

E. Rekonstruksi Pemikiran-Pemikiran Islam Muhammad Iqbal 1. Filsafat Ego atau Khudi Konsep tentang hakikat ego atau individualitas merupakan konsep dasar dari filsafat Iqbal, dan menjadi alas penopang keseluruhan struktur pemikirannya. Masalah ini dibahas dalam karyanya yang ditulis dalam bahasa Persia dengan bentuk matsnawi berjudul Asrar-i Khudi; kemudian dikembangkan dalam berbagai puisi dan dalam kumpulan ceramah yang kemudian dibukukan dengan judul The Reconstruction of Relegious Thought in Islam10 Menurut Iqbal, khudi, arti harfiahnya ego atau self atau individualitas, merupakan suatu kesatuan yang riil atau nyata, adalah pusat dan landasan dari semua kehidupan, merupakan suatu iradah kreatif yang terarah secara rasional. Arti terarah secara rasional, menjelaskan bahwa hidup bukanlah suatu arus tak terbentuk, melainkan suatu prinsip kesatuan yang bersifat mengatur, suatu kegiatan sintesis yang melingkupi serta memusatkan kecenderungan-kecenderungan yang bercerai-berai dari organisme yang hidup ke arah suatu tujuan konstruktif. Iqbal menerangkan bahwa khudi merupakan pusat dan landasan dari keseluruhan kehidupan. Hal ini tercantum pada beberapa matsnawinya dalam Asrar-i Khudi. Bentuk kejadian ialah akibat dari khudi Apa saja yang kaulihat ialah rahasia khudi Dijelmakannya alam cita dan pikian murni Apa guna wujudmu melainkan untuk mengembangkan dayamu? Kalau kau perkuat dirimu dengan khudi Kau akan pecahkan dunia sesuka khudimu; Jika kau hendak hidup, isilah dirimu dengan khudi Apakah mati sebenarnya? Melepaskan semua khudi
10

Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama),185

Kenapa berkhayal itulah terpisahnya roh dari tubuh Bermukimlah dalam khudi, penaka Yusuf Majulah dari rebutan yang satu ke rebutan yang lain Pikirkanlah khudimu dan jadilah beraksi Jadilah manusia-Tuhan, kandunglah rahasia dalammu. Ego bagi Iqbal adalah kausalitas pribadi yang bebas. Ia mengambil bagian dalam kehidupan dan kebebasan Ego mutlak. Sementara itu, aliran kausalitas dari alam mengalir ke dalam ego dan dari ego ke alam. Karena itu, ego dihidupkan oleh ketegangan interaktif dengan lingkungan. Dalam keadaan inilah Ego Mutlak membiarkan munculnya ego relatif yang sanggup berprakarsa sendiri dan membatasi kebebasan ini atas kemauan bebasnya sendiri. Menurut Iqbal, nasib sesuatu tidak ditentukan oleh sesuatu yang bekerja di luar. Takdir adalah pencapaian batin oleh sesuatu, yaitu kemungkinan-kemungkinan yang dapat direalisasikan yang terletak pada kedalaman sifatnya. Untuk memperkuat ego dibutuhkan cinta (intuisi) dan ketertarikan, sedangkan yang memperlemahnya adalah ketergantungan pada yang lain. Untuk mencapai kesempurnaan ego maka setiap individu mesti menjalani tiga tahap. Pertama, setiap individu harus belajar mematuhi dan secara sabar tunduk kepada kodrat makhluk dan hukum-hukum ilahiah. Kedua, belajar berdisiplin dan diberi wewenang untuk mengendalikan dirinya melalui rasa takut dan cinta kepada Tuhan seraya tidak bergantung pada dunia. Ketiga, menyelesaikan perkembangan dirinya dan mencapai kesempurnaan spiritual (Insan Kamil). 2. Filsafat Ketuhanan Tuhan sebagai objek kajian metafisika memiliki kekhususan dibanding kedua objek metafisika lainnya. Apabila manifestasi lahiriah dari semesta maupun jiwa dapat ditangkap indra, maka hal yang sama tidak berlaku bagi realitas ketuhanan. Tuhan adalah suatu yang mutlak tidak ditangkap indra.

