Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
makalah ini membahas tentang sejarah islam di afrika. Islam yang
merupakan agama pembebas bagi kalangan tertindas dan hegemoni penguasa yang
non Islam seperti Persia dan Romawi, acap kali dianggap agama yang identik
dengan darah dan pedang. Anggapan tersebut sama sekali tidaklah terbukti
karenaIslam merupakan agama pembela bagi kalangan tertindas, tidak terkecuali
di wilayah Afrika.
Afrika adalah tempat bermacam-macam bangsa dan kebudayaan yang
banyak sekali. Afrika adalah negeri dengan pertentangan yang sangat mencolok dan
keindahan yang liar. Di sana juga terdapat banyak masalah termasuk perang,
kelaparan, kemiskinan, dan masalah penyakit. Di Afrika terdapat gurun Sahara yang
merupakan gurun pasir terbesar di dunia. Gurun itu terbentang mulai dari samudra
Atlantik di barat hingga laut merah di sebelah timur. Sahara meliputi seperempat
dari seluruh benua itu.
Realitas wilayah Afrika merupakan daerah yang berada dibawah
kekuasaan kekaisaran Romawi, yaitu sebuah kekaisaran yang super power pada
masa itu. Dalam sejarah peradaban dunia, bahwa kaisar-kaisar Romawi dikenal
sebagai penguasa yang kejam, lalim dan berdarah penjajah. Namun pada
kenyataannya, justru Islam dapat berkembang di Afrika dan populasi penduduk
muslimnya mencapai 75 juta dari 500 juta jumlah populasi umat muslim seluruh
dunia. Di Afrika juga terdapat dinasti-dinasti yang ikut terlibat dan
mewarnaiIslamisasi di wilayah tersebut.
Berkaitan dengan hal diatas, makalah ini membahas tentang bagaimana
perjalanan penyebaran Islam di wilayah Afrika (khususnya Afrika Utara dan Sub
Sahara) sehingga Islam dapat diterima di wilayah yang telah dikuasai oleh
penguasa-penguasa Romawi tersebut dan dinasti apasaja yang telah berkuasa
dalam sejarah perjalanan islam di afrika.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dalam makalah ini
dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:
1. Bagaimana proses islamisasi di Afrika dari masa ke masa
2. Dinasti apa saja yang berkuasa dalam proses islamisasi di Afrika
3. Bagaimana proses islamisasi di wilayah Afrika Sub Sahara
4. Perkembangan Islam di Asia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Islamisasi di Afrika dari masa ke masa


Nama Afrika berasal dari bahasa latin, yaitu Africa terra yang berarti tanah
Afri. Afrika merupakan benua terluas nomor dua setelah Asia, yaitu 20 % dari
seluruh total daratan bumi dan penduduknya mencapai sepertujuh dari seluruh
populasi dunia.[4] Sebutan bagi penduduk Afrika biasa dikenal dengan nama Berber
dan Negro. Bangsa Negro sangat majemuk, bahkan mendominsi dari jumlah
penduduk di benua Afrika, aktifitas keagamaannya sangat beragam yang
mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari.
Afrika utara adalah bagian dari daerah di benua Afrika di mana budaya
dan penduduknya berbeda dengan daerah-daerah di Afrika lainnya. Afrika Utara
adalah sebuah kehidupan masyarakat Berber yang bersifat kesukuan, berpindah-
pindah dari satu tempat ke tempat lain dan patriarkhi.[5] Penduduk Afrika Utara
sebagian besar termasuk ras kulit putih dan merupakan penutur bahasa Afro-
Asia.[6] Sebelum Islam masuk ke daerah Afrika Utara, daerah ini merupakan daerah
dibawah kekuasaan Romawi.
Secara geografis, Afrika Utara merupakan wilayah bergurun. Dalam
terminologi Arab, daerah ifriqiyah merupakan bagian dari Afrika Utara yaitu wilayah
Libya, Tunisia, Al-Jazair, dan Maroko. Seluruh wilayah tersebut oleh orang-orang
Arab dikenal dengan sebutan Al-Maghribi.[7]
Penyebaran Islam di Afrika bermula pada masa Nabi Muhammad ketika ada
kontak pertama kali antara Islam dengan Afrika, yaitu setelah para sahabat hijrah ke
Habsyi dan mendapatkan sambutan baik dari raja Najjasyi maupun penduduk
setempat. Penyebaran Islam kemudian dilanjutkan pada masa Khalifah Umar Ibn
Khattab dengan mengutus Amr ibn 'Ash. Pasukan muslim dibawah panglima Amr ibn
'Ash berhasil memasuki Mesir dengan mengelahkan tentara Bizantium yaitu pada
tahun 639-644 M, dan mendirikan kota Fusthat sebagai ibu kota pertama di wilayah
Afrika.[8]
Penyebaran Islam ke wilayah Afrika kemudian dilanjutkan oleh khalifah ke
tiga yaitu Khalifah Utsman ibn Affan dengan mengirim Abdullah ibn Saad ibn Abi
Sarah yang berhasil mengalahkan tentara Romawi di Laut Tengah dan mengalahkan
tentara Bizantium dan terus maju sampai ke Barqah dan Tripoli dan terus merangsek
sampai ke daerah Carthage, yaitu ibu kota Romawi di Afrika Utara.[9] Perluasan
wilayah Afrika sedikit terganggu dengan adanya suhu politik di Madinah yang kurang
mendukung sehingga perluasan wilayah tidak memungkinkan untuk dilanjutkan.
Kondisi ini dimanfaatkan oleh Raja Konstantine III untuk merebut kembali
kekuasaannya atas wilayah Afrika.
Penyebaran Islam mengalami kemajuan pesat ketika pada masaMuawiyah
ibn Abi Sofyan dengan mengutus seorang yang bernama Uqbah ibn Nafi' menjadi
gubernur di Afrika pada 666 M dan menjadikan kota Qayrawan sebagai ibu kota.
Dengan keberaniannya, ia membersihkan pengacau dan sekaligus memulihkan
keadaan, ia merupakan orang pertama yang menembus padang pasir Sahara.[10]
Masuknya Islam ke Afrika Utara merupakan moment penting bagi masa
depan Islam secara keseluruhan di benua Afrika dan daratan eropa yang selama
berabad-abad berada dibawah kekuasaan Kristen. Dalam peradaban Islam, Afrika
Utara tidak dapat dilupakan begitu saja. Hal ini dikarenakan Afrika Utara merupakan
pintu masuk dari sentral penyebaran Islam, yakni Timur Tengah. Bukti kemajuan di
Afrika Utara dalam peradaban Islam adalah dalam bidang arsitektur, seni, dekorasi
dan intelektual. Diantara tokoh yang terkenal dalam bidang intelektual adalah Ibn
Batuta (Biologi), Ibnu Khaldun (sosiologi) dan Ibn Zuhr.[11]
Perjalanan panjang penyebaran Islam tidak serta merta berjalan dengan
mudah, akan tetapi melalui beberapa rintangan baik rintangan dari dalam maupun
dari luar. Pergolakan politik yang terjadi dalam pemerintahan pada saat itu,
dimanfaatkan oleh bangsa Berber untuk melakukan pemberontakan. Pemberontakan
silih berganti baik yang dilakukan orang-orang Berber sendiri dengan maksud
melepaskan diri dari kekuasaan orang Islam. Misalnya, pemboikotan yang dilakukan
oleh Kusailah pada masa Muawiyah. Pada tahun 683 M orang-orang Islam di
Afrika Utara mengalami kemunduran karena orang-orang Berber di bawah pimpinan
Kusailah bangkit memberontak dan mengalahkan 'Uqbah di Tahuza pada saat
pulang ke ibu kota Qayrawan. Dia dan pasukannya tewas dalam pertempuran
tersebut.[12]

