Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memasuki abad kesembilan belas, kemajuan ilmu pengetahuan dan


teknologi modern telah memasuki dunia Islam, oleh karena itu dalam sejarah
Islam dipandang sebagai fase permulaan periode modern. Kontak dengan
dunia barat mengakibatan terbawanya ide-ide baru ke dunia Islam seperti
rasionalisme, nasionalisme, demokrasi dan sebagainya. Semuanya itu
menimbulkan dialektika pemikiran di tengah problematika baru, sehingga
pemimpin Islampun mulai memikirkan cara mengatasi persoalan-persoalan
baru tersebut.

Sebagaimana halnya di Barat, di dunia Islam juga timbul pemikiran dan


gerakan untuk menyesuaikan paham-paham keagamaan Islam dengan
perkembangan baru. Dengan cara itu pemimpin-pemimpin Islam modern
mengharap akan dapat melepaskan ummat islam dari suasana kemunduran
untuk selanjutnya dibawa kepada kemajuan.

Periode modern (1800 M-dan seterusnya) merupakan zaman kebangkitan


Islam. Jatuhnya Mesir ke tangan Barat menginsafkan dunia Islam akan
kelemahannya dan menyadarkan umat Islam bahwa di Barat telah timbul
peradaban baru yang lebih tinggi dan merupakan ancaman bagi Islam. Raja-
raja dan pemuka Islam mulai memikirkan bagaimana meningkatkan mutu dan
kekuatan umat Islam kembali. Pada periode inilah timbul ide-ide
pembaharuan dalam Islam. Salah satu tokoh modern yang melahirkan ide-ide
pembaharuan dalam Islam ini adalah Jamaluddin Al-Afghani.

Jamaluddin Al-Afghani adalah seorang pemimpin pembaharuan dalam Islam


yang tempat tinggal dan aktivitasnya berpindah dari satu negara Islam ke
negara Islam lain, serta pengaruhnya terbesar ditinggalkannya di Mesir. Dia
dikenal sebagai seorang pembaharu politik di dunia Islam pada abad sembilan
belas[3]. Ia juga adalah perintis modernisme Islam, khususnya aktivisme anti
imperialis. Dia terkenal karena kehidupan dan pemikirannya yang luas, dan
juga karena menganjurkan dan mempertahankan sejak 1883, bahwa persatuan
Islam merupakan sarana untuk memperkuat dunia muslim menghadapi barat.

1
Dia pula tokoh yang pertama kali menganjurkan untuk kembali pada tradisi
muslim dengan cara yang sesuai dengan berbagai problem, mengusik Timur
Tengah di abad sembilan belas. Dengan menolak tradisionalisme murni yang
mempertahankan Islam secara tidak kritis disatu pihak, dan peniruan membabi
buta terhadap barat di pihak lain. Afghani menjadi perintis penafsiran ulang
Islam yang menekankan kualitas yang diperlukan di dunia modern, seperti
penggunaan akal, aktivitas politik, serta kekuatan militer dan politik.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana biografi Jamaluddin Al-Afghani ?


2. Bagaimana pergerakan Jamaluddin Al-Afghani dalam perkembangan
Islam ?
3. Apa saja pemikiran Jamaluddin Al-Afghani ?
4. Apa saja karya-karya dari Jamaluddin Al-afghani ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Jamaluddin Al Afghani

Jamaluddin Al Afghani adalah seorang pembaharu dalam Islam yang


berasal dari Afganistan. Lahir di desa Asad Abad, Kabul, Afganistan. Pada
tahun 1838 M beliau wafat di Istanbul pada tanggal 9 maret 1897. Beliau juag
mendapat gelar Sayyid karena berasal dari keturunan Husen bin Ali bin Abi
thalib.

Pada masa kecil dan remajanya Jamaluddin Al Afghani tinggal di


Afganistan tetapi kemudian dalam perjalanan hidup dan aktifitasnya
berpindah dari satu Negara kenegara yang lain seperti India, Mesir, Paris dan
Turki.

Ketika, ia berada di India, ia pun merasa tidak nyaman, karena wilayah


ini pun telah dikuasai oleh inggris. Akhirnya, ia memutuskan untuk pindah ke
Mesir pada tahun 1871. Ia menetap di Kairo, ibukota Mesir. Disana, ia
memusatkan perhatiannya pada bidang ilmiah dan sastra Arab. Ia pada masa
awal berada di Mesir, berusaha untuk tidak terlibat masalah politik. Ia banyak
mengadakan kegiatan ilmiah. Rumahnya dijadikan sarana untuk pertemuan
murid-murid dan pengikutnya. Disanalah ia memberikan ceramah, kuliah, dan
berdiskusi. Pesertanya sangat heterogen, ada dosen, pegawai pengadilan,
mahasiswa al-Azhar, dan lain-lain. Diantara murid yang menjadi pengikut
setianya adalah Muhammad Abduh, yang kemudian menjadi seorang tokoh
pembaharu juga.

