DISUSUN OLEH
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi rahmat, taufik dan
hidayah-Nya kepada Penulis, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW dan para sahabat dari dulu, sekarang hingga ahir zaman.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang tak terhingga
kepada Bapak H. Usep Rostandi,MA yang telah memberikan ilmu dan
bimbingannya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “MUNASABAH ALQURAN DAN MUNASABAH SURAT AL-
ANBIYA DENGAN AL-HAJJ” karena telah menyelesaikan makalah yang
merupakan tugas dan kewajiban kami sebagai mahasiswa.
Dalam makalah ini Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan
kesalahan, “Bahwa tidak ada gading yang tak retak dan bukanlah gading kalau
tidak retak” oleh karena itu dengan segala kerendahan hati mohon kritik dan saran
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT, penulis berserah diri. Semoga
makalah ini dapat menambah wawasan dan member manfaat bagi semua. Amin,
Ya Rabal ‘Alamiin.
Muhammmad Sufyan
Tsauri
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
1
Masalah yang diangkat dalam makalah ini terlalu luas jika dibahas secara
menyeluruh. Maka dari itu agar masalah tidak melebar kemana-mana penulis
hanya mencantumkan pembahasan yang berhubungan dengan Munasabah
Alquran dan munasabah surat al-anbia dengan surat al-hajj.
1.3. RumusanMasalah
Mengingat urgensi dari ilmu munasabah itu sangatlah penting, dalam menelaah
Al-Quran, maka tujuan dari makalah ini sebagai berikut :
1.5. Manfaat
2
5. Dapat mengetahui munasabah Quran surat Al-Anbiya dengan Al-Hajj ?
Metode yang di pakai dalam karya tulis ini adalah :Metode Studi Pustaka.
Pengumpulan informasi yang dibutuhkan dilakukan dengan mencari referensi-
referensi yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan, referensi dapat
diperoleh dari buku-buku atau internet.
3
BAB 2
PEMBAHASAN
3
Prof.Dr.H.Rahmat syafe’I MA, Pengantar Ilmu Tafsir, (pustaka setia) hlm. 37
4
M.Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran (Bandung,Mizan,cet IV, 1996) hlm. 319
5
Drs, Abu Anwar,Mag ;Ulumul Quran Sebuah Pengantar; Amzah: hlm 61
4
Secara terminologis, munasabah adalah kemiripan-kemiripan yang
terdapat pada hal-hal tertentu dalam Al-Quran baik surat maupun ayat-ayatnya
yang menghubungkan uraian satu dengan yang lainya.
Menurut bahasa, munasabah berarti hubungan atau relevansi, yaitu
hubungan persesuaian antara ayat atau surat yang satu dengan ayat atau surat yang
sebelum atau sesudahnya. Ilmu munasabah berarti ilmu yang menerangkan
hubungan antara ayat atau surat yang satu dengan ayat atau surat yang lainnya.
Menurut istilah, ilmu munasabah / ilmu tanasubil ayati was suwari ini
ialah ilmu untuk mengetahui alasan-alasan penertiban dari bagian-bagian Al-
Qur’an yang mulia.
Ilmu ini menjelaskan segi-segi hubungan antara beberapa ayat / beberapa
surat Al-Qur’an. Apakah hubungan itu berupa ikatan antara ‘am (umum) dan
khusus / antara abstrak dan konkret / antara sebab-akibat atau
antara illat dan ma’lulnya, ataukah antara rasional dan irasional, atau bahkan
antara dua hal yang kontradiksi. Jadi pengertianmunasabah itu tidak hanya sesuai
dalam arti yang sejajar dan paralel saja. Melainkan yang kontradiksipun
termasuk munasabah, seperti sehabis menerangkan orang mukmin lalu orang kafir
dan sebagainya. Sebab ayat-ayat Al-Qur’an itu kadang-kadang
merupakan takhsish (pengkhususan) dari ayat-ayat yang umum. Dan kadang-
kadang sebagai penjelasan yang konkret terhadap hal-hal yang abstrak.
