Anda di halaman 1dari 15

ILMU AQSAMIL QUR’AN

(Makalah)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Qur’an


Dosen Pengampu: Ahmad Dawam, M.ag

Disusun Oleh:
Nama NPM
Prakoso Dwi Maulana 223000022
Ridwan Harits 22300001

Annisa Eka Putri 223000011


Ana Trianingsih 223000016

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) DARUL ISHLAH
TULANG BAWANG
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang
berjudul “Ilmu Aqsamil Qur’an “ ini dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini, dengan kerja keras dan dukungan dari pihak
, kami telah berusaha untuk dapat memberikan yang terbaik dan sesuai harapan,
walaupun didalam pembuatannya kami menghadapi kesulitan,karena
keterbatasan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
Oleh karena itu pada kesempatan ini,kami mengucapkan terima kasih
kepada bapak Ahmad Dawam,M.ag selaku dosen pembimbing Ulumul
Qur’an.Dan juga kepada teman -teman yang telah memberikan dukungan,
kontribusi dan dorongan kepada kami. Kami menyadari bahwa penulisan
makalah ini terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan agar dapat menyempurnakan di kesempatan
yang akan datang. Semoga apa yang disajikan dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi teman-teman dan pihak yang berkepentingan.

Tulang Bawang, 17 November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................


A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................
B. Rumusan Masalah .............................................................................................
C. Tujuan Penulisan ...............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................


A. Definisi Aqsamil Qur’an .....................................................................................
B. Unsur-unsur nya ................................................................................................
C. Macam-macam Aqsamil Qur’an........................................................................
D. Sighat Aqsamil Qur’an .......................................................................................
E. Tujuan Dan Hikmah Aqsamil Qur’an .................................................................
BAB III PENUTUP ...........................................................................................................
A. Kesimpulan ........................................................................................................
B. Saran..................................................................................................................
C. DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Al-Qur’an secara hak milik merupakan kitab suci milik umat Islam,
akan tetapi dari segi nilai manfaatnya, Al-Qur’an bermanfaat untuk
semua umat manusia tidak hanya umat Islam semata. Itu sejalan dengan
kedatangan agama Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin.
Kemanfaatan Al-Qur’an dapat diperoleh secara maksimal apabila mampu
menerangkan isi kandungan dari Al-Qur’an itu sendiri secara
komprehensif dan mendetail. Karena apabila Al-Qur’an tidak dapat
diterangkan, kemanfaatannya tidak dapat maksimal. Untuk mampu
menerangkan isi kandungan Al-Qur’an diperlukan kemampuan yang
mumpuni. Mungkin semua orang mampu berbicara tentang Al-Qur’an,
akan tetapi tidak semua orang mampu berbicara secara benar. Yang
dimaksud dengan berbicara secara benar disini adalah membicarakan Al-
Qur’an berdasarkan keilmuan yang mumpuni, tidak hanya sekedar
berbicara sekehendak sendiri yang sering diintervensi oleh hawa nafsu.
Keilmuan yang bisa dikatakan sebagai bekal agar supaya mampu
berbicara tentang Al-Qur’an secara benar terangkum kedalam sebuah
keilmuan yang lebih dikenal dengan ‘Ulumul Qur’an. Disiplin ilmu Al-
Qur’an (‘Ulumul Qur’an) bisa dikatakan menjadi standar acuan menilai
apakah orang yang berbicara tentang Al-Qur’an tersebut patut dijadikan
sebagai seorang panutan dalam memahami pesan-pesan yang
terkandung dalam Al-Qur’an.
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari ‘Aqsamil Qur’an ?
2. Apa saja ruang Lingkup
3. Bagaimana macam -macam Aqsamil Al-Quran?
4. Bagaimana pengembangan dari ‘Aqsamil Qur’an?
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui arti atau pengertian Ilmu Aqsamil Qur’an
2. Untuk mengetahui isi kandungan Ilmu Aqsamil Qur’an