Rupanya, ia tidak terlalu kerasan meninggalkan lapangan politik dan


pergerakan. Maka pada tahun 1876, ia masuk perkumpulan politik
“Freemanson” Mesir. Ketika itu, campur tangan Inggris dalam bidang politik
mulai meningkat. Dan pada tahun 1879, atas usaha Jamaluddin dan beberapa
kawannya, didirikanlah partai “Hizbul Wathan” (partai Nasional). Tujuan
partai ini adalah memperjuangkan p[endidikan universal, kemerdekaan pers,
dan usaha penertasi unsur-unsur Mesir dalam posisi militer. Dengan dukungan
partai ini, al-Afghani berhasil menggulingkan raja Mesir waktu itu, Khedewi
Ismail. Kemudian diganti oleh putra mahkota, Tawfiq, yang berjanji akan

3
melakukan berbagai pembaharuan sesuai dengan tuntutan Hizbul Wathan.
Inggris memandang al-Afghani sebagai seorang tokoh yang berpengaruh dan
berbahaya. Maka pada tahun 1879, ia keluar dari Mesir karena tekanan
Inggris.

Al-Afghani dipandang seorang tokoh penting, ketika berada di Mesir.


Masa delapan tahun berada di Mesir, ternyata memberikan pengaruh yang
tidak kecil bagi ummat Islam di sana. Ia merupakan tokoh yang mampu
membangkitkan gerakan berfikir orang-orang Mesir, sehingga negeri ini
memperoleh kemajuan. Mesir modern merupakan hasil usaha Jamaluddin al-
Afghani.

Ketika ia keluar dari Mesir, ia memutuskan untuk pergi ke paris,


Perancis. Di sini ia mendirikan perkumpulan yang diberi nama “Al-Urwah al-
Wutsqa”. Anggotanya terdiri atas orang-orang Islam dari India, Mesir, Suriah,
Afrika Utara, dan lain-lain. Diantara tujuan “Al-Urwah al-Wutsqa” adalah
memperkuat rasa persaudaraan Islam, membela Islam, dan membawa Islam
pada kemajuan. Untuk publikasinya, maka dibuatlah majalah dengan nama
yang sama dengan perkumpulan ini. Majalah itu begitu terkenal di dunia
Islam, termasuk di Indonesia. Sayangnya majalah ini tidak berumur panjang.
Peneribitannya terpaksa dihentikan karena dunia Barat melarang majalah ini
masuk ke negera-negara Islam atau Negara yang komunitasnya banyak
muslim, terutama Negara yang berda di bawah kekuasaan mereka.

Pada masa berikutnya, yakni pada tahun 1892, atas undangan Sultan
Abdul Hamid, al-Afghani selanjutnya pindah ke Intambul, Turki.
Pengaruhnya di berbagai Negara islam diperlukan dalam rangka pelaksanaan
polkitik Islam di Istambul. Bantuan dari Negara-negara muslim sangat
dibutuhkan Sultan Abdul hamid untuk menantang Eropa, yang pada waktu itu
semakin mendesak keberadaan dan kedudukan Kerajaan Utsmani di Timur
Tengah.

Menurut Harun Nasution kerjasama antara al-Afghani sebagai seorang


tokoh yang memiliki pemikiran demokratis tentang pemerintahan dengan
Sultan Abdul hamid yang mempertahankan kekuasaan otokrasi lama, tidak
dapat tercapai. Karena Sultan merasa ketakutan dengan pengaruh al-Afghani
yang cukup besar, maka kebebasan al-Afghani dibatasi oleh Sultan. Ia tidak
boleh keluar dari Istambul. Ia sampai akhir hayatnya menetap di sana. Ia

4
meninggal tahun 1897. Secara lahir ia merupakan tamu yang mendapat
penghormatan, tetapi hakikatnya sebagai tahanan Sultan Abdul Hamid.

B. Pergerakan Jamaluddin Al-afghani

Beberapa perjalanan Jamaluddin Al-afghani dalam meneruskan


perjuangan Islamnya, diantaranya yakni:

a. India dan Afghanistan

Sebagaimana tertulis diatas, semenjak Al-afghani menginjak usia dewasa


ia pergi dari Kabul menuju ke India untuk mendapatkan pendidikan
modern. Disini ia merasa tidak senang melihat kaum kolonialis yang
selalu menindas dan memeras rakyat. Terutama East India Company
(E.I.C) yang menyebabkan kehidupan kaum muslimin sangat
menyedihkan.

Di negara ini, ia memulai kiprah awalnya sebagai tokoh aktivis politik


yang ulung, hal itu dibuktikan dengan kepiawaiannya sebagai orator yang
mampu membakar semangat juang rakyat India, sehingga mendorong
rakyat India untuk bangkit melawan kekuasaan Inggris. Hasilnya, pada
tahun 1857 muncul kesadaran baru di kalangan pribumi India melawan
penjajah, sehingga perang kemerdekaan pertama di India pun meletus.

Setelah menetap beberapa lama di India, ia melanjutkan perjalanannya ke


Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji. Sepulang menunaikan ibadah
haji, Jamaluddin diminta penguasa Afghanistan, Pangeran Dost
Muhammad Khan untuk membantunya dalam pemerintahan. Tahun 1864,
Jamaluddin diangkat menjadi penasehat Sher Ali Khan. Beberapa tahun
kemudian ia diangkat menjadi Perdana Menteri oleh Muhammad A’zam
Khan.