Sering pula sebagai keterangan sebab dari suatu akibat seperti kebahagiaan
setelah amal sholeh dan seterusnya. Jika ayat-ayat itu hanya dilihat sepintas,
memang seperti tidak ada hubungan sama sekali antara ayat yang satu dengan
yang lainnya, baik dengan yang sebelumnya maupun dengan ayat yang
sesudahnya. Karena itu, tampaknya ayat-ayat itu seolah-olah terputus dan terpisah
yang satu dari yang lain seperti tidak ada kontaknya sama sekali. Tetapi kalau
diamati secara teliti, akan tampak adanyamunasabah atau kaitan yang erat antara
yang satu dengan yang lain.
Karena itu, ilmu munasabah itu merupakan ilmu yang penting, karena
ilmu itu bisa mengungkapkan rahasia kebalaghahan Al-Qur’an dalam menjangkau
sinar petunjuknya.
5
2.2. Pendapat-pendapat ulama tentang Munasabah
6
M.Quraish Shihab, metode penelitian tafsir, (makalah)
6
1) Ijma’ sahabat terhadap mushaf Utsman. Ijma’ ini tak akan mungkin
terjadi kecuali kalau tertib itu tauqifiy, seandainya
bersifat ijtihadiy, niscaya pemilikmushaf lainnya akan berpegang
teguh pada mushafnya.
2) Hadist tentang hijzb Al-Quran yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad dan Dawud dari Huzaifah As-Syaqafi. Dengan meneliti
pembagian yang dikemukakan hadis tersebut didapatkan
pembagian Al-Quran dalam tujuh bagian yang seimbang.
3) Hadis Ibn Abbas tentang alasan penyatuan surat At-Taubah dan
Al-Anfal. Ibn Hajar menyatakan bahwa kebijakan tersebut
menunjukkan bahwa susunan Al-Quran taukifi, hanya karna Nabi
tidak menjelaskan kepada Usman, maka surat At-Taubat disatukan
dengan surah Al-Anfal. Selanjutnya Ibn Hajar menyatakan
dalam mushaf Ibn Mas’ud terdapat basmalah di awal surat At-
Taubah, tetapi tidak diambil oleh lembaga.
4) Nabi sering membaca Al-Quran dengan tertib surat yang ada pada
sekarang.
C. Tertib surat sebagian taukifi dan sebagian ijtihadiy. Di antara yang
berpendapat demikian adalah Al-Baihaqi. Menurutnya: “seluruh surat
susunannya berdasarkan tauqif Rasul kecuali surat Baraah dan Al-Anfal”.
Al-Qhadi Abu Muhammad Ibn Athiyah termasuk golongan ini. Dan alasan
lainnya:
1) Ternyata tidak semua nama-nama surah itu diberikan oleh Allah,
tapi sebagiannya diberikan oleh Nabi dan bahkan ada yang
diberikan oleh para sahabat. Adapun yang diberikan oleh Allah
adalah misalnya surat Al-Baqarah, At-Taubah, Ali Imran dll.
Nama surah yang diberikan oleh Nabi adalah yang Nabi sendiri
menyebutkan surah tersebut, seperti surah Thaha dan Yasin. Oleh
para sahabat seperti Al-Baro’ah, yaitu surat yang di awali dengan
lafal basmalah.
7
2. Tentang Munasabah.
Ilmu munasabah yang juga disebut dengan “Tanasubil Aayati Wassuwari”
pertama kali di cetus oleh Imam Abu Bakar An-Naisaburi (wafat tahun 324 H,
Kemudian disusul oleh Abu Ja’far ibn Zubair yang mengarang kitab “Al-Burhanu
fi Munasabati Suwaril Qur’ani” dan diteruskan oleh Burhanuddin Al-Buqai yang
menulis kitab “Nudzumud Durari fi Tanasubil Aayati Wassuwari” dan As-Suyuthi
yang menulis kitab “Asraarut Tanzilli wa Tanaasuqud Durari fi Tanaasubil
Aayati Wassuwari” serta M. Shodiq Al-Ghimari yang mengarang kitab
“Jawahirul Bayani fi Tanasubi Wassuwari Qur’ani”.
