Puji syukur, kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Penulisan makalah ini salah satu tugas Mata kuliah
Ulumul Qur'an yang diberikan. Dalam Penulisan makalah ini merasa masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang di
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................1
A. Latar belakang............................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................1
C. Tujuan Makalah...........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................................2
A. Pengertian Muhkam dan Mutasyabih......................................................................................... 2
B. Karakteristik Al-Muhkan dan Al-Mutasyabih.............................................................................2
C. Perbedaan Ulama Terhadap Muhkam Dan Mutasyabih..............................................................3
D. Sebab-Sebab Adanya Ayat Mutasyabih......................................................................................4
E. Macam-Macam Ayat Muhkam Dan Mutasyabih........................................................................5
F. Hikmah Adanya Ayat-ayat Muhkan Dan Mutasyabih................................................................6
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................9
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab. Karena itu, untuk memahami hukum-
hukum yang terkandung dalam al-Qur’an diperlukan pemahaman dalam kebahasaan. Para
ulama’ yang ahli dalam bidang ushul fiqh, telah mengadakan penelitian secara sesama
terhadap nash-nash al-Qur’an, lalu hasil penelitian itu diterapkan dalam kaidah-kaidah yang
menjadi pegangan umat Islam guna memahami kandungan al-Qur’an dengan benar. Adapun
ilmu yang mempelajari tentang muhkam dan mutasyabih adalah Ilmu muhkam wal
Mutasyabih. Ilmu ini dilatar belakangi oleh adanya perbedaan pendapat ulama tentang adanya
hubungan ayat atau surat yang lain. Sementara yang lain mengatakan bahwa didalam Al-
Qur’an ada ayat atau surat yang tidak berhubungan. Oleh karenanya, suatu ilmu yang
mempelajari ayat atau surat Al-Qur’sn cukup penting kedududkannya. Sementara
itu muhkam dan mutasyabih adalah Sebuah kajian yang sering menimbulkan kontroversial
dalam sejarah penafsiran Al-Qur’an, karena perbedaan ’interpretasi’ antara ulama mengenai
hakikat muhkam dan mutasyabih.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Muhkam dan Mutasyabih?
2. Apa saja karakteristik Al-Muhkam dan Al-Mutasyabih?
3. Bagaimana perbedaan pendapat para ulama terhadap ayat-ayat Muhkam wal
Mutasyabih?
4. Apa sebab-sebab turunnya ayat Muhkan dan Mutasyabih?
5. Apa saja macam-macam ayat muhkan dan mutasyabih?
6. Apa saja hikmah adanya ayat-ayat Al-Muhkam wal Mutasyabih?
C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui pengertian Muhkam dan Mutasyabih.
2. Mengetahui perbedaan pendapat para ulama terhadap ayat-ayat Muhkam wal
Mutasyabih
3. Mengetahui hikmah adanya ayat-ayat Al-Muhkam wal Mutasyabih
1
BAB II
PEMBAHASAN
1 Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an, Bandung: Pustaka Setia, 2012, hlm. 121
2 Kamaluddin Marzuki, Ulumul Qur’an, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992, hlm. 113
2
Ar-Raghib al-Ashfihani memberikan kriteria ayat-ayat muhkam dan mutasyabih
sebagai berikut :
1. Muhkam
a. Yakni ayat-ayat yang membatalkan ayat-ayat yang lain
b. Ayat-ayat yang menghalalkan atau membatalkan ayat-ayat lain.
c. Ayat-ayat yang mengandung kewajiban yang harus diimani dan diamalkan.
2. Mutasyabih
a. Yakni ayat-ayat yang tidak diketahui hakikat maknanya seperti tibanya hari
kiamat.
b. Ayat-ayat yang dapat diketahui maknanya dengan sarana bantu baik dengan
hadits atau ayat muhkam.
c. Ayat yang hanya dapat diketahui oleh orang-orang yang dalam ilmunya,
sebagaimana diisyaratkan dalam doa Rosululloh untuk ibnu Abbas “Ya Alloh,
karuniailah ia ilmu yang mendalam mengenai agama dan limpahkanlah
pengetahuan tentang ta’wil kepadanya,” 3
C. Perbedaan Pendapat Para Ulama Terhadap Muhkam Dan Mutasyabih
Dalam al-Qur’an sering kita temui ayat-ayat mutasyabihat yang penjelasannya
memerlukan penjelasan dari ayat-ayat yang lain. Mengenai hal tersebut, para ulama memiliki
pendapat yang berbeda-beda. Antara lain :
1. Ulama golongan Hanafiyah mengatakan, lafadz muhkam ialah lafadz yang jelas
petunjuknya, dan tidak mungkin telah dinasikh kan. Sedang
lafadz mutasyabih adalah lafadz yang sama maksud petunjuknya sehingga tidak
terjangkau oleh akal pikiran manusia. Sebab lafadz mutasyabih itu termasuk hal-
hal yang diketahui Allah saja artinya. Contohnya seperti hal-hal yang ghaib.