Namun karena campur tangan Inggris dan kekalahannya atas golongan


yang disokong Inggris, Jamaluddin akhirnya meninggalkan Kabul ke
Mekkah. Inggris yang menilai Jamaluddin sebagai tokoh yang berbahaya
karena ide-ide pembaharuannya, terus mengawasinya. Ia tak
diperkenankan melalui jalan darat, juga tak diperkenankan bertemu
dengan pemimpin-pemimpin India. Melalui jalan laut, Jamaluddin
melanjutkan perjalanannya ke Kairo dan menetap untuk beberapa waktu
disana.

5
b. Mesir

Ketatnya pengawasan Negara Inggris terhadap dirinya, ia pun pergi


selama 40 hari dan tinggal di Kairo serta berkenalan dengan para
pencedekiawan dan mahasiswa Universitas Al-Azhar. Dalam setiap
ceramahnya, ia menarik perhatian semua orang Mesir terhadap bahaya
Eropa, Inggris yang bertekad untuk mempertahankan kedudukan mereka
di India, dengan jalan membangun kekuatan di Mesir untuk digunakan
bagi kepentingan nasional mereka sendiri.

Di Kairo, pada awalnya Jamaluddin mencoba menjauhkan diri dari politik


dengan memusatkan diri mempelajari ilmu pengetahuan dan sastra Arab.
Rumahnya dijadikan sebagai tempat pertemua para berbagai kalangan,
termasuk intelektual muda, mahasiswa dan tokoh-tokoh pergerakan.

Salah satu muridnya adalah Muhammad Abduh dan Saad Zaglul,


pemimpin kemerdekaan Mesir. Namun, politik tampaknya tidak pernah
lepas dari kiprah perjuangannya. Melihat campur tangan Inggris di Mesir,
Jamaluddin akhirnya kembali berpolitik. Inggris menghasut kaum teolog
ortodoks untuk melawan Jamaluddin.

Ini menjadi alasan Inggris mengusir Jamaluddin dari Mesir, 1897 dengan
bantuan dari Kadhi yang sedang berkuasa saat itu. Jamaluddin kembali
pergi ke Hyderabad Deccau (India).

c. India dan Perancis

Setelah pengusirannya dari Kairo, Al-afghani berkunjung lagi ke India, ia


singgah di Bombay dan kemudian pindah ke Hyderabad yang merupakan
pusat kebudayaan Islam pada masa itu. Kalangan ilmuan sudah
mengenalnya dari tulisan yang ia buat, salah satu tulisan yang ia terbitkan
di Hyderabad ini yakni risalah yang sangat terkenal, Pembuktian
Kesalahan Kaum Materialis. Risalah ini menimbulkan gejolak besar
kalangan materialis. Seperti pada tahun sebelumnya, ia kembali mengisi
ceramah-ceramah disana, akan tetapi lebih condong pada kajian politik.

Ia memulai dengan menyerang gagasan-gagasan Darwin dan kemudian


menegaskan bahwa hanya agamalah yang dapat menjamin stabilitas
masyarakat serta kekuasaan bangsa-bangsa, sedangkan materialisme
atheisme merupakan sumber-sumber kehancuran dan kemerosotan nilai

6
manusia. Ia menekankan penegasannya dengan memerinci bahwa
kepercayaan kepada Tuhan dan agama, memberikan kepada masyarakat,
pertama-tama dalam arti kolektif, kebanggaan memiliki pengetahuan
tentang keunggulan manusia atas hewan dan kebanggaan menjadi anggota
masyarakat yang paling baik yakni Islam. Ia menyalahkan materialisme
sebagai penyebab kehilangan supremasi politik beberapa Negara
(Epicurianisme di Yunani dan Rousseau di Perancis, dsb).

Di Perancis kegiatan Al-afghani bermacam-macam. Ia menulis dan


berbicara mengenai prinsip-prinsip, lembaga-lembaga serta prestasi Islam.
Dengan gigihnya ia menerangkan tentang cita-cita Negara Islam dan
perlunya pembaharuan negera itu. Ia tidak pernah berbicara menentang
kepercayaan lain, baik Kristen maupun Yahudi. Walaupun demikian,
ketika seseorang salah menggambarkan fakta tentang masa lampau Islam,
ia dengan berani menghadapi atas dasar intelektual.

Agar gagasan serta tujuan misinya dapat diketahui oleh masyarakat Islam
maupun penguasa mereka, Jamaluddin menerbitkan risalah mingguan
yang bernama Urwatul Wustqa (hubungan yang tak dapat dipisahkan)
yang mengecam keras Barat. Penguasa barat akhirnya melarang jurnal ini
diedarkan di Negara-negara Muslim karena dikhawatirkan dapat
menimbulkan semangat persatuan Islam. Karena dilarang diedarkan, usia
jurnal ini hanya 8 bulan dengan keseluruhan 18 nomor saja.

