Anda di halaman 1dari 13

ILMU AQSAM AL-QURAN

MAKALAH
Sebagai Tugas Mata Kuliah
Ulumul Quran
Dosen Pembimbing : Bustami Saladin M.A.
Disusun Oleh :
IMAM HANAFI
M. AINUR ROFIK
LUTFIYADI
M. HABIBI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)


PAMEKASAN
2011/2012
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb.
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat
rahmat dan maunah-Nya kami dapat menyusun makalah yang berjudul ILMU

AQSAM AL-QURAN. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan


kepada sang Revolusioner dunia Nabi Muhammad saw.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyusun makalah ini, khususnya teman-teman yang telah ikut membantu dalam
memberikan masukan dalam menyusun makalah ini, baik yang ada d STAIN pamekasan
maupun di luar STAIN.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan masih
jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun
sebagai analisa bagi kami sehingga akan terciptanya makalah yang lebih baik kedepannya.
Semoga makalah ini bermanfaat, khususnya bagi kami sebagai penyusun dan
umumnya bagi masyarakat umum.
Wassalamualaikum wr. wb.

Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman Sampul . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

ii

Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

B. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

C. Tujuan Penulis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Al_Quran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

B. Bentuk-Bentuk Aqsam Al-Quran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

C. Manfaat Sumpah Dalam Al-Quran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB III PENUTUP


Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

12

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesediaan jiwa pribadi bagi setiap individu dalam menerima dan membenarkan
sesuatuserta patuh menurut perintah Allah swt. berbeda-beda. Jiwa bersih yang fitrahnya
tidak dikotori dengan najis atau tidak ternoda oleh kejahatan, maka hati orang ini lebih
terbuka untuk menerima petunjuk dengan kata lain bahwa jiwa yang seperti inilah yang cepat
menangkap huda (petunjuk) Allah swt yang jatuh kepadanya sekalipun petunjuk tersebut
yang sampai kepadanya hanya sepintas. Adapun jiwa yang diselubungi oleh awan kejahilan
serta ditutupi oleh kegelapan bathil atau gelapnya kebatilan, maka hati orang seperti ini tidak
akan bersedia menerima kebenaran agama atau tidak akan tergugah hatinya kecuali
dipaksakan sampai timbul kegoncangan.[1]Dalam arti dengan peringatan dan bentuk kalimat

yang kuat dan kokoh, sehingga dengan demikian barulah tergoyahkan keingkarannya
tersebut. Disamping itu qasam (sumpah) dalam pembicaraan merupakan salah satu uslub
pengukuhan kalimat yang diselingi dengan bukti konkrit dan dapat menyeret lawan untuk
mengakui apa yang diingkarinya.[2] Dan hal inilah merupakan salah satu cara yang ampuh
untuk menyadarkan mereka.
Sebagaimana di ketahui bahwa sudah menjadi kebiasaan manusia dalam semua masa
atau waktu jika berbicara, berjanji dan bersemboyang, maka mereka selalu ingin
memperkuatnya dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan sumpah. Dengan sumpah,
pendengar akan yakin dan mantap dalam menerima dan mempercayai ucapan yang
didengarnya. Sebab pembicaraan yang diperkuat dengan itu, berarti sudah dipersaksikan di
hadapan Tuhan.
Sumpah yang ada dalam al-Quran cukup meliputi berbagai hal di alam jagad raya ini.
Tampil sebagai persoalan yang tidak semata-mata benar, akan tetapi juga merupakan berita
besar yang harus dipercayai, sebab akan mendatangkan kemaslahatan dan kebahagiaan di
dunia dan akhirat. Olehnya itu, para ulama sepakat bahwa sumpah sang khaliq dengan suatu
makhluknya antara lain dimaksudkan untuk mengagungkan tema sumpah tersebut, termasuk
sebagai kesiapan jiwa dalam menerima kebenaran dan tunduk terhadap cahayanya.

B. RUMUSAN MASALAH
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka penulis merasa perlu membahas
tentang Aqsam Al-Quran dengan membatasi pembahasan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian aqsam Al-quran?
2. Bagaimana bentuk-bentuk aqsam Al-quran?
3. Apa hikmah sumpah dalam Al-quran?
C. TUJUAN
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Ulumul Quran, tapi bertujuan di antaranya untuk :
1. Untuk mengetahui pengertian aqsam Al-quran.

2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk aqsam Al-quran.