Pada bagian ini muncul pertanyaan, apakah ilmu munasabah itu ada atau
tidak?, dari pertanyaan ini muncul dua pendapat yang berbeda sebagai
jawabannya. Pertama,pihak yang mengatakan secara pasti pertalian yang erat
antara surat dengan surat dan antara ayat dengan ayat (munasabah). Pihak ini
diwakili oleh As-Syaikh ‘Izz Ad-Din Ibn ‘Abd As-Salam atau ‘Abd Al-‘Aziz Ibn,
Abd As-Salam (577-600 H).
Menurut aliran ini, munasabah adalah ilmu yang mensyaratkan bahwa
baiknya kaitan pembicaraan ( ) الكالم ارتبطitu bila antara permulaan dan akhiranya
terkait menjadi satu. Apabila hubungan itu terjadi dengan sebab yang berbeda-
beda, tidaklah diisyaratkan adanya pertalian salah satunya dengan yang lain.
Kalau Al-Munasabah ditinjau secara terminologis, dalam hal
ini munasabah bisa berarti suatu pengetahuan yang di peroleh secara Aqli dan
bukan di peroleh secaratauqifi. Dengan demikian, akallah yang berusaha mencari
dan menemukan hubungan-hubungan, pertalian, atau keserupaan antara sesuatu
itu. Demikian Az-Zarkasyi mengemukakan pendapatnya tentang
persoalan munasabah.
Pendapat lain yang mengatakan adanya munasabah dalam Al-Quran juga
di kemukakan oleh Mufassir, diantaranya As-Syuyuti, Al-Qaththan, Fazlurrahman
Dll.
Pihak kedua, mengatakan bahwa tidak perlu ada munasabah ayat, sebab
pristiwa-pristiwa tersebut saling berlainan. Al-Quran disusun dan diturunkan
serta diberi hikmah secara tauqifi dan tersusun atas petunjuk Allah.
8
Terlepas dari kedua pendapat diatas , munasabah telah merupakan bagian tak
terpisahkan dari ‘ulum Al-Quran. Apakah
adanya munasabah itu ijtihadi atau tauqifibarangkali akan dapat dijawab ketika
memperhatikan telaah tentang kaitan ayat dengan ayat atau surat dengan surat.
2.3.Macam-macam munasabah
Pada garis besarnya munasabah itu menyangkut pada dua hal, yaitu
hubungan antara ayat dengan dan hubungan surat dengan surat.
Dua pokok hubungan itu di perincian sebagai berikut.
a. Hubungan ayat dengan ayat meliputi :
1) Hubungan kalimat dengan kalimat dalam ayat.
2) Hubungan ayat dengan ayat dalam satu surat.
3) Hubungan penutup ayat dengan kandungan ayatnya.
b. Hubungan surat dengan surat meliputi:
1) Hubungan awal uraian dengan ahir uraian surat.
2) Hubungan nama surat dengan tujuan turunnya.
3) Hubungan surat dengan surat sebelumnya.
4) Hubungan penutup surat terdahulu dengan awal surat berikutnya.
9
Namun, ada juga hubungan yang tidak jelas. Kandungan makna suatu ayat
menjadi kabur karena kaitan kalimat satu dengan kalimat lain tidak di pahamkan
secara utuh. Hubungan “tidak” yang mengakibatkan samar-nya makna suatu ayat
bila dikaitkan dengan kalimat berikutnya dipersambung oleh ma’tuf ( معطوفhuruf
athof). Muhammad ‘Abduh memberikan tekanan dan perhatian pada ayat-ayat
yang dimulai dengan ياايهال[[ذى امن[[و. Tetapi Al-Baqi’i justru menyatakan bahwa
semua ayat bahkan kalimat-kalimat dalam Al-Quran mempunyai ikatan satu sama
lain.
Hubungan antara ayat dengan ayat dalam Al-Quran terbagi dalam dua
macam.Pertama, hubungan yang sudah jelas antara kalimat terdahulu dengan
kalimat kemudian, atau akhir kalimat dengan awal kalimat berikutnya, atau
masalah yang terdahulu dengan masalah yang dibahas kemudian. Hubungan ini
dapat berbentuk تشديد, اعتراض, danتفسير.
