Anda di halaman 1dari 13

AL – MUHKAMAT DAN AL - MUTASYABIHAT

Dosen Pengampu:
Dr. Hamdan Maghribi, S. TH.I., M.Phil

Oleh:
Kelompok 9
ZULFA AULIA NIM 236131054
FAKEHUFIDDIN NIM 236131060
SITI AMALIYATURRODIYAH SY NIM 236131064
.

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN BAHASA
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN MAS SAID
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan
rahmatnya kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada
halangan yang semoga mudah dipahami
oleh teman-teman sekalian.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Dr. Hamdan Maghribi, S.
TH.I., M.Phil sebagai dosen pengampu mata kuliah Al – Qur”an dan Tafsir yang
telah membantu memberikan arahan dan pemahaman penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Sukoharjo, 17 November 2023

Kelompok 9

2
DAFTAR ISI

Hlm
COVER…………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 4
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Al – Muhkamat dan Al Mutasyabihat……………………… 5
2.2 Perbedaan pendapat Al – Muhkamat dan Al Mutasyabihat……………. 6
2.3 Pembagian Al – Mutasyabihat ………………………………………… 7
2.4 Penggolongan ayat – ayat Mutasyabih…………………………………. 8
2.5 Contoh ayat Mutasyabih yang kembali pada Al – Muhkam……………. 10
2.6 Hikmah diturunkan ayat Mustasyabih………………………………….. 11
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………... 12
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 13

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ayat-ayat mutasyabihat adalah ayat-ayat yang samar-samar dan memerlukan
penafsiran, sedangkan ayat-ayat muhkamat adalah ayat-ayat yang jelas dan
mudah dipahami tanpa perlu ditafsirkan.
Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman, "Di dalam Al Qur'an itu ada ayat-
ayat yang muhkamat dan ada (pula) ayat-ayat yang mutasyabihat." (QS. Ali Imran
[3]: 7). Menurut al-Qatthan, takwil berarti menerjemahkan ayat sesuai dengan
lafadznya, sedangkan tafsir menjelaskan kembali ayat-ayat yang memiliki kaidah
hukum yang sudah jelas. Oleh karena itu, seseorang dapat mengambil kesimpulan
bahwa ayat-ayat mutasyabihat tidak boleh ditafsirkan kecuali ada dalil yang jelas.
Terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai definisi muhkam dan
mutasyabih. Jika ditarik dari berbagai pendapat yang ada, dijelaskan bahwa
muhkam hanya memiliki satu maksud, sedangkan mutasyabih memiliki banyak
maksud. Sehingga perlu dijelaskan pengertian Al – Muhkamat dan Al –
Mutasyabihat, pembagian keduanya, dan penggolongan ayatnya, agar mengetahui
letak perbedaan dari dua jenis ayat tersebut

Rumusan Masalah
a. Pengertian Al – Muhkamat dan Al – Mutasyabihat
b. Perbedaan pendapat Al – Muhkamat dan Al- Mutasyabihat
c. Pembagian Al - Mutasyabihat
d. Penggolongan ayat – ayat Mutasyabih
e. Contoh ayat Mutasyabih yang kembali pada Al – Muhkam
4
f. Hikmah diturunkannya ayat – ayat Mutasyabih

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AL – MUHKAMAT DAN AL - MUTASYABIHAT


Kata al-muhkamat berasal dari kata "ihkam" dan memiliki berbagai arti.
Namun, makna yang paling umum menurut az-Zarqani adalah al-man'u, yang berarti
"dicegah". Al-muhkam, menurut Buhuts al-Mutanawwi-ah fi Ululm Al-Quran,
berasal dari kata "ihkam", yang berarti "kemampuan" atau "kemahiran." Sedangkan
menurut istilah terdapat perbedaan pendapat. Ada yang berendapat bahwa muhkam
adalah istilah yang diketahui artinya secara Zahir atau jelas, sehingga tidak
membutuhkan penjelasan. Dan pendapat ulama lainnya. Seperti :
‫ِتْلَك آَياُت اْلِكَتاِب اْلَحِكيِم‬
Inilah ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung hikmah” (Yunus : 1)

