Anda di halaman 1dari 10

MUHKAM DAN MUTASYABIHAT

TUGAS KELOMPOK 7

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Individu pada Mata Kuliah Studi Al-Qur’an
Kelas E Manajemen

Oleh :

INDAH PERTIWI (12170121661)


M. RICKY PRASETIA (11970115266)

Dosen Pengampu :

Taufik Hidayat SH.I, M.E.Sy.

PROGRAM S1
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU

1444 H/2023 M

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
menciptakan manusia dengan sempurna. Memberikan nikmat terbesar iman dan islam yang
tertancap mantap dilubuk hati kita. Alhamdulillah dan puji syukur kami ucapkan kehadirat-
Nya yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini degan baik dan tepat waktu. Tanpa ridha dan petunjuk dari-Nya mustahil
makalah ini dapat di rampungkan. Sholawat dan salam semoga senantiasa dillimpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya, tabi‟innya, dan seluruh
umatnya yang istiqomah mengikuti tuntunan dan teladan sampai akhir zaman.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Taufik
Hidayat SH.I, M.E.Sy. selaku dosen pengampu mata kuliah Studi Al-Qur‟an sehingga kami
dapat menyelesaika makalah ini dengan judul “MUHKAM DAN MUTASYABIHAT”
Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai
pegangan dalam mempelajari materi tentang Studi Al-Qur‟an. Juga merupakan harapan kami
dengan hadirnya makalah ini, akan mempermudah semua pihak dalam proses perkuliahan
pada mata kuliah Studi Al-Qur‟an.
Kami menyadari pada penyusunan makalah ini, masih banyak kekeliruan, seperti
pepatah yang mengatakan “tiada gading yang tak retak”, kami mengharapkan saran dan
kritik, khususnya dari rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi yang bersifat membangun.
Kesempurnaan hanyalah miliki Allah SWT. Akhir kata, semoga segala dan upaya yang kami
lakukan dapat bermanfaat, amin.

Pekanbaru, 16 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii

BAB I ......................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................... 2

BAB II........................................................................................................................ 3

PEMBAHASAN ........................................................................................................ 3

2.1 Pengertian Muhkam dan Mutasyabihat .............................................................. 3

2.2 Macam – Macam Mutasyabihat ......................................................................... 4

2.3 Pendapat Ulama Mengenai Ayat Muhkam dan Mutasyabihat ............................ 5

2.4 Hikmah dibalik Muhkam dan Mutasyabihat ...................................................... 5

BAB III ...................................................................................................................... 6

PENUTUP .................................................................................................................. 6

