Anda di halaman 1dari 13

AL- MUHKAM DAN AL- MUTASYABIH

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama Islam Kapita
Selekta & Al-Qur’an

Dosen Pengampu : A.M Maqdum Biahmada S.Pd.I.,M.Pd.I

Oleh :

Intan Sari Novia Anggraini (18130210361)

Mirza Dwiarti (18130210373)

UNIVERSITAS ISLAM KADIRI

FAKULTAS EKONOMI

KEDIRI

2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam
juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan
keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah.
Dengan kebaikan beliau telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang
berilmu pengetahuan.

Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Ulumul Quran pada Di Kampus
STAI As-Shiddiqiyah, dengan ini penulis mengangkat judul “Al-muhkam Wal
Mutasyabih”.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.

Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua,


karenakesempurnaanhanyamilik Allah SWT semata.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Kediri, 30 Oktober 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ 1

KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2

DAFTAR ISI .................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 4

A. Latar Belakang ............................................................................................ 4

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4 BAB

II PEMBAHASAN ................................................................................. 5

A. Pengertian Muhkam Dan Mutasyabih ......................................................... 5

B. Karakteristik Al-Muhkan Dan Al-Mutasyabih ............................................ 6

C. Perbedaan Pendapat Para Ulama Terhadap

Muhkam Dan Mutasyabih ........................................................................... 7

D. Sebab-Sebab Adanya Ayat Mutasyabih ...................................................... 8

E. Hikmah Adanya Ayat-Ayat Muhkan Dan Mutasyabih ............................... 10

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 12

A. Kesimpulan ................................................................................................. 12

B. Saran ............................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab. Karena itu, untuk memahami


hukum-hukum yang terkandung dalam al-Qur’an diperlukan pemahaman dalam
kebahasaan. Para ulama’ yang ahli dalam bidang ushul fiqh, telah mengadakan
penelitian secara sesama terhadap nash-nash al-Qur’an, lalu hasil penelitian itu
diterapkan dalam kaidah-kaidah yang menjadi pegangan umat Islam guna memahami
kandungan al-Qur’an dengan benar.

Adapun ilmu yang mempelajari tentang muhkam dan mutasyabih adalah Ilmu
muhkam wal Mutasyabih. Ilmu ini dilatar belakangi oleh adanya perbedaan pendapat
ulama tentang adanya hubungan ayat atau surat yang lain. Sementara yang lain
mengatakan bahwa didalam Al-Qur’an ada ayat atau surat yang tidak berhubungan.
Oleh karenanya, suatu ilmu yang mempelajari ayat atau surat Al-Qur’an cukup
penting kedududkannya. Sementara itu muhkam dan mutasyabih adalah Sebuah
kajian yang sering menimbulkan kontroversial dalam sejarah penafsiran Al-Qur’an,
karena perbedaan ’interpretasi’ antara ulama mengenai hakikat muhkam dan
mutasyabih.

B.RUMUSAN MASALAH

1.Apa Yang Dimaksud Dengan Muhkam Dan Mutasyabih?

2.Bagaimana Karakteristik Al-Muhkan Dan Al-Mutasyabih?

4
3.Bagaiaman Perbedaan Pendapat Para Ulama Terhadap Muhkam Dan Mutasyabih?

4.Apa Yang Menyebabkan Adanya Ayat Mutasyabih?

5.Apakah Hikmah Adanya Ayat-Ayat Muhkan Dan Mutasyabih?

BAB II PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN MUHKAM DAN MUTASYABIH

Muhkam secara lughawi berasal dari kata hakama. Kata hukm berarti
memutuskan antara dua hal atau lebih perkara, maka hakim adalah orang yang
mencegah yang zalim dan memisahkan dua pihak yang sedang bertikai. Sedangkan
muhkam adalah sesuatu yang dikokohkan, jelas, fasih, dan membedakan antara yang
hak dan yang bathil.[1] Sedang dalam kitab Mabahits fii Ulum al-Qur’an dijelaskan:

[2.]‫ما استأثر هللا بعلمه‬: ‫ما عرف المراد منه – والمتشابه‬: ‫المحكم‬

:Artinya

“Muhkam adalah ayat yang mudah diketahui maksudnya, sedangkan mutasyabih


hanyalah diketahui maksudnya oleh Allah sendiri.”