Sementara mutasyabih berasal dari kata "syabaha," yang berarti kesamaan


makna, karena bentuk dan kesamaannya membuat maknanya samar. Adapun menurut
istilah mutasyabih adalah sesuatu yang tidak dapat berdiri sendiri dan membutuhkan
penjelasan tambahan. Sesuatu yang memungkinkan lebih dari satu pengertian.
Perbedaan keduanya dijelaskan oleh az-Zarqani yang kami kutip dari buku
Pengantar Studi Al-Qur’an yang ditulis oleh Abdul Hamid., Lc., M.A. : Bahwa ayat-
ayat yang maknanya jelas dan jelas dan tidak mengandung kemungkinan nasakh
disebut sebagai muhkam. Muta-syabih adalah ayat-ayat yang perlu di takwil yang
tidak bisa berdiri sendiri dan membutuhkan penguat dalam pemaknaannya. Muhkam
adalah ayat-ayat yang maknanya sudah diketahui, baik secara eksplisit maupun
melalui penafsiran. Mutasyabih adalah ayat-ayat yang hanya Allah yang mengetahui
5
maknanya, seperti huruf-huruf yang terputus di awal surah, keterangan kedatangan
dajal, dan keterangan hari kiamat.

B. PERBEDAAN PENDAPAT MENGENAI AL - MUHKAMAT DAN AL –


MUTASYABIHAT
Pendapat yang pertama menjelaskan bahwa seluruh ayat Al – Qur,an adalah
muhakam.Dalil sebagai penguat pendapat ini surah Hud : 1
‫َٰت‬
‫ِك ٌب ُأْح ِكَم ْت َء اَٰي ُت ۥُه ُثَّم ُفِّص َلْت ِم ن َّلُدْن َحِكيٍم َخ ِبيٍر‬
(inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara
terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu.
Pendapat yang kedua menjelaskan bahwa seluruh ayat Al – Qur’an adalah
mutasyabih. Dalil sebagai penguat pendapat ini (Az – Zumar : 23)
‫ُهّٰللَا َنَّز َل َاْح َس َن اْلَحِد ْيِث ِكٰت ًبا ُّم َتَش اِبًها‬
Allah telah menurunkan perkataan yang terbaik, (yaitu) Kitab (Al-Qur’an) yang
mutasyabih.
Pendapat yang ketiga menjelaskan bahwa sebagian isi Al- Qur’an ada yang
muhkam ada yang mutasyabih Ini adalah pendapat palimh benar menurut Az –
Zarksy. Berdasarkan surah ( Al – Imran : 7)
‫ُهَو اَّلِذ ْٓي َاْنَز َل َع َلْيَك اْلِكٰت َب ِم ْنُه ٰا ٰي ٌت ُّم ْح َك ٰم ٌت ُهَّن ُاُّم اْلِكٰت ِب َو ُاَخ ُر ُم َتٰش ِبٰه ٌت‬
Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad). Di antaranya
ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok Kitab (Al-Qur'an) dan yang lain
mutasyabihat.

6
C. PEMBAGIAN AL- MUTASYABIHAT
Ada tiga pembagian ayat – ayat mustasyabihat yang dijelaskan oleh Az-
Zarqani :
Pertama, Ayat yang seluruh manusia tidak mengerti maksud dari ayat tersebut
tentang waktu hari kiamat, sifat dan zat Allah dan hal – hal gaib lainnya. Seperti :
‫اَل ُتْد ِر ُك ُه اَأْلْبَص اُر َو ُهَو ُيْد ِر ُك اَأْلْبَص اَر ۖ َو ُهَو الَّلِط يُف اْلَخ ِبيُر‬
“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata sedang Dia dapat melihat segala
penglihatan itu dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui”
(Al – An”am : 103)
Kedua, Ayat yang manusia bisa memahami dan mengerti maksud dari ayat
tersebut dengan kajian dan penelitian, seperti ayat – ayat yang bersifat mujmal
(Global/luas), Musytaraq ( Memiliki dua makna berbeda),
٢٢٨﴿ ‫َو اْلُم َطَّلَقاُت َيَتَر َّبْص َن ِبَأنُفِس ِهَّن َثَالَثَة ُقُر َو ٍء‬
“Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali
quru’.” (Al-Baqarah : 228 ) Ayat ini jika dimaknai arti dari quru’, maka artinya
bisa 3x suci atau 3x haid.
Ketiga, ayat – ayat yang maksudnya hanya bisa diketahui oleh ulama tertentu,
yang maknanya dalam dan tinggi, ayat ini biasanya bisa dipahamni oleh ulama
yang bersih jiwanya. Seperti ayat – ayat yang didalamnya huruf Al – Muqatta’at :
‫ حم‬- ‫الم – الر – كهيعص‬