PERKEMBANGAN ISLAM DI ASIA

1. Perkembangan Islam di Asia Timur


a. Sejarah Kedatangan Islam di Cina

Islam hadir di Cina sudah sangat sekali, tidak berapa lama terpautnya dari masa
Nabi Muhammad. Hal ini dibuktikan dengan adanya deegasi pertama yang datang ke
cina pada tahun 29 H. Syiar agama Islam banyak disebarkan oleh para pedagang
muslim Saad bin Abi Waqas, merupakan sahabat paman nabi Muhammad SAW dari
Madinah merupakan peretas awal masuknya agama Islam ke negeri ini semasa
Dinasti Tang, tahun 616 m. Ia diberi mandate oleh Khalifah ke 3, Utman bin Affan
untuk mengajak kaisar Cina Yung Wei masuk Islam. Untuk menunjukkan
penghormatannya, kaisar mendirikan sebuah Mesjid pertama di Cina, yakni Mesjid
Canton. Ia hijrah ke kota pelabuhan, Guangzhou dalam sebuah misi perdagangan
bersama tiga orang sahabatnya dari Abyssinia atau yang sekarang dikenal dengan
Etiopia.
Mereka tak sulit beradaptasi dengan lingkungan budaya Cina. Meskipun tidak
mendominasi, nilai peradaban Islam memperoleh tempat yag dihargai. Ajaran islam
justru diterima Dinasti Tang karena sesuai dengan ajaran Confusius. Orang cina
menyebut agama islam sebagai yisilan jiao atau agama murni. Kota Mekah disebut
sebagai tempat kelahiran Budha Ma-hia-wu atau Rasulullah Muhammad SAW. Pada
masa Dinasti Tang, hubungan Islam dengan Cina berkembang pesat, sehingga
munculnya perkampungan muslim pertama di Cina, yang bernama Cheng Aan.
Setelah itu, ribuan muslim dari Arab, Persia, dan Asia Tengah datang menyerbu Cina
yang pada waktu itu sedang berada di puncak peradaban.
Pada tahun 133 H, terjadi pertempuran yang menentukan sejarah Islam di Asia
Tengah. Cina mengalami kekalahan yang menyedihkan dalam pertempuran tersebut.
Denga kekalahannya tersebut, kondisi Cina secara fisik menjadiporak poranda. Disisi
lain, kekalahan Cina ini secara tidak langsung membuka pintu gerbang bagi
masuknya agama islam ke Cina. Dengan kemenangan ini membuka jalan lebar bagi
ulama islam untukmmengembangkan agama Islam di Cina. Pada tahun 138 H,
Jenderal Lieu Chen melakukan pemberontakan, kaisar memohon bantuan kepada
Khalifah Al-Mansyur dari Dinasti Abbasiyah untuk menumpas pemberontakan
tersebut. Al-Mansyur mengirim 4 ribu pasukan ke Cina Itulah mulanya tentara Turki
hadir di Cina. Mereka menikahi perenpuan Cina. Dan hal inilah yang merupakan
salah satu cara Islam masuk ke Cina, selain cara lain, yaitu melalui perdagangan.
Adapun jalur perdagangannya dikenal denga Jalur Sutera. Kemudian agama Islam
berkenbang di Cina.
2. Perkembangan agama Islam di Cina
Di Cina terdapat lebih dari 140 juta penduduk dari 10 suku bangsa yang
beagama islam. Termasuk etnis Huizu, Uygur, Kirgiz, Tajik, Uzbek, Tatar dan lain
sebagainya. Penduduk islam tinggal merata di seluruh Cina. Termasuk provinsi
Gansu, Qinghai, wilayah otonomi Xinjiang, dan wilayah otonomi Ningxia. Agama
islam sudah tidak asing lagi bagi Negara ini. Ia telah menjadi salah satu agama yang
penting bagi di Cina.
Zaman Dinasti Yuan merupakan zaman yang penting bagi perkembangan agama
islam di Cina. Agama islam berkembang pesat dan menjadi makmur pada zaman ini.
Pada zaman ini, islam memiliki kedudukan yang penting dalam arena ekonomi dan
masyarakat. Pemerintah telah menjamin kebebasanuntuk melaksanakan shalat,
upacara ritual, serta budaya social. Sebagai perbandingan terhadap minoritas
lainnya, mereka juga diberi kebebasan untuk men jalin hubungan denga masyarakat
muslim di dunia. Perintah juga menyediakan biaya untuk memperbaiki mesjid, dan
memberi dasar keutamaan bagi umat islam.
Sekarang umat islam dan bukan islam adalah sama rata. Penduduk bekerja
sama dalam melakukan kegiatan dalam kehidupan bermasyarakat. Mereka bersatu
padu dalam memberikan sumbangan bagi pembangunan Negara. Bahkan hingga
saat ini jumlah penduduk muslim di Cina mencapai 200 juta jiwa. Umat muslim di
Cina juga menghormati kepercayaan Cina, sepreti Yung Dan Yang.
Islam di Cina kental dengan kebudayaan. Kondisinya mirip dengan Indonesia.
Rumah hunian masyarakat Cina mengambil budaya setempat. Arsitektur mesji, yaitu
kubahnya dibuat model Cina.
Para ulama di Cina telah mampu menterjemahkan Al-Quran, bahkan sampai
penterjemahan teks agama yang lain juga telah dilakukan. Seperti Hadits Arbain An
Nawawy juga mampu dilakukan. Orang-orang yang yelah berjasa melakukannya
antara lain, Syikh Wang Jing Chai dan Yang Shi Chian.