Kedua,hubungan belum jelas antara ayat dengan ayat atau kalimat dengan
kalimat. Hubungan demikian terdiri dari dua macam lagi, yaitu ال تكون معطفةdan تكون
معطوفة
A. Ma’thufah
Secara umum dapat dikatakan bahwa adanya huruf ‘athof ini
mengisyaratkan adanya hubungan pembicaraan. Ini dapat dilihat misalnya dalam
surat Al-Baqoroh (2): 245 :
)٢٤٥( َو ُهَّللا َيْقِبُض َو َيْبُس ُط َوِإَلْيِه ُتْر َج ُعوَن
Namun demikian, ayat-ayat yang ma’thuf itu dapat diteliti melalui bentuk susunan
berikut.
1) ( المض[[[ا دةperlawanan/bertolak belakang antara satu
kata dengan kata yang lain)
Misalnya kata الرحمةdisebut setelah العاذاب. kata الرغبةsesudah ; الرهب[[ةmenyebut
janji dan ancaman sesudah menyebut hukum-hukum. Hubungan ini banyak
terdapat dalam surah Al-Baqarah, An-Nisa, Al-Maidah.
Misal lain seperti dalam surah Al-Baqarah;6 :
)٦( ِإَّن اَّلِذ يَن َكَفُروا َس َو اٌء َع َلْيِه ْم َء َأْنَذ ْر َتُهْم َأْم َلْم ُتْنِذ ْر ُهْم ال ُيْؤ ِم ُنوَن
10
artinya :Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri
peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.
Ayat ini menerangkan watak orang kafir yang pembangkang, keras kepala, tidak
percaya kepada kitab-kitab Allah. Sedangkan pada ayat sebelumnya Allah
menerangkan watak orang mukmin yang berlawanan dengan orang-orang
kafir. Al-Baqarah (2);3-4 :
)َو اَّلِذ يَن ُيْؤ ِم ُنوَن ِبَم ا ُأْنِز َل ِإَلْيَك َو َم ا ُأْن ِز َل ِم ْن٣( اَّلِذ يَن ُيْؤ ِم ُنوَن ِباْلَغْيِب َو ُيِقيُم وَن الَّصالَة َو ِمَّم ا َر َز ْقَناُهْم ُيْنِفُقوَن
)٤( َقْبِلَك َو ِباآلِخَرِة ُهْم ُيوِقُنوَن
Artinya: (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat,
dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.(3) Dan
mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan
Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya
(kehidupan) akhirat.(4)
2) ( االستطرادpindah kekata lain yang ada hubungannya atau
penjelasannya lebih lanjut)
Misal-nya surah Al-Ara’af; 26 :
َيا َبِني آَد َم َق ْد َأْنَز ْلَن ا َع َلْيُك ْم ِلَباًس ا ُي َو اِر ي َس ْو آِتُك ْم َو ِر يًش ا َو ِلَب اُس الَّتْق َو ى َذ ِل َك َخْي ٌر َذ ِل َك ِم ْن آَي اِت ِهَّللا َلَع َّلُهْم
)٢٦( َيَّذ َّك ُروَن
Artinya ;Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian
untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian takwa.
Itulah yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda
kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat.
Ayat tersebut menjelaskan tentang nikmat Allah. Sedang Ditengah dijumpai kata
َو ِلَب اُس الَّتْق َو ىyang mengalihkan pada penjelasan ini (pakaian). Dalam hal ini
munasabah yang dapat dilihat adalah antara menutup tubuh atau aurat dengan
kata-kata taqwa.