D. PENGGOLONGAN AYAT – AYAT MUTASYABIH


Ada tiga jenis ayat mutasyabih: yang pertama adalah mutasyabih dari segi

7
lafaz; yang kedua adalah mutasyabih dari segi makna; dan yang ketiga adalah
kombinasi dari keduanya, yaitu mutasyabih dari segi lafaz dan makna.
1. Mutasyabih dari segi lafaz
Maksud mutasyabih dari segi makna adalah kesamaran makna ayat datang
dari lafaznya. Sebab beberapa kali ayat Al – Qur’an menggunakan kosa kata
yang jarang digunakan oleh orang arab.
Misal ayat yang termasuk mutasyabiha lafdzi :
‫َلۡی َس َك ِم ۡث ِلِهۦ َش ۡی ࣱۖء َو ُهَو ٱلَّسِم یُع ٱۡل َبِص یُر‬
Pada kalimat ‘kamitslih’ terdapat hurus ‘kaf’ yang menyebabkan kesamaran
kata ‘kamitsli’ tersebut. Berbeda jika kata tersebut ‘mistlih’ tanpa huruf ‘kaf’ maka
jelas maksud dari ayat tersebut.
2. Mutasyabih dari segi makna
Ada juga tasyabuh dari perspektif makna, yang mengandung unsur apa arti
sebenarnya dari perkara ghaib yang hanya Allah yang tahu. Mutasyabih ini berupa
sifat- sifat Allah, hari kiamat dan segala sesuatu yang tidak bisa digambarkan. Misal :

‫َو ِس يَق اَّلِذ يَن اَّتَقْو ا َر َّبُهْم ِإَلى اْلَج َّنِة ُز َم ًرا ۖ َح َّتٰى ِإَذ ا َج اُء وَها َو ُفِتَح ْت َأْبَو اُبَها‬

‫َو َقاَل َلُهْم َخَزَنُتَها َس اَل ٌم َع َلْيُك ْم ِط ْبُتْم َفاْدُخ ُلوَها َخ اِلِد يَن‬

“Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya diantar ke dalam surga secara
berombongan. Sehingga apabila mereka sampai kepadanya (surga) dan pintu-
pintunya telah dibukakan, penjaga-penjaganya berkata kepada mereka,
“Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! Maka masuklah, kamu
kekal di dalamnya.”

Penjelasan gambaran syurga dari ayat tersebut, tidak bisa dipikirkan atau
dibayangkan oleh akal manusia, karna hanya Allah yang mengetahui keadaan syurga
sebenarnya.
3. Mutasyabih dari segi lafaz dan makna
Tasyabuh, berdasarkan lafaz, dan artinya, menurut As - Suyuthi terbagi
menjadi lima kategori :
a. Mutasyabih dari segi makna umum dan khusus. Contohnya :
8
‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا َقاِتُلوا اَّلِذ يَن َيُلوَنُك م ِّم َن اْلُك َّفاِر َو ْلَيِج ُدوا ِفيُك ْم ِغ ْلَظًةۚ َو اْعَلُم وا َأَّن َهَّللا َم َع اْلُم َّتِقيَن‬

“Hai orang-orang yang beriman, bunuhlah orang-orang kafir yang di sekitar


kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan
ketahuilah, bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertakwa”.