b. Sejarah Kedatangan Islam di Jepang


Islam mula-mula masuk ke jepang pada zaman Reistorasi Meiji pada tahun
1867, yang ditandai dari literature mengenai islam yang dikenal dari Eropa. Pada
tahun 1890 terjadi peistiwa penting yang mempertemukan jepang dan islam .
peristiwa ini dikenal dengan Kapal Entragul. Sebuah kapal turki singgah di jepang
dalam urusan diplomatic. Akan tetapi salam perjalanan pulangnya kapal tersebut
karam. Dari 600 penumpang hanya 69 orang yang selamat. Pemerintah bersama
sama rakyat berusaha menolong penumpang yang selamat. Dan mengadakan
upacara penghormatan bagi arwah penumpang yang meninggal.
Kemudian yang selamat kembali ke turki. Pada tahun 1891, dikirimlah utusan
dari turki ke jepang dan terjalinlah hubungan yang baik antara turki dan jepang. Hal
ini sangat menguntungkan bagi jepang dalam melawan rusia. Pada saat armada
kapal rusia melintasi laut Baltik, Turki memberitahukannya kepada jepang. Sehinnga
jepang memperoleh kemenangan dalam melawan rusia. Setelah peristiwa itu, pada
tahun 1900-an untuk pertama kalinya orang muslim jepang pergi haji ke Mekah.
Sejak saat itu islam dikenal lebih luas di jepang. Orang jepang yang pertama kali
masuk islam adalah Torajiro Yamada. Kemudian disusul oleh Mitsutaro Takaoka
pada tahun 1909,yang kemudian mengganti namanya menjadi Omar Yamaoka
setelah pulang dari ibadah haji.
Kemudian Bunpachiro Ariga tahun 1946, yang kemudian berganti nama menjadi
Achmad Ariga, seorang pedagangyang mendapat pengaruh islam dalam perjlanan ke
India. Kemudian ada lagi nama Hilal Torajiro 1957. Yarullah Tanaka Ippei 1934, dan
lain-lain.Islam di jepang berkembang pesat saat berkecamuknya Perang Dunia II.
Kemudian satu lagi pada saat terjadi krisis minyak dunia,. Islam mencapai puncak
kejayaannya di jepang pada tahun 1973. namun perkembangan islam di jepang
tidak sama halnya dengan pekembangan island pada masa dinasti abbasiyah yang
berada di timur tengah. Islam di jepang hanyalah islam yang bersifat minoritas
semata, jauh berbeda dengan islam di timur tengah.
Kalau pada masa dinasti abbasuyah,agama islam berkuasa secara penuh
dikarenakan semua penduduk menganut agama islam, lain halnya denga islam yang
ada di jepang yang hanya sebagian kecil penduduknya yang menganut agama
iskam. Setelah usainya krisis minyak dunia islam pun kembali mulai dilupakan oleh
masyarakat jepang. Setelah itu agama islam seolah-olah sulit berkemang di Negara
ini. Hal ini disebabkan oleh ketaatan masyarakat jepang pada agama Shinto dan
Budha.
2. Perkembangan Islam di Asia Tenggara
Dalam historiografi Asia Tenggara, diterima secara luas bahwa sejarah Asia
Tenggara pada umumnya dibagi menjadi dua periode yaitu, Asia Tenggara yang ter-
India-kan dan periode Asia Tenggara yang ter-Islam-kan sebelum datangnya era
Kolonial. Penyebaran Islam ke Kepulauan Asia Tenggara di mulai sekitar akhir abad
ke-13 dan awal abad ke-14. Kedatangan Islam menandai awal menelusuri lanskap
sosio-politik dan kultural indigenos di dunia melayu sebelum penetrasi budaya hindu
serta asal-usul dan proses akulturasi dari pengaruh Hindu dan Islam di kawasan Asia
Tenggara.
Masa prasejarah kepulauan Asia Tenggara tidak terlalu jelas. Orang-orang dari
kepulauan yang menggunakan rumpun bahasa Autronesia itu mengawali migrasi ke
arah selatan dari daratan Asia menuju kepulauan Asia Tenggara antara 3000 SM