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 7

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Al-Qur‟an adalah pedoman, sumber rujukan dan referensi yang tidak terbantahkan
merupakan hal mutlak yang diakui semua orang. Ia teramat mulia dan menjadi senjata
mematikan (mu‟jizat) bagi mereka yang ingkar terhadap ajarannya. Karenanya, segala hal
yang berkaitan dengan masalah al-Qur‟an dipandang mulia dan terpuji. Sejauh mana ia dapat
diresapi dan diamalkan sebagai pedoman, tergantung sejauh mana pula pemahaman kita
terhadap isi kandungannya. Memahami makna Alquran berarti mampu menangkap makna
dan pesan-pesan lahiriah yang terkandung di dalamnya. Pemahaman itu akan dijadikan oleh
umat manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Di antara isi Alquran itu ada yang
dapat dipahami dengan mudah karena ia memiliki makna yang jelas, ayat-ayat Alquran itu
jika dilihat dari aspek maknanya dapat diklasifiksikan kepada dua hal. Pertama ayat
mempunyai makna yang jelas atau pasti, dan kedua ayat yang mempunyai makna yang tidak
jelas. Yang terakhir ini di antaranya dapat dijangkau maknanya oleh manusia melalui ijtihad.
Selain itu, terdapat pula lafal-lafal yang terkandung dalam Alquran yang tidak mungkin
diketahui sama sekali maknanya oleh manusia, seperti ayat yang terdiri dari huruf
muqathth‟ah (huruf potong) yang terdapat di awal sebagian surah. Kajian terhadap makna
ayat seperti inilah yang disebut dengan istilah muhkam wa mutasyabin. Alquran
menyebutkan bahwa di antara ayat-ayatnya ada yang muhkam dan ada pula yang mutasyabih.
(Kadar Yusuf, 2009:78-79)
Oleh sebab itu, studi tentang al-Qur‟an tetap saja masih belum berkesudahan
dikarenakan ilmu yang terkandung di dalamnya teramat luas dan dalam, termasuk masalah
muhkam dan mutasyabih. Muhkamat dan mutasyabih yang dimaksud adalah sebagaimana
yang difirmankan oleh Allah pada Q.S. Ali Imran: 7.
Bila umat Islam tidak memahami dengan baik dan benar keduanya, tentunya akan
menimbulkan permasalahan yang mendasar dalam memahami al Quran. Untuk lebih jelasnya
akan diuraikan secara terinci hal-hal yang berkaitan dengan kedua permasalahan tersebut di
bawah ini.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Muhkam dan Mutasyabihat?
2. Apa saja macam-macam Mutasyabihat?
3. Bagaiman Pendapat Ulama Mengenai Ayat Muhkam dan Mutasyabihat?
4. Apa saja Hikmah dibalik Muhkam dan Mutasyabihat?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui definisi Muhkam dan Mutasyabihat
2. Mengetahui macam – macam Mutasyabihat
3. Mengetahui Pendapat Ulama Mengenai Ayat Muhkam dan Mutasyabihat
4. Mengetahui Hikmah dibalik Muhkam dan Mutasyabihat

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Muhkam dan Mutasyabihat
Muhkam berasal dari kata ihkam yang secara bahasa berarti kekukuhan,
kesempurnaan, keseksamaan dan pencegahan. Akan tetapi semua pengertian tersebut kembali
pada arti dasarnya yaitu pencegahan. Seperti pada kalimat ahkam al Amr yang berarti Dia
menyempurnakan suatu hal dan mencegahnya dari kerusakan (Syadali, 1993: 199).
Sedangkan kata mutasyabih berasal dari kata tasyabuh secara etimologis berarti
keserupaan dan kesamaan yang biasanya membawa kepada kesamaran antara dua hal
(Syadali, 1993: 199).
Selain pengertian berdasarkan bahasa (etimologi), adapun secara terminologi (istilah),
muhkam dan mutasyabih seperti yang diungkapkan oleh para ulama adalah sebagai berikut:
1. Kelompok ahlussunnah berpendapat bahwa ayat-ayat muhkam adalah ayat yang baik
melalui takwil (metafora) ataupun tidak, maksudnya dapat diketahui dengan
gamblang, Sementara itu, ayat-ayat mutasyabih adalah ayat yang maksudnya hanya
dapat diketahui oleh Allah, seperti saat kedatangan hari kiamat, keluarnya Dajjal, dan
huruf-huruf muqaththa‟ah.
2. Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang maknanya jelas, sedangkan ayat-ayat mutasyabih
sebaliknya.
3. Ibn Abbas mendefinisikan ayat-ayat muhkam sebagai ayat yang tidak memunculkan
kemungkinan sisi arti lain, sedangkan ayat-ayat mutasyabih yaitu ayat yang
mempunyai kemungkinan sisi arti banyak.
4. Al-Mawardi mengemukakan bahwa ayat-ayat muhkam adalah ayat yang maknanya
dapat dipahami akal, seperti bilangan rakaat shalat, kekhususan bulan Ramadhan
untuk pelaksanaan puasa wajib, sedangkan ayat-ayat mutasyabih sebaliknya.
5. Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang dapat berdiri sendiri (dalam pemaknaannya),
sedangkan ayat-ayat mutasyabih bergantung pada ayat lain.
6. Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang tanpa pentakwilan, maksudnya segera dapat
diketahui, sedangkan ayat-ayat mutasyabih memerlukan pentakwilan untuk
mengetahui maksudnya.