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Aqsamil Qur’an


Jurnal MUDARRISUNA Vol.10 No.2 April-Juni 2010
Menurut bahasa, Aqsām merupakan lafadz jama’ dari kata
Qosam ‫ قسم‬sighat asli qosam itu berasal dari fi’il Aqsāmul ‫أقسم‬yang
dimuta’addikan dengan ba’ untuk sampai kepada “ Aqsāmul bih”.Yang
mempunyai satu makna yaitu sumpah. kata tersebut Digunakan
dalam al- Qur’an. Kata half disebut sebanyak 13 kali, kata qasam
Disebut sebanyak 3 kali, kata yamīn disebut sebanyak 71 kali, dan kata
Aliyah disebut sebanyak dua kali 2.Sumpah dinamakan dengan yamîn
Karena orang arab kalau bersumpah saling memegang tangan kanan
Masing-masing 3 .Sumpah itu sendiri berbentuk kalimat bukan kata
Tunggal, yang berfungsi sebagai penegas dan penentu terhadap isi
kalimat Yang lain .
Adapun qasam menurut istilah adalah mengaitkan jiwa untuk
tidak Melakukan sesuatu perbuatan, atau untuk mengerjakannya,
yang Diperkuat dengan sesuatu yang diagungkan bagi orang yang
bersumpah, Baik secara nyata atau secara keyakinan saja. Menurut
“Kāzhim Fatḫī al Rāwī” Qasam berarti sesuatu yang dikemukakan
untuk menguatkan Sesuatu yang dikehendaki oleh yang bersumpah,
baik untuk memastikan Atau mengingkari sesuatu.
Ibnu al Qayyim mengemukakan bahwa qasam Merupakan ungkapan
yang diberikan untuk penegasan dan penguatan Berita jika berita-
berita itu disertai dengan kesaksian{Syahadah}.
Yaitu sesuatu yang disampaikan untuk menguatkan sebuah berita
yang Terdapat di dalam al- Qur’an disertai dengan unsur-unsur qasam
untuk Menghilangkan keraguan dan meyakinkannya tentang
kebenaran akan isi Kandungan al- Qur’an.

Sumber:Muḫammad bin Mukrim bin Mandhūr al Ifrīqiy al Mishri Y.


Lisān al `Arab.
Cet. I. Beirūt: Dār Shādir. (tt). Jilid: 12. 478. Lihat juga Mannā` bin
Khalīl al- Qaththān.

2
B. Unsur – Unsur Aqsamil Qur’an

Bentuk atau Sighat qasam yang asli terdapat dalam surat An-Nahl ayat 38,
yaitu:

ِ ‫علَيْ ِه َحقًّا َو ٰلَ ِكنه أَ ْكثَ َر النه‬


َ‫اس ََل يَعْلَ ُمون‬ َ ‫َّللا َم ْن يَ ُموتُ ۚ بَلَ ٰى َو ْعدًا‬
ُ‫ث ه‬ ُ َ‫اَّلل َج ْه َد أَيْ َمانِ ِه ْم ََل يَبْع‬ َ ْ‫َوأَق‬
ِ ‫س ُموا بِ ه‬

Artinya: “Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang


sungguh-sungguh: “Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati”.
(Tidak demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkitnya), sebagai suatu
janji yang benar dari Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahui.” (Q.S. An-Nahl:38) .
Bentuk-bentuk qasam yang asli terdiri dari tiga unsur, yaitu;
1. Harus ada fi’il qasam yang dimuta’addikan dengan huruf “ba’”
2. Harus terdapat muqsam bih atau penguat sumpah, yaitu sumpah itu
harus diperkuat dengan sesuatu yang diagungkan oleh yang bersumpah.
3. Harus ada muqsam alaih (berita yang diperkuat dengan sumpah itu),
yaitu berupa ucapan yang ingin diterima atau dipercaya oleh orang yang
mendengar, lalu diperkuat dengan sumpah tersebut. tiga unsur qasam Yang
mesti ada yaitu:

1. Fi‟il ‫ أقسم‬dan yang dimuta’addikan atau disertai dengan Huruf bā’


sebagai Sighat asli qasam yang mesti diiringi oleh Fi’il. Contohnya
surat al- Taubah ayat 62 yang berbunyi:

‫يخافون با هللا لكم لير ضو كم وهللا ورسو له ا حق ان ير ضو ه ان گا نوا مؤ منين‬

“Mereka bersumpah kepadamu dengan (nama) Allah untuk menyenangkan


Kamu, padahal Allah dan Rasul-Nya lebih pantas mereka mencari keridoa-
Nya Jika mereka orang mukmin”

Adakalanya fi`il qasam didahului oleh lā al nāhiyah.

‘Ā’isyah binti al Syāthi’ menyatakan bahwa ungkapan ‫اقسم‬yang Mendapat


tambahan lā dalam al- Qur’an hanya berlaku untuk muqsam Bihnya Allah
.Bentuk sumpah yang ditambah huruf lā di depan fi‟il Qasamnya, seperti
surat al-Ma‟ārij ayat 40 yang berbunyi:

.) ‫فال ا قسم بر ب ا ل مشا رق وا لمغا رب انا لقا د رون‬


)

“Maka Aku bersumpah demi Tuhan yang mengatur tempat-tempat terbit


Dan terbenamnya (matahari, bulan dan bintang), sungguh, Kami pasti
mampu.”

