Disusun Oleh:
AMANDA SYAHPUTRI
ENJEL APRILA SARI
DEWI SENTIANA
LIZA SUHADA
LIWA CHANDRA LUBIS
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas ijin dan
karunia-Nya,kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu.Tak lupa pula kami lanturkan
yang kami miliki,maka bila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan dan kekeliruan
mohon kiranya dapat memberikan kritik dan saran yang mampu membawa kami pada
kebaikan. Akhirnya kepada Allah SWT penulis berharap semoga makalah ini dapat
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. PENGERTIAN MUHKAM DAN MUTASYABIHA...........................................................5
B. CONTOH-CONTOH AYAT AL-MUHKAM DAN AL-MUTASYABIH............................7
C. Pandangan Ulama Terhadap Ayat Mutasyabih.......................................................................8
D. Rahasia Keberadaan Ayat Mutsyabih
BAB III.................................................................................................................................................9
PENUTUP........................................................................................................................................9
1.1 Kesimpulan.............................................................................................................................9
1.2 Saran........................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Mengenai ayat muhkamat dan mutasyabihat, dalam Al Qur’an telah diterangkan bahwa Allah
SWt berfirman, “Sebagian Al-Qur’an ini terdapat ayat-ayat muhkamat dan sebagian lagi
mutasyabihat”. (QS. Ali Imran [3]: 7). Ayat muhkamat dipahami sebagai yang jelas dan nyata, tanpa
memerlukan tak wil, sementara ayat mutasyabihat dipahami sebagai ayat yang samar sehingga masih
membutuhkan takwil. Berbeda dengan tafsir, takwil menurut alQatthan adalah menerjemahkan ayat
sesuai dengan keasliannya, sementara tafsir menerangkan kembali ayatayat yang sudah jelas aturan
hukumnya. Dengan demikian, dapat simpulkn bahwa ayat mutasyabihat tidak boleh ditakwilkan
kecuali berdasarkan dalil yang jelas.1
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada makalah ini adalah :
4
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologi kata al-muhkamat berasal dari “ihkam” dan memiliki banyak makna.
namun dari sekian banyak makna yang disepakati menurut azZarqani bermakna “al- man’u”
berasal dari al-ihkam yang berarti kemampuan atau kemahiran. Adapun menurut istilah
1. Yang dinamakan muhkam adalah yang diketahui apa yang dimaksud dengannya.
Adakalanya secara zahir atau nyata dan adakalanya dengan takwil atau pengalihan
arti nya.
2. Yang dinamakan muhkam adalah apa yang tidak mung kin ditakwilkan, tapi ia hanya
satu arah.
3. Yang dinamakan muhkam adalah yang jelas atau terang yang dimaksud dengannya,
4. Yang dinamakan muhkam adalah apa yang berdiri sen diri dan tidak membutuhkan
penjelasan.
5. Yang dinamakan muhkam ialah sesuatu yang kukuh dan bundar sehingga tidak ada
seginya.3
Sementara mutasyabih berasal dari kata “syabaha”, yang berarti penyerupaan dalam
makna,4 karena adanya keserupa an dan bentuk tersebut mengakibatkan terjadinya kesamaran
5
1. Apa yang bertalian dengan pengaruh ilmu Allah, seperti: assaa’ah atau kehancuran
2. Apa yang tidak dapat berdiri sendiri dan membutuhkan keterangan yang lainnya.
4. Apa yang tidak terang, apa yang dimaksud dengan mem butuhkan nasakh atau
penghapusan
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
2
Muhammad Abd Alazhim azZarqani, Manahilul Irfan fi Ulum Al-Qur’an, (Beirut: Dar alKutub al‘Ilmiyah,
3
Liht Buhuts al-Mutanawwiah fi Ululm Al-Qur’an, (Maktabah asySyamilah), Juz 7, h. 1.
4
Manna’ alQathan, Mabahits fi Ulum Al-Qur’an, Op. cit., h. 219.
5
Lihat Buhuts al-Mutanawwiah fi Ululm Al-Qur’an., Op. cit., h. 3.
Secara terminologi, banyak pendapat para ulama yang memberikan pengertian tentang
ayat al-muhkamat dan al- mutasyabihat sebagaimana yang dikatakan oleh azZarqani sebagai
berikut: 6
1) Muhkam ialah ayatayat yang jelas maksudnya lagi nyata yang tidak mengandung
kemungkinan nasakh. Muta- syabih ialah ayat yang tersembunyi (maknanya), tidak diketahui
maknanya baik secara aqli maupun naqli, dan inilah ayatayat yang hanya Allah
mengetahuinya, seperti datangnya hari kiamat, hurufhuruf yang terputusputus di awal surah
6
(fawatih al-suwar). Pendapat ini dibangsa kan alLusi kepada pemimpinpemimpin mazhab
Hanafi.
2) Muhkam ialah ayatayat yang diketahui maksudnya, baik secara nyata maupun melalui
takwil. Mutasyabih ialah ayatayat yang hanya Allah yang mengetahui maksud nya, seperti
datang hari kiamat, keluarnya dajal, huruf huruf yang terputusputus di awalawal surah
(fawatih al-suwar) pendapat ini dibangsakan kepada ahli Sunnah sebagai pendapat yang
3) Muhkam ialah ayatayat yang tidak mengandung kecuali satu kemungkinan makna
takwil. Mutasyabih ialah ayatayat yang mengandung banyak kemungkinan makna takwil.