3
7. Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang berbicara tentang kefarduan, ancaman, dan janji,
sedangkan ayat-ayat mutasyabih berbicara tentang kisah-kisah dan perumpamaan-
perumpamaan.
Muhkam adalah kata yang dipakai oleh Al-Qur‟an untuk menunjuk ayat yang terang
makna dan lafalnya yang diletakkan untuk suatu makna yang kuat dan mudah dipahami.
Sedangkan mutasyabih adalah kata yang dipakai oleh Al-Qur‟an untuk menunjuk ayat yang
bersifat global (mujmal) yang membutuhkan ta‟wil (mu‟awal) dan sukar dipahami (musykil),
sebab ayat-ayat yang mujmal membutuhkan rincian; ayat-ayat yang mu‟awal, baru dapat
diketahui maknanya setelah dita‟wilkan, dan ayat-ayat yang musykil samar maknanya dan
sukar dimengerti.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa muhkam adalah ayatayat yang
maknanya sudah jelas, tidak samar lagi. Adapun mutasyabih adalah ayat-ayat yang maknanya
belum jelas sehingga memerlukan pentakwilan untuk mengetahui maksudnya.

2.2 Macam – Macam Mutasyabihat


Menurut Abdul Jalal, macam-macam ayat Mutasyabihat ada tiga macam:
1. Ayat-ayat Mutasyabihat yang tidak dapat diketahui oleh seluruh umat manusia,
kecuali Allah SWT. contohnya, seperti Dzat Allah SWT, hakikat sifat-sifat-Nya,
waktu datangnya hari kiamat, dan sebagainya. Dan hal ini terdapat dalam QS. Al-
An‟am ayat 59 :

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tak ada yang mengetahuinya,
kecuali Dia sendiri” (QS. al-An‟am : 59)
2. Ayat-ayat yang Mutasyabihat yang dapat diketahui oleh semua orang dengan jalan
pembahasan dan pengkajian yang mendalam. Contoh: pencirian mujmal, menentukan
mutasyarak, mengqayyidkan yang mutlak, menertibkan yang kurang tertib.
3. Ayat-ayat Mutasyabihat yang hanya dapat diketahui oleh para pakar ilmu dan sains,
bukan oleh semua orang, apa lagi orang awam. Hal ini termasuk urusan-urusan yang
hanya diketahui Allah SWT dan orang-orang yang rosikh (mendalam) ilmu
pengetahuan.

4
2.3 Pendapat Ulama Mengenai Ayat Muhkam dan Mutasyabihat
Pada dasarnya perbedaan pendapat para ulama dalam menanggapi sifat-sifat
mutasyabihat dalam al-Quran dilatarbelakangi oleh perbedaan pemahaman atas firman Allah
SWT dalam Al-Quran Surat Ali Imran ayat 7.

Subhi Al-Shalih membedakan pendapat para ulama ke dua madzhab, yaitu: Madzhab
Salaf, Yaitu orang-orang yang mempercayai dan mengimani sifat-sifat mutasyabihat ini dan
menyerahkan hakikatnya kepada Allah sendiri. Para ulama salaf mengharuskan kita berwaqaf
(berhenti) dalam membaca QS. Ali Imran ayat 7 pada lafal jalalah. Madzhab Muffawidah
atasu tajwid. Dan Madzhab Khalaf Yaitu orang orang yang mentaqwilkan (menaggulkan)
lafal yang mustahil dzahirnya kepada makna yang layak dengan zat Allah. Dalam
memaahami QS. Ali Imran ayat 7 mazhab ini mewakafkan bacaan mereka pada lafal
“Warrasikhuna fil „Ilmi”. Madzhab ini juga madzhab Mu‟awwilah atau Madzhab Takwil.

2.4 Hikmah dibalik Muhkam dan Mutasyabihat


Di bawah ini ada beberapa hikmah tantang adanya ayat-ayat muhkam dam
Mutasyabih, diantara hikmahnya adalah:
1. Andai seluruh ayat Al-Quran terdiri dari ayat-ayat muhkamat, maka akan sirnalah
ujian keimanan dan amal karena pengertian ayat yang jelas.
2. Apabila seluruh ayat Al-Quran Mutasyabihat, nisaya akan padamlah kedudukannya
sebagai penjelas dan petunjuk bagi, manusia orang yang benar keimanannya yakin
bahwa Al-Quran seluruhnya dari sisi Allah, segala yang datang dari sisi Allah pasti
hak dan tidak mungkin bercampur dengan kebatilan.