2. Mayoritas ulama golongan ahlu fiqh yang berasal dari pendapat sahabat Ibnu
Abbas mengatakan, lafadz muhkam ialah lafadz yang tidak bisa dita’wil kecuali
satu arah. Sedangkan lafadz mutasyabih adalah artinya dapat dita’wilkan dalam
beberapa segi, karena masih sama.4
3. Madzhab salaf, yaitu para ulama dari generasi sahabat. Mereka berusaha untuk
mengimaninya dan menyerahkan makna serta pengertiannya hanya kepada Allah
SWT. Bagi kaum salaf, ayat – ayat mutasyabihat tidak perlu dita'wilkan. Sebab
3
yang mengetahui hakikatnya hanyalah Allah SWT, mereka hanya berusaha
mengimaninya.
4. Madzhab khalaf, seperti Imam Huramain. Mereka berpendapat bahwa ayat –
ayat mutasyabihat harus ditetapkan maknanya dengan pengertian yang sesuai dan
sedekat mungkin dengan dzat-Nya. Mereka menta'wil lafdz istiwa' (besemayam)
dengan maha berkuasa menciptakan sesuatu tanpa susah payah. Kalimat ja'a
rabbuka (kedatangan Allah) dalam Qs. Al-Fajr: 22, dita'wilkan dengan
kedatangan perintah-Nya.5
2. Kesamaran dari aspek maknanya, seperti mengenai sifat-sifat Allah SWT, sifat-
sifat hari kiamat, surga, neraka, dan sebagainya. Semua sifat-sifat itu tidak
terjangkau oleh pikiran manusia.
5 Kahar mansyur, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an,Jakarta: Rineka cipta, 1992, hlm. 125.
4
3. Kesamaran dari aspek lafal dan maknanya. Kesamaran ini ada lima aspek, sebagai
berikut:
a. Aspek kuantitas (al-kammiyyah), seperti masalah umum atau khusus.
Contohnya, ayat 5 surah At-Taubah:
فا قتلوا المشر كين حيث وجد تموهم (التو بة:
Artinya: “Maka bunuhlah kaum musyrikin itu di manapun kalian temukan mereka itu”.
Di sini batas kuantitasnya yang harus dibunuh masih samar.
b. Aspek cara (al-kaifiyyah), seperti bagaimana cara melaksanakan kewajiban
agama atau kesunahannya. Contohnya, ayat 14 surah Thoha:
):واقم الصلوة لذ كر ى (طه
Artinya: “Dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku (Allah)”.
Dalam ayat ini terdapat kesamaran, dalam hal bagaimana cara salat agar dapat mengingatkan
kepada Allah SWT.
c. Aspek waktu, seperti batas sampai kapan melaksanakan sesuatu perbuatan.
Contohnya, dalam ayat 102 surat Ali Imran:
):يايها الذين امنوا اتقوا هللا حق تقاته (ال عمران
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa
kepada-Nya”.
Dalam ayat ini terjadi kesamaran, sampai kapan batas taqwa yang benar-benar itu.
d. Aspek tempat, seperti tempat mana yang dimaksud dengan balik rumah, dalam
ayat 189 surah Al-Baqarah:
):وليس البر بآن تآتوا البيو ت من ظهور ها (البقة
Atinya: “ Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah, juga samar”.
Tempat mana yang dimaksud dengan baliknya rumah, juga samar.6
5
2. Ayat-ayat yang Mutasyabihat yang dapat diketahui oleh semua orang dengan jalan
pembahasan dan pengkajian yang mendalam. Seperti pencirian mujmal,
menentukan mutasyarak, mengqayyidkan yang mutlak, menertibkan yang kurang
tertib.
3. Ayat-ayat Mutasyabihat yang hanya dapat diketahui oleh para pakar ilmu dan
sains, bukan oleh semua orang, apa lagi orang awam. Hal ini termasuk urusan-
urusan yang hanya diketahui Allah SWT dan orang-orang yang rosikh
(mendalam) ilmu pengetahuan.7
2. Mutasyabih
a. Apabila seluruh ayat Al-Qur’an mutasyabihat, niscaya akan padamlah
kedudukannya sebagai penjelas dan petunjuk bagi manusia orang yang benar
keimanannya yakin bahwa Al-Qur’an seluruhnya dari sisi Allah, segala yang
datang dari sisi Allah pasti hak dan tidak mungkin bercampur dengan
kebatilan.
7 Ramli Abdul Wahid, Ulumul ur’an, Jakarta: Raja Granfindo Persada, 1996, hlm. 83.
8 Quraish Shihab, Membumikan Al-qur’an, Bandung: Mizan, 1992, hlm.90.
6
b. Menjadi motivasi untuk terus menerus menggali berbagai kandungan Al-
Quran sehingga kita akan terhindar dari taklid, membaca Al-Qur’an dengan
khusyu’ sambil merenung dan berpikir.
c. Ayat-ayat Mutasyabihat mengharuskan upaya yang lebih banyak untuk
mengungkap maksudnya sehingga menambah pahala bagi orang yang
mengkajinya.
d. Jika Al-Quran mengandung ayat-ayat mutasyabihat, maka untuk
memahaminya diperlukan cara penafsiran antara satu dengan yang lainnya.
Hal ini memerlukan berbagai ilmu seperti ilmu bahasa, gramatika, ma’ani,
ushul fiqh dan sebagainya.9
8
DAFTAR PUSTAKA