3
Kebanyakan bentuk fi`il ini dibuang, karena banyak dipergunakan Dalam
pembicaraan. Bentuknya dipersingkat dan cukup dengan bā’ saja Dan bā’
nya diganti dengan huruf qasam )‫ القسم أداة‬lainnya berupa huruf Waw pada
isim zhāhir kata benda yang nyata atau bersifat indrawi. Umumnya ia
terdapat pada awal surat al- Qur’an. Maksud tidak digunakan huruf waw
berbaringan dengan fi`il qasam agar tujuannya itu tidak batal ketika
digantikannya dengan huruf bā’ Penggunaan huruf Waw lebih ringan
dibandingkan dengan huruf bā’setelah fi`ilnya dibuang. Contohnya seperti
surat al- Lail ayat 1-4.

2. Maqsum bih atau penguat sumpah, yaitu sumpah itu harus Diperkuat
dengan sesuatu yang diagungkan oleh yang bersumpah yaitu Allah. Ditinjau
dari muqsam bihnya, maka qasam itu hanya dengan Menggunakan nama
atau sesuatu yang diagungkan atau dibesarkan. Kadangkala Allah
bersumpah dalam al- Qur’an dengan menyebut diri- Nya atau zat- Nya, dan
ini terdapat di empat tempat yaitu :

a.Surat Yūnus ayat 53:

‫ق َۗو َما ْٓ اَ ْنت ُ ْم ِب ُمع ِْج ِزيْن‬ ٌّ ‫ستَ ْۢ ْن ِبـُٔ ْونَكَ اَ َح‬
ٌّ ‫ق ه َُو ۗ قُ ْل ا ِْي َو َر ِب ْْٓي اِنَّ ٗه لَ َح‬ ْ َ‫َوي‬
53. Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad), “Benarkah (azab
yang dijanjikan) itu?” Katakanlah, “Ya, demi Tuhanku, sesungguhnya (azab)
itu pasti benar dan kamu sekali-kali tidak dapat menghindar.”

b. Surat al Taghābun ayat 7:

“ Orang-orang yang kafir mengira, bahwa mereka tidak akan dibangkitkan.


Katakanlah (Muhammad), “Tidak demikian, demi Tuhanku, kamu pasti
dibangkitkan, kemudian diberitakan semua yang telah kamu kerjakan.” Dan
yang demikian itu mudah bagi Allah.

c. Surat Sabā’ ayat 3:

‫ع ْنهُ مِ ثْقَا ُل‬


َ ‫ب‬ ُ ُ‫ب ََل يَ ْعز‬ ِ ْۙ ‫ساعَةُ ۗقُ ْل ب َٰلى َو َربِ ْي لَتَأْتِيَنَّكُ ْۙ ْم ٰعل ِِم ا ْلغَ ْي‬ َّ ‫َوقَا َل الَّ ِذيْنَ َكفَ ُر ْوا ََل تَأْتِ ْينَا ال‬
‫ب ُّم ِبي ٍْن‬ ٰ
ٍ ‫صغَ ُر مِ نْ ذ ِلكَ َو َ َْٓل اَ ْكب َُر ا ََِّل ِف ْي ِك ٰت‬ ْ َ‫ض َو َ َْٓل ا‬ ِ ‫ت َو ََل فِى ْاَلَ ْر‬ ِ ‫سمٰ ٰو‬ َّ ‫ذَ َّر ٍة فِى ال‬
“Dan orang-orang yang kafir berkata, “Hari Kiamat itu tidak akan datang
kepada Kami.” Katakanlah, “Pasti datang, demi Tuhanku yang mengetahui
yang gaib, Kiamat itu pasti akan datang kepadamu”

2.Sumber: Ā’isyah Abd al Raḫmān al Syāthi’. Al Tafsīr al Bayānī li al Qur’ān al


Karīm. Kairo: Dār al Ma`ārif. (1977M). 165-166.

