Anda di halaman 1dari 6

A.

Kerajaan Turki Usmani


Kerajaan Turki Usmani berawal dari bangsa Turki dari kabilah Oguz
yang mendiami wilayah Kerajaan Mongol dan daerah utama negeri Cina.
Dalam jangka waktu kira - kira 3 abad, mereka pindah ke Turkistan, kemudian
ke Persia dan Irak. Mereka masuk Islam pada abad ke 9 M, ketika mereka
menetap di Asia Tengah. Di bawah tekanan serangan – serangan Mongol pada
abad ke 13 M, mereka melarikan diri ke daerah barat dan mencari tempat
pengungsian di tengah – tengah saudara mereka, orang – orang Turki Seljuk di
dataran tinggi Asia kecil. Di bawah pimpinan Ertogrul, mereka mengabdikan
diri kepada Sultan Alauddin Kaikobad, Sultan Seljuk yang kebetulan sedang
berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan mereka , Sultan Alauddin
Kaikobad mendapat kemenangan. Atas jasa baik itu, Sultan Alauddin Kaikobad
menghadiahkan sebidang tanah di Asia kecil dekat perbatasan Bizantium.
Sejak itu mereka terus membina dan mengembangkan wilayah tersebut.
Entogrul meniggal dunia pada tahun 1289 M. Kepemimpinan dilanjutkan
oleh putranya yang bernama Usman. Putra Entogrul inilah yang dianggap
sebagai pendiri Kerajaan Turki Usmani. Usman memerintah antara tahun 1290
– 1326 M. Sebagaimana ayahnya, ia banyak berjasa pada Sultan Alauddin
Kaikobad. Beliau berhasil menduduki benteng – benteng Bizantium yang
berdekatan dengan kota Broissa, Turki. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol
menyerang kerajaan Seljuk dan Sultan Alauddin Kaikobad terbunuh. Kerajaan
Seljuk ini kemudian terpecah – pecah dalam beberapa kerajaan kecil. Usman
kemudian menytakan kemerdekaan dan kemudian berkuasa penuh atas daerah
yang didudukinya. Sejak itulah kerajaan Turki Usmani dinyatakn berdiri.
Penguasa pertamanya adalan Usman yang disebut juga dengan Usman I dengan
gelar Padisyah al-Usman (raja besar keluarga Usman).
Setelah Usman I mengumumkan berdirinya kerajaan Turki Usmani pada
tahun 1300 M, setapak demi setapak wilayah kerajaan diperluasnya. Ia
menyerang perbatasan Bizantium dan menaklukan kota Broissa pada tahun
1317 M. Pada tahun 1326 M, kota Broissa dijadikan sebagai ibukota kerajaan.
Pada masa pemerintahan Orkhan (1326 M – 1359 M), kerajaan Turki Usmani
menaklukan Izmir (Smirna) tahun 1327 M, Tawasyanli (1330 M), Iskanderun
(1338 M), Ankara (1354 M), dan Galipoli (1356 M).
Murad I kemudian menggaantikan Orkhan dan berkuasa dari tahun 135-
1389 M. Selain menetapkan keamanan dalam negeri, ia melakukan perluasan
ke benua Eropa. Murad I berhasil menaklukan Adrianopel, Macedonia, Sofia,
Salonika, dan seluruh bagian utara Yunani. Mereka merasa cemas terhadap
kemajuan ekspansi kerajaan ini ke Eropa, Paus mengobarkan semangat perang.
Mereka menyiapakan pasukan untuk memukul mundur Turki Usmani. Pasukan
ini dipimpin oleh Sijisman, Raja Hongaria. Sultan Bayazid I (1389-1402
M)yang menggantikan Sultan Murad I berhasilmenghancurkan pasukan ini.
Pada tahun 1402 M, tentara Mongol yang dipimpin Timur Lenk menyerang
Asia Kecil. Dalam serangan ini, tentara Turki Usmani mengalami kekalahan.
Sultan Bayazid I tertawan dan wafat pada tahun 1403 M. Serangan Timur Lenk
ini untuk sementara menghentikan ekspansi kerajaan Turki Usmani.
Setelah Timur Lenk menigggal dunia pada tahun 1405 M, Mongol
pecah dan dikuasai oleh ana – anaknya yang saling berselisih. Kondisi ini
dimanfaatkan oleh kerajaan Turki Usmani untuk melepaskan diri dari
kekuasaan Mongol. Namun, pada saat itu juga terjadi perselisihan diantara
putra – putra Bayazid (Muhammad, Isa, dan Sulaiman). Setelah sepuluh tahun
perebutan kekuasaan terjadi, akhirnya Muhammad berhasil mengalahkan
saudara – saudaranya. Usaha Muhammad yang pertama kali ialah mengadakan
perbaikan – perbaikan dan meletakkan dasar – dasar keamanan dalam negeri.
Usahanya ini diteruskan oleh Murad II (1421 – 1451 M) sehinnga kerajaan
Turki Usmani mencapai puncak kemajuannya pada masa Muhammad II yang
bergelar Muhammad al-Fatih (1451 -1481 M).
Prestasi utama Sultan Muhammad al-Fatih adalah keberhasilannya
menaklukan Konstantinopel pada tahun 1453 M. terbukanya Konstantinopel
sebagai benteng pertahanan terkuat kerjaan Bizantium memudahkan arus
ekspansi kerajaan Turki Usmani ke benua Eropa. Akan tetapi, ketika Sultan
Salim I (1512-1520 M) naik tahta, ia mengalihkan perhatian ke arah Timur
dengan menaklukan Suriah, Persia, dan Mesir. Usaha Sultan Salim I ini
dilanjutkan oleh Sultan Sulaiman al-Qanuni (1520-1566 M). Ia mengarahkan
ekspansinya ke salah satu arah Timur atau barat, tetapi seluruh wilayah yang
berada disekitar wilayah Turki Usmani menjadi objek yang menggoda hatinya.
Sulaiman berhasil menundukkan Irak, Belgrade, Pulau Rodes, Tunis, Budapest,
dan Yaman di Asia, Mesir, Libia, Tunisia, Aljazair di Afrika, Bulgaria, Yunani,
Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania di Eropa.
Setelah Sultan Sulaiman meninggal dunia, terjadilah perebutan kekuasaan
diantara putra – putranya. Hal ini yang menyebabkan Kerajaan Turki Usmani
mulai mundur. Akan tetapi, meski terus mengalami kemunduran, kerajaan ini
untuk masa beberapa abad masih dipandang sebagai Negara yang kuat,
terutama dalam bidang militer. Kerajaan ini memang masih lima abad lagi
setelah itu.
Kemajuan dan perkembangan Kerajaan Turki Usmani yang demikian luas
dan berlangsung cepat itu diikuti pula oleh kemajuan – kemajuan dalam bidang
- bidang kehidupan. Bidang – bidang itu adalah ;

