Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama Islam Kapita
Selekta & Al-Qur’an
Oleh :
FAKULTAS EKONOMI
KEDIRI
2021
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam
juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan
keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah.
Dengan kebaikan beliau telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang
berilmu pengetahuan.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Ulumul Quran pada Di Kampus
STAI As-Shiddiqiyah, dengan ini penulis mengangkat judul “Al-muhkam Wal
Mutasyabih”.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
II PEMBAHASAN ................................................................................. 5
A. Kesimpulan ................................................................................................. 12
B. Saran ............................................................................................................ 12
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Adapun ilmu yang mempelajari tentang muhkam dan mutasyabih adalah Ilmu
muhkam wal Mutasyabih. Ilmu ini dilatar belakangi oleh adanya perbedaan pendapat
ulama tentang adanya hubungan ayat atau surat yang lain. Sementara yang lain
mengatakan bahwa didalam Al-Qur’an ada ayat atau surat yang tidak berhubungan.
Oleh karenanya, suatu ilmu yang mempelajari ayat atau surat Al-Qur’an cukup
penting kedududkannya. Sementara itu muhkam dan mutasyabih adalah Sebuah
kajian yang sering menimbulkan kontroversial dalam sejarah penafsiran Al-Qur’an,
karena perbedaan ’interpretasi’ antara ulama mengenai hakikat muhkam dan
mutasyabih.
B.RUMUSAN MASALAH
4
3.Bagaiaman Perbedaan Pendapat Para Ulama Terhadap Muhkam Dan Mutasyabih?
BAB II PEMBAHASAN
Muhkam secara lughawi berasal dari kata hakama. Kata hukm berarti
memutuskan antara dua hal atau lebih perkara, maka hakim adalah orang yang
mencegah yang zalim dan memisahkan dua pihak yang sedang bertikai. Sedangkan
muhkam adalah sesuatu yang dikokohkan, jelas, fasih, dan membedakan antara yang
hak dan yang bathil.[1] Sedang dalam kitab Mabahits fii Ulum al-Qur’an dijelaskan:
[2.]ما استأثر هللا بعلمه: ما عرف المراد منه – والمتشابه: المحكم
:Artinya
Mutasyabih secara bahasa berasal dari kata tasyabuh yang berarti keserupaan
dan kesamaan yang biasanya membawa kesamaran antara dua hal.[3] Adapun secara
istilah, mutasyabih adalah lafadz yang maksud dan maknanya hanya diketahui oleh
Allah S.W.T., dan tidak dapat diketahui oleh manusia.[4]
Mayoritas ulama ahl al-Fiqh mengemukakan, muhkam ialah lafadz yang tidak
dapat ditakwilkan kecuali hanya satu segi makna saja. Mutasyabih ialah lafadz yang
artinya dapat ditakwilkan ke dalam beberapa segi karena masih terdapat kesamaran,
seperti masalah surga, neraka, dan lain sebagainya.
5
B.KARAKTERISTIK AL-MUHKAM DAN AL-MUTASYABIH
1.Muhkam
2.Mutasyabih
a.Yakni ayat-ayat yang tidak diketahui hakikat maknanya seperti tibanya hari kiamat.
b.Ayat-ayat yang dapat diketahui maknanya dengan sarana bantu baik dengan hadits
atau ayat muhkam.
c.Ayat yang hanya dapat diketahui oleh orang-orang yang dalam ilmunya,
sebagaimana diisyaratkan dalam doa Rosululloh untuk ibnu Abbas “Ya Alloh,
6
karuniailah ia ilmu yang mendalam mengenai agama dan limpahkanlah pengetahuan
tentang ta’wil kepadanya,”. [4]
1.Ulama golongan Hanafiyah mengatakan, lafadz muhkam ialah lafadz yang jelas
petunjuknya, dan tidak mungkin telah dinasikh kan. Sedang lafadz mutasyabih adalah
lafadz yang sama maksud petunjuknya sehingga tidak terjangkau oleh akal pikiran
manusia. Sebab lafadz mutasyabih itu termasuk hal-hal yang diketahui Allah saja
artinya. Contohnya seperti hal-hal yang ghaib.
2.Mayoritas ulama golongan ahlu fiqh yang berasal dari pendapat sahabat Ibnu Abbas
mengatakan, lafadz muhkam ialah lafadz yang tidak bisa dita’wil kecuali satu arah.
Sedangkan lafadz mutasyabih adalah artinya dapat dita’wilkan dalam beberapa segi,
karena masih sama.[5]
3.Madzhab salaf, yaitu para ulama dari generasi sahabat. Mereka berusaha untuk
mengimaninya dan menyerahkan makna serta pengertiannya hanya kepada Allah
SWT. Bagi kaum salaf, ayat – ayat mutasyabihat tidak perlu dita'wilkan. Sebab yang
mengetahui hakikatnya hanyalah Allah SWT, mereka hanya berusaha mengimaninya.
