Anda di halaman 1dari 18

SUMPAH-SUMPAH DALAM AL-QUR’AN

ULUMUL QUR’AN
Rabiatul Adawiyah, LC,. MA

Kelompok 8 :

1. Audy Rivadya Amin (2201046035)


2. Tastya Jazmine Diaz (2201046094)
3. Melani Putri (2201046042)
4. Nayla Nurfadhila (2201046046)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
UNIVERSITAS MULAWARMAN
KATA PENGANTAR

Alhamdullilah, syukur kami ucapkan senantiasa kehadirat Allah


swt. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk
mata kuliah Ulumul Qur’an, dengan judul: “Sumpah-Sumpah dalam
Al-Qur’an”.

Kami menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini tidak


terlepas dari bantuan teman-teman kelompok serta dosen pengempu yang
tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan tepat waktu.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh


dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan
pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan
segala bentuk saran serta kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
serta menambah pengetahuan bagi perkembangan dunia pendidikan
islam.

Samarinda, 14 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

BAB I...................................................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG MAKALAH..............................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................................................1

1.3 TUJUAN..............................................................................................................2

BAB II..................................................................................................................................3

2.1 PENGERTIAN.......................................................................................................3

2.2 HURUF-HURUF QASAM......................................................................................4

2.3 SABAB SUMPAH (QASAM) DALAM AL-QUR’AN..................................................5

2.4 MACAM-MACAM QASAM.................................................................................5

2.5 UNSUR-UNSUR AQSAM DAN UNGKAPANNYA....................................................8

2.6 FAEDAH PENGGUNAAN AQSAM DALAM AL-QUR’AN.......................................11

2.7 TUJUAN QASAM...............................................................................................12

BAB III...............................................................................................................................13

3.1 KESIMPULAN....................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MAKALAH

Salah satu gaya bahasa yang ditunjukkan Allah swt dalam


menyampaikan pesan-pesan suci-Nya dalam Al-Quran adalah dengan
menggunakan qasam atau sumpah. Siapa saja yang membaca dan
meneliti al-Quran tentu saja dia pasti mendapati ungkapan yang
mengandung sumpah Allah dalam berbagai variasinya, semua itu
tidaklah merupakan suatu kebetulan, melainkan memiliki maksud-
maksud atau tujuan tertentu yang seharusnya menjadi perhatian bagi
siapapun yang meyakini al-Quran itu sebagai Kalam Allah yang menjadi
petunjuk dalam hidup dan kehidupan ini.

Bagaimana dan dengan apa Allah bersumpah? mengapa Allah


bersumpah? dan apa rahasia dan manfaat sumpah yang terdapat dalam al-
Quran tersebut?. Makalah sederhana ini diupayakan untuk dapat
menjawab berbagai masalah tersebut dengan menelusuri pandangan para
ulama Al-Quran dalam berbagai kitab yang mereka wariskan dengan
harapan dapat menjadi pelajaran yang berharga untuk lebih
meningkatkan pemahaman kita terhadap al-Quran itu sendiri.

Secara umum dapat dikatakan bahwa sumpah Allah dalam al-


Quran tidak terlepas dari pada isyarat yang jelas agar kita sungguh-
sungguh memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan, karena pesan
yang disampaikan. Mengandung tujuan untuk kebaikan dan kebahagiaan
manusia di dunia dan di akhirat. Karena dalam umat islam masih banyak
yang tidak mengerti tentang qasam.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang terurai diatas maka dapat disimpulkan


rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan AQSAM itu?
2. Apa saja unsur-unsur AQSAM dan ungkapannya?
3. Apa faedah menggunakan AQSAM di dalam Al-Qur’an?
4. Apa tujuan AQSAM?