Tujuan pokok risalah itu ialah: Pertama, memberikan informasi kepada


umat Muslim tentang tipu daya kaum imperialis dengan maksud untuk
menggugah mereka kembali ke arah persatuan politik dan untuk
mengungkapkan kepada Negara-negara Islam bahwa beberapa Negara
Eropa sebenarnya mengambil keuntungan dari pertikaian-pertikaian serta
sikap naif terhadap Negara Islam itu sendiri. Kedua, untuk melindungi
perbatasan setiap Negara Islam terhadap setiap serangan ataupun
pengacauan dari Negara lain dan untuk menggunakan keseluruhan sumber
mereka guna menghadapi agresi. Ketiga, untuk berjuang bagi pembebasan
semua Negara yang dikuasai oleh kekuatan kolonial Barat.

Salah satu tujuan misi Jamaluddin di Paris ialah untuk menjelaskan


kepada Negara-negara Islam agar mereka membangun pertahanan
nasional mereka sendiri dan jangan menggantungkan diri pada potensi
militer Negara-negara Eropa.

7
d. Istanbul

Perjalanan perjuangan Jamaluddin akhirnya sampai juga ke Istambul,


Turki. Kepergian Jamaluddin ke Istambul atas permintaan Sultan Abdul
Hamid, Khalifah Utsmaniyyah. Sultan ketika itu ingin memanfaatkan
pengaruh Jamaluddin atas negera-negara Islam untuk menentang Eropa,
yang ketika itu mendesak kedudukan kekhalifahan Utsmani di Timur
Tengah.

Namun upaya Sultan itu gagal, karena keduanya ternyata berbedaan


pendapat yang cukup tajam. Abdul Hamid tetap mempertahankan
kekuasaaan otokrasi lama yang ortodoks, sementara Jamaluddin mencoba
memasukkan ide-ide pembaharuan dalam pemerintahan. Sultan akhirnya
membatasi kegiatan-kegiatan Jamaluddin dan melarangnya keluar dari
Istambul, sampai ajal menjemputnya.

C. Pemikiran Jamaluddin Al Afghani

Hampir semua peneliti dan pemerhati Sejarah Islam dan Barat sepakat
bahwa, dialah yang menghembuskan gerakan Islam modern dan mengilhami
pembaharuan di kalangan kaum muslimin yang hidup di tengah arus
modernisme. Dia juga terkenal sebagai orang yang besar pengaruhnya
terhadap gerakan pembebasan dan konstitusional yang dilakukan di negara-
negara Islam setelah zamannya.

Jamaluddin al-Afghani adalah seorang filosuf, orator, dan juga seorang


wartawan (jurnalis). Sebagai seorang yang beraktivitas di bidang politik,
beliau banyak melakukan perjalanan dari India dan Pakistan sampai ke
Istambul Turki, Kairo, Paris, London, dan beberapa negara lain. Beliau
bergaul dengan banyak masyarakat muslim di berbagai Negara untuk
menghidupkan kesadaran akan kekuatan yang dimiliki ummat Islam
yangsangat potensial untuk melawan tantangan kolonialisme

Apa yang dilihat Jamaluddin Al Afghani didunia barat dan apa yang
dilihat dan apa yang dilihat beliau didunia islam menurut beliau memberikan
kesan bahwa umat islam pada masanya sedang berada dalam kemunduran,
sementara dunia barat mengalami kemajuan. Melihat kondisi yang demikian
mendorong Jamaluddin Al Afghani untuk mengungkapkan pemikiran-

8
pemikiran baru diatarannya : pembaharuannya didasarkan atas keyakinan
bahwa agama sesuai untuk semua bangsa, zaman dan keadaan.

Menurut beliau tidak ada pertentangan antara ajaran islam dengan


kondisi yang disebabkan oleh perubahan zaman. Kalaupun ada dilakukan
penyesuaian dengan mengadakan interpretasi baru terhadap ajaran islam yang
tercantum dalam al-Qur’an dan Al-hadist yang tidak boleh menyimpang dari
kedua pedoman itu untuk menjamin hal itu dengan melakukan ijtihad. Oleh
karena itu beliau dikatakan sebagai orang yang menyerukan Suara Ijtihad
yang pertama pada zaman Modern.

Al-Afghani berpendapat bahwa kemunduran umat Islam disebabkan


antara lain karena umat telah meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang
sebenarnya. Ajaran qada dan qadar telah berubah menjadi ajaran fatalisme
yang enjadikan umat menjadi statis. Sebab-sebab lain lagi adalah perpecahan
di kalangan umat Islam sendiri, lemahnya persaudaraan antara umat Islam dan
lain-lain. Untuk mengatasi semua hal itu antara lain menurut pendapatnya
ialah umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang benar, mensucikan
hati, memuliakan akhlak, berkorban untuk kepentingan umat, pemerintah
otokratis harus diubah menjadi demokratis, dan persatuan umat Islam hars
diwujudkan sehingga umat akan maju sesuai dengan tuntutan zaman. Ia juga
menganjurkan umat Islam untuk mengembangkan pendidikan secara umum,
yang tujuan akhirnya untuk memperkuat dunia Islam secara politis dalam
menghadapi dominasi dunia barat. Ia berpendapat tidak ada sesuatu dalam
ajaran Islam yang tidak sesuai dengan akal/ilmu pengetahuan, atau dengan
kata lain Islam tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Selanjutnya
bagaimana ide-ide pembaharuan dan pemikiran politik Al-Afghani
tentangnegara dan sistem pemerintahan akan diuraikan berikut ini :