Pendapat ini dibangsakan kepada Ibnu Abbas dan kebanyakan ahli ushul fiqh mengikutinya.
4) Muhkam ialah ayat yang berdiri sendiri dan tidak me merlukan keterangan.
Mutasyabih ialah ayat yang tidak berdiri sendiri, tetapi memerlukan keterangan tertentu dan
kali yang lain diterangkan dengan ayat atau keterang an yang lain pula karena terjadinya
perbedaan dalam me nakwilnya. Pendapat ini diceritakan dari Imam Ahmad r.a.
5) Muhkam ialah ayat yang saksama susunan dan urutannya yang membawa kepada
kebangkitan makna yang tepat tanpa pertentangan. Mutasyabih ialah ayat yang makna
seharusnya tidak terjangkau dari segi bahasa kecuali bila ada bersamanya indikasi atau
melalui konteksnya. Lafal musytarak masuk ke dalam mutasyabih menurut penger tian ini.
6) Muhkam ialah ayat yang jelas maknanya dan tidak masuk kepadanya isykal
(kepelikan). Mutasyabih ialah lawannya muhkam atas isimisim (katakata benda) musytarak
7) Muhkam ialah ayat yang ditunjukkan makna kuat, yai tu lafal nash dan lafal zahir.
Mutasyabih ialah ayat yang ditunjukkan maknanya tidak kuat, yaitu lafal mujmal, muawwal,
7
dan musykil. Pendapat ini dibangsakan kepada Imam alrazi dan banyak peneliti yang
memilihnya.
6
Muhammad Abd alAzhim azZarqani, Op. cit., h. 272275.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya. (QS. az-Zumar [39]: 53) Ayat ini termasuk
mutasyabih, karena mengandung dua pengertian, yaitu: (a) Allah mengampuni dosa semuanya,
bagi yang bertobat; (b) Pengampun dosa, secara keseluruhan. Bagi siapa yang tidak bertobat,
maka dikembalikan pada muhkamah.
Adapun yang dikembalikan dari mutasyabihah kepada al-muhkamah ialah firman Allah SWT:
Sesungguhnya kami-lah yang telah menurunkan AlQur’an dan sesungguhnya kami ialah
penjaganya yang benar-benar. (QS. al-Hijr [15]:9) Ayat ini mengandung dua pengertian, yaitu: (a)
kalimat Inna (kami) mengandung pengertian satu yang diagungkan, dan adalah kebenaran; (b)
Inna itu untuk jemaah atau sekumpulan atau banyak. Pengertian seperti ini adalah batil. Oleh
sebab itu, maka kita harus kembalikan ia kepada ayat muhkamah. Ia memungkinkan pula
menunjukkan, bahwa Dia (Allah) yang diagungkan satu dan di samping-Nya ada yang lain. Ayat ini
dijadikan dalil oleh orang-orang Nasrani yang berarti tunggal atau bertrinitas, yaitu bertuhan
kepada: (1) Allah, (2) Yesus, dan (3) Roh Kudus. b. Adapun ayat mutasyabih yang kita kembalikan
kepada muhkamah, antara lain: Firman Allah SWT:
ۚ ِإ ٰ َل ُه ُك ْم ِإ ٰ َل ٌه ٰ َو ِح ٌد
8
Tuhanmu (kamu banyak) ialah Tuhan yang satu. (QS. an-Nahl (16): 22) Tidak ada Allah
mengangkat anak. (QS. al-Mu’minun [23]: 9
Katakanlah, Allah ialah Esa. Allah ash-Shamad. Ayat-ayat ini termasuk muhkamat, yang dimaksud
dengan Inna itu hanyalah Allah Yang Esa yang mengagungkan dirinya.
Adanya ayat-ayat muhkamat dalam Al-Qur’an jelas banyak hikmahnya bagi umat
manusia, diantaranya sebagai berikut:
1. Memudahkan manusia mengetahui arti dan maksud ayat Al-Qur’an.
2. Memperlancar usaha penafsiran atau penjelasan maksud kandungan ayat-ayat Al-
Qur’an.
3. Membantu para guru, dosen, muballigh, dan juru dakwah dalam usaha
menerangkan isi ajaran kitab Al-Qur’an dan tafsiran ayat-ayatnya kepada
masyrakat.
9
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka kami dapat menyimpulkan bahwasannya ayat – ayat
Al-Qur’an baik yang muhkam maupun yang mutasyabih semuanya bersumber dari Allah SWT. Jika
yang muhkam maknanya jelas dan mudah di pahami, sementara yang mutasyabih maknanya samar
dan tidak semua orang dapat menangkapnya, mengapa tidak sekalian saja diturunkan muhkam
sehingga semua orang dengan mudah memahaminya.
Ayat al-muhkam dalam Al-Qur’an dapat menjadi rahmat bagi manusia, khusunya orang yang
kemampuan Bahasa arabnya lemah. Dengan adanya ayat-ayat muhkam yang sudah jelas arti dan
maksudnya, sangat besr arti dan faedahnya bagi mereka.
1.2 Saran
Menyadari bahwa kami masih jauh dari kata sempurna, kedepannya kami akan lebih fokus dan
detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang
tentunya dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap
kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.
10
Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain akan kami
jelaskan tentang daftar pustaka makalah.
DAFTAR PUSTAKA
11