Anda di halaman 1dari 10

1

MAKALAH ETIKA PROFESI


CYBERLAW

DI SUSUN OLEH :
Nama

: Edo Fernando

NPM

: 42112360

Kelas

: 3DC02

JURUSAN TEKNIK KOMPUTER


FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS GUNADARMA
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan anugerah dan karunia-Nya,
sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas softskill ini dengan baik. Adapun judul penulisan
tugas softskill ini adalah sebagai berikut :
CYBERLAW
Tujuan penulisan tugas softskill ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Softskill pada Program Diploma
Tiga (III) Universitas Gunadarma. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
tugas softskill ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan dan masih jauh dari sempurna, baik dari segi
pembahasan maupun dari segi penyusunan. Hal ini disebabkan karena masih banyak keterbatasan penulis baik
dari pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan penulis dalam memecahkan permasalahan yang ada. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu memberikan bimbingan, dorongan, semangat dan doa baik secara langsung maupun tidak langsung.
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas softskill ini
masih jauh dari kesempurnaan dan kekurangan. Kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak
sangat diharapkan untuk penyempurnaan tugas softskill ini dan semoga tugas softskill ini dapat bermanfaat dan
berguna bagi siapa saja yang membacanya.

Bekasi,

Januari 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii


DAFTAR ISI ...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................................4


2.1 Pengertian Cyberlaw ........................................................................................................4
2.2 Contoh Permasalahannya .................................................................................................4
2.3 Bagaimana Status Hukum Uang Digital ..........................................................................5
2.4 Perlukah Adanya Cyberlaw .............................................................................................5
2.5 Apakah Cyberlaw Dibutuhkan Di Indonesia ...................................................................6
2.6 Ruang Lingkup Cyberlaw ................................................................................................6
2.7 Macam-Macam Cyberlaw ................................................................................................7
2.8 Computer Crime Act (Malaysia) ......................................................................................7
2.9 Council of Europe Convention on Cyber Crime .............................................................7
2.10 Perbedaan ketiga Cyberlaw diatas .................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................9

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hadirnya masyarakat informasi (information society) yang diyakini sebagai salah satu agenda penting
masyarakat dunia di milenium ketiga antara lain ditandai dengan pemanfaatan Internet yang semakin meluas
dalam berbagai akiivitas kehidupan manusia, bukan saja di negara-negara maju tapi juga di negara-negara
berkembang termasuk Indonesia. Fenomena ini pada gilirannya telah menempatkan informasi sebagai
komoditas ekonomi yang sangat penting dan menguntungkan. Untuk merespon perkembangan ini Amerika
Serikat sebagai pioner dalam pemanfaatan Internet telah mengubah paradigma ekonominya dari ekonomi
yang berbasis manufaktur menjadi ekonomi yang berbasis jasa (from a manufacturing-based economy to a
3

service-basedeconomy). Perusahan ini ditandai dengan berkurangnya peranan traditional law materials dan
semakin meningkatnya peranan the raw marerial of a service-based economy yakni informasi dalam
perekonomian Amerika.
Munculnya sejumlah kasus yang cukup fenomenal di Amerika Serikat pada tahun 1998telah mendorong
para pengamat dan pakar di bidang teknologi informasi untuk menobatkan tahun tersebut sebagai moment
yang mengukuhkan Internet sebagai salah satu institusi dalam mainstream budaya Ametika saat ini. Salah
satu kasus yang sangat fenomenal dan kontroversial adalah Monicagate (September 1998) yaitu skandal
seksual yang melibatkan Presiden Bill Clinton dengari Monica Lewinsky mantan pegawai Magang di Gedung
Putih.
Masyarakat dunia geger, karena laporan Jaksa Independent Kenneth Star mengenai perselingkuhan
Clinton dan Monica setebal 500 halaman kemudian muncul di Internet dan dapat diakses secara terbuka oleh
publik. Kasus ini bukan saja telah menyadarkan masyarakat Amerika, tapi juga dunia bahwa lnternet dalam
tahap tertentu tidak ubahnya bagai pedang bermata dua.
Eksistensi Internet sebagai salah satu institusi dalam mainstream budaya Amerika lebih ditegaskan lagi
dengan maraknya perdagangan electronik (E-Commerce) yang diprediksikan sebagai bisnis besar masa
depan (the next big thing). Menurut perkiraan Departemen Perdagangan Amerika, nilai perdagangan sektor
ini sampai dengan tahun 2002 akan mencapai jumlah US $300 milyar per tahun.
Demam E-Commerce ini bukan saja telah melanda negara-negara maju seperti Amerika dan negaranegara Eropa, tapi juga telah menjadi trend dunia termasuk Indonesia. Bahkan ada semacam kecenderungan
umum di Indonesia, seakan-akan cyber law itu identik dengan pengaturan mengenai E-Commerce. Berbeda
dengan Monicagate, fenomena E-Commerce ini boleh dikatakan mampu menghadirkan sisi prospektif
dariInternet.
Jelaslah bahwa eksistensi Internet disamping menjanjikan sejumlah harapan, pada saatyang sama juga
melahirkan kecemasan-kecemasan baru antara lain munculnya kejahatan baru yang lebih canggih dalam
bentuk cyber crime, misalnya munculnya situs-situs porno dan penyerangan terhadap privacy seseorang.
Disamping itu mengingat karakteristik Internet yang tidak mengenal batas-batas teritorial dan sepenuhnya
beroperasi secara virtual (maya), Internet juga melahirkan aktivitas-aktivitas baru yang tidak sepenuhnya
dapat diatur oleh hukum yang berlaku saat ini (the existing law). Kenyataan ini telah menyadarkan
masyarakat akan perlunya regulasi yang mengatur mengenai aktivitas-aktivitas yang melibatkan Internet.
Atas dasar pemikiran diatas, penulis akan mencoba untuk membahas mengenai pengertian cyber law
dan ruang lingkupnya serta sampai sejauh mana urgensinya bagi Indonesia untuk mengantisipasi munculnya
persoalan-persoalan hukum akibat pemanfaatan Internet yang semakin meluas di Indonesia.

