Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur, kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Penulisan makalah ini salah satu tugas Mata kuliah
Ulumul Qur'an yang diberikan. Dalam Penulisan makalah ini merasa masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang di
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Kisaran, 28 November 2023

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................1
A. Latar belakang............................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................1
C. Tujuan Makalah...........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................................2
A. Pengertian Muhkam dan Mutasyabih......................................................................................... 2
B. Karakteristik Al-Muhkan dan Al-Mutasyabih.............................................................................2
C. Perbedaan Ulama Terhadap Muhkam Dan Mutasyabih..............................................................3
D. Sebab-Sebab Adanya Ayat Mutasyabih......................................................................................4
E. Macam-Macam Ayat Muhkam Dan Mutasyabih........................................................................5
F. Hikmah Adanya Ayat-ayat Muhkan Dan Mutasyabih................................................................6

BAB III PENUTUPAN...........................................................................................................................8


A. Kesimpulan.................................................................................................................................8
B. Saran............................................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................9

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab. Karena itu, untuk memahami hukum-
hukum yang terkandung dalam al-Qur’an diperlukan pemahaman dalam kebahasaan. Para
ulama’ yang ahli dalam bidang ushul fiqh, telah mengadakan penelitian secara sesama
terhadap nash-nash al-Qur’an, lalu hasil penelitian itu diterapkan dalam kaidah-kaidah yang
menjadi pegangan umat Islam guna memahami kandungan al-Qur’an dengan benar. Adapun
ilmu yang mempelajari tentang muhkam dan mutasyabih adalah Ilmu muhkam wal
Mutasyabih. Ilmu ini dilatar belakangi oleh adanya perbedaan pendapat ulama tentang adanya
hubungan ayat atau surat yang lain. Sementara yang lain mengatakan bahwa didalam Al-
Qur’an ada ayat atau surat yang tidak berhubungan. Oleh karenanya, suatu ilmu yang
mempelajari ayat atau surat Al-Qur’sn cukup penting kedududkannya. Sementara
itu muhkam dan mutasyabih adalah Sebuah kajian yang sering menimbulkan kontroversial
dalam sejarah penafsiran Al-Qur’an, karena perbedaan ’interpretasi’ antara ulama mengenai
hakikat muhkam dan mutasyabih.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Muhkam dan Mutasyabih?
2. Apa saja karakteristik Al-Muhkam dan Al-Mutasyabih?
3. Bagaimana perbedaan pendapat para ulama terhadap ayat-ayat Muhkam wal
Mutasyabih?
4. Apa sebab-sebab turunnya ayat Muhkan dan Mutasyabih?
5. Apa saja macam-macam ayat muhkan dan mutasyabih?
6. Apa saja hikmah adanya ayat-ayat Al-Muhkam wal Mutasyabih?

C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui pengertian Muhkam dan Mutasyabih.
2. Mengetahui perbedaan pendapat para ulama terhadap ayat-ayat Muhkam wal
Mutasyabih
3. Mengetahui hikmah adanya ayat-ayat Al-Muhkam wal Mutasyabih

