Dosen Pengampu:
Dr. Hamdan Maghribi, S. TH.I., M.Phil
Oleh:
Kelompok 9
ZULFA AULIA NIM 236131054
FAKEHUFIDDIN NIM 236131060
SITI AMALIYATURRODIYAH SY NIM 236131064
.
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan
rahmatnya kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada
halangan yang semoga mudah dipahami
oleh teman-teman sekalian.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Dr. Hamdan Maghribi, S.
TH.I., M.Phil sebagai dosen pengampu mata kuliah Al – Qur”an dan Tafsir yang
telah membantu memberikan arahan dan pemahaman penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Kelompok 9
2
DAFTAR ISI
Hlm
COVER…………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 4
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Al – Muhkamat dan Al Mutasyabihat……………………… 5
2.2 Perbedaan pendapat Al – Muhkamat dan Al Mutasyabihat……………. 6
2.3 Pembagian Al – Mutasyabihat ………………………………………… 7
2.4 Penggolongan ayat – ayat Mutasyabih…………………………………. 8
2.5 Contoh ayat Mutasyabih yang kembali pada Al – Muhkam……………. 10
2.6 Hikmah diturunkan ayat Mustasyabih………………………………….. 11
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………... 12
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 13
3
BAB I
PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
a. Pengertian Al – Muhkamat dan Al – Mutasyabihat
b. Perbedaan pendapat Al – Muhkamat dan Al- Mutasyabihat
c. Pembagian Al - Mutasyabihat
d. Penggolongan ayat – ayat Mutasyabih
e. Contoh ayat Mutasyabih yang kembali pada Al – Muhkam
4
f. Hikmah diturunkannya ayat – ayat Mutasyabih
BAB II
PEMBAHASAN
6
C. PEMBAGIAN AL- MUTASYABIHAT
Ada tiga pembagian ayat – ayat mustasyabihat yang dijelaskan oleh Az-
Zarqani :
Pertama, Ayat yang seluruh manusia tidak mengerti maksud dari ayat tersebut
tentang waktu hari kiamat, sifat dan zat Allah dan hal – hal gaib lainnya. Seperti :
اَل ُتْد ِر ُك ُه اَأْلْبَص اُر َو ُهَو ُيْد ِر ُك اَأْلْبَص اَر ۖ َو ُهَو الَّلِط يُف اْلَخ ِبيُر
“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata sedang Dia dapat melihat segala
penglihatan itu dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui”
(Al – An”am : 103)
Kedua, Ayat yang manusia bisa memahami dan mengerti maksud dari ayat
tersebut dengan kajian dan penelitian, seperti ayat – ayat yang bersifat mujmal
(Global/luas), Musytaraq ( Memiliki dua makna berbeda),
٢٢٨﴿ َو اْلُم َطَّلَقاُت َيَتَر َّبْص َن ِبَأنُفِس ِهَّن َثَالَثَة ُقُر َو ٍء
“Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali
quru’.” (Al-Baqarah : 228 ) Ayat ini jika dimaknai arti dari quru’, maka artinya
bisa 3x suci atau 3x haid.
Ketiga, ayat – ayat yang maksudnya hanya bisa diketahui oleh ulama tertentu,
yang maknanya dalam dan tinggi, ayat ini biasanya bisa dipahamni oleh ulama
yang bersih jiwanya. Seperti ayat – ayat yang didalamnya huruf Al – Muqatta’at :
حم- الم – الر – كهيعص
7
lafaz; yang kedua adalah mutasyabih dari segi makna; dan yang ketiga adalah
kombinasi dari keduanya, yaitu mutasyabih dari segi lafaz dan makna.
1. Mutasyabih dari segi lafaz
Maksud mutasyabih dari segi makna adalah kesamaran makna ayat datang
dari lafaznya. Sebab beberapa kali ayat Al – Qur’an menggunakan kosa kata
yang jarang digunakan oleh orang arab.
Misal ayat yang termasuk mutasyabiha lafdzi :
َلۡی َس َك ِم ۡث ِلِهۦ َش ۡی ࣱۖء َو ُهَو ٱلَّسِم یُع ٱۡل َبِص یُر
Pada kalimat ‘kamitslih’ terdapat hurus ‘kaf’ yang menyebabkan kesamaran
kata ‘kamitsli’ tersebut. Berbeda jika kata tersebut ‘mistlih’ tanpa huruf ‘kaf’ maka
jelas maksud dari ayat tersebut.