1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
-

Menjelaskan tentang Pengertian Cyberlaw


Memberikan contoh permasalahannya

Menjelaskan tentang bagaimana status hukum uang digital

Menjelaskan perlukah adanya Cyberlaw

Apakah Cyberlaw dibutuhkan di Indonesia

Ruang lingkup Cyberlaw

Macam-macam Cyberlaw

Computer Crime Act (Malaysia)

Council of Europe Convention on Cyber Crime

Perbedaan ketiga Cyberlaw diatas

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Cyberlaw


Cyberlaw adalah hukum yang digunakan didunia maya (cyber space) yang umumnya diasosiasikan
dengan internet. Cyberlaw merupakan aspek hukum yang ruang lingkupnya meliputi suatu aspek yang
berhubungan dengan orang perongan atau subyek hukum yang menggunakan dan memanfaatkan teknologi
internet yang dimulai pada saat online dan memasuki dunia cyber atau duni maya. Cyberlaw sendiri
5

merupakan istilah yang berasal dari Cyberspace Law. Cyberlaw akan memainkan peranannya dalam dunia
masa depan, karena nyaris tidak ada lagi segi kehidupan yang tidak tersentuh oleh keajaiban teknologi dewasa
ini dimana kita perlu sebuah perangkat aturan main didalamnya.
Walaupun kejahatan dunia maya atau cybercrime umumnya mengacu kepada aktivitas kejahatan dengan
komputer atau jaringan komputer sebagai unsur utamanya, istilah ini juga digunakan untuk kegiatan kejahatan
tradisional di mana komputer atau jaringan komputer digunakan untuk mempermudah atau memungkinkan
kejahatan itu terjadi.

2.2 Contoh permasalahan yang berhubungan dengan hilangnya ruang dan waktu antara lain:
Seorang penjahat komputer (cracker) yang berkebangsaan Indonesia, berada di Australia, mengobrakabrik server di Amerika, yang ditempati (hosting) sebuah perusahaan Inggris. Hukum mana yang akan
dipakai untuk mengadili kejahatan cracker tersebut? Contoh kasus yang mungkin berhubungan adalah
adanya hacker Indonesia yang tertangkap di Singapura karena melakukan cracking terhadap sebuah server
perusahaan di Singapura. Dia diadili dengan hukum Singapura karena kebetulan semuanya berada di

Singapura.
Nama domain (.com, .net, .org, .id, .sg, dan seterusnya) pada mulanya tidak memiliki nilai apa-apa. Akan
tetapi pada perkembangan Internet, nama domain adalah identitas dari perusahaan. Bahkan karena
dominannya perusahaan Internet yang menggunakan domain ".com" sehingga perusahaan-perusahaan
tersebut sering disebut perusahaan "dotcom". Pemilihan nama domain sering berbernturan dengan
trademark, nama orang terkenal, dan seterusnya. Contoh kasus adalah pendaftaran domain
JuliaRoberts.com oleh orang yagn bukan Julia Roberts. (Akhirnya pengadilan memutuskan Julia Roberts
yang betulan yang menang.) Adanya perdagangan global, WTO, WIPO, dan lain lain membuat

permasalahan menjadi semakin keruh. Trademark menjadi global.