1. Bentuk negara dan pemerintahan

Menurut Al-Afghani, Islam menhendaki bahwa bentuk pemerintahan


adalah republik. Sebab, di dalamnya terdapat kebebasan berpendapat dan
kepala negara harus tunduk kepada Undang-Undang Dasar. Pendapat seperti
ini baru dalam sejarah politik Islam yang selama ini pemikirnya hanya
mengenal bentuk khalifah yang mempunyai kekuasaan absulot. Pendapat ini
tampak dipengaruhi oleh pemikiran barat, sebab barat lebih dahulu mengenal
pemerintahan republik, meskipun pemahaman Al-Afghani tidak lepas
terhadap prinsip-prinsip ajaran Islam yang berkaitan dengan dengan

9
kemasyarakatan dan kenegaraan. Penafsiran atau pendapat ersebut lebih maju
dari Abduh yaitu Islam tidak menetapkan suatu bentuk pemerintahan , maka
bentuk demikianpun harus mengikuti masyarakat dalam kehidupan materi dan
kebebasan berpikir. Ini mengandung makna, bahwa apapun bentuk
pemerintahan, Abduh menghendaki suatu pemerintahan yang dinamis.

Pemunculan ide Al-Afghani tersebut sebagai reaksi kepada salah satu


sebab kemunduran politis yaitu pemerintah absulot.

2. Sistem Demokrasi

Di dalam pemerintahan yang absulot dan otokratis tidak ada kebebasan


berpendapat, kebebasan hanya ada pada raja/kepala gegara untuk bertindak
yan tidak diatur oleh Undang-undang. Karena itu Al-Afghani menghendaki
agar corak pemerintahan absulot diganti dengan dengan corak pemerintahan
demokrasi.

Pemerintahan demokratis merupakan salah satu identitas yang paling


khas dari dari pemerintahan yang berbentuk republik. Demokrasi adalah
pasangan pemerintahan republik sebagaimana berkembang di barat dan
diterapkan oleh Mustafa Kemal Attaturk di Turki sebagai ganti pemerintahan
khalifah. Dalam pemerintahan negara yang demokratis, kepala negara harus
mengadakan syura dengan pemimpin-pemimpin masyarakat yang
berpengalaman, karena pengetahuan manusia secara individual terbatas sekali
dan syura diperintahkan oleh Allah dalam Al-Qur’an agar dapat dipraktekkan
dalam berbagai urusan.

Selanjutnya ia berpendapat pemerintahan otokrasi yang cenderung


meniadakan hak-hak individu tidak sesuai dengan ajaran Islamyang sangat
menghargai hak-hak individu. Maka pemerintahan otokrasi harus diganti
dengan pemerintahan yang bercorak demokrasi yang menjunjung tinggi hak-
hak individu. Menurut Al-Afghani, pemerintahan yang demokrasi
menghendaki adanya majelis perwakilan rakyat. Lembaga ini bertugas
memberikan usul dan pendapat kepada pemerintah dalam menentukan suatu
kebijakan negara. Urgensi lembaga ini untuk menghindari agar tidak muncul
pemerintahan yang absulot. Ide atau usul para wakil rakyat yan
berpengalaman merupakan sumbangan yang berharga bagi pemerintah.
Karena itu para wakil rakyat harus yang berpengetahuan dan berwawasan luas
serta bermoral baik. Wakil-wakil rakyat yang demikian membawa dampak

10
positif terhadap pemerintah sehingga akan melahirkan undang-undang dan
peraturan atau keputusan yang baik bagi rakyat.

Selanjutnya, para pemegang kekuasaan haruslah orang-orang yang


paling taat kepada undang-undang. Kekuasaan yang diperoleh tidak lantaran
kehebatan suku, ras, kekuatan material dan kekayaan. Baginya kekuasaan itu
harus diperoleh melalui pemilihan dan disepakati oleh rakyat. Dengan
demikian orang yang terpilih memiliki dasar hukum untuk melaksanakan
kekuasaan itu.

Pendapat di atas mengisyaratkan bahwa sumber kekuasaan menurut


Al-Afghani adalah rakyat, karena dalam pemerintahan republik, kekuasaan
atau kedaulatan rakyat terlembaga dalam perwakilan rakyat yang anggotanya
dipilih oleh rakyat.

3. Pan Islamisme / Solidaritas Islam

Al-Afghani menginginkan adanya persatuan umat Islam baik yang


sudah merdeka maupun masih jajahan. Gagasannya ini terkenal dengan Pan
Islamisme. Ide besar ini menghendaki terjalinnya kerjasama antara negara-
negara Islam dalam masalah keagamaan, kerjasama antara kepala negara
Islam. Kerjasama itu menuntut adanya rasa tanggung jawab bersama dari tiap
negara terhadap umat Islam dimana saja mereka berada, dan menumbuhkan
keinginan hidup bersama dalam suatu komunitas serta mewujudkan
kesejahteraan umat Islam.