11
3) ( التخلصmelepaskan kata kesatu ke kata lain, tetapi masih
berkaitan)
Misalnya ayat 35 surat An-Nur (24) :
ُهَّللا ُنوُر الَّسَم اَو اِت َو األْر ِض َم َثُل ُنوِر ِه َك ِم ْش َك اٍة ِفيَها ِم ْص َباٌح اْلِم ْص َباُح ِفي ُز َج اَجٍة الُّز َج اَج ُة َك َأَّنَها َك ْو َك ٌب ُدِّرٌّي
ُيوَقُد ِم ْن َش َجَرٍة ُمَباَر َك ٍة َزْيُتوَنٍة ال َشْر ِقَّيٍة َو ال َغْر ِبَّيٍة َيَكاُد َزْيُتَها ُيِض يُء َو َلْو َلْم َتْمَس ْسُه َناٌر ُنوٌر َع َلى ُنوٍر َيْهِد ي
)٣٥( ُهَّللا ِلُنوِر ِه َم ْن َيَش اُء َو َيْض ِر ُب ُهَّللا األْم َثاَل ِللَّناِس َو ُهَّللا ِبُك ِّل َش ْي ٍء َع ِليٌم
َيْس َأُلوَنَك َع ِن األِهَّلِة ُقْل ِهَي َم َو اِقيُت ِللَّناِس َو اْلَح ِّج َو َلْيَس اْلِب ُّر ِب َأْن َت ْأُتوا اْلُبُي وَت ِم ْن ُظُهوِر َه ا َو َلِكَّن اْلِب َّر َمِن
)١٨٩( اَّتَقى َو ْأُتوا اْلُبُيوَت ِم ْن َأْبَو اِبَها َو اَّتُقوا َهَّللا َلَع َّلُك ْم ُتْفِلُحوَن
Artinya ; Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit
itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; dan bukanlah
kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah
kebajikan orang yang bertakwa. dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-
pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.
Pada masa jahiliyah, orang-orang yang berihram di waktu haji, mereka memasuki
rumah dari belakang bukan dari depan. hal ini ditanyakan pula oleh Para sahabat
kepada Rasulullah s.a.w., Maka diturunkanlah ayat ini. Ini merupakan
perumpamaan orang yang suka membolak-balikkan pertanyaan. Pertanyaan
demikian tidak baik.
12
B. Tidak Ada Ma’thufah
Dalam hal ini tidak ada ma’thufah dapat dicari hubungan maknawiyah-nya,
seperti hubungan sebab akibat. Ada tiga bentuk, yaitu ;
1) ( التنظيرberhampiran/berserupaan)
)َك َم ا َأْخ َر َج َك َر ُّب َك ِم ْن َبْيِت َك اْلُم ْؤ ِم ُن وَن ِب اْلَح ِّق٤( ُأوَلِئَك ُهُم َح ًّقا َلُهْم َد َر َج اٌت ِع ْنَد َر ِّبِه ْم َو َم ْغ ِفَر ٌة َو ِر ْز ٌق َك ِريٌم
)٥( َو ِإَّن َفِريًقا ِم َن اْلُم ْؤ ِمِنيَن َلَك اِرُهوَن
Huruf al-kaf ( )َكpada ayat lima berfungsi sebagai pengingat dan sifat bagi fi’il
yang tersembunyi () مضمر فعل. Hubungan itu tampak dari jiwa itu. Maksud ayat
itu, Allah menyuruh untuk mengerjakan urusan harta rampasan, seperti yang
kalian lakukan pada perang badar meskipun kaummu membenci cara demikian
itu. Allah SWT menurunkan ayat ini agar kaum Nabi Muhammad SAW
mengingat nikmat yang telah diberikan Allah dengan diutusnya Rasul dari
kalangan mereka (surat Al-Baqarah(2)151) : َك َم ا َأْر َس ْلَنا ِفيُك ْم َر ُسوال ِم ْنُك ْم, sebagai mana
juga kaummu membencimu (Rasul) ketika engkau mengajak mereka keluar dari
rumah untuk berjihad. Hubungan ini terjadi dengan ayat yang jauh sebelumnya.
[26]
Missal-nya surat Al-A’raaf ; 26, tentang pakaian takwa lebih baik. Allah
menyebutkan pakaian itu untuk mengingatkan manusia bahwa pakain penutup
aurat itu lebih baik. Pakain berfungsi sebagai alat untuk memperbagus apa yang
telah Allah ciptakan. Pakaian adalah penutup aurat dan kebejatan karena
membuka aurat adalah hal yang jelak dan bejat. Sedangkan penutup aurat adalah
pintu takwa.
3) ( المضا دةperlawanan)
13
Misalnya surat Al-Baqarah (2); 6 :
)٦( ِإَّن اَّلِذ يَن َكَفُروا َس َو اٌء َع َلْيِه ْم َء َأْنَذ ْر َتُهْم َأْم َلْم ُتْنِذ ْر ُهْم ال ُيْؤ ِم ُنوَن
Artinya; Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri
peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.