Penafsiran pada kalimat [ ‫ ] َقاِتُلوا اَّلِذ يَن َيُلوَنُك م ِّم َن اْلُك َّفاِر‬Jika ditafsirkan adanya perintah
untuk membunuh orang kafir. Namun perlu diketahui dulu apakah maksud dari ayat
ini bersifat umum atau khusus. Sangat penting untuk memahami alasan di balik ayat
ini agar tidak terjadi kesalahpahaman. Ayat ini muncul saat perang Tabuk terjadi pada
bulan Rajab tahun kesembilan. Perang ini dimulai ketika tentara Romawi al-
Armarmiyyah berusaha menghentikan perkembangan Islam. Peristiwa ini
menunjukkan bahwa umat Islam harus tegas dan taktis karena menunjukkan adanya
musuh di luar Arab. Sudah jelas bahwa ayat tersebut tidak tepat digunakan oleh
beberapa orang untuk membunuh orang-orang non-mukmin dengan alasan bahwa
mereka diharuskan untuk menegakkan ajaran Islam, yaitu pembunuhan terhadap
orang-orang non-mukmin.
b. Mutasyabih dari segi cara, wajib dan sunnah
‫َفٱنِكُحو۟ا َم ا َطاَب َلُك م ِّم َن ٱلِّنَس ٓاِء َم ْثَنٰى َو ُثَٰل َث َو ُر َٰب َع‬

Para mufassirin menggunakan berbagai perspektif untuk menentukan hukum


menikahi perempuan sebanyak dua, tiga, atau empat. Karena tidak akan
digunakan sebagai bukti pembolehan berdasarkan hawa nafsu yang merugikan
wanita Muslimah.
c. Mutasyabih dari segi waktu, seperti naskh dan manskh
‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا اَل َتْقَر ُبوا الَّص ٰل وَة َو َاْنُتْم ُس ٰك ٰر ى‬

Ayat ini ditulis ketika jumlah pengikut kenabian masih kecil pada awalnya.

9
Dalam ayat ini, setiap orang yang beragama Islam diminta untuk tidak
melakukan shalat dalam keadaan mabuk. Karena ada ayat lain yang telah
membaharui syariat yang mengharamkan khamr, ayat ini tidak dapat
digunakan sebagai dasar untuk mengharamkan khamr di luar mendirikan
shalat. Kemudian, adanya pembaruan syariat oleh ayat lain yang
mengharamkan khamar :
‫ٰٓيَاُّيَه ا اَّل ِذ ْيَن ٰا َم ُن ْٓو ا ِاَّنَم ا اْلَخ ْم ُر َو اْلَم ْيِس ُر َو اَاْلْنَص اُب َو اَاْلْز اَل ُم ِر ْج ٌس ِّم ْن َع َم ِل الَّش ْيٰط ِن َف اْج َتِنُبْو ُه َلَع َّلُك ْم‬
‫ُتْفِلُحْو َن‬

Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban


untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji (dan)
termasuk perbuatan setan. Maka, jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu
beruntung.

d. Mutasyabih dari segi tempat dan suasana dimana ayat tersebut diturunkan

‫ِإَّنَم ا ٱلَّنِس ٓى ُء ِزَياَد ٌة ِفى ٱْلُك ْفِر‬

Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram itu adalah menambah


kekafiran.
Makna ‫ ٱلَّنِس ٓى‬jika tidak dimaknai secara baik , maka akan mengecoh pemahaman.
Ayat ini menceritakan tentang bulan haram. Bulan yang dimkasud Muharram, Rajab,
Zulqaedah, dan Zulhijjah adalah bulan yang dihormati, jadi tidak boleh terjadi peperangan
selama bulan-bulan ini. Namun, mereka melanggar peraturan ini dengan melawan bulan
Muharram dan menjadikan bulan Safar sebagai bulan yang dihormati. Selain bantuan bulan-
bulan yang disucikan, empat bulan juga. Namun, tindakan itu menyebabkan kekacauan di
Jazirah Arab dan gangguan pada lalu lintas perdagangan. Kondisi ini hanya berlaku di jazirah
arab dan diketahui orang di sana. Oleh karena itu, untuk menghilangkan tasyabuh di atas,
mereka harus memahami ayat secara keseluruhan, bukan hanya sebagian.
e. Mutasyabih dari segi syarat yang menentukan apakah suatu amalan sah
atau rusak (batal), seperti shalat, nikah, haji, atau zakat.

