Dosen pengampu:
Ustadz, Jumroni Ayana. M. Ag
Disusun Oleh:
1. Naflah Ashar Oktavia
2. Lilis Nurhasanah
3. Robiatul Adawiyah
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I.....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
C. Tujuan.......................................................................................................................................1
BAB II................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN....................................................................................................................................2
A. Pengertian Muhkam dan Musytasbih....................................................................................2
B. Perbedaan Pendapat Para Ulama Terhadap Ayat -Ayat Musytasbihat..........................2
BAB III..................................................................................................................................................8
PENUTUP.............................................................................................................................................8
A. Kesimpulan................................................................................................................................8
BAB I
ii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam studi Ilmu Al-Qur’an topik mengenai al-muhkna dan al-mutashabih
merupakan salah satu topik yang memiliki kontroversial yang demikian tajam.
Kontroversi itu menyangkut apa sebenarnya makna dari al-muhkam dan al-
mutashabih itu. Ada sekian banyak pendapat tentang makna al-muhkan dan
mutashabih. Pendapat-pendapat itu muncul tatkala para mufassir berusaha
menjelaskan firman Allah yang berbunyi: “Dialah yang menurunkan Al-Kitab (Al-
Qu’an) kepadamu. Di antara (isi)-nya ada ayat-ayat muhkamat, itu pokok-pokokisi
Al-Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutashabihat. Adapun orang-orang yang dalam
hatinya condong kepada kesesatan,mereka mengikuti ayat-ayat mutashabihat dirinya
untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang
mengetahui takwilnya melainkan Allah dan orang-orang yang mendalam ilmunya.
Mereka berkata, ‘Kami beriman kepda ayat-ayat mutashabihat. Semuanya itu dari sisi
Tuhan kami’ (Ali Imran: 7)1
Ayat yang mulia di atas dengan gamblang mengklasidisikan al-Qur’an pada dua
bagian : muhkamat yang merupakan induk (Ummu al-Kitab), pokok, dasar dan
merupakan sebagian besar isi Al-Qur’an dan yang kedua adalah mutashabihat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengrtian dari muhkam dan musytasbih
2. Bagaimana perbedaan para ulama terhadap ayat-ayat mutasyabihat
C. Tujuan
1. Memahami pengertian Muhkam dan Musytasbih
2. Memahami perbedaan ulama tethadap ayat-ayat mutasyabihat
1
Dr. Syamsuddin Arif,M.A, Al-Qur’an dan Serangan Orientalis, (Gema Insani,2005) hlm-40
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
DR. Abdul Hayy, Pengantar Ushul Fikih, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006) hlm- 259
2
B. Perbedaan Pendapat Para Ulama Terhadap Ayat -Ayat Musytasbihat
Dalam pengertian secara umum sebagaimana disebutkan diatas,
muhkam dan mutasyabih tidak menyisakan persoalan di kalangan ulama. Tapi
ketika term muhkam dan mutasyabih ini dilihat dari pengertiannya secara
khusus (terminologi) maka para ulama mulai membahas dan
memperdebatkannya.
Pengertian muhkam dan mutasyabih secara khusus ini mulai
diperdebatkan ketika mereka menafsirkan firman Allah SWT yang artinya:
“Dialah yang menurunkan Al-Kitab Al-Qur‟an kepada kamu. Diantara (isi)-
nya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok Al-Qur‟an dan yang
lain ayat-ayat mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya
condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat–ayat yang
mutasyabihat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari
takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah,
dan orang –orang yang mendalam ilmunya berkata “kami beriman kepada
ayat-ayat yang mutasyabihat semuanya itu dari sisi tuhan kami.” Dan tidak
dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang
berakal.” (QS.Ali Imran[3]:7)
Selanjutnya, terkait masalah ayat-ayat yang muhkam dan
mutasyabihini terdapat 3 pendapat yaitu:
Pendapat pertama menyatakan bahwa Al-Qur‟an seluruhnya adalah
muhkam, mengingat Firman Allah SWT :
3
Artinya : “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-
Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang,ulang” (QS. Az-
Zumar: 23).