Pajak (tax) juga merupakan salah satu masalah yang cukup pelik. Dalam transaksi yang dilakukan oleh
multi nasional, pajak mana yang akan digunakan? Seperti contoh di atas, server berada di Amerika,
dimiliki oleh orang Belanda, dan pembeli dari Rusia. Bagaimana dengan pajaknya? Apakah perlu
dipajak? Ada usulan dari pemerintah Amerika Serikat dimana pajak untuk produk yang dikirimkan

(delivery)
melalui saluran Internet tidak perlu dikenakan pajak. Produk-produk ini biasanya dikenal dengan istilah
"digitalized products", yaitu produk yang dapat di-digital-kan, seperti musik, film, software, dan buku.
Barang yang secara fisik dikirimkan secara konvensional dan melalui pabean, diusulkan tetap dikenakan
pajak.

2.3 Bagaimana status hukum dari uang digital seperti cybercash? Siapa yang boleh menerbitkan
uang digital ini?
Perkembangan teknologi komunikasi dan komputer sudah demikian pesatnya sehingga mengubah pola
dan dasar bisnis. Untuk itu cyberlaw ini sebaiknya dibahas oleh orang-orang dari berbagai latar belakang
(akademisi, pakar TekInfo, teknis, hukum, bisinis, dan pemerintah).

2.4 Perlukah adanya Cyberlaw


Hukum konvensional digunakan untuk mengatur citizen. Semenatra itu cyberlaw digunakan untuk
mengatur netizen. Perbedaan antara citizen dan netizen ini menyebabkan cyberlaw harus ditinjau dari sudut
pandang yang berbeda.

2.5 Apakah Cyberlaw dibutuhkan di Indonesia


Mengingat jumlah pengguna Internet di Indonesia yang masih kecil, apakah memang cyberlaw sudah
dibutuhkan di Indonesia?
Digital Signature
Dalam perniagaan, tanda tangan digunakan untuk menyatakan sebuah transaksi. Kalau di Indonesia, tanda
tangan ini biasanya disertai dengan meterai. Nah, bagaimana dengan transaksi yang dilakukan secara elektronik?
Digital signature merupakan pengganti dari tanda tangan yang biasa.
Perlu dicatatat bahwa digital signature tidak sama dengan mengambil image dari tanda tangan kita yang biasa
kemudian mengkonversikannya menjadi "scanned image". Kalau yang ini namanya "digitalized signature".
Digital signature berbasis kepada teknology kriptografi (cryptography). Keamanan dari digital signature
sudah dapat dijamin. Bahkan keamanannya lebih tinggi dari tanda tangan biasa. Justru disini banyak orang yang
tidak mau terima mekanisme elektronik karena menghilangkan peluang untuk kongkalikong.

2.6 Ruang lingkup Cyberlaw


Jonathan Rosenoer dalam Cyber Law The Law Of Internet menyebutkan ruang lingkup cyber law :
1. Hak Cipta (Copy Right)
2. Hak Merk (Trademark)
3. Pencemaran nama baik (Defamation)
4. Fitnah, Penistaan, Penghinaan (Hate Speech)
5. Serangan terhadap fasilitas komputer (Hacking, Viruses, Illegal Access)
6. Pengaturan sumber daya internet seperti IP-Address, domain name
7. Kenyamanan Individu (Privacy)
8. Prinsip kehati-hatian (Duty care)
9. Tindakan kriminal biasa yang menggunakan TI sebagai alat Isu prosedural seperti yuridiksi, pembuktian,
penyelidikan dan lain-lain.
10. Kontrak / transaksi elektronik dan tanda tangan digital
11. Perangkat Hukum Cyber Law
7

12. Pornografi
13. Pencurian melalui Internet
14. Perlindungan Konsumen
15. Pemanfaatan
internet

dalam

aktivitas

keseharianseperti

e-

commerce,

e-government, e-education.