4
d. Surat Maryam ayat 68:

ِ ‫فَ َو َربِكَ لَنَ ْحش َُرنَّ ُه ْم َوالشَّ ٰيطِ يْ َن ثُ َّم لَنُح‬


.‫ْض َرنَّ ُه ْم حَوْ َل َج َهنَّ َم ِجثِيًّا‬

“Maka demi Tuhanmu, sungguh, pasti akan Kami kumpulkan mereka


bersama”

Macam-macam Aqsamil Qur’an


Qasam al-Qur‟ān ada dua macam bila dilihat dari segi fi‟il qasamnya Yaitu:

1. zhāhir atau qasam sharīḫ, yaitu qasam yang fi`il qasamnya Disebutkan
bersama dengan muqsam bihnya. Fādhil al Sāmirāni menjelaskan bahwa
qasam zhāhir yaitu qasam yang di dalamnya itu Terdapat salah satu dari
huruf qasam atau salah satu dari lafadh qasam25. Contoh: surat al-
Qiyāmah ayat 1-3:

َ ‫اْل ْنأَلَّنْ نَجْ َم َع ِع‬


﴾٣ ﴿ ُ‫ظا َمه‬ ِ ‫) َو ََل أ ُ ْق‬1﴿ ‫س ُم بِي َْو ِم ا ْل ِقيَا َم ِة‬
ِ ‫س ُم بِالنَّ ْف‬
ِ ْ ‫)ايحسب‬٢( ‫س اللَّ َّوا َم ِة‬ ِ ‫ََل أ ُ ْق‬
“Aku bersumpah dengan hari Kiamat, dan aku bersumpah demi jiwa yang
selalu Menyesali (dirinya sendiri). Apakah manusia mengira bahwa Kami
tidak akan Mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya”

3.Sumber: Muḫammad al Mukhtār al Salāmī. Al- Qasam ….49.

4.Sumber: Ja`far al Subḫānī. Al- Aqsām fī al- Qur’ān al Karīm: Dirāsah


Mubsithah Ḫaula

5
Qasamnya telah dibuang karena ada bukti yang ditunjukkan oleh kalimat
Setelahnya. Qasam zhāhir atau qasam sharīḫ ini terbagi dua:

a. Isti`thāfīy yaitu sumpah yang jawab al qasamnya itu jumlah insyāiyyah


(kalimat yang mengandung harapan), dan huruf qasam yang digunakan
Adalah bā’ dan hanya sedikit dalam uslub qasam. Contohnya surat al
An`ām ayat 109 yang berbunyi:

‫ش ِع ُركُ ْم اَنَّ َهآْ اِذَا‬ ٰ ْ ‫اّٰلل َج ْه َد اَيْ َمان ِِه ْم لَىِٕنْ ج َۤا َءتْ ُه ْم ٰايَةٌ لَّيُ ْؤ ِمنُ َّن بِه َۗا قُ ْل اِنَّ َما‬
ِ ‫اَل ٰيتُ ِعنْ َد ه‬
ْ ُ‫ّٰللا َو َما ي‬ َ ْ‫َواَق‬
ِ ‫سمُوْ ا بِ ه‬
‫ج َۤاءَتْ ََل يُ ْؤ ِمنُوْ َن‬
“Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan,
bahwa Jika datang suatu mukjizat kepada mereka, pastilah mereka akan
beriman Kepadanya. Katakanlah, “Mukjizat-mukjizat itu hanya ada pada sisi
Allah.” Dan Tahukah kamu, bahwa apabila mukjizat (ayat-ayat) datang,
mereka tidak juga kan beriman”

b. Ghairu isti`thāfīy yaitu sumpah yang jawab al qasamnya itu jumlah


Khabariyyah (kalimat berita), yang jenis ini banyak beredar di kalangan

Orang Arab dan juga dalam al- Qur’an. Contohnya surat Yasin i ayat 2-3 Yang
berbunyi:

َ ‫ا ْل ُم ْر‬
َ‫س ِليْن‬ َ‫لَمِ ن‬ ‫َو ۡالقُ ۡر ٰا ِن‬
َ‫)اِنَّك‬٢(‫ۡال َحك ِۡي ِم‬
“Demi Al-Qur’an yang penuh hikmah. Sungguh, engkau (Muhammad) adalah
salah Seorang dari rasul-rasul”

a. Apabila berkumpulnya lām dan nun al taukīd yang bertasydid.