Pendapat ketiga dan yang paling kuat menyatakan bahwa Al-Qur‟an ada
yang muhkam dan ada pula yang mutasyabih dengan beralasan kedua ayat
tersebut di atas. Sebab, maksud “uhkimat ayatuhu” dalam ayat tersebut di atas
menjelaskan tentang kesempurnaan Al-Qur‟an dan tidak adanya pertentangan
antar ayat-ayatnya. Sedangkan maksud mutasyabih dalam ayat di atas
menerangkan segi kesamaannya dalam kebenaran, kebaikan dan
kemu‟jizatan. Selanjutnya, bila ditinjau dari sisi jangkauan pengetahuan
manusia terhadap maknanya, Abud Djalal membagi ayat-ayat mutasyabih tiga
yaitu sebagai berikut :
1. Ayat-ayat mutasyabihat yang tidak dapat diketahui oleh seluruh umat
manusia, kecuali Allah SWT. Contoh : Artinya : “Dan pada sisi Allah-lah
kunci-kunci semua yang ghaib, tak ada yang mengetahuinya, kecuali Dia
sendiri”. (Q.S. Al-An‟am : 59)
2. Ayat-ayat mutasyabihat yang dapat diketahui oleh semua orang dengan
jalan pembahasan dan pengkajian yang mendalam. Contoh : pencirian
mujmal, menentukan musytarak, mengkaidkan yang mutlak, menertibkan
yang kurang tertib, dst.
3. Ayat -ayat mutasyabihat yang tidak semua orang dapat mengetahuinya,
atau hanya dapat diketahui oleh para pakar ilmu dan sains tertentu saja.
Hal ini termasuk urusan – urusan yang hanya diketahui Allah SWT dan
orang-orang yang rosikh (mendalam) ilmu pengetahuannya. 28 Adapun
sikap para ulama terhadap ayat-ayat mutasyabih terbagi menjadi 2
kelompok, yaitu:
Pertama: Madzhab Salaf, salah satu diantara para ulama yang masuk ke
dalam kelompok ini adalah Imam Malik yang berasal dari ulama
terdahulu (mutaqaddimin). Para ulama pada kelompok ini mengambil
4
sikap kehati-hatian sebagai bentuk penjagaan diri dari kesalahan yang
mungkin dapat terjadi dengan berdasar pada menyucikan Allah dari
pengertian-penegertian lahir yang mustahil bagi Allah dan mengimaninya
sebagaimana yang diterangkan Al-Qur‟an sehingga mereka lebih
mempercayai dan mengimani ayat-ayat mutasyabih dan menyerahkan
sepenuhnya langsung kepada Allah Swt.
Kedua: Madzhab Khalaf, salah satu yang termasuk ke dalam kelompok
ini yaitu ulama muataakhirin (modern) dimana mereka mentakwil ayat-
ayat mutasyabihat secara terperinci dengan menentukan makna-maknanya
berdasarkan penggunaan kata tersebut yang sesuai dengan lahirnya
(zhahir). Metode ini diambil atas dasar kekhawatian mereka akan
terjadinya goncangan terhadap keyakinan orang terutama mereka yang
awam sehingga terjaga dari tasybih (menyerupakan Allah dengan
makhluk-Nya).
Suatu hal yang seyogyanya dilakukan dalam hal memahami ayat-ayat
mutasyabihat itu adalah memalingkan lafal dari keadaan kehampaan yang
mengakibatkan kebingungan manusia, sehingga tidak membiarkan lafal
itu “terlantar” tidak bermakna. Selama ayat-ayat tersebut memungkinkan
untuk dilakukan pentakwilan terhadapnya dengan makna yang benar dan
rasional, maka tidak ada halangan bagi nalar manusia dalam hal ini bagi
mereka yang sudah memiliki ilmu yang mendalam dan kemampuan
tinggi.
Berdasarkan hal tersebut, setidaknya dua pendapat di atas telah
mewakili masing-masing kelompok yang setuju apakah sebaiknya ayat-
ayat mutasyabihat itu ditakwilkan atau tidak. Keduanya pun sama-sama
memiliki alasan yang kuat untuk mempertahankan pendapatnya. Meski
demikian, penulis cenderung memilih pendapat yang kedua, yang setuju
bahwa ayat-ayat mutasyabihat perlu ditakwilkan untuk mengetahui
makna yang tersembunyi di dalamnya. Hal ini karena zaman yang selalu
berubah sehingga menakwilkan suatu ayat yang masih samar maknanya
5
merupakan sebuah kebutuhan. Namun, terlepas dari itu semua, ada
hikmah dan nilai-nilai pendidikan yang dapat diambil dari keberadaan
ayat- ayat muhkamat dan Mutasyabihat dalam al- Qur‟an.3
Secara garis besar,
Muhkam adalah ayat yang hanya mengandung satu wajah, sedangkan
mutasyabih mengandung banyak wajah.
Muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui secara lansung tanpa
memerlukan keterangan lain, sedangkan mutasyabih memerlukan penjelasan
dengan merujuk kepada ayat-ayat lain.
Contohnya ayat muhkam mengenai ibadah yang wajib dilakukan seperti zakat,
shalat, puasa dan pergi haji.
َو َأِق ُميوا الَّص لوَة َو اُتوا الَّز َكوَة َو اْر َكُع وا َم َع الَّر اِكِع َني
"Dan dirikanlah sholat, dan keluarkanlah zakat, dan tunduklah rukuk bersama orang-
orang yang rukuk." (QS. Al-Baqarah: 43).