1.3 TUJUAN

Dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka penulis dapat
memberitahukan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Memahami secara menyeluruh apa itu AQSAM dan bagaimana


penerapannya dalam kehidupan
2. Makalah ini diharapkan menjadi media informasi serta wadah
menyebarkan ilmu untuk mempermudah dan memberikan manfaat
khususnya seluruh mahasiswa Ulumul Qur’an A.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN

Secara etimologi kata qasam memiliki makna yang sama dengan


dua kata lain yaitu: halaf dan yamin yang berarti sumpah. Sumpah
dinamakan juga dengan yamin karena orang-orang Arab ketika sedang
bersumpah telah memegang tangan kanan sahabatnya.

Dalam KBBI, ‘sumpah’ diartikan sebagai:

a. Pernyataan yang diucapkan secara resmi dengan saksi kepada Tuhan


atau kepada sesuatu yang dianggap suci (untuk menguatkan
kebenaran dan kesungguhannya dan sebagaianya).
b. Pernyataan yang disertai tekat melakukan sesuatu untuk menguat-
kan kebenaran atau berani menderita sesuatu kalau pernyataan itu
tidak benar.
c. Janji atau ikrar yang teguh (akan menunaikan sesuatu).

Sedangkan menurut Louis Ma’luf, dalam konteks bangsa arab,


sumpah yang diucapkan oleh orang Arab itu biasanya menggunakan
nama Allah atau selain-Nya. Pada intinya sumpah itu menggunakan
sesuatu yang diagungkan seperti nama Tuhan atau sesuatu yang
disucikan.

Sedangkan secara terminologi, Qasam al-Qur’an adalah ilmu yang


membicarakan tentang sumpah-sumpah yang terdapat dalam al-Qur’an.
Kemudian yang dimaksud sumpah sendiri adalah sesuatu yang digunakan
untuk menguatkan pembicaraan. Menurut al-Jurjani -seperti yang dikutip
oleh Hasan Mansur Nasution- sumpah adalah sesuatu yang dikemukakan
untuk menguatkan salah satu dari dua berita dengan menyebutkan nama
Allah atau sifatnya.
Maka yang dimaksud dengan qasam al-Qur’an adalah salah satu
dari ilmu-ilmu al-Qur’an yang membahas tentang arti, maksud, rahasia,
dan hikmah sumpah-sumpah Allah yang terdapat dalam al-Qur’an.
Qasam dapat pula diartikan sebagai bahasa Al-Qur’an dalam
menegaskan atau menguatkan suatu pesan atau pernyataan dengan
menyebut nama Allah atau ciptaan-Nya sebagai muqsam bih. Dalam Al-
Qur’an, penyebutan kalimat qasam kadangkala dengan memakai kata
aqsama, dan adakalanya dengan menggunakan kata halafa atau yamana.

Contoh penggunaan kedua kata tadi antara lain sebagai berikut:

Artinya: “Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau


kamu Mengetahui”. (QS. Al-Waqi‟ah: 76)

Artinya: “(Ingatlah) hari (ketika) mereka semua dibangkitkan Allah) lalu


mereka bersumpah kepadaNya (bahwa mereka bukan musyrikin)
sebagaimana mereka bersumpah kepadamu; dan mereka menyangka
bahwa mereka akan memperoleh suatu (manfaat). Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berdusta.” (QS. Al-
Mujadilah: 18).

Orang yang pertama menyusun Ilmu Aqsamil Quran ini ialah


Imam Ibnu Al Jauziyah (wafat 751 H.) yang menulis kitab At-Tibyan Fi
Aqsamil Quran.

2.2 HURUF-HURUF QASAM

1. Huruf waw, semisal dalam firman Allah SWT.:

Artinya: “Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang


dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang
kamu ucapkan.” (QS. Adz-Dzariyat: 23)

2. Huruf ta, semisal firman Allah SWT.:

Artinya: “Demi Allah, Sesungguhnya kamu akan ditanyai tentang apa


yang telah kamu ada-adakan.” (An-Nahl: 56).
Sumpah dengan menggunakan huruf ta tidak boleh menggunakan
kata yang menunjukkan sumpah dan sesudah ta harus disebutkan kata
Allah atau rabb.