1. Bidang Militer
Untuk pertama kali, kekuatan militer kerajaan ini mulai, diorganisasi
dengan baik dan teratur ketika terjadi kontak senjata dengan Eropa. Ketika
itu, pasukan tempur Kerajaan Turki Usmani sudah terorganisasi.
Pengorganisaian yang baik, taktik, dan strategi tempur militer Kerajaan
Turki Usmani berlangsung tanpa halangan berarti. Nmun, tidak lama setelah
kemenangan tercapai, kekuatan militer ini melemah. Kesadaran prajuritnya
menurun. Mereka merasa dirinya sebagai pemimpin – pemimpin yang
berhak menerima gaji. Akan tetapi, keadaan tersebut segera dapat diatasi
oleh Orkhan dengan jalan mengadakan perombakan besar – besaran dalam
tubuh militer.
Pembubaran yang dilakukan oleh Orkhan tidak hanya memindahkan
pimpinan – pimpinan militer, tetapi juga merombak prajurit – prajuritnya
dalam keanggotaan. Bahkan anak – anak Kristen yang masih kecil
diasramakan dan dibimbign dalam suasana Islam untuk di jadikan prajurit.
Program ini berhasil membentuk pasukan baru yang disebut pasukan
Jenissari atau Inkisyariah. Pasukan inilah yang mebuat kerajaan Turki
Usmani memiliki mesin peran yang sangat kuat dan memberikan dorongam
yang sanagt besar dalam penaklukan negeri – negeri non muslim.
Disamping Jenissari, ada lagi prajurit dari kaum feudal yang dikirim kepada
pemerintah pusat. Pasukan ini disebut tentara atau kelompok militer
Taujiah. Angkatan laut juga dibenahi karena mempunyai peranan yang
besar dalam ekspansi kerajaan Turki Usmani. Kekuatan militer yang
tangguh itu membuat kerajaan Turki Usmani dengan cepat mampu
menguasai wilayah yang sangat luas, baik di Asia, Afrika, maupun Eropa.
Factor utama yang mendorong kemajuan di lapangan kemiliteran ini ialah
tabiat bangsa Turkiitu sendiri yang bersifat militer, berdisiplin, dan patuh
terhadap aturan. Tabiat ini merupakan tabiat alami yang mereka warisi dari
nenek moyang mereka di Asia Tengah.