3. Untuk mengetahui hikmah sumpah dalam Al-quran.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aqsam Al-Quran
Menurut bahasa, aqsam merupakan lafal jamak dari kata qasam. Sedang kata qasam
sama artinya dengan kata halaf dan yamin, karena memang satu makna, yaitu berarti sumpah.
Sumpah dinamakan dengan yamin karena orang Arab kalau bersumpah saling memegang
tangan kanan masing-masing.
Adapun menurut istilah, qasam diberi definisi sebagai berikut :

Sumpah ialah mengikat jiwa untuk tidak melakukan sesuatu perbuatan atau untuk
mengerjakannya, yang diperkuat dengan sesuatu yang diagungkan bagi orang yang
bersumpah, baik secara nyata ataupun secara keyakinan saja.
Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin menyatakan bahwa qasam (sumpah) adalah
memperkuat maksud dengan disertai menyebutkan sesuatu yang memiliki kedudukan lebih
tinggi dengan mengfungsikan huruf waw ( ) atau alatnya yang lain seperti ba ( ) dan ta
( ) . Di samping itu qasam (sumpah) menurut ulama nahwu ibnu al-Qayyim adalah kalimat
yang karenanya ditegaskan suatu berita.
Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa aqsam al-Quran adalah suatu upaya
penegasan dan penguatan Allah dalam bentuk sumpah yang menunjukkan bukti-bukti akan
adanya kebenaran suatu berita baik melalui lafaz-lafaz ataupun obyek-obyek tertentu yang
menarik perhatian sesuai dengan tingkat kepentingannya.
bentuk sumpah itu tidak hanya terdapat dalam Al-quran saja, juga tidak hanya
dalam bahasa arab, melainkan umum dan terdapat dalam kitab suci serta dalam segala bahasa
di dunia, baik Arab, Inggris, Perancis, Urdu dan sebagainya termasuk pula dalam bahasa
Indonesia.
Sighat qasam yang asli itu terdiri tiga rukun, yaitu :
1. Harus ada Fiil Qasam (Yang di Mutaaddikan Dengan Huruf Ba)
Sighat qasam baik yang berbentuk uqsimu ataupun yang berbentuk akhlifu tidak
akan berfungsi tanpa ditaadiyahkan dengan huruf ba. Seperti yang terdaat dalam surat AnNahl ayat 38 :

( : ) .......


Artinya : Mereka bersumpah dengan nama Allah
Namun kadang kala dalam suatu ayat, sighat qasam langsung disebutkan dengan
huruf wawu pada isim dzahir, kadang kala langsung diebutkan dengan huruf ta pada lafal
jalalah. Hal ini terjadi mana kala fiil qasam tidak disebutkan dalam ayat tersebut.
Contoh :
Dengan huruf wawu :



( : )

Artinya : Demi malam apabila menutupi (cahaya siang)


Dengan huruf ta :



( : )



Artinya : Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu

2. Harus ada muqsam bih (penguat sumpah)


Muqsam bih ialah lafaz yang terletak setelah adat/alat qasam yang dijadikan sebagai
sandaran dalam bersumpah yang juga disebut sebagai syarat, yang mana muqsam bih tersebut
adalah sesuatu yang diagungkan oleh yang bersumpah.
Dalam al-quran, allah bersumpah dengan zat-Nya sendiri yang maha agung atau
dengan tanda-tanda kekuasaannya yang maha besar.
Allah bersumpan dengan zat-Nya sendiri :

...
( : ) .


Artinya : Katakanlah: Pasti datang, demi Tuhanku Yang Mengetahui yang ghaib.

Allah bersumpan dengan makhluk ciptaannya :

.
( - : )




Artinya : Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun , dan demi bukit Sinai.

Dr. Bakri Syekh Amin dalam buku At-TaBir Alfan Fil Quran menceritakan
kebiasaan sumpah orang-orang arab

jahiliah yang selalu memakai muqsam bih selain

Allah, misalnya dengan umurnya, hidupnya, kakeknya, kepalanya, dan sebagainya. Misalnya
mereka bersumpah dengan berkata :

(saya bersumpah demi umurmu, atau demi umur saya, atau demi hidupkku, atau demi
hidup ayahmu, atau demi kepalamu, dan sebagainya).
Maksud sumpah orang arab jahiliah tersebut adalah untuk memuliakan hal-hal yang
dijadikan uqsam bih itu. Menurut kebiasaan, mereka memang memuliakan hal tersebut.