3. Huruf ba, semisal firman Allah SWT.:

Artinya: “Aku bersumpah demi hari kiamat” (QS. Al-Qiyamah: 1)


Kalimat sumpah dengan menggunakan huruf ba boleh diikuti kata
yang menunjukkan sumpah, sebagaimana contoh di atas, dan boleh pula
tidak menyertakan kata sumpah, sebagaiman dalam firman Allah SWT.:

Artinya: “Iblis menjawab: Demi kekuasaan Engkau aku akan


menyesatkan mereka semuanya” (QS. Shaad: 82)

2.3 SABAB SUMPAH (QASAM) DALAM AL-QUR’AN


Sabab Qasam artinya sebab sumpah, yaitu latar belakang
terjadinya sumpah. Allah bersumpah dengan sesuatu disebabkan
sebagian manusia mengingkari ataupun mereka menganggap remeh
sesuatu. Tanggapan ini terjadi dari ketidaktahuan mereka tentang
faedahnya, atau lupa dan buta dari hikmah Allah Swt. Atau mungkin
juga, pendapat seseorang terbalik dengan yang sebenarnya, lalu dia
berakidah tidak sesuai dengan yang ditetapkan Allah. Kenyataan yang
demikian menjadi sebab bagi Allah untuk bersumpah.

Memperhatikan keterangan di atas, maka terjadinya sumpah antara


lain karena adanya penolakan terhadap sesuatu yang dikemukakan, yaitu
al-Quran. Al-Quran memang menjelaskan tentang situasi umat zaman
dahulu sehingga perlu adanya penekanan untuk meyakinkan orang yang
menerima informasi. Selanjutnya, terjadinya sumpah dalam al-Quran
memiliki tujuan dan maksud yang mempunyai arti lebih dari apa yang
dijelaskan di atas, yaitu untuk dipikirkan dan diteliti. Hal ini akan
membawa mereka kepada keyakinan yang kuat.

2.4 MACAM-MACAM QASAM


Qasam dalam al-Quran terdapat dua macam. Sebagaimana
Manna‟ Al-Qaththan yang dikutip oleh Hasan Zaini dan Radhiatul
Hasnah bahwa Qasam itu kadangkala zhahir dan adakalanya mudhmar.

1. Zhahir, ialah sumpah di dalamnya disebutkan fi῾il qasam dan


Muqsam bih. Dan diantaranya ada yang dihilangkan fi῾il qasamnya,
sebagaimana pada umumnya, karena dicukupkan dengan huruf jar
berupa waw, ta dan ba. Seperti dalam firman Allah SWT.:

Artinya: “Aku bersumpah demi hari kiamat, dan aku bersumpah dengan
jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).” (QS. Al-Qiyamah: 1-2)

Dan ada juga yang didahului oleh “la nafi”, seperti:

Artinya: “Tidak sekali-kali, Aku bersumpah dengan hari kiamat. Dan


tidak sekali-kali, Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali
(dirinya sendiri).” (QS. Al Qiyamah: 1- 2)

Manna‟ al-Qattan memilih mengembalikan makna la kepada


makna asalnya yaitu menafikan makna yang datang sesudahnya, seperti
pada (QS. Al-Qiyamah / 75: 1-3.)

Artinya: “Aku bersumpah demi hari kiamat, dan Aku bersumpah dengan
jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri). Apakah manusia mengira,
bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya?”