Ayat-ayat mutasyabihat tersebar di dalam al-Qur’an, contohnya seperti Surat
Al-Fath 48:[10]
ٱ ٱ ٱ
ِإ َّن ِذَّل يَن ُيَباِيُع وَنَك ِإ َّنَم ا ُيَباِيُع وَن َهَّلل َيُد ِهَّلل َفْو َق َأْيِد ِهي ْم
3
Dian Rusmala Dewi, Hikmah dan Nilai-nilai Pendidikan Adanya Ayat-ayat Muhkamat dan
Mutasyabihat dalam Al-Qur’an, Diakses pada 22 November 2023.
6
1) Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya orang kemampuan Bahasa Arabnya
lemah. Dengan adanya ayat-ayat muhkam yang sudah jelas arti maksudnya,
sangat besar arti dan faedahnya bagi mereka.
2) Memudahkan bagi manusia mengetahui arti dan maksudnya. Juga
memudahkan bagi mereka dalam menghayati makna maksudnya agar mudah
mengamalkan pelaksanaan ajaran-ajarannya.
3) Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati, dan mengamalkan isi
kandungan Al-Quran, karena lafal ayat-ayatnya telah mudah diketahui,
gampang dipahami, dan jelas pula untuk diamalkan.
4) Menghilangkan kesulitan dan kebingungan umat dalam mempelajari isi
ajarannya, karena lafal ayat-ayat dengan sendirinya sudah dapat menjelaskan
arti maksudnya, tidak harus menuggu penafsiran atau penjelasan dari lafal
ayat atau surah yang lain.
Hikmah Ayat-Ayat Mutasyabihat
1) Memperlihatkan kelemahan akal manusia. Akal sedang dicoba untuk
meyakini keberadaan ayat-ayat mutasyabih sebagaimana Allah memberi
cobaan pada badan untuk beribadah. Seandainya akal yang merupakan
anggota badan paling mulia itu tidak diuji, tentunya seseorang yang
berpengetahuan tinggi akan menyombongkan keilmuannya sehingga enggan
tunduk kepada naluri kehambaannya. Ayat-ayat mutasyabih merupakan
sarana bagi penundukan akal terhadap Allah karena kesadaraannya akan
ketidakmampuan akalnya untuk mengungkap ayat-ayat mutasyabih itu.
2) Teguran bagi orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat mutasybih.
Sebagaimana Allah menyebutkan wa ma yadzdzakkaru ila ulu al-albab
sebagai cercaan terhadap orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat
mutasyabih. Sebaliknya Allah memberikan pujian bagi orang-orang yang
mendalami ilmunya, yakni orang-orang yang tidak mengikuti hawa nafsunya
untuk mengotak-atik ayat-ayat mutasyabih sehingga mereka berkata rabbana
la tuzighqulubana. Mereka menyadari keterbatasan akalnya dan
mengharapkan ilmu ladunni
7
3) Membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia. Sebesar apapun usaha dan
persiapan manusia, masih ada kekurangan dan kelemahannya. Hal tersebut
menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah SWT, dan kekuasaan ilmu-Nya
yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
4) Memperlihatkan kemukjizatan Al-Quran, ketinggian mutu sastra dan
balaghahnya, agar manusia menyadari sepenuhnya bahwa kitab itu bukanlah
buatan manusia biasa, melainkan wahyu dari Allah SWT.
5) Mendorong kegiatan mempelajari disiplin ilmu pengetahuan yang bermacam-
macam.4
4
No name, Muhkam dan Mutasyabih : Pengertian, Macam-macam, Sikap Para Ulama, Hikmahnya
dan Takwil yang Tercela, https://an-nur.ac.id/muhkam-dan-mutasyabih-pengertian-macam-macam-
sikap-para-ulama-hikmahnya-dan-takwil-yang-tercela/, Diakses pada 22 November 2023.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Qur’an merupakan mu’jizat yang di dalamnya terkandung banyak sekali ilmu
dan salah satunya adalah ilmu mengenai jenis-jenis ayat yaitu ayat muhkamat dan
ayat mutasyabihat. Ayat muhkamat adalah ayat yang jelas maknanya dan pada
umumnya berisi tentang keagungan Allah ﷻserta ibadah, sedangkan
mutasyabihat adalah ayat yang maknanya samar dan dibutuhkan ilmu dan ketakwaan
lebih untuk menggali makna yang ada di dalamnya. Ulama berbeda pendapat
mengenai ayat-ayat dalam al-Qur’an, ada yang berpendapat seluruhnya muhkamat,
atau seluruhnya mutasyabihat, atau sebagian muhkamat sebagian mutasyabihat.