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Muhkam dan Mutasyabih


Pengertian al-Muhkamat dan al-Mutasyabihat Secara etimologi kata al-muhkamat
berasal dari “ihkam” dan memiliki banyak makna. Namun dari sekian banyak 1Manna’ al-
Qathan, Mabahits fi ulum Al-Qur’an, (Riyadh: Maktabah Ma’arif, 2000), Cet. Ke-3, h. 338.
AL-MUHKAMAT 10 DAN AL-MUTASYABIHAT 8 130 Pengantar Studi Al Qur’an
makna yang disepakati menurut az-Zarqani bermakna “alman’u” yang berarti “tercegah”. 2
Dalam Buhuts al-Mutanawwiah fi Ululm Al-Qur’an, al-Muhkam berasal dari al-ihkam yang
berarti kemampuan atau kemahiran. Adapun menurut istilah terdapat khilafiyah sesama ahli
ushul mengenai artinya, yaitu:
1. Yang dinamakan muhkam adalah yang diketahui apa yang dimaksud dengannya.
Adakalanya secara zahir atau nyata dan adakalanya dengan takwil atau pengalihan
artinya.
2. Yang dinamakan muhkam adalah apa yang tidak mungkin ditakwilkan, tapi ia hanya
satu arah.
3. Yang dinamakan muhkam adalah yang jelas atau terang yang dimaksud dengannya,
sehingga ia tidak mungkin dihapuskan.
4. Yang dinamakan muhkam adalah apa yang berdiri sendiri dan tidak membutuhkan
penjelasan.
5. Yang dinamakan muhkam ialah sesuatu yang kukuh dan bundar sehingga tidak ada
seginya. Manna’ al-Qathan, Mabahits fi ulum Al-Qur’an, (Riyadh: Maktabah
Ma’arif, 2000), Cet. Ke-3, h. 338. pengantar study alquran bpk Dr Abdul Hamid MA.
Hal 129 Tentang Pengertian Muhkam dan Mutasyabih

B. Karakteristik Al-Muhkan dan Al-Mutasyabih


Banyaknya perbedaan pendapat mengenai muhkan dan mutasyabih, menyulitkan
untuk membuat sebuah kriteria ayat yang termasuk muhkan dan mutasyabih. J.M.S Baljon
mengutip pendapat Zamakhsari yang berpendapat barwa yang termasuk kriteria ayat-ayat
muhkam adalah apabia ayat-ayat tersebut berhubungan dengan hakikat (kenyataan).
Sedangkan ayat-ayat mutasyabih adalah yang menuntut penelitian.

1 Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an, Bandung: Pustaka Setia, 2012, hlm. 121
2 Kamaluddin Marzuki, Ulumul Qur’an, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992, hlm. 113

2
Ar-Raghib al-Ashfihani memberikan kriteria ayat-ayat muhkam dan mutasyabih
sebagai berikut :
1. Muhkam
a. Yakni ayat-ayat yang membatalkan ayat-ayat yang lain
b. Ayat-ayat yang menghalalkan atau membatalkan ayat-ayat lain.
c. Ayat-ayat yang mengandung kewajiban yang harus diimani dan diamalkan.
2. Mutasyabih
a. Yakni ayat-ayat yang tidak diketahui hakikat maknanya seperti tibanya hari
kiamat.
b. Ayat-ayat yang dapat diketahui maknanya dengan sarana bantu baik dengan
hadits atau ayat muhkam.
c. Ayat yang hanya dapat diketahui oleh orang-orang yang dalam ilmunya,
sebagaimana diisyaratkan dalam doa Rosululloh untuk ibnu Abbas “Ya Alloh,
karuniailah ia ilmu yang mendalam mengenai agama dan limpahkanlah
pengetahuan tentang ta’wil kepadanya,” 3
C. Perbedaan Pendapat Para Ulama Terhadap Muhkam Dan Mutasyabih
Dalam al-Qur’an sering kita temui ayat-ayat mutasyabihat yang penjelasannya
memerlukan penjelasan dari ayat-ayat yang lain. Mengenai hal tersebut, para ulama memiliki
pendapat yang berbeda-beda. Antara lain :
1. Ulama golongan Hanafiyah mengatakan, lafadz muhkam ialah lafadz yang jelas
petunjuknya, dan tidak mungkin telah dinasikh kan. Sedang
lafadz mutasyabih adalah lafadz yang sama maksud petunjuknya sehingga tidak
terjangkau oleh akal pikiran manusia. Sebab lafadz mutasyabih itu termasuk hal-
hal yang diketahui Allah saja artinya. Contohnya seperti hal-hal yang ghaib.
2. Mayoritas ulama golongan ahlu fiqh yang berasal dari pendapat sahabat Ibnu
Abbas mengatakan, lafadz muhkam ialah lafadz yang tidak bisa dita’wil kecuali
satu arah. Sedangkan lafadz mutasyabih adalah artinya dapat dita’wilkan dalam
beberapa segi, karena masih sama.4
3. Madzhab salaf, yaitu para ulama dari generasi sahabat. Mereka berusaha untuk
mengimaninya dan menyerahkan makna serta pengertiannya hanya kepada Allah
SWT. Bagi kaum salaf, ayat – ayat mutasyabihat tidak perlu dita'wilkan. Sebab