hingga 1000 SM. Riset yang dilakukan oleh para antropolog, arkeolog dan pakar
linguistik, menyebutkan bahwa penduduk kepulauan Malaya ini berpindah tempat
dari cina selatan menuju pulau-pulau sekarang dikenal sebagai Filipina sekitar tahun
2500 SM dan kemudian menyebar ke Malaysia dan Indonesia. Penduduk awal Asia
Tenggara menganut Animisme sebelum masuknya Hinduisme yang datang dari anak
benua india. Agama-agama asli orang austronesia adalah Shamanisme atau
Animisme yang mengakui bahwa manusia, binatang, pohon, tumbuhan, batuan, arus
sungai dan gunung, mengandung kekuatan spritual yang sangat kuat.
Sejarah Islam dikepulauan Asia Tenggara merupakan sebuah topik diskusi yang
hidup dikalangan sejarawan sejak tahun 1860-an. Islamisasi adalah sebuah proses
akulturasi dimana kontak-kontak berbagai kelompok budaya yang berbeda
mengarah pada penerimaan pola-pola budaya baru oleh satu atau kedua kelompok
dengan mengambil seluruh atau sebagian dari budaya kelompok yang lain.
Perdebatan tersebut terfokus pada dua isu, yakni asal-usul dan perkembangan Islam
di kepulauan Asia Tenggara.Sejarawan pada umumnya, menerima fakta bahwa
pedagang-pedagang Muslim adalah penyebar pertama budaya Islam ke kepulauan
Asia Tenggara. Jadi, para sejarawan membidik tepat ke arah pedagang Arab Muslim
dan pedagang India muslim yang kemungkinan besar merupakan sumber-sumber
penyebar Islam ke kawasan Asia Tenggara. Karena itu, dua aliran pemikiran utama
yang dikembangkan, yaitu berasal-usul Arab dan berasal-usul India.
Teori yang berasal-usul Arab ini sangat populer dikalangan orang Eropa,
khususnya sarjana-sarjana belanda tahun 1860-an. Drewes menguraikan dasara
pemikiran aliran ini : adalah jelas bahwa di masa lalu, penyebaran Islam di
Indonesia dan semenanjung Melayu seharusnya dianggap berasal dari orang Arab.
Mengingat Islam berasal-usul tanah Arab, tampaknya masuk akal untuk mencari
kaitan antara agama ini dan kehadiran orang-orang arab di mana pun orang arab
dan Islam berada. Di Indonesia dan Semenanjung Melayu, orang-orang Arab dapat
ditemukan dibanyak tempat. Jadi, tampaknya mereka adalah orang-orang yang
membawa Islam ke kawasan Asia Tenggara
Jhon Crawfurd pada tahun 1820 telah menunjukkan bahwa Islam dikepulauan
Asia Tenggara mungkin diperkenalkan oleh orang-orang arab dan para pengikut
Nabi Muhammad dari pesisir timur India. Akan tetapi, para pakar yang
memperdebatkan asal-usul Islam di kepulauan Asia Tenggara tidak hanya gagal
dalam mencapai kesepakatan tentang asal-usul dan perkembangan Islam di
kepulauan Asia Tenggara.

Kebangkitan Islam di Asia Tenggara merupakan kebangkitan yang dikondisikan


sejarah, budaya politik serta lingkungan ekonomi lokal dan etnis. Sebagai contoh,
kebangkitan Islam di Indonesia lebih menaruh perhatian pada masalah kemiskinan,
kesenjangan pendapatan dan eksploitasi ekonomi dari pada di Malaysia yang
tampaknya lebih terlibat dalam permasalahan identitas dan simbol-simbol serta ritus-
ritus yang membantu mendefinisikan kebangkitan tersebut. Kesadaran Islamis pada
dua minoritas muslim di wilayah ini juga dapat mencerminkan dua bentuk yang
sangat berbeda. Di Mungthai selatan secara menyeluruh ideologis konservatif,
sedangkan di Filipina bagian selatan cenderung lebih radikal.Oleh sebab hal inilah
yang memperlihatkan bahwa kebangkitan Islam dikondisikan oleh sesuatu yang ada
di wilayah masing-masing.