Contohnya surat al Naml ayat 21 yang berbunyi:

‫س ْل ٰط ٍن ُّم ِبي ٍْن‬


ُ ‫ش ِد ْيدًا اَ ْو ََلَ ۟ا ْذبَ َحنَّ ٗ ْٓه اَ ْو لَيَأْتِيَنِ ْي ِب‬
َ ‫عذَا ًبا‬
َ ‫ََلُع َِذبَنَّ ٗه‬
“Pasti akan kuhukum ia dengan hukuman yang berat atau kusembelih ia,
kecuali Jika ia datang kepadaku dengan alasan yang jelas.”

b. Apabila lām masuk pada fi’il


.Contoh surat al Taubah ayat 25 Yang berbunyi:

ْ‫شي ًْٔـا َّوضَاقَت‬ َ ‫ي َم َواطِ َن َكثِيْ َر ْۙ ٍة َّويَوْ َم ُحنَي ْۙ ٍْن ا ِْذ اَ ْع َجبَتْكُ ْم َك ْث َرتُكُ ْم فَلَ ْم تُغْ ِن‬
َ ‫عنْكُ ْم‬ ُ ‫لَقَ ْد نَص ََركُ ُم ه‬
ْ ِ‫ّٰللا ف‬
َ‫َعلَيْكُ ُم ْاَلَ ْرضُ بِ َما َر ُحبَتْ ث ُ َّم َولَّ ْيت ُ ْم ُّم ْدبِ ِريْن‬
“Sungguh, Allah telah menolong kamu (mukminin) di banyak medan perang”

6
c. Apabila lām masuk pada nun .Contoh surat al Ḫasyr ayat 12 yang
berbunyi:

َ ْۙ ‫ص ُروْ هُ ْم لَي َُولُّ َّن ْاَلَ ْدب‬


‫َار ثُ َّم ََل‬ ُ ْ‫لَىِٕنْ اُ ْخ ِرجُوْ ا ََل يَ ْخ ُرجُوْ َن َمعَ ُه ْم َولَىِٕنْ قُوْ تِلُوْ ا ََل يَن‬
َ َّ‫ص ُروْ نَ ُه ْم َولَىِٕنْ ن‬
َ ْ‫يُن‬
.‫ص ُروْ َن‬
“Sungguh, jika mereka diusir, orang-orang munafik itu tidak akan keluar
bersama Mereka, dan jika mereka di-perangi; mereka (juga) tidak akan
menolongnya; dan kalau pun mereka menolong pastilah berpaling lari ke
belakang, kemudian mereka tidak akan mendapat pertolongan”

Qasam model ini terbagi dua:

a. Qasam yang di dalamnya itu ada huruf lām baik ia diiringi oleh adat al

Syarah . contohnya surat Yūnus 22 yang berbunyi:

‫ط ِيبَ ٍة َّوفَ ِرح ُْوا‬ ْٓ


ٍ ‫س ِي ُركُ ْم فِى ا ْلب َِر َوا ْلبَحْ ِۗر َحتهى اِ َذا كُ ْنت ُ ْم ف ِْى ا ْلفُ ْلكِ َوج ََريْنَ ِب ِه ْم ِب ِري‬
َ ‫ْح‬ ْ ‫ه َُو الَّذ‬
َ ُ‫ِي ي‬
ْۙ َ َ
َ ‫َان َّوظنُّ ْْٓوا اَنَّ ُه ْم اُحِ ْيط بِ ِه ْم َدع َُوا ه‬
‫ّٰللا‬ ٍ ‫ج مِ نْ ك ُِل َمك‬ ۤ
ُ ‫ف َّوجَا َءهُ ُم ا ْل َم ْو‬
ٌ ‫َاص‬ ِ ‫ِبهَا ج َۤا َءتْهَا ِر ْي ٌح ع‬
‫ج ْيتَنَا مِ نْ ٰهذ ِٖه لَنَك ُْونَنَّ ِم َن الشهك ِِريْ َن‬
َ ‫الديْنَ ە لَ ِٕىنْ اَ ْن‬
ِ ُ‫ُم ْخل ِِصيْنَ لَه‬
“Dialah Tuhan yang menjadikan kamu bisa berjalan di daratan, (dan
berlayar) di lautan. Sehingga ketika kamu berada di dalam kapal, dan
meluncurlah (kapal) itu membawa mereka (orang-orang yang ada di
dalamnya) dengan tiupan angin yang baik, dan karenanya mereka
bergembira; tiba-tiba datanglah badai dan gelombang menimpanya dari
pancaran, dan mereka mengira telah terkepung (bahaya), maka mereka
berdoa dengan tulus ikhlas kepada Allah semata. (Seraya berkata),
“Sekiranya Engkau menyelamatkan kami dari (bahaya) ini, pasti kami
termasuk orang-orang yang bersyukur.”