2. Bidang Pemerintahan
Keberhasilan ekspansi kerajaan Turki Usmani dibarengi pula dengam
terciptanya jaringan pemerintahan yang teratur. Dalam mengelolah wilayah
yang luas, sultan – sultan Turkin Usmani senantiasa bertindak tegas. Dalam
struktur pemerintahan, Sultan merupakan penguasa tertinggi. Ia dibantu oleh
sadr al-‘azam (perdana menteri) yang membawahi pasya (gubernur) .
Gubenur mengepalai daerah tingkat I. Dibawahnya terdapat beberapa orang
az-zanariq atau al-alawiyah (bupati).
Untuk mengatur urusan pemerintahan Negara , Sultan Sulaiman I menyusun
sebuah kitab undang – undang. Kitab tersebut diberi nama Multaqa al-abhur
yang menjadi dasar hokum di kerajaan Turki Usmani hingga datangnya
reformasi pada abad ke 19.

3. Bidang Budaya
Kebudayaan diwilayah Turki Usmani merupakan perpaduan berbagai
macam kebudayaan, diantaranya kebudayaan Persia, Bizantium, dan Arab.
Dari kebudayaan Persia, merka mengambil ajaran tentang etika dan tata
krama dalam istana raja – raja. Organisasi pemerintahan dan kemiliteran
banyak mereka serap dari Bizantium. Ajaran tentang prinsip ekonomi, social,
kemasyarakatan, kelimuan dan huruf, mereka terima dari bangsa Arab.

4. Bidang Ilmu Pengetahuan


Dalam bidang ilmu pengetahuan, mereka tidak terlalu menonjol. Oleh karena
itu, dalam khazanah intelektual Islam, kita tidak menemukan ilmuwan
terkemuka dari kerajaan Turki Usmani. Meskipun demikian, mereka banyak
berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur Islam berupa bangunan –
bangunan masjid yang indah.

5. Bidang Agama
Masyarakat digolongkan berdasarkan agama. Kerajaan sendiri sangat terikat
dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Di pihak
lain, kajian ilmu ke agamaan, seperti fikih, ilmu kalam, tafsir, dan hadis
tidak mengalami perkembangan yang berarti.