2. Mutasyabih dari segi makna
Ada juga tasyabuh dari perspektif makna, yang mengandung unsur apa arti
sebenarnya dari perkara ghaib yang hanya Allah yang tahu. Mutasyabih ini berupa
sifat- sifat Allah, hari kiamat dan segala sesuatu yang tidak bisa digambarkan. Misal :
َو ِس يَق اَّلِذ يَن اَّتَقْو ا َر َّبُهْم ِإَلى اْلَج َّنِة ُز َم ًرا ۖ َح َّتٰى ِإَذ ا َج اُء وَها َو ُفِتَح ْت َأْبَو اُبَها
َو َقاَل َلُهْم َخَزَنُتَها َس اَل ٌم َع َلْيُك ْم ِط ْبُتْم َفاْدُخ ُلوَها َخ اِلِد يَن
“Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya diantar ke dalam surga secara
berombongan. Sehingga apabila mereka sampai kepadanya (surga) dan pintu-
pintunya telah dibukakan, penjaga-penjaganya berkata kepada mereka,
“Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! Maka masuklah, kamu
kekal di dalamnya.”
Penjelasan gambaran syurga dari ayat tersebut, tidak bisa dipikirkan atau
dibayangkan oleh akal manusia, karna hanya Allah yang mengetahui keadaan syurga
sebenarnya.
3. Mutasyabih dari segi lafaz dan makna
Tasyabuh, berdasarkan lafaz, dan artinya, menurut As - Suyuthi terbagi
menjadi lima kategori :
a. Mutasyabih dari segi makna umum dan khusus. Contohnya :
8
َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا َقاِتُلوا اَّلِذ يَن َيُلوَنُك م ِّم َن اْلُك َّفاِر َو ْلَيِج ُدوا ِفيُك ْم ِغ ْلَظًةۚ َو اْعَلُم وا َأَّن َهَّللا َم َع اْلُم َّتِقيَن
Penafsiran pada kalimat [ ] َقاِتُلوا اَّلِذ يَن َيُلوَنُك م ِّم َن اْلُك َّفاِرJika ditafsirkan adanya perintah
untuk membunuh orang kafir. Namun perlu diketahui dulu apakah maksud dari ayat
ini bersifat umum atau khusus. Sangat penting untuk memahami alasan di balik ayat
ini agar tidak terjadi kesalahpahaman. Ayat ini muncul saat perang Tabuk terjadi pada
bulan Rajab tahun kesembilan. Perang ini dimulai ketika tentara Romawi al-
Armarmiyyah berusaha menghentikan perkembangan Islam. Peristiwa ini
menunjukkan bahwa umat Islam harus tegas dan taktis karena menunjukkan adanya
musuh di luar Arab. Sudah jelas bahwa ayat tersebut tidak tepat digunakan oleh
beberapa orang untuk membunuh orang-orang non-mukmin dengan alasan bahwa
mereka diharuskan untuk menegakkan ajaran Islam, yaitu pembunuhan terhadap
orang-orang non-mukmin.
b. Mutasyabih dari segi cara, wajib dan sunnah
َفٱنِكُحو۟ا َم ا َطاَب َلُك م ِّم َن ٱلِّنَس ٓاِء َم ْثَنٰى َو ُثَٰل َث َو ُر َٰب َع
Ayat ini ditulis ketika jumlah pengikut kenabian masih kecil pada awalnya.
9
Dalam ayat ini, setiap orang yang beragama Islam diminta untuk tidak
melakukan shalat dalam keadaan mabuk. Karena ada ayat lain yang telah
membaharui syariat yang mengharamkan khamr, ayat ini tidak dapat
digunakan sebagai dasar untuk mengharamkan khamr di luar mendirikan
shalat. Kemudian, adanya pembaruan syariat oleh ayat lain yang
mengharamkan khamar :
ٰٓيَاُّيَه ا اَّل ِذ ْيَن ٰا َم ُن ْٓو ا ِاَّنَم ا اْلَخ ْم ُر َو اْلَم ْيِس ُر َو اَاْلْنَص اُب َو اَاْلْز اَل ُم ِر ْج ٌس ِّم ْن َع َم ِل الَّش ْيٰط ِن َف اْج َتِنُبْو ُه َلَع َّلُك ْم
ُتْفِلُحْو َن
d. Mutasyabih dari segi tempat dan suasana dimana ayat tersebut diturunkan
10
E. CONTOH AYAT MUTASYABIH YAN KEMBALI KEPADA AL –
MUHKAM
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Didalam Al – Qur’an, terdapat ayat – ayat Allah yang memiliki makna muhakam
dan mutasyabih. Ayat – ayat ini memiliki maksud yang berbeda. Jika muhakam
bersifat mutlak maka mutasyabih bersifat takwil atau penuh pentafsiran.Ulama
berbeda pendapat tentang maksud dari keduanya dari segi makna, seperti yang
sudah dijelaskan. Adapun maksud dari Allah menurunkan ayat – ayat mutasyabih
ini adalah agar manusia mampu mengungkap makna dari ayat tersebut sehingga
mengharuskan untuk berfikir lebih dalam. Dengan diturunkan ayat – ayat
mutasyabih ini, maka secara bersamaan muncul ilmu baru sebagai alat untuk
memahami ayat – ayat Allah seperti ilmu-ilmu seperti mantik, bayan, ushul fikih,
bahasa, tata bahasa, dan lain-lain.
12
DAFTAR PUSTAKA
13