Kesatuan benar-benar menjadi tema pokok pada tulisan Al-Afghani. Ia


menginginkan agar umat Islam harus mengatasi perbedaan doktrin dan
kebiasaan permusuhan. Perbedaan sekte tidak perlu menjadi hambatan dalam
politik, dan kaum muslimin harus mengambil pelajaran dari contoh Jerman,
yang kehilangan kesatuan nasionalnya karena terlalu memandang penting
perbedaan agama. Bahkan perbedaan besar dalam doktrin wilayah teluk,
antara sunni dan syi’ah, dapat dijembatani sehingga ia menyerukan kepada
bangsa Persia dan Afghan supaya bersatu, meskipun yang pertama adalah
syi’ah dan yang kedua adalah bukan, dan selama masa-masa akhir hidupnya ia
melontarkan ide rekonsiliasi umum dari kedua sekte tersebut.

Meskipun semua ide Al-Afghani bertujuan untuk mempersatukan


umat Islam guna menanggulangi penetrasi barat dan kekuasaan Turki Usmani

11
yang dipandangnya menyimpang dari Islam, tapi ide Pan-Islamnya itu tidak
jelas. Apakah bentuk-bentuk kerjasama tersebut dalam rangka mempersatukan
umat Islam dalam bentuk asosiasi, atau bentuk federasi yang dipimpin oleh
seseorang atau badan yang mengkoordinasi kerjasama tersebut, dan atau
seperti negara persemakmuran di bawah negara Inggris. Sebab ia mengetahui
adanya kepala negara di setiap negara Islam. Tapi, menurut Munawwir
Sjadzali, Pan-Islamismenya Al-Afghani itu adalah suatu asosiasi antar
negara-negara Islam dan umat Islam di wilayah jajahan untuk menentang
kezaliman interen, para pengusaha muslim yang lalim, menentang
kolonialisme dan imperialisme barat serta mewujudkan keadilan.

Al-Afghani menekankan solidaritas sesama muslim karena ikatan


agama, bukan ikatan teknik atau rasial. Seorang penguasa muslim entah dari
bangsa mana datangnya, walau pada mulanya kecil, akan berkembang dan
diterima oleh suku dan bangsa lain seagama selagi ia masih menegakkan
hukum agama. Penguasa itu hendaknya dipilih dari orang-orang yang paling
taat dalam agamanya, bukan karena pewarisan, kehebatan sukunya atau
kekayaan materialnya, dan disepakati oleh anggota masyarakatnya.

Inilah ide pemikir orisinil yang merupakan solidaritas umat yang


dikenal dengan Pan-Islamisme atau Al-Jamiah al Islamiyah (Persaudaraan
sesama umat Islam sedunia. Namun usaha Al-Afghani tentang Pan-
Islamismenya ini tidak berhasil.

Pokok-pokok Pikiran Jamaluddin Al Afghani tentang PAN ISLAMISME

Pan Islamisme

Jamaludin al-Afghani juga dipandang sebagai tokoh modernis


pertama. yang menyadari sepenuhnya akan dominasi Barat dan bahayanya
bagi dunia Islam. Oleh karena itu, ia banyak mengabdikan dirinya untuk
mengingatkan ummat islam di seluruh dunia akan dominasi Barat. Ia juga
melakukan usaha-usaha untuk mempertahankan wibawa Islam dan ummat
Islam. Ummat Islam menurutnya, harus meninggalkan peselisihan dan harus
berjuang di bawah panji bersama demi kepentingan Islam. Ia juga berusaha
membangkitkan semangat lokal dan nasional negeri-negeri islam. Oleh karena
pemikiran dan upayanya ini, al-Afghani dikenal sebagai ”Bapak
Nasionalisme” dalam Islam.

12
Ketika gerakan pembaharuan segera memasuki dunia politik Islam,
yang ditandai dengan munculnya gagasan ”Pan-Islamisme” Pada awalnya
sesungguhnya mulai didengungkan oleh tokoh gerakan Wahabiyah dan
Sanusiyah. Namun gagasan itu baru kemudian disuarakan dengan sangat
lantang oleh tokoh pembaharuan islam di bidang politik Jamaluddin al-
Afghani.

Semangat Pan-Islamisme yang menggelora tersebut, mendorong


Sultan Hamid II di Istambul ikut menggelorakannya. Bahkan gagasan ini
dengan sangat cepat mendapat sambutan hangat dari negeri-negeri Islam.
Tetapi gagasan Pan-Islamisme itu kemudian menjadi redup terutama setelah
Turki Utsmani bersama sekutunya, Jerman kalah dalam Perang Dunia I.
Disamping itu ikut dipengaruhi juga oleh dihapuskannya system kekhalifahan
oleh Musthafa kemal Attaurk di Turki. Ia seorang tokoh tokoh controversial
yang sebenarnya mendukung konsep nasionalisme dan rasa kestiaan terhadap
bangsa dan negara.

Adapun pengertian Pan Islamisme yaitu dari Yunani, Pan atau Pas
artinya semua. Artinya gagasan yang karena Islam merupakan kesatuan,
menyatakan bahwa semua umat muslim harus bersatu dalam menghadapi
dominasi barat. Istilah ini bercorak politik dan diberikan oleh pengamat barat
terhadap gagasan Jamaluddin Al Afghani. Tetapi Jamaluddin Al Afghani
menyebut sendiri gagasannya sebagai Jami’ah Islamiyah dan bercorak moral.