Teori Masuknya Islam ke Asia Tenggara


Sejak abad pertama, kawasan laut Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka
sudah mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan pelayaran dan
perdagangan internasional yang dapat menghubungkan negeri-negeri di Asia Timur
Jauh, Asia Tenggara dan Asia Barat. Perkembangan pelayaran dan perdagangan
internasional yang terbentang jauh dari Teluk Persia sampai China melalui Selat
Malaka itu kelihatan sejalan pula dengan muncul dan berkembangnya kekuasaan
besar, yaitu China dibawah Dinasti Tang (618-907), kerajaan Sriwijaya (abad ke-7-
14), dan Dinasti Umayyah (660-749)

Ada beberapa teori tentang masuknya Islam ke kawasan Asia Tenggara, seperti
teori kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari Arab, Cina dan India.

1. Teori kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari Arab

Dikemukakan oleh John Crawford Menurutnya Islam datang dari Arab melalui
pedagang. Buktinya catatan China mengatakan orang Arab dan Persia telah
mempunyai pusat perniagaan di Canton sejak tahun 300 M. Pedagang Arab yang ke
China singgah di pelabuhan Asia Tenggara tepatnya di Selat Malaka karena posisinya
yang strategis, dalam jalur perdagangan. Kemudian Pedagang Arab ini tinggal
beberapa bulan di Asia Tenggara dan ada yang menetap serta membina
perkampungan Arab.Perkampungan ini juga menjadi tempat untuk berdagang.Ada
juga pedagang Arab yang menikah dengan wanita setempat dan menyebarkan
Islam.Karena sebagian besar pedagang menggunakan jalur laut sebagai sarana
transportasi maka pada masa menunggu angin muson/musim digunakan oleh
pedagang Arab untuk mengembangkan Islam.
Mulai abad ke-7 dan ke-8 (abad ke-1 dan ke-2 H), orang Muslim Persia dan Arab
sudah turut serta dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan sampai ke negeri
China.Pada masa pemerintahan Tai Tsung (627-650) kaisar ke-2 dari Dinasti Tang,
telah datang empat orang Muslim dari jazirah Arabia. Yang pertama, bertempat di
Canton (Guangzhou), yang kedua menetap dikota Chow,
yang ketiga dan keempat bermukim di Coang Chow. Orang Muslim pertama, Saad
bin Abi Waqqas, adalah seorang muballigh dan sahabat Nabi Muhammad SAW
dalam sejarah Islam di China. Ia bukan saja mendirikan masjid di Canto, yang
disebut masjid Wa-Zhin-Zi (masjid kenangan atas nabi). Karena itu, sampai sekarang
kaum Muslim China membanggakan sejarah perkembangan Islam di negeri mereka,
yang dibawa langsung oleh sahabat dekat Nabi Muhammad SAW sendiri, sejak abad
ke-7 dan sesudahnya.
Adapun beberapa bukti dari teori ini yaitu : Telah ada perkampungan Arab di
Sumatera (Barus) pada 625 M (menurut literatur kuno Tingkok. Persamaan
penulisan dan kesusasteraan Asia Tenggara dan Arab.Karya-karya yang
menceritakan pengIslaman raja tempatan oleh syeikh dari Tanah Arab contohnya
hikayat Raja-raja samudra Pasai mengatakan Raja Malik diIslamkan oleh ahli sufi
dari Arab yaitu Syeikh Ismail.

2. Teori kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari Cina.

Dikemukakan oleh E.G Eredia dan S.Q. Fatimi. Menurut Eredia, Canton pernah
menjadi pusat Perdagangan bagi para pedagang Arab hingga pedagang Cina
memeluk Islam. Pedagang China Islam ini kemudiannya berdagang di Asia tenggara
disamping menyebarkan Islam.
Sedangkan menurut Fatimi, pedagang Cina Canton pernah berpindah beramai-
ramai ke Asia Tenggara.Adapun bukti kedatangan Islam dari China ini, yaitu : Pada
Batu Bersurat Terengganu, batu nisan yang mempunyai ayat al-Quran di Pekan,
Pahang. Wujud persamaan antara seni Bangunan Cina dengan seni Bangunan
masjid di Kelantan, Melaka dan Jawa yaitu seperti bumbung pagoda, ciri khas atap
genteng dari China.

3. Teori kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari India/Gujarat.

Dikemukakan oleh S.Hurgronje, Menurutnya Islam datang dari Gujarat/India dan


pantai Koromandel di semenanjung India. Hubungan dagang Asia Tenggara dengan
India telah terwujud sejak lama, hal ini memberikan peluang bagi pedagang Islam
India untuk menyebarkan Islam.

Adapun beberapa bukti dari teori ini yaitu :


Terdapat batu marmar pada batu nisan mempunyai cirri buatan India,
contohnya di batu nisan Raja Malik Pasai.
Unsur budaya India amat banyak kita jumpai di Negara-negara Asia Tenggara.