Pada ayat ini, ia menganggap ada kalimat yang dihilangkan


setelah huruf la sesuai dengan maqsam yang ada, sehingga jika
ditampakkan maka akan berbunyi, “la sihhah lima taz’umun annahu la
hisab wala ’iqab”. Jadi, la nafiyah tersebut meniadakan kalimat yang
dihilangkan sesudahnya, yang artinya; “tidak benar dugaan kalian bahwa
tidak ada balasan dan siksa”.
Pendapat Manna‟ al-Qattan tersebut dipertegas oleh Quraish
Shihab, bahkan Ia menganggap di samping menafikan sesuatu yang
datang sesudahnya, kata la dapat juga menafikan sesuatu sebelumnya,
atau yang tersirat dalam benak pengucapnya, dan dengan demikian anda
berhenti pada kata tidak. Yakni tidak seperti yang kamu duga, lalu
menyiratkan sesuatu dalam benak untuk dinafikan misalnya bahwa
kebangkitan tidak akan terjadi. Bisa juga kata la dipahami sebagai fungsi
menguatkan sumpah dan dengan demikian ayat-ayat seperti ini
diterjemahkan dengan “Aku benar-benar bersumpah”.

Ada pula yang mengatakan bahwa Ia tersebut untuk menafikan


qasam, seakan-akan Ia mengatakan, “Aku tidak bersumpah kepadamu
dengah hari itu dan nafsu itu. Tetapi Aku bertanya kepadamu tanpa
sumpah, apakah kamu mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan
tulang belulangmu setelah hancur berantakan karena kematian?
Masalahnya sudah amat jelas, sehingga tidak lagi memerlukan sumpah.”

Tetapi juga ada berpendapat bahwa la tersebut za’idah (tambahan).


Jawaban qasam dalam ayat di atas tidak disebutkan, indikasinya adalah
ayat sesudahnya (Al-Qiyamah: 3). Penjelasannya ialah: “Sungguh kamu
akan dibangkitkan dan akan dihisab.”

2. Mudhmar ialah yang di dalamnya tidak dijelaskan fi῾il qasam dan


tidak pula muqsam bih, tetapi ia ditunjukkan oleh lam taukid yang masuk
ke dalam jawab qasam, seperti firman Allah:

Artinya: “Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan


dirimu dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-
orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang
mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati.
Jika kamu bersabar dan bertakwa, Maka Sesungguhnya yang demikian
itu Termasuk urusan yang patut diutamakan. (Al-Imran: 186)
Selanjutnya, apabila qasam berfungsi untuk memperkuat Muqsam ‘alaih,
maka beberapa fi῾il dapat difungsikan sebagai qasam jika konteks
kalimatnya menunjukkan makna qasam. Misalnya dalam QS. Ali Imran
ayat 187:

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil janji dari orang- orang
yang telah diberi kitab (yaitu): Hendaklah kamu menerangkan isi kitab
itu kepada manusia….”

Huruf lam pada ayat: adalah “lam qasam”, dan kalimat sesudahnya
adalah jawab qasam, sebab “akhzu al-mitsaaq” bermakna “istihlaf”
(mengambil sumpah). Dan atas dasar ini pula, maka para mufassir
menganggap sebagai qasam terhadap beberapa ayat di bawah ini, di
antaranya pada:

a. QS. An-Nur: 55 “Dan Allah telah berjanji kepada orang- orang yang
beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal shalelh bahwa Dia
sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi,
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka
berkuasa….”
b. QS. Al-Baqarah: 83 “Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari
Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah….”
c. QS. Al-Baqarah: 84; “Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari
kamu (yaitu): Kamu tidak akan menumpahkan darahmu (membunuh
orang)….. “

2.5 UNSUR-UNSUR AQSAM DAN UNGKAPANNYA

Struktur qasam terdiri dari tiga unsur, yaitu sighat qasam, muqsam
bih dan muqsam ‘alaih. Berikut penjelasannya,
Pertama, sighat qasam adalah sighat yang digunakan untuk
menunjukkan qasam/sumpah, baik dalam bentuk fi῾il maupun huruf
seperti ba, ta, dan waw sebagai pengganti fi῾il qasam karena sumpah
sering digunakan dalam keseharian. Contoh qasam dengan memakai kata
kerja (fi῾il) :