Mutasyabih secara bahasa berasal dari kata tasyabuh yang berarti keserupaan
dan kesamaan yang biasanya membawa kesamaran antara dua hal.[3] Adapun secara
istilah, mutasyabih adalah lafadz yang maksud dan maknanya hanya diketahui oleh
Allah S.W.T., dan tidak dapat diketahui oleh manusia.[4]

Mayoritas ulama ahl al-Fiqh mengemukakan, muhkam ialah lafadz yang tidak
dapat ditakwilkan kecuali hanya satu segi makna saja. Mutasyabih ialah lafadz yang
artinya dapat ditakwilkan ke dalam beberapa segi karena masih terdapat kesamaran,
seperti masalah surga, neraka, dan lain sebagainya.

5
B.KARAKTERISTIK AL-MUHKAM DAN AL-MUTASYABIH

Banyaknya perbedaan pendapat mengenai muhkan dan mutasyabih,


menyulitkan untuk membuat sebuah kriteria ayat yang termasuk muhkan dan
mutasyabih.

J.M.S Baljon mengutip pendapat Zamakhsari yang berpendapat barwa yang


termasuk kriteria ayat-ayat muhkam adalah apabia ayat-ayat tersebut berhubungan
dengan hakikat (kenyataan). Sedangkan ayat-ayat mutasyabih adalah yang menuntut
penelitian.

Ar-Raghib al-Ashfihani memberikan kriteria ayat-ayat muhkam dan mutasyabih


sebagai berikut :

1.Muhkam

a.Yakni ayat-ayat yang membatalkan ayat-ayat yang lain

b.Ayat-ayat yang menghalalkan atau membatalkan ayat-ayat lain.

c.Ayat-ayat yang mengandung kewajiban yang harus diimani dan diamalkan.

2.Mutasyabih

a.Yakni ayat-ayat yang tidak diketahui hakikat maknanya seperti tibanya hari kiamat.

b.Ayat-ayat yang dapat diketahui maknanya dengan sarana bantu baik dengan hadits
atau ayat muhkam.

c.Ayat yang hanya dapat diketahui oleh orang-orang yang dalam ilmunya,
sebagaimana diisyaratkan dalam doa Rosululloh untuk ibnu Abbas “Ya Alloh,

6
karuniailah ia ilmu yang mendalam mengenai agama dan limpahkanlah pengetahuan
tentang ta’wil kepadanya,”. [4]

C.PERBEDAAN PENDAPAT PARA ULAMA TERHADAP MUHKAM DAN


MUTASYABIH

Dalam al-Qur’an sering kita temui ayat-ayat mutasyabihat yang penjelasannya


memerlukan penjelasan dari ayat-ayat yang lain. Mengenai hal tersebut, para ulama
memiliki pendapat yang berbeda-beda. Antara lain :

1.Ulama golongan Hanafiyah mengatakan, lafadz muhkam ialah lafadz yang jelas
petunjuknya, dan tidak mungkin telah dinasikh kan. Sedang lafadz mutasyabih adalah
lafadz yang sama maksud petunjuknya sehingga tidak terjangkau oleh akal pikiran
manusia. Sebab lafadz mutasyabih itu termasuk hal-hal yang diketahui Allah saja
artinya. Contohnya seperti hal-hal yang ghaib.

2.Mayoritas ulama golongan ahlu fiqh yang berasal dari pendapat sahabat Ibnu Abbas
mengatakan, lafadz muhkam ialah lafadz yang tidak bisa dita’wil kecuali satu arah.
Sedangkan lafadz mutasyabih adalah artinya dapat dita’wilkan dalam beberapa segi,
karena masih sama.[5]

3.Madzhab salaf, yaitu para ulama dari generasi sahabat. Mereka berusaha untuk
mengimaninya dan menyerahkan makna serta pengertiannya hanya kepada Allah
SWT. Bagi kaum salaf, ayat – ayat mutasyabihat tidak perlu dita'wilkan. Sebab yang
mengetahui hakikatnya hanyalah Allah SWT, mereka hanya berusaha mengimaninya.

4.Madzhab khalaf, seperti Imam Huramain. Mereka berpendapat bahwa ayat – ayat
mutasyabihat harus ditetapkan maknanya dengan pengertian yang sesuai dan sedekat
mungkin dengan dzat-Nya. Mereka menta'wil lafdz istiwa' (besemayam) dengan
maha berkuasa menciptakan sesuatu tanpa susah payah. Kalimat ja'a rabbuka

7
(kedatangan Allah) dalam Qs. Al-Fajr: 22, dita'wilkan dengan kedatangan
perintahNya. [6]

D.SEBAB-SEBAB ADANYA AYAT MUHKAM DAN MUTASYABIH

Sebab adanya ayat Muhkam dan Mutasyabih ialah karena Allah SWT
menjadikan demikian. Allah membedakan antara ayat – ayat yang Muhkam dari yang
Mutasyabih, dan menjadikan ayat Muhkam sebagai bandingan ayat yang Mutasyabih.