Pan Islamisme adalah persatuan umat islam dalam satu ikatan


kepercayaan (aqidah) islam. Dengan Pan Islamisme Jamaluddin Al Afghani
membangkitkan rasa solidaritas atau ukhuwah islamiyah seluruh dunia. Beliau
menyadarkan umat bahwa kondisi umat sedang terjajah oleh barat. tiap umat
muslim harus mempunyai rasa cinta terhadap tanah air dan rasa kesadaran
untuk membela agamanya. Karena tujuan penjajahan adalah untuk eksploitasi
dalam rangka penyebaran agama.

Pemikiran Jamaluddin Al Afghani dalam Pan Islamisme

Pada saat Jamaluddin Al Afghani berada di Istanbul untuk undangan


sultan Abdul Hamid II beliau membentangkan cita-cita pan Islamisme dan

13
mendapat sambutan baik dari sultan Abdul Hamid II. Pan Islamisme tersebut
mencakup beberapa bidang antara lain:

a. Bidang Politik

Dalam bidang politik ajaran yang dikumandangkan oleh Jamaluddin Al


Afghani dapat disimpulan sebagai berikut: “Dunia Nasrani sekalipun
mereka berbeda-beda dalam keturunan dan kebangsaan, mana kala
menghadapi timur khususnya Islam mereka bersatu menghancurkan
Islam.”

b. Bidang Pendidikan

Dalam bidang pendidikan Jamaluddin Al Afghani menekankan supaya


tiap-tiap negeri Islam

merusak atau menyimpangnya. Menemukan relevansi ajaran Islam


dengan perkembangan dan tuntutan zaman termasuk perubahan sosial
kemasyarakatan. Menyadarkan sekaligus menyeru umat islam untuk tetap
berpegang teguh pada Al-Quran dan as-Sunnah rasul dalam menjalani
berbagai membebaskan negerinya dari jajahan, tindasan, dan
mengusahakan kembali kemajuan ilmu dan filsafat seperti di zaman yang
lampau. Jamaluddin Al Afghani begitu yakin akan pentngnya menyerap
Sains Modern. Seperti halnya yang banyak termaktub dalam ayat-ayat Al-
quran yang menganjurkan dan mendorong manusia untuk banyak berfikir
dan menggunakan akalnya.

c. Bidang Kebudayaan

Jamaluddin Al Afghani menyerukan agar tiap bangsa mengembangkan


kesusastraan dan harus menghargai budaya sendiri karena budaya lain
belum tentu sesuai dengan nilai-nilai islam yang kadang malah merusak
moral.

d. Bidang Sosial

Pemikiran Jamaluddin Al Afghani dalam bidang sosial adalah idenya


persamaan antara pria dan wanita dalam hal kebebasan berfikir dan
kebebasan berakidah. Adapun dalam kebebasan berfikir seperti halnya
yang dilakukan oleh Ratu balqis pada zaman nabi sulaiman. Adapun

14
dalam kebebasan berakidah dapat di wujudkan dalam perihal kehidupan
rumah tangga yang manakala seorang istri melanggar apa yang dikatakan
suaminya.

Tujuan Pan Islamisme

Mempertahankan kemurnian Islam sekaligus pengalamannya serta


membersihkannya dari paham-paham asing bidang kehidupan, serta
menghidupkan ijtihad, menghapuskan taqlid buta, bid’ah dan khurafat.

Pengaruh Pan Islamisme Pada Dunia Islam

Jamaluddin Al Afghani adalah seorang pembaharu muslim yang mempunyai


cita-cita agar umat islam di seluruh dunia bersatu. Gagasan tersebut lebih
dikenal dengan nama Pan Islamisme. Dari Pan Islamisme yang
kumandangkan oleh Jamaluddin Al Afghani menarik minat penguasa seperti
Sultan Abdul Hamid juga masyarakat. karya-karya beliau menyebar ke
berbagai penjuru dunia sehingga mampu membangkitkan semangat bagi yang
membacanya khususnya di Negara yang sedang di jajah.

Pengaruh Pan Islamisme pada dunia islam dapat dilihat dari adanya
kebangkitan Islam karena umat islam menyadari akan posisinya yang terjajah.

Yang dimaksud dengan dunia islam ialah bagian dari dunia antara Maroko
sampai ddengan merauke; negeri-negeri dimana umat islam merupakan
golongan mayoritas. Yang termasuk dunia islam dapatlah dicatat disini seperti:
Maroko, Al-Jazair,Libia,Tunisia, Nigeria, Suadan, Mesir,Siria, Yordania, Irak,
Iran, Libanon, Saudi Arabia Afghanistan, Pakistan, Malaysia, Filipina Selatan
dan Indonesia.

Negara-negara tersebut diatas adalah yang termasuk dalam dunia islam.


Setelah perang dunia II satu demi satu negeri islam melepaskan diri dari
belenggu penjajahan menjadi negeri merdeka yang sebelumnya dijajah oleh
bangsa asig selama berabad-abad. Kebangkitan dunia Islam adalah sebagai
pengaruh dari Pan Islamisme. Hal tersebut seperti yang terjadi di :Indonesia,
India dan mesir.