Dalam ayat di atas lām dari ‫لئن‬merupakan qasam mudhmar dan lām yang
Kedua adalah lām al qasam. Atau diiringi oleh fi`il mudhari` yang
bersambung dengan nun.,Contoh surat Ali `Imran ayat 186 yang berbunyi:

‫ب مِ نْ قَ ْب ِلكُ ْم َومِ نَ الَّ ِذيْنَ اَش َْرك ُْْٓوا‬ ْ َ‫س ُك ۗ ْم َولَت‬


َ ‫س َمعُنَّ مِ نَ الَّ ِذيْنَ ا ُ ْوت ُوا ا ْل ِك ٰت‬ ِ ُ‫لَت ُ ْبلَ ُونَّ فِ ْْٓي اَ ْم َوا ِلكُ ْم َواَ ْنف‬
َ ْ‫صبِ ُر ْوا َوتَتَّقُوْ ا فَ ِا َّن ٰذ ِلكَ ِمن‬
‫ع ْز ِم ْاَلُمُوْ ِر‬ ْ َ‫اَذًى َكثِي ًْرا ۗ َواِنْ ت‬
“Pasti akan diuji dengan hartamu dan dirimu. Dan pasti kamu akan
Mendengar banyak hal yang sangat menyakitkan hati dari orang-orang yang
Diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang musyrik. Jika kamu
bersabar dan Bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk
urusan yang (patut) Diutamakan”

8. Sumber: Mannā` bin Khalīl al- Qaththān. Mabāḫits…, 304.

9. Sumber: Muḫammad al Mukhtār al Salāmī. Al- Qasam ….55-56.

7
C. Sighat Aqsamil Qur’an
Aqsaam adalah bentuk jamak dari qasam yang berarti al-hilf dan al-
yamiin, yakni sumpah. Sighat asli qasam ialah fi’il atau kata kerja “aqsama”
atau “ahlafa” yang di-muta’addi [transisi]-kan dengan “ba” untuk sampai
pada muqsam bih [sesuatu yang digunakan untuk bersumpah], lalu disusul
dengan muqsam ‘alaih [sesuatu yang karena sumpah diucapkan] yang
dinamakan dengan jawab qasam.

Misalnya firman Allah: “Mereka bersumpah dengan nama Allah, dengan


sumpah yang sungguh-sungguh, bahwasannya Allah tidak akan
membangkitkan orang yang mati.” Surah (an-Nahl: 38)

Dengan demikian, ada tiga unsur dalam sighat qasam: fi’il yang ditransitifkan
dengan “ba”, muqsam bih dan muqsam ‘alaih.

Oleh karena qasam itu sering dipergunakan dalam percakapan maka ia


diringkas, yaitu fi’il qasam dihilangkan dan dicukupkan dengan “ba”.
Kemudian “ba” pun diganti dengan “wawu” pada isim zahir, seperti: “wal
laili idzaa yaghsyaa” (Demi malam, bila menutupi [cahaya siang]) surah: (al-
Lail: 1)

Dan digantinya “ta” pada lafadz jalalah, misalnya: wa tallaaHi la akiidanna


ash-naamakum (“Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya
terhadap berhala-berhalamu”) surah: (al-Anbiyaa’: 57). Namun qasam
dengan “ta” ini jarang dipergunakan, sedang yang banyak adalah dengan
“wawu”.

Qasam dan yamiin adalah dua kata sinonim, mempunyai makna yang sama.
Qasam didefinisikan sebagai “mengikat jiwa [hati] agar tidak melakukan,
atau melakukan sesuatu, dengan “suatu makna” yang dipandang besar,
agung, baik secara haqiqi maupun i’tiqadi, oleh orang yang bersumpah itu.”

Bersumpah dinamakan juga dengan yamiin [tangan kanan] karena orang


Arab ketika sedang bersumpah memegang tangan kanan sahabatnya.

8
D. Tujuan dan Hikmah Aqsamul Qur’an
1. Tujuan qasam

Dalam substansinya sumpah dilakukan untuk memperkuat


pembicaraan agar dapat diterima atau dipercaya oleh pendengarnya.
Sedang sikap pendengar sesudah mendengar qasam akan bersikap salah
satu dari beberapa kemungkinan di bawah ini:

a. Pendengar yang netral, tidak ragu dan tidak pula mengingkarinya. Maka
pendengar yang seperti ini akan diberi ungkapan ibtida’ (berita yang
diberi penguat taukid atau pun sumpah), contoh Surat Al-Hadid:8.