Imam Ar-Raghib Al- Asfihani dalam kitabnya Mufradatil Qur’an menyatakan bahwa
sebab adanya kesamaran dalam Alquran terdapat 3 hal, yaitu sebagai berikut:

1.Kesamaran dari aspek lafal saja. Kesamaran ini ada dua macam, yaitu sebagai
berikut:

a.Kesamaran dari aspek lafal mufradnya, karena terdiri dari lafal yang gharib (asing),
atau yang musyatarak (bermakna ganda), dan sebagainya.

b.Kesamaran lafal murakkab disebabkan terlalu ringkas atau terlalu luas. Contoh
tasyabuh (kesamaran) dalam lafal murakkab terlalu ringkas, terdapat di dalam surah
An-Nisa ayat 3:

َ ََُ‫ك م ِمنَ الن َِسا ِء َمث نَ ى َوثل‬


‫ث َو ُربَا َع‬ َُ ‫ب ل‬ َ ‫خ فت ُم أ ََّل ت قُ ِسطُوا فِي ا ليتَا َ َم ى فَا ن ِكحُوا َما‬
َ ‫طا‬ ِ ‫وَِإ ن‬

Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah
wanitawanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat…”

Ayat di atas sulit diterjemahkan. Karena takut tidak dapat berlaku adil terhadap anak
yatim, lalu mengapa disuruh menikahi wanita yang baik-baik, dua, tiga atau empat.
Kesukaran itu terjadi karena susunan kalimat ayat tersebut terlalu singkat.

8
2.Kesamaran dari aspek maknanya, seperti mengenai sifat-sifat Allah SWT, sifat-sifat
hari kiamat, surga, neraka, dan sebagainya. Semua sifat-sifat itu tidak terjangkau oleh
pikiran manusia.

3.Kesamaran dari aspek lafal dan maknanya. Kesamaran ini ada lima aspek, sebagai
berikut:

a.Aspek kuantitas (al-kammiyyah), seperti masalah umum atau khusus. Contohnya,


ayat 5 surah At-Taubah:

‫فا قتلوا المشر كين حيث وجد تموهم )التو بة‬:

Artinya: “Maka bunuhlah kaum musyrikin itu di manapun kalian temukan mereka
itu”.

Di sini batas kuantitasnya yang harus dibunuh masih samar.

b. Aspek cara (al-kaifiyyah), seperti bagaimana cara melaksanakan kewajiban agama


atau kesunahannya. Contohnya, ayat 14 surah Thoha:

:(‫واقم الصلوة لذ كر ى )طه‬

Artinya: “Dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku (Allah)”.

Dalam ayat ini terdapat kesamaran, dalam hal bagaimana cara salat agar dapat
mengingatkan kepada Allah SWT.

c.Aspek waktu, seperti batas sampai kapan melaksanakan sesuatu perbuatan.


Contohnya, dalam ayat 102 surat Ali Imran:

:(‫يايها الذين امنوا اتقوا هللا حق تقاته )ال عمران‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar


taqwa kepada-Nya”.

9
Dalam ayat ini terjadi kesamaran, sampai kapan batas taqwa yang benar-benar itu.

d. Aspek tempat, seperti tempat mana yang dimaksud dengan balik rumah, dalam ayat
189 surah Al-Baqarah:

:(‫وليس البر بآن تآتوا البيو ت من ظهور ها )البقة‬

Atinya: “ Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah, juga samar”.

Tempat mana yang dimaksud dengan baliknya rumah, juga samar.

E.HIKMAH ADANYA AYAT-AYAT MUHKAN DAN MUTASYABIH

Al-Quran adalah rahmat bagi seluruh alam, yang didalamnya terdapat


berbagai mukzijat dan keajaiban serta berbagai misteri yang harus dipecahkan oleh
umat di dunia ini. Alloh tidak akan mungkin memberikan sesuatu kepada kita tanpa
ada sebabnya. Dibawah ini ada beberapa hikmah tentang adanya ayat-ayat muhkan
dan mutasyabih, diantaranya adalah :

1.Muhkam

a.Jika seluruh ayat Al-Qur’an terdiri dari ayat-ayat muhkamat, maka akan sirnalah
ujian keimanan dan amal karena pengertian ayat yang jelas.