Kurun waktu abad ke-11 hingga abad ke-14 adalah fase awal dari
perkembangan Islam di kepulauan Asia Tenggara. Pedagang-pedagang arab dan
Muslim India adalah agen-agen perubahan yang mebawa Islam ke kawasan itu.
Tersebarnya Islam Tidak terlepas dari pengaruh kerajaan yang berada di nusantara
yang di pimpin oleh raja-raja yang memeluk agama Islam.Seperti, kerajaan
Samudera Pasai yang dipimpin oleh Sultan Malik As-saleh.Perlak (Peureulak) adalah
sebuah bandar niaga penting di pesisir timur Sumatera Utara pada abad ke-
13.Marco Polo mengunjungi pelabuhan itu pada tahun 1292 dan melaporkannya
telah menjadi sebuah negara Islam.Marco Polo menulis tentang Perlak. kerajaan ini,
anda harus tahu sering dikunjungi saudagar-saudagar Saracen secara teratur, yang
kemudian membaiat penduduk pribumi pada hukum
Muhammad Shallallahualaihiwasallam

B. Dinasti-dinasti Yang Mewarnai Islamisasi di Afrika


Telah disinggung sebelumnya bahwa 'Uqbah mendirikan kota militer yang
termasyhur yaitu Qayrawan di sebelah selatan Tunis. Pendirian ini bertujuan untuk
mengendalikan orang-orang Berber yang terkenal ganas dan sukar diatur sekaligus
membentengi diri dari orang-orang Romawi. Afrika Utara memasuki babak baru dan
Islamisasi dapat dilanjutkan kembali. Sejak saat itu, Afrika Utara melepaskan diri
dari wilayah kekuasaan mesir dan berdiri sebagai wilayah tersendiri yang dipimpin
oleh seorang gubernur.[14]
Pada masa pemerintahan dipegang oleh Musa, Afrika Utara mengalami
kemajuan yang pesat dan terjadi perubahan dan membuat stabilitas keamanan serta
perubahan yang sangat berarti baik dibidang sosial maupun politik
sehinggaIslamisasi baru dapat berjalan lancar. Sebagai apresiasi terhadap pasukan
muslim bahwa mereka bukan hanya sekedar mengIslamkan kaum Berber semata
namun juga mengajarkan pengetahuan yang mendalam mengenai agama tersebut
termasuk didalamnya pengetahuan bahasa arab sehingga bahasa arab sebagai
bahasa percakapan di Afrika utara sampai sekarang.
Keberhasilan tersebut tidak lepas atas dukungan kaum Khawarij yang ikut
terlibat sehingga Islam benar-benar dapat diterima dan mengakar di kalangan
Afrika Utara.[15] Pergolakan politik yang terjadi pada masa dinasti Umayyah yang
mengakibatkan pergantian kekuasaan Bani Umayyah kepada Bani Abbasiah, dan
peralihan kekuasaan kekhalifahan Islam dari damaskus di Syiria ke Baghdad di
Persia tampaknya tidak dapat dipungkiri sebagai awal munculnya dinasti-dinasti baru
di Afrika utara. Hampir seluruh wilayah Afrika Utara melepaskan diri dari kekuasaan
dinasti Abbasiah.[16]
Diantara dinasti yang muncul di Afrika utara adalah;
1. Dinasti Idrisiah
Di wilayah Maroko, Idris ibn Abdullah setelah gagal melakukan
pemberontakan terhadap Abbasiah, ia melarikan diri ke Maroko dan mendirikan
dinasti Idrisiah (788-974 M) yang beribu kota di Fas. Dinasti ini yang pada akhirnya
ditaklukkan oleh panglima Ghalib Billah dari dinasti Umayyah di Andalusia. Idrisyah
merupakan dinasti Syi'ah pertama dalam sejarah Islam.[17] Idrisiyyah adalah
dinasti pertama yang berupaya memasukkan doktrin Syi'ah, meskipun dalam bentuk
yang sangat lunak, ke Maghrib. Sebelumnya, wilayah itu didominasi oleh kaum
Khawarij.[18]
Periode Idrisiyah sangat penting bagi penyebaran kultur Islam di kalangan
masyarakat Berber di dalam negeri. Namun selama pemerintahan Muhammad al-
Muntashir, berbagai wilayah kekuasaan Idrisiyah terpecah secara politis sehingga
menjadi mangsa serangan musuh-musuh mereka yaitu Berber, terutama abad ke
sepuluh dengan munculnya dinasti Fathimiyah.

2. Dinasti Rustamiyah
Dinasti ini didirikan oleh Abdurrahman ibn Rustam. Ia merupakan
pemimpin suku Berber dari jabal Nefusa yang menganut faham Kharijiyah sekte
Ibadiyah, berhasil menduduki Tripoli dan Qayrawan. Selanjutnya pada tahun 761 M,
ia pergi ke Aljazair barat dan mendirikan basis Kharijiyah yang kemudian dinamakan
dinasti Rustamiyah yang beribu kota di Tahert (Al-Jazair). Dinasti ini bertahan
sampai tahun 909 M.[19] Rustamiyah memiliki nilai penting bagi sejarah Islam
Afrika Utara yang tidak sebanding dengan masa dan lingkup kekuasaan politis
mereka.
Mayoritas Berber Afrika Utara menganut sekte Kharijiyah yang radikal,
equalitarian, dan religio-politis, yang merupakan bentuk protes terhadap dominasi
tuan-tuan mereka yang Arab dan ortodok. Sementara di Timur, Kharijiyah
merupakan sekte minoritas yang ekstrim dan kasar.Sedangkan di Barat, Kharijiyah
merupakan sebuah gerakan massa yang lebih moderat. Namun dengan bangkitnya
Fathimiyah yang Syi'ah di Maroko berakibat fatal bagi Rustamiyah (777-909 M) dan
berakhirlah dinasti ini sebagaimana bagi dinasti-dinasti lokal lainnya.[20] Di bawah
Rustamiyah, Tahart mengalami kemakmuran material yang luar biasa, menjadi
terminal di Utara dari salah satu rute kafilah trans-Sahara.