.َ‫الرسُوْ ُل يَ ْدعُوْ كُ ْم ِلتُ ْؤ ِمنُوْ ا بِ َربِكُ ْم َوقَ ْد اَ َخذَ ِميْثَاقَكُ ْم اِنْ كُنْتُ ْم ُّم ْؤ ِمنِيْن‬ ِ ‫َو َما لَكُ ْم ََل تُ ْؤ ِمنُوْ َن بِ ه‬
َّ ‫اّٰلل َو‬

Artinya: “Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah padahal Rasul
menyeru kamu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. Dan sesungguhnya
Dia telah mengambil perjanjianmu jika kamu adalah orang-orang yang
beriman.” (Q.S. Al-Hadid:8)

b. Penguat dalam ayat ini hanya diperkuat oleh lafadz Qod

c. Pendengar mengingkari berita yang didengar. Oleh karenanya berita


harus berupa kalam ingkari (diperkuat sesuai kadar keingkarannya). Bila
kadar keingkarannya sedikit, cukup dengan satu taukid saja. Contoh Surat
An-Nisa’:40.

.‫ت مِ نْ لَّ ُد ْنهُ اَجْ ًرا عَظِ ْي ًما‬ ٰ ‫سنَةً ي‬


ِ ْ‫ُّض ِع ْفهَا َويُؤ‬ َ ‫ّٰللا ََل يَ ْظ ِل ُم مِ ثْقَا َل ذَ َّر ٍة َواِنْ تَكُ َح‬
َ ‫اِنَّ ه‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun


sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan
melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.”
(Q.S. An-Nisa’:40)

Sedang apabila kadar keingkarannya cukup berat, maka menggunakan dua


taukid (penguat). Seperti Surat Al-Maidah:72.

‫س ْي ُح ٰيبَنِ ْْٓي اِس َْر ۤاءِ ْي َل ا ْعبُدُوا ه‬


َ‫ّٰللا‬ ِ ‫س ْي ُح ا ْب ُن َم ْريَ َم َۗوقَا َل ا ْل َم‬ ‫لَقَ ْد َكفَ َر الَّ ِذيْنَ قَالُ ْْٓوا اِنَّ ه‬
ِ ‫ّٰللاَ ه َُو ا ْل َم‬
ْ‫ظلِمِ يْنَ مِ ن‬ ُ َّ‫علَ ْي ِه ا ْل َجنَّةَ َو َمأْ ٰوىهُ الن‬
‫ار َۗو َما لِل ه‬ َ ‫ّٰللا‬ُ ‫اّٰلل فَقَ ْد ح ََّر َم ه‬
ِ ‫َر ِب ْي َو َر َّبكُ ْم ۗاِنَّ ٗه َمنْ ُّيش ِْركْ ِب ه‬
ٍ ‫اَ ْنص‬
‫َار‬
Artinya: “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata:
“Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putra Maryam”, padahal Al Masih
(sendiri) berkata: “Hai Bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu”
Sesungguhnya orang yang mempersetujukan (sesuatu dengan) Allah, maka

9
pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka,
tidaklah ada bagi orang-orang dzalim itu seorang penolong pun.” (Q.S. Al-
Ma’idah:72).

d. Dalam ayat di atas diberi dua taukid berupa lafadz Qod dan Lam taukid.

e. Dan apabila kadar keingkarannya sangat berat, ditambah dengan


beberapa taukid. Seperti Surat Al-Anbiya’:57.

َ‫صنَا َمكُ ْم َب ْع َد اَنْ ت َُولُّ ْوا ُم ْد ِب ِريْن‬


ْ َ‫َاّٰلل ََلَ ِك ْيدَنَّ ا‬
ِ ‫َوت ه‬
Artinya: “Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap
berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya.” (Q.S. Al-
Anbiya’:57)

Hikmah Aqsamil Qur’an


a. Apabila berita itu sampai pada pendengar dan dia tidak menolak,
tentunya berita tersebut dapat diterima dan dipercaya. Karena telah
diperkuat dengan sumpah apalagi dengan menggunakan kata Allah SWT.

b. Bahwa pembawa berita akan merasa lega, karena telah menyampaikan


berita dengan diperkuat sumpah atau dengan beberapa taukid (penguat).
Hal ini sangat berbeda apabila membawa berita dengan tidak menggunakan
qasam.

c. Dengan bersumpah memakai nama Allah atau sifat-sifat-Nya, maka hal


ini sama dengan mengagungkan Allah SWT karena telah menjadikan
namanya selaku dzat yang diagungkan sebagai penguat sumpah.