b.Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya yang kemampuan bahasa Arabnya lemah.
Sebab arti dan maknanya sudah cukup terang dan jelas.

c.Memudahkan manusia mengetahui arti , maksud dan menghayatinya.

d.Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati dan mengamalkan isi alQur'an
sebab ayatnya mudah dimengerti dan dipahami.

e.Menghilangkan kesulitan dan kebingungan umat dalam mempelajari isinya.

f.Mempercepat usaha tahfidzul Qur'an.[8])

10
2. Mutasyabih

a.Apabila seluruh ayat Al-Qur’an mutasyabihat, niscaya akan padamlah


kedudukannya sebagai penjelas dan petunjuk bagi manusia orang yang benar
keimanannya yakin bahwa Al-Qur’an seluruhnya dari sisi Allah, segala yang datang
dari sisi Allah pasti hak dan tidak mungkin bercampur dengan kebatilan.

b.Menjadi motivasi untuk terus menerus menggali berbagai kandungan Al-Quran


sehingga kita akan terhindar dari taklid, membaca Al-Qur’an dengan khusyu’ sambil
merenung dan berpikir.

c.Ayat-ayat Mutasyabihat mengharuskan upaya yang lebih banyak untuk


mengungkap maksudnya sehingga menambah pahala bagi orang yang mengkajinya.

d.Jika Al-Quran mengandung ayat-ayat mutasyabihat, maka untuk memahaminya


diperlukan cara penafsiran antara satu dengan yang lainnya. Hal ini memerlukan
berbagai ilmu seperti ilmu bahasa, gramatika, ma’ani, ushul fiqh dan sebagainya.[9])
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Muhkam merupakan ayat yang jelas maknanya, dan tidak memerlukan


keterangan dari ayat-ayat lain. Sedangkan Mutasyabih berarti ayat-ayat yang belum
jelas maksudnya, dan mempunyai banyak kemungkinan takwilnya, atau maknanya
yang tersembunyi, dan memerlukan keterangan tertentu, atau hanya Allah yang
mengetahuinya

Sebab adanya ayat Mutasyabih ialah karena Allah SWT menjadikan demikian.
Imam Ar-Raghib Al- Asfihani dalam kitabnya Mufradatil Qur’an menyatakan bahwa
sebab adanya kesamaran dalam Alquran terdapat 3 hal, yaitu sebagai

11
berikut:Kesamaran dari aspek lafal saja, kesamaran dari aspek maknanya, kesamaran
dari aspek lafal dan maknanya.

Manfaat adanya ayat muhkan dan mutasyabih diantaranya jika seluruh ayat
Al-Qur’an terdiri dari ayat-ayat muhkamat, maka akan sirnalah ujian keimanan dan
amal karena pengertian ayat yang jelas, Apabila seluruh ayat Al-Qur’an
mutasyabihat, niscaya akan padamlah kedudukannya sebagai penjelas dan petunjuk
bagi manusia

B. SARAN

Bagi semua umat Islam, agar kiranya untuk lebih memahami ‘Ulumul Qur’an lebih
mendalam agar bertambah pula iman kita. Dan mengamalkan ajaran-ajaran yang
terkandung dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar .Rosihon.2013.”Ulum Al- Qur’an”. Bandung:CV Pustaka Setia

Ash-Shiddieqy, Hasbi.1993. “Ilmu-ilmu Al-Qur’an”. Jakarta:Bulan Bintang,

Hermawan,Acep. 2011. “Ulumul Quran”.Bandung : Remaja Rosdakarya

Jalal, Abdul. 2008. “Ulumul Qur’an”. Surabaya: Dunia Ilmu

Marzuki, Kamaluddin. 1992. “Ulumul Qur’an”. Bandung: Remaja Rosdakarya

Muhammad,Syaih Jamil.1995. “Bagaimana Memahami Al-Quran”. Jakarta : Pustaka


Al-Kautsar

12
http://nuhudhiyyah.blogspot.com/2016/06/makalah-ulumul-quran-tentang-
almuhkam.html?m=1 Diakses Pada tanggal 17 Oktober 2019 Pukul 10.00 WIB

http://myrealblo.blogspot.com/2015/11/ulumul-quran-al-muhkam-
walmutasyabih.html?m=1 Diakses Pada Tanggal 17 Oktober 2019 Pukul 11.30 WIB

http://ebdaaprilia.wordpress.com/2013/05/21/makalah-ulumul-quran-
muhkammutasyabih/ Diakses Pada Tanggal 17 Oktober 2019 Pukul 11.45 WIB

13

Anda mungkin juga menyukai