“Tidak akan datang kepadanya (Al-Quran) kebatilan, baik dari depan maupun
belakang, ynag diturunkan dari tuhan yang Maha Bijaksana;lagi Maha Terppuji”.
(QS. Fushilat [41]: 42)
3. Memperhatikan kelemahan akal manusia. Teguran bagi orang-orang yang ngotak-
ngatik ayat Mutasyabih.
4. Membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia. Kelima, Mendorong kegian
mempelajari disiplin ilmu pengetahuan yang bermacam-macam

5
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ayat muhkam ialah ayat-ayat yang maknanya sudah jelas, dapat menghilangkan
musykilah dan kemungkinan-kemungkinan yang ada seperti yang dikemukakan oleh Ibnu
Hazm. Adapun ayat Mutasyabih ialah Ayat-ayat yang tidak diketahui makna yang
sebenarnya oleh siapapun kecuali Allah saja. Ayat yang memiliki banyak tafsiran. Ayat yang
tidak bisa dipahami menurut zhahir lafal sehingga membutuhkan keterangan lain.
Mengenai macam-macam ayat Mutasyabih ulama membaginya kedalam dua bagian,
pertama, Ayat-ayat yang Mutasyabihat yang dapat diketahui oleh semua orang dengan jalan
pembahasan dan pengkajian yang mendalam. Contoh: pencirian mujmal, menentukan
mutasyarak, mengqayyidkan yang mutlak, menertibkan yang kurang tertib. Kedua, Ayat-ayat
Mutasyabihat yang hanya dapat diketahui oleh para pakar ilmu dan sains, bukan oleh semua
orang, apa lagi orang awam. Hal ini termasuk urusan-urusan yang hanya diketahui Allah
SWT dan orang-orang yang rosikh (mendalam) ilmu pengetahuan.
Adapun sebagian hikmah yang dapat diambil dari adanya ayat-ayat Muhkam dan
Mutasyabih adalah Apabila seluruh ayat Al-Qur‟an Mutasyabihat, nisaya akan padamlah
kedudukannya sebagai penjelas dan petunjuk bagi, manusia orang yang benar keimanannya
yakin bahwa Al-Quran seluruhnya dari sisi Allah, segala yang datang dari sisi Allah pasti hak
dan tidak mungkin bercampur dengan kebatilan. “Tidak akan datang kepadanya (Al-Quran)
kebatilan, baik dari depan maupun belakang, ynag diturunkan dari tuhan yang Maha
Bijaksana;agi Maha Terppuji”. (QS. Fushilat [41]: 42).

6
DAFTAR PUSTAKA
Badruddin, „Ulumul Qur‟an prinsip-prinsip dalam Pengkajian Ilmu Tafsir Al-Qu‟ran (Serang:
A-empat, 2020) cet ke-1, hal. 124-125.
Dewi, D. R., & Hutomo, G. S. (2020). Hikmah dan Nilai-nilai Pendidikan Adanya Ayat-ayat
Muhkamat dan Mutasyabihat dalam Al-Qur‟an. Islamika, 2(1), 63-83.
Firdausi, M. A. (2015). Membincang Ayat-Ayat Muhkam Dan Mutasyabih. ULUL ALBAB
Jurnal Studi Islam, 16(1), 80-88.
Muhammad Chirzin, Al-Qur‟an dan Ulumul Qur‟an, (Yogyakata: PT Dana Bhakti Prima
Yasa, 1998), hal. 70-72
Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur‟an, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2007), hal. 121-122.
Saefullah, E. (2022). Muhkam dan Muyasyabih. Mushaf: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Hadits
Yanti, N. (2016). Memahami Makna Muhkamat dan Mutasyabihat dalam Al-Quran. Al-
Ishlah: Jurnal Pendidikan, 8(2), 246-256.

Anda mungkin juga menyukai