Artinya: “Mereka bersumpah dengan (nama) Allah dengan sumpahnya


yang sungguh-sungguh, "Allah tidak akan akan membangkitkan orang
yang mati". (Tidak demikian), bahkan (pasti Allah akan
membangkitnya), sebagai suatu janji yang benar dari Allah, akan tetapi
kebanyakan manusia tiada mengetahui. “(QS. An-Nahl ayat: 38)

Adat qasam yang banyak dipakai adalah huruf waw, sebagaimana


firman Allah SWT.:

Artinya: “Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun dan demi bukit Sinai.”
(QS. At-Tiin: 1-2)

Kedua, muqsam bih yaitu sesuatu yang dijadikan sumpah oleh


Allah Swt. Sumpah dalam Al-Quran ada kalanya dengan memakai nama
Allah Swt. dan adakalanya menggunakan nama-nama ciptaan-Nya.
Aisyah binti Abd Rahman binti Syathi’ dalam Al-Tafsir Al-Bayani Li Al-
Quran Al-Karim menjelaskan bahwa qasam yang menggunakan nama
Allah Swt. dalam Al-Quran hanya terdapat dalam tujuh tempat, yaitu
Surah An-Nisa ayat 65, Surah Yunus ayat 53, Surah Al-Hijr ayat 92,
Surah Maryam ayat 68, Surah Saba’ ayat 3, Surah At-Taghabun ayat 7,
Surah Al-Ma’arif ayat 40.

Salah satu contohnya adalah,

ٌّ ‫ق هُ َو ۗ قُلْ اِيْ َو َرب ِّْٓي اِنَّهٗ لَ َح‬


َ‫ق ۗ َو َمٓا اَ ْنتُ ْم بِ ُم ْع ِج ِز ْين‬ َ َ‫۞ َويَ ْستَ ۢ ْنبِـُٔوْ ن‬
ٌّ ‫ك اَ َح‬

Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad), “Benarkah (azab


yang dijanjikan) itu?” Katakanlah, “Ya, demi Tuhanku, sesungguhnya
(azab) itu pasti benar dan kamu sekali-kali tidak dapat menghindar.”
(Q.S. Yunus [10]: 53)

Selain pada tujuh tempat di atas, Allah memakai qasam dengan nama-
nama ciptaanNya, seperti dalam Q.S. al-Waqiah.[56]: 75,

‫۞فَٓاَل اُ ْق ِس ُم بِ َم ٰوقِ ِع النُّجُوْ ِم‬

Lalu Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang.


(Q.S.al-Waqiah[56]:75).
Bolehkah manusia bersumpah atas nama selain Allah swt?

Dalam hal ini kita harus menggaris bawahi bahwa Allah


mempunya hak prerogatif untuk bersumpah dengan apa yang
dikehendaki-Nya. Berbeda bagi manusia ia dilarang bersumpah atas
sesuatu apapun selain Allah Swt.

Maka, qasam Allah sepenuhnya berhak menggunakan sesuatu


apapun. Tatkala Allah swt bersumpah dengan (nama) makhluk-Nya
bahwasannya itu mengindikasikan keutamaan dan kemanfaatan ciptaan-
Nya, agar manusia mengambil hikmah daripadanya. Di samping itu,
Allah tunjukkan bahwa setiap makhluk memiliki pencipta, yaitu Allah
Swt.
Ketiga, muqsam ‘alaih kadang juga disebut qasam. Muqsam ‘alaih
merupakan suatu pernyataan yang datang mengiringi qasam, berfungsi
sebagai jawaban dari qasam. Dengan kata lain, pernyataan yang
karenanya qasam diucapkan. Dalam Al-Quran terdapat dua muqsam
‘alaih, yaitu yang disebutkan secara tegas dan yang dihilangkan. Jenis
yang pertama terdapat dalam ayat-ayat sebagai berikut:

Artinya: “Demi (angin) yang menerbangkan debu dengan kuat.dan awan


yang mengandung hujan, dan kapal-kapal yang berlayar dengan mudah,
dan (malaikat-malaikat) yang membagi-bagi urusan, Sesungguhnya apa
yang dijanjikan kepadamu pasti benar, dan Sesungguhnya (hari)
pembalasan pasti terjadi.” (QS. Adz-Dzariyat: 1-6)
Jenis kedua Muqsam ‘alaih atau jawab qasam dihilangkan / dibuang
karena alasan sebagai berikut:

1. Dalam Muqsam bih nya sudah terkandung makna Muqsam ‘alaih.


2. Qasam tidak memerlukan jawaban karena sudah dapat dipahami dari
redaksi ayat. Seperti halnya pendapat al-Biqa‟i yang mengatakan bahwa
tidak ada sumpah tanpa muqsam ‘alaih. Maka dapat dikatakan bahwa
seluruh sumpah Allah terdapat muqsam ‘alaih, baik tertulis dalam al-
Quran maupun menurut pemahaman.

2.6 FAEDAH PENGGUNAAN AQSAM DALAM AL-QUR’AN

Sebagaimana kita ketahui bahwa Qasam dalam al-Quran


bermuatan rahasia untuk menguatkan pesan-pesan al-Quran yang sampai
kepada manusia terutama untuk orang yang masih ragu-ragu, menolak
bahkan mengingkari kebenaran ajaran-ajaran al-Quran. Menurut Hasan,
ada tiga macam pola penggunaan kalimat berita dalam al-Quran, yaitu:
ibtida’, thalabi, dan inkari.

Ibtida’ (berita tanpa penguat), yaitu untuk orang yang netral dan
wajar-wajar saja dalam menerima suatu berita, tidak ragu-ragu dan tidak
mengingkarinya.

Thalabi, yaitu untuk orang-orang yang ragu terhadap kebenaran


suatu berita, sehingga berita yang disampaikan kepadanya perlu
diberikan sedikit penguat yang disebut dengan kalimat thalabi atau
taukid untuk meyakinkan dan menghilangkan keraguannya.

Inkari, yaitu untuk orang-orang yang bersifat ingkar dan selalu


menyangkal suatu berita, untuk kondisi seperti ini beritanya harus
disertai dengan kalam inkari (diperkuat sesuai dengan kadar
keingkarannya).

Oleh karena itu, Allah menggunakan kalimat sumpah dalam al-


Quran untuk menghilangkan keraguan, menegakkan hujjah dan
menguatkan berita terhadap orang-orang yang seperti ini.

2.7 TUJUAN QASAM

Kalimat Sumpah dalam al-Quran bertujuan untuk memberikan


penegasan dan pengukuhan atas informasi yang disampaikan dalam suatu
pesan atau pernyataan dengan menyebut nama Allah Swt. atau ciptaan-
Nya. Dalam al-Quran, penyebutan kalimat qasam kadangkala dengan
memakai kata aqsama, dan adakalanya dengan menggunakan kata halafa
atau yamana.

Hal ini sejalan dengan tanggapan manusia pada umumnya terhadap


ajaran yang disampaikan kepada manusia. Dengan kata lain tujuan
sumpah adalah untuk memperkuat pemberitaan kepada orang lain, yang
mungkin akan mengingkari kebenarannya, sehingga pemberitaan tersebut
dapat diterima dengan yakin.

Di antara golongan manusia itu ada yang meragukan,


mempertanyakan bahkan menolak kebenaran al-Quran. Dalam hal ini
sumpah dalam al-Quran ditunjukkan untuk menghilangkan keraguan,
menegakkan argumentasi dan menguatkan hujjah yang dalam hal ini
yaitu ajaran atau pesan yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1. Aqsam Secara etimologi berarti sumpah. Sumpah dinamakan juga


dengan yamin karena orang-orang Arab ketika sedang bersumpah telah
memegang tangan kanan sahabatnya. Sedangkan secara terminologi,
Qasam al-Qur’an adalah ilmu yang membicarakan tentang sumpah-
sumpah yang terdapat dalam al-Qur’an. Kemudian yang dimaksud
sumpah sendiri adalah sesuatu yang digunakan untuk menguatkan
pembicaraan.