2.7 Macam-macam Cyberlaw


Macam-macam cyber law dibagi 2 , diantaraya :
1. Hukum Informasi
2. Hukum Sistem Informasi
3. Hukum Telematika (Telekomunikasi dan Informatika)
4. UU ITE (Undang-Undang Informasi Transaksi dan Elektronika)

2.8 Computer Crime Act (Malaysia)


Pada tahun 1997 malaysia telah mengesahkan dan mengimplementasikan beberapa perundang-undangan
yang mengatur berbagai aspek dalam cyberlaw seperti UU Kejahatan Komputer, UU Tandatangan Digital,
UU Komunikasi dan Multimedia, juga perlindungan hak cipta dalam internet melalui amandemen UU Hak
Ciptanya. The Computer Crime Act mencakup, sbb:
- Mengakses material komputer tanpa ijin
- Menggunakan komputer untuk fungsi yang lain
- Memasuki program rahasia orang lain melalui komputernya
- Mengubah / menghapus program atau data orang lain
- Menyalahgunakan program / data orang lain demi kepentingan pribadi

2.9 Council of Europe Convention on Cyber Crime


Council of Europe Convention on Cyber Crime (Dewan Eropa Konvensi Cyber Crime), yang berlaku
mulai pada bulan Juli 2004, adalah dewan yang membuat perjanjian internasional untuk mengatasi kejahatan
komputer dan kejahatan internet yang dapat menyelaraskan hukum nasional, meningkatkan teknik investigasi
dan meningkatkan kerjasama internasional. berisi Undang-Undang Pemanfaatan Teknologi Informasi (RUUPTI) pada intinya memuat perumusan tindak pidana. Council of Europe Convention on Cyber Crime ini juga
terbuka untuk penandatanganan oleh negara-negara non-Eropa dan menyediakan kerangka kerja bagi
kerjasama internasional dalam bidang ini. Konvensi ini merupakan perjanjian internasional pertama pada
kejahatan yang dilakukan lewat internet dan jaringan komputer lainnya, terutama yang berhubungan dengan
pelanggaran hak cipta, yang berhubungan dengan penipuan komputer, pornografi anak dan pelanggaran
keamanan jaringan.
Hal ini juga berisi serangkaian kekuatan dan prosedur seperti pencarian jaringan komputer dan intersepsi
sah. Tujuan utama adanya konvensi ini adalah untuk membuat kebijakan kriminal umum yang ditujukan
untuk perlindungan masyarakat terhadap Cyber Crime melalui harmonisasi legalisasi nasional, peningkatan
kemampuan penegakan hukum dan peradilan, dan peningkatan kerjasama internasional. Selain itu konvensi
ini bertujuan terutama untuk:
- Harmonisasi unsur-unsur hukum domestik pidana substantif dari pelanggaran dan ketentuan yang
terhubung di bidang kejahatan cyber.
8

Menyediakan form untuk kekuatan hukum domestik acara pidana yang diperlukan untuk investigasi dan
penuntutan tindak pidana tersebut, serta pelanggaran lainnya yang dilakukan dengan menggunakan sistem

2.10

komputer atau bukti dalam kaitannya dengan bentuk elektronik


Mendirikan cepat dan efektif rezim kerjasama internasional

Jadi, Perbedaan ketiga Cyberlaw diatas yaitu:


Cyberlaw merupakan seperangkat aturan yang dibuat oleh suatu negara tertentu, dan peraturan yang

dibuat itu hanya berlaku kepada masyarakat negara tersebut. Jadi, setiap negara mempunyai cyberlaw
tersendiri. Sedangkan Computer Crime Law (CCA). Merupakan Undang-undang penyalahan penggunaan
Information Technology di Malaysia. dan Council of Europe Convention on Cybercrime Merupakan
Organisasi yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari kejahatan di dunia Internasional. Organisasi ini
dapat memantau semua pelanggaran yang ada di seluruh dunia. Jadi perbedaan dari ketiga peraturan tersebut
adalah sampai di mana jarak aturan itu berlaku. Cyberlaw berlaku hanya berlaku di Negara masing-masing
yang memiliki Cyberlaw, Computer Crime Law (CCA) hanya berlaku kepada pelaku kejahatan cybercrime
yang berada di Negara Malaysia dan Council of Europe Convention on Cybercrime berlaku kepada pelaku
kejahatan cybercrime yang ada di seluruh dunia.

DAFTAR PUSTAKA

http://materi-etika-profesi.blogspot.com/2013/04/latar-belakang-cyber-law_28.html

http://nudiansyah.blogspot.com/2013/05/pengertian-dan-latar-belakang-cyberlaw.html

http://kuliahade.wordpress.com/category/hukum-siber/

http://125c16.blogspot.com/2009/11/cyberlaw-mesti-disegerakan.html

http://www.cert.or.id/~budi/articles/cyberlaw.html

http://www.digitalkafe.com/wp-content/uploads/2009/10/04_cyberlawindonesia1.ppt

http://jembatanbiru.blogspot.com/2012/11/cybercrime-adalah-istilah-yang-mengacu.html

10

Anda mungkin juga menyukai