4.Madzhab khalaf, seperti Imam Huramain. Mereka berpendapat bahwa ayat – ayat
mutasyabihat harus ditetapkan maknanya dengan pengertian yang sesuai dan sedekat
mungkin dengan dzat-Nya. Mereka menta'wil lafdz istiwa' (besemayam) dengan
maha berkuasa menciptakan sesuatu tanpa susah payah. Kalimat ja'a rabbuka
7
(kedatangan Allah) dalam Qs. Al-Fajr: 22, dita'wilkan dengan kedatangan
perintahNya. [6]
Sebab adanya ayat Muhkam dan Mutasyabih ialah karena Allah SWT
menjadikan demikian. Allah membedakan antara ayat – ayat yang Muhkam dari yang
Mutasyabih, dan menjadikan ayat Muhkam sebagai bandingan ayat yang Mutasyabih.
Imam Ar-Raghib Al- Asfihani dalam kitabnya Mufradatil Qur’an menyatakan bahwa
sebab adanya kesamaran dalam Alquran terdapat 3 hal, yaitu sebagai berikut:
1.Kesamaran dari aspek lafal saja. Kesamaran ini ada dua macam, yaitu sebagai
berikut:
a.Kesamaran dari aspek lafal mufradnya, karena terdiri dari lafal yang gharib (asing),
atau yang musyatarak (bermakna ganda), dan sebagainya.
b.Kesamaran lafal murakkab disebabkan terlalu ringkas atau terlalu luas. Contoh
tasyabuh (kesamaran) dalam lafal murakkab terlalu ringkas, terdapat di dalam surah
An-Nisa ayat 3:
Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah
wanitawanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat…”
Ayat di atas sulit diterjemahkan. Karena takut tidak dapat berlaku adil terhadap anak
yatim, lalu mengapa disuruh menikahi wanita yang baik-baik, dua, tiga atau empat.
Kesukaran itu terjadi karena susunan kalimat ayat tersebut terlalu singkat.
8
2.Kesamaran dari aspek maknanya, seperti mengenai sifat-sifat Allah SWT, sifat-sifat
hari kiamat, surga, neraka, dan sebagainya. Semua sifat-sifat itu tidak terjangkau oleh
pikiran manusia.
3.Kesamaran dari aspek lafal dan maknanya. Kesamaran ini ada lima aspek, sebagai
berikut:
Artinya: “Maka bunuhlah kaum musyrikin itu di manapun kalian temukan mereka
itu”.
Dalam ayat ini terdapat kesamaran, dalam hal bagaimana cara salat agar dapat
mengingatkan kepada Allah SWT.
9
Dalam ayat ini terjadi kesamaran, sampai kapan batas taqwa yang benar-benar itu.
d. Aspek tempat, seperti tempat mana yang dimaksud dengan balik rumah, dalam ayat
189 surah Al-Baqarah:
1.Muhkam
a.Jika seluruh ayat Al-Qur’an terdiri dari ayat-ayat muhkamat, maka akan sirnalah
ujian keimanan dan amal karena pengertian ayat yang jelas.
b.Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya yang kemampuan bahasa Arabnya lemah.
Sebab arti dan maknanya sudah cukup terang dan jelas.
d.Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati dan mengamalkan isi alQur'an
sebab ayatnya mudah dimengerti dan dipahami.
10
2. Mutasyabih
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Sebab adanya ayat Mutasyabih ialah karena Allah SWT menjadikan demikian.
Imam Ar-Raghib Al- Asfihani dalam kitabnya Mufradatil Qur’an menyatakan bahwa
sebab adanya kesamaran dalam Alquran terdapat 3 hal, yaitu sebagai
11
berikut:Kesamaran dari aspek lafal saja, kesamaran dari aspek maknanya, kesamaran
dari aspek lafal dan maknanya.
Manfaat adanya ayat muhkan dan mutasyabih diantaranya jika seluruh ayat
Al-Qur’an terdiri dari ayat-ayat muhkamat, maka akan sirnalah ujian keimanan dan
amal karena pengertian ayat yang jelas, Apabila seluruh ayat Al-Qur’an
mutasyabihat, niscaya akan padamlah kedudukannya sebagai penjelas dan petunjuk
bagi manusia
B. SARAN
Bagi semua umat Islam, agar kiranya untuk lebih memahami ‘Ulumul Qur’an lebih
mendalam agar bertambah pula iman kita. Dan mengamalkan ajaran-ajaran yang
terkandung dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.
DAFTAR PUSTAKA
12
http://nuhudhiyyah.blogspot.com/2016/06/makalah-ulumul-quran-tentang-
almuhkam.html?m=1 Diakses Pada tanggal 17 Oktober 2019 Pukul 10.00 WIB
http://myrealblo.blogspot.com/2015/11/ulumul-quran-al-muhkam-
walmutasyabih.html?m=1 Diakses Pada Tanggal 17 Oktober 2019 Pukul 11.30 WIB
http://ebdaaprilia.wordpress.com/2013/05/21/makalah-ulumul-quran-
muhkammutasyabih/ Diakses Pada Tanggal 17 Oktober 2019 Pukul 11.45 WIB
13