2. Struktur qasam terdiri dari tiga unsur, yaitu sighat qasam, muqsam bih
dan muqsam ‘alaih. Pertama, sighat qasam adalah sighat yang digunakan
untuk menunjukkan qasam/sumpah, baik dalam bentuk fi῾il maupun
huruf seperti ba, ta, dan waw sebagai pengganti fi῾il qasam karena
sumpah sering digunakan dalam keseharian. Kedua, muqsam bih yaitu
sesuatu yang dijadikan sumpah oleh Allah Swt. Sumpah dalam Al-Quran
ada kalanya dengan memakai nama Allah Swt. dan adakalanya
menggunakan nama-nama ciptaan-Nya. Dalam al-Qur’an yang hanya ada
tujuh tempat yang memiliki ini, antara lain; Surah An-Nisa ayat 65,
Surah Yunus ayat 53, Surah Al-Hijr ayat 92, Surah Maryam ayat 68,
Surah Saba’ ayat 3, Surah At-Taghabun ayat 7, Surah Al-Ma’arif ayat 40.
Selain pada tujuh tempat di atas, Allah memakai qasam dengan nama-
nama ciptaanNya. Ketiga, muqsam ‘alaih kadang juga disebut qasam.
Muqsam ‘alaih merupakan suatu pernyataan yang datang mengiringi
qasam, berfungsi sebagai jawaban dari qasam. Dengan kata lain,
pernyataan yang karenanya qasam diucapkan. Dalam Al-Quran terdapat
dua muqsam ‘alaih, yaitu yang disebutkan secara tegas dan yang
dihilangkan.
3. Allah menggunakan kalimat sumpah dalam al-Quran untuk
menghilangkan keraguan, menegakkan hujjah dan menguatkan berita
terhadap orang-orang yang seperti ini. Sebagaimana kita ketahui bahwa
Qasam dalam al-Quran bermuatan rahasia untuk menguatkan pesan-
pesan al-Quran yang sampai kepada manusia terutama untuk orang yang
masih ragu-ragu, menolak bahkan mengingkari kebenaran ajaran-ajaran
al-Quran. Menurut Hasan, ada tiga macam pola penggunaan kalimat
berita dalam al-Quran, yaitu: ibtida’, thalabi, dan inkari.

4. Kalimat Sumpah dalam al-Quran bertujuan untuk memberikan


penegasan dan pengukuhan atas informasi yang disampaikan dalam suatu
pesan atau pernyataan dengan menyebut nama Allah Swt. atau ciptaan-
Nya. Dalam al-Quran, penyebutan kalimat qasam kadangkala dengan
memakai kata aqsama, dan adakalanya dengan menggunakan kata halafa
atau yamana. Dari sekian banyaknya manusia pasti ada yang meragukan,
mempertanyakan bahkan menolak kebenaran al-Quran. Dalam hal ini
sumpah dalam al-Quran ditunjukkan untuk menghilangkan keraguan,
menegakkan argumentasi dan menguatkan hujjah yang dalam hal ini
yaitu ajaran atau pesan yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
DAFTAR PUSTAKA

1. Misnawati (23 September 2019). Aqsam Al-Qur’an: Gaya Bahasa Al-


Qur’an dalam Penyampaian Pesa. Jurnal MUDARRISUNA Vol. 10 No. 2
April-Juni 2020.

2. ”Hubungan qasam dengan pemahaman al-qur’an”


http://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214113440019.pdf

3. “Aqsamul Qur’an”
Muhammad Makmum Rasyid. 26 Juni 2012
https://pustakailmudotcom.wordpress.com/2012/06/26/107/

Anda mungkin juga menyukai