10

Metafisika yang mengkaji tentang Tuhan disebut filsafat ketuhanan (teologi naturalis) untuk membedakannya dari teologi adikodrati atau teologi wahyu. Apabila filsafat ketuhanan mengambil Tuhan sebagai titik akhir atau kesimpulan seluruh pengkajiannya, maka teologi wahyu sebagai titik awal pembahasannya. Filsafat ketuhanan berurusan dengan pembuktian kebenaran adanya Tuhan yang didasarkan pada penalaran manusia. Filsafat ketuhanan tidak mempersoalkan eksistensi Tuhan, disiplin tersebut hanya ingin

menggarisbawahi bahwa apabila tidak ada penyebab pertama yang tidak disebabkan maka kedudukan benda-benda yang relatif-kontigen tidak dapat dipahami akal. Paling tidak, terdapat tiga argumen besar dalam filsafat ketuhanan: argumen kosmologis, argumen teologis, dan argumen ontologis. Argumen kosmologis mengemukakan bahwa Tuhan harus ada, karena kalau tidak maka akan ada rangkaian kausalitas yang tak terhingga untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa. Argumen teologis mengemukakan bahwa dari struktur finalitas realitas dapat ditariik kesimpulan adanya Sang Pencipta yang menetapkan struktur tersebut. Sedangkan argumen ontologis mengemukakan bahwa Tuhan ada karena kita memikirkannya dan memprediksikan eksistensi terhadap Dirinya.11 Iqbal secara tegas menolak argumen-argumen para filosof skolastik tersebut. Baginya argumen-argumen ini telah menemui kegagalan. Di samping tampak sebagai suatu interpretasi pengalaman yang dibuat-dibuat, menurutnya argumen-argumen itu mengundang pula kesesatan logis. Iqbal mengungkapkan bahwa di antara penyebab kegagalan argumen-argumen ini adalah karena dipaksakannya dualisme epistemologis, yaitu pemisahan antara pikiran dan wujud (being). Padahal dalam argumen-argumen itu sendiri

11

Donny Gahral Adian, Muhammad Iqbal, (Bandung: Teraju),.60

11

sesungguhnya telah tersirat bahwa pikiran dan wujud pada akhirnya merupakan satu kesatuan. Iqbal sepakat dengan Kant bahwa rasio manusia memiliki keterbatasan dalam mengetahui hakikat Tuhan. Namun keterbatasan rasio tidak menjadikan Iqbal seorang skeptis seperti Kant, ia tetap meyakini bahwa manusia mampu memperoleh pengetahuan tentang Tuhan secara langsung melalui proses intuisi dalam pengalaman relegius. Dalam hal ini konsep intuisi Iqbal berbeda dengan konsep intuisi kaum mistikus. Apabila kaum mistikus menekankan kontak langsung dengan Tuhan lewat proses intuisi, Iqbal menolaknya dengan mengatakan bahwa apa yang pertama-pertama tersingkap secara kuat lewat intuisi adalah keberadaan ego atau diri yang kreatif dan bebas. Filsafat ketuhanan Iqbal berbeda dengan filsafat ketuhanan

kontemplatif karena Iqbal berangkat dari filsafat manusia yang menekankan pengetahuan langsung tentang keberadaan ego atau diri yang bebas-kreatif. Metafisika gerak Iqbal mengemukakan bahwa manusia bukanlah benda statis tetapi suatu aktivitas gerak dinamis-kreatif yang terus merindu akan kesempurnaan. Hidup keberagamaan sendiri menurut Iqbal adalah suatu proses evolusi yang dapat dibagi menjadi tiga tahap, iman, pemikiran dan penemuan. Pada tahap pertama yaitu tahap iman kita menerima apa yang difirmankan Tuhan tanpa keraguan sedikitpun. Pendeknya segala sesuatu yang berasal dari Tuhan adalah mutlak benar karena berasal dari Tuhan dan bukan konstruksi manusia. Pada tahap kedua yaitu tahap pemikiran. Kita tidak sekadar menaati secara buta firman Tuhan melainkan mulai memikirkan maksud dari firman tersebut atau singkatnya kita mencoba memahami secara rasional apa yang kita percayai.12 Dan pada tahap terakhir yaitu tahap

12

Thomas Aquinas, seorang teolog-filosof termasyhur Abad Pertengahan, mengemukakan suatu diktum berbunyi: fides quaerit intelectum atau iman mencari penjelasan rasional.