Padahal, menurut peraturan muqsam bih, sumpah itu seharusnya memakai nama Allah
SWT, Dzat atau sifat-sifat-Nya, terutama bagi sumpah manusia. Sebab, ada larangan
bersumpah dengan muqsan bih selain Allah, yang dihukumi musyrik.
Hal itu berdasarkan hadits riwayat Umar :

):
(
Artinya : Barang siapa bersumpah dengan selain Allah, maka berarti dia telah kafir atau
musyrik. (H.R. Tirmidzi)
Hadits riwayat Al-Hasan menyebutkan :

( )
Artinya : Sesungguhnya Allah bersumpah bisa dengan makhluk-Nya apa saja, tetapi
seorang pun tidak boleh bersumpah selain dengan nama Allah. (H.R. Ibnu Abi Hatim)
Memang bagi Allah SWT. Boleh bersumpah dengan muqsam bih apa saja. Sebab,
muqsam bih itu harus berupa yang diagungkan oleh yang bersumpah. Sedang bagi Allah yang
Maha Agung itu tidak ada yang harus diagungkan oleh-Nya, sehingga Dia boleh bersumpah
dengan Dzat-Nya ataupun dengan makhluk-Nya. Tetapi tidak untuk mengagungkan makhluk
itu, melainkan supaya manusia mengerti bahwa makhluk/benda-benda yang dijadikan
muqsam bih Allah SWT itu adalah benda/makhluk-makhluk yang penting, yang besar
artinya.
3. Harus ada muqsam alaihi (berita yang ingin diperkuat denngan sumpah itu)
Muqsam alaihi ialah bentuk berita yang ingin supaya bipercaya/ diterima oleh orang
yang mendengarnya sehingga diperkuat dengan sumpah tersebut, atau disebut juga jawab
qasam. Posisi muqsam alaihi terkadang bisa menjadi taukid, sebagai jawaban qasam. Karena
yang dikehendaki dengan qasam adalah untuk mentaukidi muqassam alaih (menguatkannya).
Ada empat hal yang harus dipenuhi muqsam alaih, yaitu :
a.

Muqsam alaih/ berita itu harus terdiri dari hal-hal yang baik, terpuji, atau hal-hal yang
penting.

b.

Muqsam alaih itu sebaiknya disebutkan dalam setiap bentuk sumpah. Jika kalimat muqsam
alaih tersebut terlalu panjang, maka muqsam alaihnya boleh dibuang. Seperti yang terdapat
dalam surah al-qiyamah ayat 1- 2 :

.

- : )

(
Artinya : Aku bersumpah demi hari kiamat, dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali
(dirinya sendiri).
Muqsam alaih dari qasam tersebut dibuang, karena terlalu panjang. Yang menunjukkan
adanya muqassam alaih adalah ayat setelahnya, yaitu ayat 3-4 :

.
( - :)

Artinya : Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang
belulangnya? Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya
dengan sempurna.
Sedangkan takdir dari muqsam alaihnya bila didatangkan ialah kalimat : Pasti kalian akan
dibangkitkan dari kubur.
c.

Jika jawab qasamnya berupa fiil madhi mutaharrif yang positif (tidak dinegatifkan),
maka muqsam alaihnya harus dimasuki huruf lam dan qod.
Contohnya :




.






.
.

( - : )




Artinya : Aku benar-benar bersumpah dengan kota ini (Mekah), dan kamu (Muhammad) bertempat
di kota Mekah ini, dan demi bapak dan anaknya. Sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia berada dalam susah payah.
d.

Materi isi muqsam 'alaih itu bisa bermacam-macam, terdiri dari berbagai bidang
pembicaraan yang baik-baik dan penting. Seperti :
Keterangan bahwa rasulullah saw adalah benar-benar utusan allah :

.
( - : )
.









Artinya : Yaa siin. Demi. Al-Quraan yang penuh hikmah. Sesungguhnya kamu salah seorang dari rasulrasul.
B. Bentuk-Bentuk Aqsam Al-Quran
Dilihat dari segi fiilnya, qasam dalam alquran ada dua macam, yaitu ;
1.

Qasam dhahir (nampak/ jelas), yaitu qasam yang fiil qasamnya disebutkan bersama dengan
muqasam bihnya. Seperti ayat berikut :









( : ) ....


Artinya : Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh: Allah
tidak akan akan membangkitkan orang yang mati.
Dan diantaranya ada yang dihilangkan fiil qasamnya, dan dicukupkan dengan huruf ba,
wawu, dan ta. Seperti :


( - : )




.
Artinya : Demi waktu matahari sepenggalahan naik. Dan demi malam apabila telah sunyi (gelap).
2.

Qasam Mudhmar (tersimpan/ samar) yaitu qasam yang didalamnya tidak dijelaskan/
disebutkan fiil qasam dan muqassam bihnya. Tetapi yang menunjukkan bahwa kalimat
tersebut adalah qasam adalah kata-kata setelahnya yang diberi lam taukid yang masuk
kedalam jawab qasamnya. Seperti :

( : ) ...