3 Hasbi Ash-Shiddieqy, ilmu-ilmu Al-Qur’an, Jakarta:Bulan Bintang, 1993, hlm 166


4 Abdul Jalal, Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu, 2008, hal. 239

3
yang mengetahui hakikatnya hanyalah Allah SWT, mereka hanya berusaha
mengimaninya.
4. Madzhab khalaf, seperti Imam Huramain. Mereka berpendapat bahwa ayat –
ayat mutasyabihat harus ditetapkan maknanya dengan pengertian yang sesuai dan
sedekat mungkin dengan dzat-Nya. Mereka menta'wil lafdz istiwa' (besemayam)
dengan maha berkuasa menciptakan sesuatu tanpa susah payah. Kalimat ja'a
rabbuka (kedatangan Allah) dalam Qs. Al-Fajr: 22, dita'wilkan dengan
kedatangan perintah-Nya.5

D. Sebab-Sebab Adanya Ayat Mutasyabih


Sebab adanya ayat Muhkam dan Mutasyabih ialah karena Allah SWT menjadikan
demikian. Allah membedakan antara ayat – ayat yang Muhkam dari yang Mutasyabih, dan
menjadikan ayat Muhkam sebagai bandingan ayat yang Mutasyabih. Imam Ar-Raghib Al-
Asfihani dalam kitabnya Mufradatil Qur’an menyatakan bahwa sebab adanya kesamaran
dalam Alquran terdapat 3 hal, yaitu sebagai berikut:
1. Kesamaran dari aspek lafal saja. Kesamaran ini ada dua macam, yaitu sebagai
berikut:
a. Kesamaran dari aspek lafal mufradnya, karena terdiri dari lafal yang gharib
(asing), atau yang musyatarak (bermakna ganda), dan sebagainya.
b. Kesamaran lafal murakkab disebabkan terlalu ringkas atau terlalu
luas. Contoh tasyabuh (kesamaran) dalam lafal murakkab terlalu ringkas,
terdapat di dalam surah An-Nisa ayat 3:
‫َو ِإْن ِخ ْفُتْم َأاَّل ُتْقِس ُطوا ِفي اْلَيَتاَم ٰى َفاْنِك ُحوا َم ا َطاَب َلُك ْم ِم َن الِّنَس اِء َم ْثَنٰى َو ُثاَل َث َو ُر َباَع‬
Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan
yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu
senangi: dua, tiga atau empat…”
Ayat di atas sulit diterjemahkan. Karena takut tidak dapat berlaku adil terhadap anak
yatim, lalu mengapa disuruh menikahi wanita yang baik-baik, dua, tiga atau empat.
Kesukaran itu terjadi karena susunan kalimat ayat tersebut terlalu singkat.

2. Kesamaran dari aspek maknanya, seperti mengenai sifat-sifat Allah SWT, sifat-
sifat hari kiamat, surga, neraka, dan sebagainya. Semua sifat-sifat itu tidak
terjangkau oleh pikiran manusia.