10
E. CONTOH AYAT MUTASYABIH YAN KEMBALI KEPADA AL –
MUHKAM

‫ِإَّن ٱَهَّلل َيْغ ِفُر ٱلُّذ ُنوَب َجِم يًعا‬


Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya
Ayat ini mutasyabih karena mengandung dua makna: "Allah mengampuni
semua dosa bagi mereka yang bertaubat" atau "Allah mengampuni semua dosa secara
keseluruhan. Ayat ini dikembalikan pada muhkamah. Adapun ayat yang
dikembalikan dari mutsyabihah kepada al – muhkamah :
‫َو ِإِّنى َلَغ َّفاٌر ِّلَم ن َتاَب َو َء اَم َن َو َع ِمَل َٰص ِلًحا ُثَّم ٱْهَتَد ٰى‬
Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman,
beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.

F. HIKMAH DITURUNKAN AYAT – AYAT MUTSYABIH


Ada beberapa hikmah dari adanya ayat-ayat mutasyabih, menurut para ulama.
Pertama, diperlukan upaya yang lebih besar untuk mengungkap maknanya. Setelah
itu, pahalanya akan meningkat. Kedua, jika Al-Quran semuanya muhkam, maka
hanya akan ada satu mazhab karena kejelasannya akan membatalkan semua mazhab
lain, dan para penganut mazhab lain tidak akan menerima dan menggunakannya.
Namun, jika Al-Quran mengandung muhkam dan mutasyabih, setiap mazhab akan
melihat dan mempertimbangkannya. Jika mereka terus mencari, akhirnya ayat-ayat
yang muhkam akan menafsirkan ayat-ayat yang mutasyabih. Ketiga, jika Al-Qur'an
mengandung ayat-ayat mutasyabih yang membutuhkan penafsiran dan hubungan
antara ayat-ayatnya Karena itu, ilmu-ilmu seperti mantik, bayan, ushul fikih, bahasa,
tata bahasa, dan lain-lain diperlukan untuk mencapainya. Ilmu-ilmu ini tidak akan
muncul tanpanya.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Didalam Al – Qur’an, terdapat ayat – ayat Allah yang memiliki makna muhakam
dan mutasyabih. Ayat – ayat ini memiliki maksud yang berbeda. Jika muhakam
bersifat mutlak maka mutasyabih bersifat takwil atau penuh pentafsiran.Ulama
berbeda pendapat tentang maksud dari keduanya dari segi makna, seperti yang
sudah dijelaskan. Adapun maksud dari Allah menurunkan ayat – ayat mutasyabih
ini adalah agar manusia mampu mengungkap makna dari ayat tersebut sehingga
mengharuskan untuk berfikir lebih dalam. Dengan diturunkan ayat – ayat
mutasyabih ini, maka secara bersamaan muncul ilmu baru sebagai alat untuk
memahami ayat – ayat Allah seperti ilmu-ilmu seperti mantik, bayan, ushul fikih,
bahasa, tata bahasa, dan lain-lain.

12
DAFTAR PUSTAKA

Syaikh Al - Qaththan, M. (2006). Pengantar studi Al- Qur’an. Jakarta: Pustaka Al


Kaustar
Wahid, A, & Zaini, M. (2016). Pengantar ulumul qur’an dan ulumul hadist. Aceh:
Yayasan peNA Banda Aceh.
Hamid, A. (2016). Pengantar studi Al- Qur,an. Jakarta: PT Fajar Interpratama.
Jurnal UIN Suska Riau, Landasan teori ayat mutasyabihat,. Hal : 16 -21

13

Anda mungkin juga menyukai