3. Dinasti Aghlabiyah
Dinasti Aghlabiyah adalah salah satu Dinasti Islam di Afrika Utara yang
berkuasa selama kurang lebih l00 tahun (800-909 M), dan berpusat di
Sijilmasa.[21] Wilayah kekuasaannya meliputi Ifriqiyah, Algeria dan Sisilia. Dinasti ini
didirikan oleh Ibnu Aghlab.[22] Ayah Ibrahim ibn Al-Aghlab adalah seorang pejabat
Khurasan dalam militer Abbasiyah. Pada tahun 800 M, Ibrahim diberi profinsi
Ifriqiyah (Tunisia Modern) oleh Harun Al-Rasyid sebagai imbalan atas pajak tahunan
yang besarnya 40.000 dinar. Pemberian ini meliputi hak-hak otonomi yang besar.
Pada masa Ziyadatullah I, dimulailah proyek merebut Sisilia dari tangan
Bizantium. Penaklukan ini agar dapat mengalihkan energi fanatis ke jihad melawan
orang-orang kafir. Dengan demikian akhirnya Sisilia berada dibawah penguasa
muslim Aghlabiyah untuk pertama kalinya. Wilayah ini merupakan pusat penting bagi
penyebaran kultur Islam ke Eropa. Keberhasilan pada masa Aghlabiyah adalah
membangun masjid Agung Qayrawan dan masjid Tunis.[23]

4. Dinasti Murabbitun
Dinasti Murabbitun adalah salah satu dinasti Islam yang berkuasa di
Maghribi. Mula-mula pemimpin Shanhaja, Yahya ibn Ibrahim, berangkat haji dan
sekembalinya dari Arabia, dia mengundang seorang alim yang terkenal di Maroko
yaitu Abdullah ibn Yasin untuk berdakwah ditengah kaumnya. Kelompok ini berawal
dari 1000 anggota pejuang yang kegiatan mereka menyebarkan agama Islam
dengan mengajak suku-suku lain untuk memeluk agama Islam.[24] Wilayah mereka
meliputi Afrika Barat Daya dan Andalus dengan beribu kota di Marakesyi (1056-
1147).
Pada saat kepemimpinan dipegang oleh Abu Bakar, ia meneruskan
penaklukan ke Sahara Maroko dan lambat laun mengembangkan sistem
kesultanan. Dan pada masa kepemimpinan Yusuf Tasyfin, Murabbitun mengalami
kejayaan dan menyeberang ke Spanyol kemudian berhasil merebut Granada dan
Malaga. Mulai saat itulah ia memakai gelar Amir al-Mukminin.[25]

5. Dinasti al-Muwahhidun
Berdirinya dinasti al-Muwahhidun (1130-1269 M) ini berangkat dari reaksi
kekecewaannya atas al-Murabbitun yang telah melanggar dan banyak menyimpang
dari aqidah. Dinasti al-Muwahhidun dapat mengalahkan Murabbitun dan menjadikan
Marakesy sebagai ibu kota, dan kekuasaannya meliputi sebagian wilayah
Andalus.[26] arakesy merupakan daerah yang tidak kalah pentingnya dengan
Baghdad yaitu sebagai kota peradaban dan ilmu pengetahuan. Abdullah ibn Tumart,
seorang sufi masjid Cordova pada masa akhir Murabbitun, melihat kemungkaran dan
sepak terjang kaum Murabbitun yang sudah tidak mengikuti aqidah Islam dan
berkeinginan untuk memperbaikinya.
Setelah ia selesai belajar dengan al-Ghazali, ia pun mengkritik dan mencela
perbuatan raja-raja Murabbitun karena menurut keyakinannya tidak mengikuti
sunnah Rasul. Pengikut Abdullah disebut muwahhidun yaitu bala tentara tauhid.
Meskipun ibn Tumart adalah pencetus dinasti al-Muwahhidun namun ia tidak pernah
menjabat sebagai sultan dan justru yang terkenal adalah Abd. al-Ma'mun yang
awalnya sebagai panglima dan memimpin selama 33 tahun dan berhasil membawa
kemajuan dengan pesat.[27]