Allah tidak memberi petunjuk kepada mereka yang kafir itu. Ayat ini berlawanan
dengan ayat-ayat sebelumnya yang menyebutkan tentang kitab, orang mukmin,
dan petunjuk. Hal ini berkaitan dengan ayat 23 surat Al-Baqarah ;
( َو ِإْن ُكْنُتْم ِفي َر ْيٍب ِمَّم ا َنَّز ْلَنا َع َلى َع ْبِد َنا َفْأُتوا ِبُسوَرٍة ِم ْن ِم ْثِلِه َو اْد ُعوا ُش َهَداَء ُك ْم ِم ْن ُدوِن ِهَّللا ِإْن ُكْنُتْم َص اِدِقيَن
)٢٣
Empat hal itu terlihat dalam urutan ayat sebagai berikut : اْلَحْم ُد ِهَّلِل َر ِّب
اْلَع اَلِم يَنmenunjukkan tentang ketuhanan, Allah penguasa seluruh jagat raya ini.
Jagat raya ini akan bersimpuh kepada Allah pada hari kiamat ( ) َم اِلِك َيْو ِم الِّديِن. Ayat
ini menunjukkan ke situlah manusia akan kembali, kepada tuhan pencipta ()المعاد.
Oleh karena itu, ayat ِإَّي اَك َنْعُب ُد َو ِإَّي اَك َنْس َتِع يُنmenunjukkan bahwa untuk kembali
kepada Tuhan dengan selamat. Manusia hendaklah mengabdi dan pasrah diri dan
sepenuhnya kepada Allah semata. اْهِد َنا الِّص َر اَط اْلُم ْسَتِقيَمdan seterusnya menunjukkan
adanya ketentuan Tuhan.
14
3. Hubungan Penutup(( فواصل و فاصلةDan Kandungan Ayat
Hubungan seperti ini terdiri dari empat macam, yaitu :
a) Tamkin ))التمكين
)٢٥( َو َر َّد ُهَّللا اَّلِذ يَن َكَفُروا ِبَغْيِظ ِه ْم َلْم َيَناُلوا َخْيًرا َو َكَفى ُهَّللا اْلُم ْؤ ِمِنيَن اْلِقَتاَل َو َك اَن ُهَّللا َقِو ًّيا َع ِزيًز ا
Artinya : Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang Keadaan mereka
penuh kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh Keuntungan apapun. dan Allah
menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan. dan adalah Allah Maha kuat
lagi Maha Perkasa.
Dari ayat ini dipahami bahwa Tuhan menghindarkan orang mukmin dari perang
disebabkan kelemahan mereka (orang-orang kafir), karena angin kencang atau
malaikat yang dikirim Allah. Pemahaman yang kurang lurus ini diluruskan
dengan fhasilah artinya Allah berkuasa memisahkan antara dua golongan dalam
perang tersebut (dalam perang badar). Kejadian ini menguatkan orang-orang
beriman agar mereka merasa bahwa orang-orang mukmin lah yang menang.
QS. Al-Maidah: 39 : َفَم ْن َتاَب ِم ْن َبْع ِد ُظْلِمِه َو َأْص َلَح َفِإَّن َهَّللا َيُتوُب َع َلْيِه
QS. Al-Ahzab: 37: َو َتْخ َش ى الَّناَس َو ُهَّللا َأَح ُّق َأْن َتْخ َش اُه
QS. Al-Anbiya; 37: ُخ ِلَق اإلْنَس اُن ِم ْن َع َجٍل َس ُأِريُك ْم آَياِتي َفال َتْسَتْع ِج ُلوِن
QS. An-Nisa: 166: َلِكِن ُهَّللا َيْش َهُد ِبَم ا َأْنَز َل ِإَلْيَك َأْنَز َلُه ِبِع ْلِمِه َو اْلَم الِئَك ُة َيْش َهُد وَن َو َكَفى ِباِهَّلل َش ِهيد
c) Tausikh ()التوشيخ
15
Kandungan fashilah ayat-ayat sudah tersirat dalam rangakaian kalimat
sebelumnya dalam suatu ayat. Misal surat Al-Baqarah(2) 20:
َيَكاُد اْلَبْر ُق َيْخ َطُف َأْبَص اَر ُهْم ُك َّلَم ا َأَض اَء َلُهْم َم َش ْو ا ِفيِه َوِإَذ ا َأْظَلَم َع َلْيِه ْم َقاُم وا َو َلْو َش اَء ُهَّللا َلَذ َهَب ِبَسْمِع ِه ْم