5 Kahar mansyur, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an,Jakarta: Rineka cipta, 1992, hlm. 125.

4
3. Kesamaran dari aspek lafal dan maknanya. Kesamaran ini ada lima aspek, sebagai
berikut:
a. Aspek kuantitas (al-kammiyyah), seperti masalah umum atau khusus.
Contohnya, ayat 5 surah At-Taubah:
‫فا قتلوا المشر كين حيث وجد تموهم (التو بة‬:
Artinya: “Maka bunuhlah kaum musyrikin itu di manapun kalian temukan mereka itu”.
Di sini batas kuantitasnya yang harus dibunuh masih samar.
b. Aspek cara (al-kaifiyyah), seperti bagaimana cara melaksanakan kewajiban
agama atau kesunahannya. Contohnya, ayat 14 surah Thoha:
):‫واقم الصلوة لذ كر ى (طه‬
Artinya: “Dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku (Allah)”.
Dalam ayat ini terdapat kesamaran, dalam hal bagaimana cara salat agar dapat mengingatkan
kepada Allah SWT.
c. Aspek waktu, seperti batas sampai kapan melaksanakan sesuatu perbuatan.
Contohnya, dalam ayat 102 surat Ali Imran:
):‫يايها الذين امنوا اتقوا هللا حق تقاته (ال عمران‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa
kepada-Nya”.
Dalam ayat ini terjadi kesamaran, sampai kapan batas taqwa yang benar-benar itu.
d. Aspek tempat, seperti tempat mana yang dimaksud dengan balik rumah, dalam
ayat 189 surah Al-Baqarah:
):‫وليس البر بآن تآتوا البيو ت من ظهور ها (البقة‬
Atinya: “ Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah, juga samar”.
Tempat mana yang dimaksud dengan baliknya rumah, juga samar.6

E. Macam-Macam Ayat Muhkam Dan Mutasyabih


Menurut Abdul Jalal, macam-macam ayat Mutasyabihat ada tiga macam:
1. Ayat-ayat Mutasyabihat yang tidak dapat diketahui oleh seluruh umat manusia,
kecuali Allah SWT. Contoh:

‫َو ِع ْنَد ُه َم َفاِتُح اْلَغْيِب اَل َيْع َلُمَها ِإاَّل ُهَو‬


“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tak ada yang mengetahuinya,
kecuali Dia sendiri” (QS. al-An’am : 59)

6 Acep Hermawan, Ulumul Quran, Bandung:Remaja Rosdakarya, 2011,hal. 146

5
2. Ayat-ayat yang Mutasyabihat yang dapat diketahui oleh semua orang dengan jalan
pembahasan dan pengkajian yang mendalam. Seperti pencirian mujmal,
menentukan mutasyarak, mengqayyidkan yang mutlak, menertibkan yang kurang
tertib.
3. Ayat-ayat Mutasyabihat yang hanya dapat diketahui oleh para pakar ilmu dan
sains, bukan oleh semua orang, apa lagi orang awam. Hal ini termasuk urusan-
urusan yang hanya diketahui Allah SWT dan orang-orang yang rosikh
(mendalam) ilmu pengetahuan.7

F. Hikmah Adanya Ayat-ayat Muhkan Dan Mutasyabih


Al-Quran adalah rahmat bagi seluruh alam, yang didalamnya terdapat berbagai
mukzijat dan keajaiban serta berbagai misteri yang harus dipecahkan oleh umat di dunia ini.
Alloh tidak akan mungkin memberikan sesuatu kepada kita tanpa ada sebabnya. Dibawah ini
ada beberapa hikmah tentang adanya ayat-ayat muhkan dan mutasyabih, diantaranya adalah :
1. Muhkam
a. Jika seluruh ayat Al-Qur’an terdiri dari ayat-ayat muhkamat, maka akan
sirnalah ujian keimanan dan amal karena pengertian ayat yang jelas.
b. Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya yang kemampuan bahasa Arabnya
lemah. Sebab arti dan maknanya sudah cukup terang dan jelas.
c. Memudahkan manusia mengetahui arti , maksud dan menghayatinya.
d. Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati dan mengamalkan isi al-
Qur'an sebab ayatnya mudah dimengerti dan dipahami.
e. Menghilangkan kesulitan dan kebingungan umat dalam mempelajari isinya.
f. Mempercepat usaha tahfidzul Qur'an.8

2. Mutasyabih
a. Apabila seluruh ayat Al-Qur’an mutasyabihat, niscaya akan padamlah
kedudukannya sebagai penjelas dan petunjuk bagi manusia orang yang benar
keimanannya yakin bahwa Al-Qur’an seluruhnya dari sisi Allah, segala yang
datang dari sisi Allah pasti hak dan tidak mungkin bercampur dengan
kebatilan.