Artinya : Kalian sungguh-sungguh akan diuji terhadap harta kalian dan jiwa kalian.
C. Hikmah Sumpah Dalam Al-Quran
a) Sumpah (qasam) dalam ucapan sehari-hari merupakan salah satu cara untuk menguatkan
pembicaraan yang diselingi dengan pembuktian untuk mendorong lawan bicara agar bisa
b)

menerima/ mempercayainya.
Apakah makna sumpah dari Allah SWT? Abu Al-Qasim Al-Qusyairi menjawab bahwa
sesuatu dapat dipastikan kebenarannya dengan dua cara, yaitu persaksian dan sumpah. Kedua

cara itu dipergunakan Allah dalam Al-Quran sehingga mereka tidak memiliki hujjah lagi
untuk membantahnya.
c) Quran diturunkan untuk seluruh manusia, dan manusia mempunyai sikap yang berbeda-beda
terhadapnya. Diantaranya ada yang meragukan, ada yang mengingkari dan ada pula yang
amat memusuhi. Karena itu dipakailah qasam dalam kalamullah, guna menghilangkan
keraguan, melenyapkan kesalah fahaman, menguatkan berita, dan menetapkan hukum dengan
cara paling sempurna.
d) Dengan bersumpah memakai nama Allah atau sifat-sifat-Nya, menurut Dr. Bakri Syekh Amin
berarti memuliakn atau mengagungkan Allah SWT karena telah menjadikan nama-Nya
selaku Dzat yang diagungakn sebagai penguat sumpahnya. Tidak memakai nama atau bendabenda lain, sesuai dengan peraturan dan definisi sumpah itu sendiri.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari beberapa uraian mengenai aqsam dalam al-Quran dari berbagai aspek, maka
dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Aqsam secara etimologi adalah sumpah, secara terminologi adalah mengikat jiwa (hati) agar
tidak melakukan atau melakukan sesuatu, dengan suatu makna yang dipandang besar, baik
secara hakiki maupun secara itiqadi, oleh orang yang bersumpah itu. Adapun sighat dan
unsur-unsur qasam dalam al Quran adalah, Sighat bentuk asli, yakni sighat fiil qasam yang
dimutaaddiykan dengan huruf Sighat yang ditambah huruf la )), Sighat yang ditambah
dengan kata qul balaa )) , Sighat yang ditambah dengan kata-kata qul iiy () .
2. Mengenai bentuk sumpah (qasam) Allah swt dalam al-Quran ini dijelaskan bahwa qasam alQuran berbentuk

jumlah Khabariyah yakni kalimat berita yang sifatnya informatif,

terkadang juga berbentuk jumlah thalabiyah yakni kalimat yang tidak informative, adapun
bentuk qasam dalam

al-Quran

ialah qasam dhahir, yaitu qasam yang fiil qasamnya

disebutkan bersama dengan muqsam


3.

bihnya, Qasam mudhmar, yakni qasam yang fiil

qasam dan muqsam bihnya tidak disebutkan, karena kalimatnya terlalu panjang.
Allah SWT berhak menggunakan Dzat-Nya atau nama-nama makhluk-Nya di dalam
bersumpah, tapi manusia dilarang menggunakan sumpah selain dengan menggunakan nama
Allah SWT. Barangsiapa yang bersumpah selain dengan nama Allah, maka dia

termasuk musyrik.
4. Meski dibolehkan bersumpah, tapi hendaklah manusia menggunakan sumpah pada situasi
dan

kondisi

tertentu,

yakni

bila mukhattab atau

lawan

bicara

termasuk

dalam

kategori inkari, yakni yang mengingkari kebenaran dari sebuah khabar (berita).
Adapun faedah aqsam dalam al-Quran ialah:
a.

Menghilangkan keraguan.

b. Melenyapkan kesalah pahaman.


c. Menguatkan khabar.
d. Menetapkan hukum dengan cara yang paling sempurna.
e.

Dengan bersumpah memakai nama Allah atau sifat-sifat-Nya, berarti memuliakn atau
mengagungkan Allah SWT karena telah menjadikan nama-Nya selaku Dzat yang diagungakn
sebagai penguat sumpahnya.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Semarang: CV. Penerbit Diponegoro,
2005.

Djalal, Abdul. Ulumul Quran, Cet. III; Surabaya: Dunia Ilmu, 2000.
Prof. Dr. H. Abdul Djalal H.A. Ulumul Quran,Surabaya: Dunia Ilmu, 2009.

Anda mungkin juga menyukai