)٢٠( َو َأْبَص اِرِهْم ِإَّن َهَّللا َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد يٌر
d) Al-Ighal ()االيغال
)٥٠( َأَفُح ْك َم اْلَج اِهِلَّيِة َيْبُغ وَن َو َم ْن َأْح َس ُن ِم َن ِهَّللا ُح ْك ًم ا ِلَقْو ٍم ُيوِقُنوَن
persesuaian fashilah-nya dengan kalimat sebelumnya lalu ditambah dengan ِلَقْو ٍم
ُيوِقُنوَن. QS. An-Naml(27): 80 :
)٨٠( ِإَّنَك ال ُتْس ِم ُع اْلَم ْو َتى َو ال ُتْس ِم ُع الُّص َّم الُّد َعاَء ِإَذ ا َو َّلْو ا ُم ْد ِبِريَن
Makna kalimat ini telah lengkap sampai ke الُّد َعاء, lalu ditambahkan seterusnya ِإَذ ا
َو َّلْو ا ُم ْد ِبِريَنuntuk menyempurnakan hubungan dengan Fashilahayat sebelumnya.
16
Nabi Muhammad. Nabi Musa pada mulanya menghadapi Fira’un yang kuat,
namun kemudian pada akhirnya menemukan kemenangan dari cengkeraman
Fira’un. Sementara di akhir surat memberikan kabar gembira kepada Nabi
Muhammad yang menhadapi tekanan dari kaumnya, Muhammad pun
memperoleh kemenangan juga, yaitu Fath Makkah pada tahun VIII hijrah. Dalam
kisah ini kita memperoleh gambaran tentang adanya kesamaan keadaan dan
proses yang dihadapi antara Nabi Musa dab Nabi Muhammad SAW.
Contoh lain juga ada pada surat Al-Mukminun (23) dan surat Shad (38).
17
b. Karena ada persesuaian antara akhir suatu surat dengan permulaan surat
berikutnya. Misalnya akhir surat Al-Fatihah dengan permulaan surat Al-Baqarah.
c. Dapat dilihat melalui الوزنdalam lafadznya. Misalnya, ahir surat Al-Lahab
dengan permulaan surat Al-Ikhlas.
d. Adanya kemiripan (bahkan sama) dalam bilangan ayat dalam ayat dalam
suatu surat dengan surat berikutnya. Misalnya, bilangan surat الضحيdan الم نشراح
َيا َأُّيَها الَّناُس اَّتُقوا َر َّبُك ُم اَّلِذ ي َخ َلَقُك ْم ِم ْن َنْفٍس َو اِحَدٍة َو َخ َلَق ِم ْنَها َز ْو َجَها َو َبَّث ِم ْنُهَم ا ِر َج اال َك ِثيًرا َو ِنَس اًء َو اَّتُق وا
)١( َهَّللا اَّلِذ ي َتَس اَء ُلوَن ِبِه َو األْر َح اَم ِإَّن َهَّللا َك اَن َع َلْيُك ْم َرِقيًبا
18
a. Mengetahui persambungan hubungan antara bagian Al-Qur’an, baik antara
kalimat-kalimat atau ayat-ayat maupun surat-suratnya yang satu dengan
yang lainnya. Sehingga lebih memperdalam pengetahuan dan pengenalan
terhadap kitab Al-Qur’an dan memperkuat keyakinan terhadap kewahyuan
dan kemukjizatan. Karena itu, Izzudin Abdul Salam mengatakan, bahwa
ilmu munasabah itu adalah ilmu yang baik sekali. Ketika menghubungkan
kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Beliau mensyaratkan harus
jatuh pada hal-hal yang berkaitan betul-betul, baik di awal atau diakhirnya.
b. Dengan ilmu munasabah itu dapat diketahui mutu dan tingkat kebahagiaan
bahasa Al-Qur’an dan konteks kalimat-kalimatnya yang satu dengan yang
lain. Serta persesuaian ayat atau suratnya yang satu dengan yang lain,
sehingga lebih meyakinkan kemukjizatannya, bahwa al-Qur’an itu betul-
betul wahyu dari Allah SWT, dan bukan buatan Nabi Muhammad Saw.