7 Ramli Abdul Wahid, Ulumul ur’an, Jakarta: Raja Granfindo Persada, 1996, hlm. 83.
8 Quraish Shihab, Membumikan Al-qur’an, Bandung: Mizan, 1992, hlm.90.

6
b. Menjadi motivasi untuk terus menerus menggali berbagai kandungan Al-
Quran sehingga kita akan terhindar dari taklid, membaca Al-Qur’an dengan
khusyu’ sambil merenung dan berpikir.
c. Ayat-ayat Mutasyabihat mengharuskan upaya yang lebih banyak untuk
mengungkap maksudnya sehingga menambah pahala bagi orang yang
mengkajinya.
d. Jika Al-Quran mengandung ayat-ayat mutasyabihat, maka untuk
memahaminya diperlukan cara penafsiran antara satu dengan yang lainnya.
Hal ini memerlukan berbagai ilmu seperti ilmu bahasa, gramatika, ma’ani,
ushul fiqh dan sebagainya.9

9 Syaih Muhammad Jamil, Bagaimana Memahami Al-Quran, Jakarta :Pustaka Al-Kautsar,


1995 hlm 121
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Muhkam merupakan ayat yang jelas maknanya, dan tidak memerlukan keterangan
dari ayat-ayat lain. Sedangkan Mutasyabih berarti ayat-ayat yang belum jelas maksudnya,
dan mempunyai banyak kemungkinan takwilnya, atau maknanya yang tersembunyi, dan
memerlukan keterangan tertentu, atau hanya Allah yang mengetahuinya Sebab adanya ayat
Mutasyabih ialah karena Allah SWT menjadikan demikian. Imam Ar-Raghib Al- Asfihani
dalam kitabnya Mufradatil Qur’an menyatakan bahwa sebab adanya kesamaran dalam
Alquran terdapat 3 hal, yaitu sebagai berikut:Kesamaran dari aspek lafal saja, kesamaran dari
aspek maknanya, kesamaran dari aspek lafal dan maknanya.
Manfaat adanya ayat muhkan dan mutasyabih diantaranya jika seluruh ayat Al-Qur’an
terdiri dari ayat-ayat muhkamat, maka akan sirnalah ujian keimanan dan amal karena
pengertian ayat yang jelas, Apabila seluruh ayat Al-Qur’an mutasyabihat, niscaya akan
padamlah kedudukannya sebagai penjelas dan petunjuk bagi manusia
B. Saran
Bagi semua umat Islam, agar kiranya untuk lebih memahami ‘Ulumul Qur’an lebih
mendalam agar bertambah pula iman kita. Dan mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung
dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.

8
DAFTAR PUSTAKA

Buku Pengantar Study Al-Quran Bpk Dr Abdul Hamid MA Hal 129


Anwar, Rosihon. 2012. Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Setia. Ash-Shiddieqy, Hasbi.
1993. Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Jakarta:Bulan Bintang.
Hermawan, Acep. 2011. Ulumul Quran. Bandung:Remaja Rosdakarya.
Jamil, Syaih Muhammad. 1995. Bagaimana Memahami Al-Quran. Jakarta: Pustaka Al
Kautsar.
Jalal, Abdul. 2008. Ulumul Qur’an. Surabaya: Dunia Ilmu.
Marzuki, Kamaluddin. 1992. Ulumul Qur’an. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mansyur, Kahar. 1992. Pokok-Pokok Ulumul Qur’an. Jakarta: Rineka cipta.
Wahid,Ramli Abdul. 1996. Ulumul ur’an. Jakarta: Raja Granfindo Persada
Shihab, Quraish. 1992. Membumikan al-Qur’an. Bandung: Mizan

Anda mungkin juga menyukai