10
BAB III
KESIMPULAN
Pengertian qasam menurut bahasa adalah sumpah Sedang Qasam menurut
istilah adalah mengaitkan jiwa untuk tidak melakukan sesuatu perbuatan,
atau untuk mengerjakannya, yang diperkuat dengan sesuatu yang
diagungkan bagi orang yang bersumpah, baik secara nyata atau secara
keyakinan saja. Unsur yang harus dipenuhi dalam qasam: (1) Harus ada fi’il
qasam (2) Harus terdapat muqsam bih (3) Harus ada muqsam ‘ alaih Secara
garis besar, Aqsamul Qur’an terbagi menjadi dua jenis: (1) Qasam Dzahir,
yaitu qasam yang fi’il qasamnya disebutkan bersama dengan muqsam
bihnya. (2) Qasam Mudhmar (qasam tersimpan) yaitu qasam yang fi’il
qasam dan muqsam bihnya tidak disebutkan Bentuk-bentuk Aqsamil Qur’an:
(1) Bentuk Asli: bentuk sumpah yang terdiri dari tiga unsur yang telah
disebutkan. (2) Bentuk sumpah yang ditambah dengan huruf La. Manfaat
Qasam: (1) Mempertegas dan memperkuat berita yang sampai kepada
pendengar. (2)Memberikan nilai kepuasan kepada pembawa berita yang
telah menggunakan Qasam. (3) Mengagungkan sifat dan kekuasaan Allah.

11
DAFTAR PUSTAKA

`Abd al Raḫman bin Abi Bakr, Jalāl al Dīn al Suyūthī. (1974M). Al- Itqān fi `

Ulūm al Qur`ān. Editor: Muḫammad Abu al Fadhl Ibrāhīm.Mesir:


Al Hai`ah al Mishriyyah al `Āmmah li al Kitāb. Jilid: 4.

`Ā’isyah Abd al Raḫmān al Syāthi’. (1977M). Al Tafsīr al Bayānī li al Qur’ān Al


Karīm Kairo: Dār al Ma`ārif.

Abū Hilāl al Ḫasan bin `Abdullāh bin Sahl bin Sa`īd bin Yaḫyā bin Mehrān

Al `Askarī. (1412H). Mu`jām al Furūq al Lughawiyyah. Editor: Al

Syaikh Bait Allāh Bayāt wa Muassasah al Nasyr al Islāmiy.

Qum: Muassasah al Nasyr al Islāmiy al Tābi`ah li Jāmi`ah al


Mudarrisīn.

Afrāḫ Dziyāb Shāliḫ. (2009M). “Uslūb al Qasam al Dhāhir wa Atsaruhu fī

Binā’i al Nashshi al Qur`ānī: Sūrah al `Ādiyāt Unmūdzajan”.

Jurnal Kulliyyah al Tarbiyyah li al Banāt. Jāmi`ah Baghdad:

Markaz al Dirāsāt al Duwaliyyah. Vol. 2. No.2.

Al Qāsim bin al Ḫasan al Ḫawarizmī. (1998M). Kitāb Tarsyīh al `Ilal fī Syarḫ

Al Jumal. Cet. I. Editor: `Ādil Muhsin al `Amīrī. Mekkah al

Mukarramah: Maktabah al Malik Fahd al Wathaniyyah.

Badr al Dīn Muḫammad bin `Abdullah al Zarkasyī. (1988M). Al Burhān fi

`Ulūm al Qur’ān. Cet. I. Beirūt: Dār al Fikr. Jilid: 3.

Fādhil Shāliḫ al Sāmirānī. (2007M). Ma`ānī al Naḫwi. Cet. I. Beirūt: Dār

Iḫyā’ al Turāts al `Arabiy. Jilid: 4.

Ja`far al Subḫānī. (1420H). Al- Aqsām fi al- Qur’ān al Karīm: Dirāsah

Mubsithah Ḫaula al- Aqsām al- Wāridah fi al- Qur’ān al Karīm.


Cet.I.

Qum: Muassasah al- Imām al Shādiq.

Mannā` bin Khalīl al- Qaththān. (2000M). Mabāhits fī `Ulūm al- Qur`ān.

Riyādh: Maktabah al Ma`ārif li al- Nasyr wa al Tawzī’. Jilid. 1.

Moh. Zuhdi. (2011M). “Makna dan Pesan Penguat Sumpah Allah dalam

12

Anda mungkin juga menyukai