15
D. Karya-karya Jamaluddin Al Afghani

Beberapa buku yang ditulis oleh al-Afghani antara lain Tatimmat al-
bayan (Cairo, 1879). Buku sejarah politik, sosial dan budaya Afghanistan.
Hakikati Madhhabi Naychari wa Bayani Hali Naychariyan. Pertama kali
diterbitkan di Haydarabad-Deccan, 1298 H/1881 M, ini adalah karya
intelektual Afghani paling utama yang diterbitkan selama hidupnya.
Merupakan suatu kritik pedas dan penolakan total terhadap materialisme.
Buku ini telah diterjemahkan ke dalam Arab oleh Muhammad Abduh dengan
judul Al-Radd 'ala al-dahriyyin (Bantahan terhadap Materialisme).

Kemudian Al-Ta'Liqat 'ala sharh al-Dawwani li'l-'aqa'id al-'adudiyyah


(Cairo, 1968). Berupa catatan Afghani atas komentar Dawwani terhadap buku
kalam yang terkenal dari Adud al-Din al-'Iji yang berjudul Al-‘Aqa’id
al-‘Adudiyyah. Berikutnya Risalat al-Waridat fi Sirr al-Tajalliyat (Cairo,
1968). Suatu tulisan yang didiktekan oleh Afghani kepada siswanya
Muhammad 'Abduh ketika ia di Mesir.

Khatirat Jamal al-Din al-Afghani al-Husayni (Beirut, 1931). Suatu


buku hasil kompilasi oleh Muhammad Pasha al-Mahzumi wartawan Libanon.
Mahzumi hadir dalam kebanyakan forum pembicaraan Afghani pada bagian
akhir dari hidupnya Buku berisi informasi yang penting tentang gagasan dan
hidup Afghani.

Di dalam Ensiklopedia Islam disebutkan beberapa karya Jamaluddin Al


Afghani yaitu :

Al-‘Urwah al-Wusqa ( ikatan yang kuat), Makidah asy-syarqiyah (tipu


muslihat orientalis), Diya al-khafiqain ( hilangnya timur dan barat), Risalah fi
ar-radd ‘Ala al-Masihiyyah (risalah untuk menjawab golongan kristen),
Haqiqah al-insan wa haqiqah al-watan (hakikat manusia dan hakikat tanah
air), Bab ma ya’ulu laihi amr al-muslimin (pembahasan tentang sesuatu yang
menjelaskan sesuatu yang melemahkan orang-orang islam).

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jamaluddin Al-Afghani adalah reformis pertama dalam pembaharuan


pemikiran Islam yang berpengaruh, khususnya di Mesir. Dia lebih banyak
bersifat pemimpin politik daripada pemimpin dan pemikir pembaharuan
Islam, tetapi kegiatan yang dijalankannya didasarkan pada ide-ide tentang
pembaharuan dalam Islam. Ia juga tokoh yang pertama kali merintis
penafsiran ulang Islam, yang menekankan kualitas yang diperlukan dunia
modern untuk membebaskan umat dari keterbelakangan, kebodohan dan
kemunduran yang dialami umat Islam.

Gagasan beliau yang menonjol adalah ide tentang Pan Islamisme


(persatuan dunia Islam ) yang menyangkut berbagai bidang :

Politik, adanya gagasan tentang pembebasan negeri-negeri Islam dari


Imperealisme.

Pendidikan, seruan kepada kaum muslimin akan pentingnya menyerap Sains


Modern.

Kebudayaan, menyeru agar tiap bangsa mengembangkan kebudayaan dan


menghargai budaya sendiri.

Sosial, ide tentang persamaan antar pria dan wanita dalam hal kebebasan dan
berakidah.

Dia tidak ragu mensosialisasikan gagasan negara berbentuk republik


dan kepala negara dipilih oleh rakyat dengan cara demokratis. Karena dengan
prinsip seperti itu musyawarah sebagai pilar penting dalam menjalankan
pemerintahan lebih terbuka untuk dilaksanakan. Dengan prinsip musyawarah
akan menghindarkan dari kesewenangan penguasa.

Salah satu sisi kekurangan dalam mengungkapkan gagasan dan ide-ide


pembaharuannya adalah terbatasnya literatur primer yang ditulisnya sendiri.

17
Al-Afghani lebih banyak dikenal melalui tulisan-tulisan orang lain tentang
dirinya atau yang menginterpretasikan pemikirannya.

B. Saran

Penelitian ini masih terbatas dalam relevansi judul ini saja. Hendaklah
dalam penelitian selanjutya, dilakukan dengan Iebih memperdalam
pembahasan biografi dan Pemikiran Jamaluddin Al Afghani.

18
DAFTAR PUSTAKA

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam,J II BAru Van Hoeven,


(Jakarta: 1993), 298

Ensiklopedi Islam…,299

https:///id.m.wikipedia.org/wiki/Jamal-Din_Afgan.

https:///islamic-methodology.blogspot.co.id/2010/07/pemikiran-politik-
jamaluddin-alafghani.

19

Anda mungkin juga menyukai