12

penemuan kita mencapai kontak langsung dengan realitas ultim yang merupakan sumber semua hukum dan kenyataan.13

F. Analisa Penulis Menurut Iqbal agama bukan sekadar sekumpulan ajaran untuk menekan aktivitas nafsu instingtif manusia (agama sebagai instrumen moral) seperti diklaim para psikoanalisis (Freud, Jung). Bagi Iqbal, agama lebih dari sekadar etika yang berfungsi membuat orang terkendali secara moral. Fungsi sesungguhnya adalah mendorong proses evolusi ego manusia di mana etika dan pengendalian diri menurut Iqbal hanyalah tahap awal dari keseluruhan perkembangan ego manusia yang selalu mendampakan kesempurnaan. Iqbal juga menolak konsep Nitzsche maupun Bergson tentang kehendak sebagai sesuatu yang buta, khaotis, tanpa tujuan. Iqbal mengatakan bagaimanapun orang sadar bahwa dalam kehendaknya ia memiliki tujuan karena kalau tidak buat apa ia berkehendak, namun Iqbal menolak tujuan sebagai tujuan yang bukan ditetapkan oleh manusia sendiri melainkan oleh takdir atau hukum evolusionistik.

13

Donny Gahral Adian, Muhammad Iqbal, (Bandung: Teraju),.94

13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Dari makalah yang saya tullis maka dapatlah kesimpulantentang riwayat Muhammad Iqbal dan pembuktian adanya tuhan sebab Muhammad Iqbal

beranggapan bahwa tuahan itu ialah iradah yang abadi. Adapun ajaran-ajaran Muhammad Iqbal yaitu diantaranya filssafat dan lain-lain. Dan Muhammad Iqbal dalam memproses adanya tuhan dengan memahami dengan menggunakan metode intuisi-intuisi yang merupakan suatu mata bahu yang tajam tetapi tidak boleh disamakan dengan sifat kemanusiaan yang utuh.

B. Kritik Dan Saran Bahwasanya dalam makalah ini masih banyak sekali kekirangan dan kesalahan yang harus kita benahi bersama, maka kritik dan saran dari teman-teman semua sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah ini untuk lebih baik dan yang baik.

14

DAFTAR PUSTAKA

Danusiri, Epistemologi Dalam Tasawuf Iqbal, Jakarta :CV Pustaka Setia 1996 Mustofa. 2007. filsafat islam. Bandung : CV Pustaka Setia

Adian, Donny Gahral, Muhammad Iqbal, Teraju, Bandung: 2003

Iqbal, Muhammad, Rekonstruksi Pemikiran Agama dalam Islam, Lazuardi, Yogyakarta: 2002

Nasution, Hasyimsyah, Filsafat Islam, Gaya Media Pratama, Jakarta: 1999

15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, serta sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar kita Muhammad SAW. Berkat rahmat dan hidayahnya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang yang berjudul Muhammad Iqbal Dengan adanya makalah ini penulis berharap semoga makalah ini dapat membantu para mahasiswa memahami tentang pemikiran Muhammad Iqbal. Penulis juga menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah memberikan waktu sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya, dan ucapan terimakasih juga untuk teman-teman yang memberikan dukungan kepada penulis. Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapt bermanfaat bagi para pembaca.

Bengkulu,

Penulis

16

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................. DAFATR ISI ................................................................................................

i ii iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................. B. Rumusan masalah.............................................................................. C. Tujuan ............................................................................................... 1 2 2

BAB II PEMBAHASAN A. Biografi ............................................................................................. B. Corak Pemkiran M. Iqbal ..................................................................... C. Karya karya Muhammad Iqbal .......................................................... D. Filososf yang mempengarui ............................................................... E. Rekonstruksi Pemikiran pemikiran Muhammad Iqbal........................ F. Analisa Penulis.................................................................................. 3 5 6 7 9 13

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................... B. Kritik dan Saran ............................................................................... 14 14

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

iii

ii17

MAKALAH FILSAFAT ISLAM Muhammad Iqbal

Oleh :

Dosen pembimbing :

PRODI ZAKAT DAN WAKAF FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI IAIN (BENGKULU) 2013

18

Anda mungkin juga menyukai