B. Kerajaan Mugal
Kerajaan Mugal didirikan di India oleh Zahiruddin Babur (1482-1530 M),
salah seorang cucu dari Timur Lenk. Ayahnya bernama Umar Mirza, penguasa
Fergana. Babur mewarisi daerah Fergana dari orang tuanya ketika ia masih
berusia 11 tahun. Ia bertekad menaklukan Samarkand yang menjadi kota
penting di Asia Tengah pada masa itu. Pada mulnya mengalami kekalahan,
tetapi karena mendapat bantuan dari Raja Safawi, Ismail I, ia berhasil
menaklukan Samarkand pada tahun 1494 M. Pada tahun 1504 M, ia menduduki
kota Kabul, ibukota Afganistan.
Babur kemudian meneruskan ekspansinya ke India. Pada saat itu, Ibrahim
Lodi, penguasa India, dilanda krisis seehingga stabilitas pemerintahan menjadin
kacau. Alam Khan dan Daulat Khan kemudian meminta bantuan Babur untuk
menjatuhkan Ibrahim Lodi. Permhonan itu langsung diasanggupi oleh Babur.
Pada tahun 1525 M, Babur berhasil menguasai Punjab dangan ibukotanya
Lahore. Setelah itu ia memin\mpin tentara menuju New Delhi. Pada tahun 1526
M, terjadilah pertempuran dahsyat di Panipat. Ibrahim beserta tentaranya
terbunuh di pertempuran itu.
Setelah kerajaan Mugal berdiri, raja-raja Hindu diseluruh India bersatu
untuk menyerang Babur. Namun, dapat dikalahkan oleh Babur. Pada tahun
1530 M, Babur meninggal dunia di usia 48 tahun setelah 38 tahun berkuasa.
Pemerintahan selanjutnya dipegang oleh putra sulungnya, Humayun.
Sepanjang masa kekuasaan Humayun selama 9 tahun (1530-1539 M)
Negara tidak pernah aman. Diantara tantangan yang muncul adalah
pemeberontakan Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang memisahkan diri dari
Delhi. Pemberontakan ini dapat dipadamkan. Bahadur Syah melarikan diri ke
Gujrat. Pada tahun 1540 M, terjadi petempuran dengan Sher Khan Syah setelah
hamper 15 tahun berkelana meniggalkan Delhi. Ia kembali ke India dan
menduduki takhta kerajaan Mugal pada tahun 1555 M. Setahun setelah itu, ia
meniggal dunia karena terjatuh dari tangga perpustakaannya, Din Panah.
Humayun digantikan putranya yang bernama Akbar. Pada masa
pemerintahannya kerajaan Mugal mencapai keemasan. Akbar menerapkan
politik Sulakhul, yaitu politik yang menekankan kesamaan derajat rakyat India
Bersamaan dengan majunya Kerajaan Mugal di bidang ekonomi, bidang
seni dan budaya juga berkembang. Karya seni terbesar yang penah di buat
antara alin, istana Fatehpur Sikri yang dibangun Akbardi kota Sikri, serta Taj
Mahal yng dibangun Syah Jenan.
Setelah Aurangzeb meninggal dunia, takhta kerajaan dipegang oleh raja –
raja yang lemah. Di pihak lain, pada pertengahan abad ke 18 M, Inggris sudah
mulai menancapkan kukunya di India. Pada tahun 1858 M, Bahadur Syah II di
usir oleh Inggris dari istananya. Berakhirnya kekuasaan Bahadur Syah II
menandai pula berakhirnya kerajaan Mugal. Dengan demikian, berakhir pula
kekuasaan Islam pada abad pertengahan.

C. Kerajaan Syafawi
Kerajaan Syafawi didirikan oleh Syah Ismail Safawi pada tahun 907 H /
1501 M di Tabriz. Kerajaan Safawi merupakan salah satu dari kerajaan Islam
terbesar pada abad pertengahan. Di sebelah Barat, kerajaan ini berbatasan
dengan Kerajaan Turki Usmani, dan disebelah Timur Berbatasan dengan
kerajaan Mugal.
Kerajaan Safawi menjadikan Syiah sebagai mashab resmi Negara dan
menjadikan Persia sebagai pusat dari aliran ini. Sampai saat ini, Persia / Iran
dikenal sebagai pusat dari aliran Syiah.
Kerajaan Syafawi mencapai kejayaan pada masa pemerintahan Syah
Ismail Safawi (1502-1524 M), Syah Tahmasp I (1524-1576 M), dan Syah
Abbas I (1588-1629 M). pada tahun 1736, Nadir Syah berhasil mengalahkan
kerajaan Safawi dan mengakhiri kekuasaannya.

Anda mungkin juga menyukai