6. Dinasti Fatimiah
Berdirinya Dinasti ini bermula menjelang abad ke-X, ketika kekuasaan Bani
Abbasiyah di Baghdad mulai melemah dan wilayah kekuasaannya yang luas tidak
terkordinir lagi. Kondisi seperti inilah yang telah membuka peluang bagi munculnya
Dinasti-Dinasti kecil di daerah-daerah, terutama di daerah yang Gubernur dan
sultannya memiliki tentara sendiri. Kondisi ini telah menyulut pemberontakan-
pemberontakan dari kelompok-kelompok yang selama ini merasa tertindas serta
memberi kesempatan bagi kelompok Syiah, Khawarij, dan kaum Mawali untuk
melakukan kegiatan politik.
Dinasti Fathimiyah bukan hanya sebuah wilayah gubernuran yang
independen, melainkan juga merupakan sebuah rezim revolusioner yang mengklaim
otoritas universal. Mereka mendeklarasikan adanya konsepimamah yakni para
pemimpin dari keturunan Ali yang mengharuskan sebuah redefinisi mengenai
pergantian sejarah Imam atau mengenai siklus eskatologis sejarah. Kekhalifahan ini
lahir di antara dua kekuatan besar yaitu Abbasiah di Baghdad dan Umayyah di
Cordova.[28]
Dinasti Fathimiyah berkuasa sekitar tahun 909-1171 M atau kurang lebih 3
abad lamanya. Dinasti ini mengaku keturunan Nabi Muhammad melalui jalur Fatimah
az-Zahro. Gerakan ini berhasil merealisir pertama kali pembentukan pemerintahan
Syii yang eksklusif. Keberhasilan menancapkan doktrin Ismaili, dalam
perkembangannya mampu memberi perlindungan imam-imam mereka di Salamiyah,
Syria dan telah memudahkan pengorganisasian dakwah Fatimiyah. Meskipun
dakwah Fatimiyah ini dimulai sejak dini, namun baru pada masa Abu Ubaidillah
Husein, generasi keempat setelah Ismaili, baru mulai berkembang pesat.
Ubaidillah merupakan khalifah pertama, ia datang dari Syria ke Afrika Utara
menisbahkan nasabnya hingga Fatimah binti Rasulullah, oleh karena dinasti ini
dinamakan dinasti Fatimiyah. Dinasti ini semula di Afrika Utara, kemudian di Mesir
dan Syria.[29] dimana propaganda Syiah telah berkembang dengan pesat. Ia
memimpin dakwahnya dengan memenangkan dukungan luas dari daerah-daerah
yang kurang diperhatikan oleh Khalifah Abbasiyah. Lewat para dai, akhirnya berhasil
menjadikan kaum Berber sebagai pendukung kepemimpinan Ubaidillah al-Mahdi.
Selanjutnya, atas dukungan besar inilah, ia menumbangkan gubernur-gubernur
Aghlabiyah di Ifriqiyah dan Rustamiyah di Tahart.[30]
Keberhasilan pemerintahan Fatimiyah ini ditandai dengan pindahnya pusat
pemerintahan ke Kairo dengan ibu kota baru di Mesir yaitu al-Qohirah serta Masjid
al-Azhar sebagai pusat pendidikan para dai dan Khalifah al Muizz pindah ke ibu kota
baru tersebut. Hampir seluruh daerah Afrika Utara bagian Barat dapat dikuasai
Fatimi, terutama setelah menaklukan wilayah Maghrib. Dinasti Fatimiyah ini akhirnya
makin berkembang dalam berbagai aspek kehidupan, karena ditopang dengan
kekuasaan yang luas dan mampu membangkitkan berbagai macam aksi yang
bersifat wacanis (keilmuan), perdagangan, keagamaan, walaupun peralihan
kekuasaan ke wilayah timur, berlahan-lahan melenyapkan kekuasaan mereka
dibagian Barat.
BAB III
PENUTUP

Simpulan
Terjadinya perebutan kekuasaan diantara sesama muslim bukan lantas Islam
dianggap sebagai agama yang ditegakkan dan berkembang dengan darah atau
pedang, karena anggapan tersebut merupakan anggapan yang tidak obyektif.
Kondisi ini banyak dipengaruhi oleh warisan atas kondisi sosio-politik yang
berkembang pada saat itu, karena Afrika Utara pernah dibawah kekuasaan Romawi,
dan juga pengaruh emperialisme penjajah dan pertikaian antar etnis tidak dapat
dikesampingkan sebagai penyebab adanya anggapan tersebut.
Islamisasi di Afrika diawali jauh sebelumnya yaitu pada masa Nabi
Muhammad dengan beberapa sahabatnya ketika hijrah ke Habsyi. Perjalanan
panjang Islamisasi ke Afrika melalui jalur Afrika Utara yang dilakukan oleh kaum
muslim terhadap penduduk setempat. Setelah itu barulah Islamisasi di di Afrika sub-
Sahara dilakukan dengan tokoh Uqbah ibn Nafi'. Islamisasi di Afrika sub-Sahara
menggunakan 3 jalur, yaitu melalui ekspansi militer, melalui jalur dakwah, dan
melalui jalur perdagangan. Dengan demikian bisa dikatakan jika Islamisasi di Afrika
sub-Sahara mirip dengan Islamisasi di Indonesia, yaitu melalui jalur dakwah dan
jalur perdagangan.
Uqbah ibn Nafi merupakan tokoh yang paling berjasa dalam sejarah
Islamisasi di Afrika sub-Sahara. Kini negara-negara di Afrika sub-Sahara
penduduknya mayoritas beragama Islam. Dialah yang berperan cukup besar dalam
menembus padang pasir Sahara, termasuk wilayah-wilayah Sudan. Ia juga berhasil
membuka jalan ke Awdagost. Sebagai wali Ifriqiyah pertama, Uqbah telah
menembus daerah-daerah itu bahkan sampai ke Kawar dan beberapa wilayah
Negro, dan pada periode kedua (semasa Yazid ibn Muawiyah) ia memperluas
wilayah kekuasaannya sampai ke Maroko.
TUGAS

AGAMA ISLAM

DISUSUN OLEH :

SARIFPUDIN

KELAS : XII

SMK NEGERI 2 PANGKALPINANG

Anda mungkin juga menyukai