Karena itu Imam Arrazi mengatakan, bahwa kebanyakan keindahan-
keindahan al-Qur’an itu terletak pada susunan dan persesuaiannya,
sedangkan susunan kalimat yang paling baligh(bersastra) adalah yang
sering berhubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya.
c. Dengan ilmu munasabah akan sangat membantu dalam menafsirkan ayat-
ayat Al-Qur’an. Setelah diketahui hubungan sesuatu kalimat / sesuatu ayat
dengan kalimat / ayat yang lain, sehingga sangat mempermudah
pengistimbatan hukum-hukum atau isi kandungannya.
1. Pada akhir surah al-anbiya dikemukankan hal-hal yang berhubungan dengan hari
19
mereka akan dibangkitkan di hari kiamat untuk dihisab tentang perbuatan-perbuatan
yang telah mereka lakukan didunia. Pada surah al-hajj di terangkan bahwa manusia
dapat menjadikan dalil keadaan yang terdapat di alam semesta, dari ada kepada
tidak ada dan sebaliknya, sebagai bukti bahwa janji ALLAH tentang hari
kepada kaumnnya tentang kebenaran agama yang dibawanya, sedang surah al-hajj
20
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pada garis besarnya munasabah itu menyangkut pada dua hal, yaitu
hubungan antara ayat dengan ayat dan hubungan surat dengan surat.
Dua pokok hubungan itu di perincian sebagai berikut:
A. Hubungan ayat dengan ayat meliputi:
1) Hubungan kalimat dengan kalimat dalam ayat.
2) Hubungan ayat dengan ayat dalam satu surat.
3) Hubungan penutup ayat dengan kandungan ayatnya.
B. Hubungan surat dengan surat meliputi:
1) Hubungan awal uraian dengan ahir uraian surat.
2) Hubungan nama surat dengan tujuan turunnya.
3) Hubungan surat dengan surat sebelumnya.
4) Hubungan penutup surat terdahulu dengan awal surat berikutnya.
Empat fungsi utama dari Ilmu Al-Munasabah :
1) Untuk menemukan arti yang tersirat dalam susunan dan urutan kalimat-
kalimat, ayat-ayat, dan surah-surah dalam Al-Quran.
2) Untuk menjadikan bagian-bagian dalam Al-Quran saling berhubungan
sehingga tampak menjadi satu rangkaian yang utuh dan integral.
3) Ada ayat baru dapat dipahami apabila melihat ayat berikutnya.
21
4) Untuk menjawab kritikan orang luar (orientalis) terhadap sistematika Al-
Quran.
3.2. Saran
Penulis memohon maaf atas segala kekhilafan dan kekurangan makalah ini
dan senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini
lebih bermanfaat dan lebih baik kualitasnya dimasa mendatang. Mudah-mudahan
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
22
DAFTAR PUSTAKA
Dr. M. Qhuraish Shihab, Membumikan Al-Quran: fungsi dan peran wahyu dalam
kehidupan masyarakat, Penerbit Mizan, Bandung 1994.
Prof. Dr. H. Rachmat Syafe’i, M.A. Pengantar Ilmu Tafsir, Penerbit Pustaka
Setia, Bandung februari 2006.
Drs. Abu Anwar, M.Ag, Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar, Penerbit Amzah,
Oktober 2005.
Al-Quran, Microsoft Word Office 2007.
www.makalah-ibnu.blogspot.com
Qhuraish Shihab, membumikan Al-Quran, Penerbit Mizan, hal. 21
‘Abdul Halim Mahmud, Al-Tafkir Al-Falsafy fi Al-Islam, Dar Al-Kitab Al-Lubnaniy,
Beirut, hal. 50
Prof.Dr.H.Rahmat syafe’I MA, Pengantar Ilmu Tafsir, (pustaka setia) hlm. 37
M.Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran (Bandung,Mizan,cet IV, 1996) hlm. 319
Drs, Abu Anwar,Mag ;Ulumul Quran Sebuah Pengantar; Amzah: hlm 61
iii