MUNASABAH AL-QUR’AN
ULUMUL QUR’AN
Disusun Oleh:
M. Fajrus Shodiq
Al Muddatstsir Asnur
Jl. H. Amat, No. 21, RT. 06/RW. 01, Kukusan, Beji, Kota Depok,
Dan kami juga berterima kasih kepada Ust. Subur Wijaya,M.pd.i, selaku pengampu
mata kuliah Ulumul Qur’an yang selalu membimbing kami dan memberikan masukan, arahan
serta ilmu yang telah beliau sampaikan.
Kami berharap makalh yang kami buat ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Munasabah. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini
terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karerna itu, kami
mengharapkan kritikan dan serta saran demi perbaikan dan mengurangi kesalahan makalah ini,
sehingga dapat berguna ntuk pembuatan makalah selanjutnya
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB III .................................................................................................................................... 15
PENUTUP ............................................................................................................................... 15
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 15
B. Kritik dan Saran ............................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 16
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan kitabullah yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada
Nabi Muhammad Saw. untuk mengeluarkan umat manusia dari kegelapan menuju cahaya
serta membimbing mereka ke jalan yang lurus. Al-Qur’an merupakan mukjizat yang kekal,
yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan yang luas, yang jika di telaah dan
dipelajari, akan memberikan penerangan serta menuntun manusia menuju jalan
kebahagiaan. Tidak ada orang yang berpegang teguh kepadanya, kecuali ia akan menemui
jalan kebahagiaan yang dijanjikan itu.
Untuk memahami petunjuk, pesan- pesan yang terkandung dalam al-Qur’an pelu
didukung dengan ilmu-ilmu yang terkait, seperti asbab al-Nuzul, qiraat, munasabah,makki
dan madani serta ilmu-ilmu lainnya. Berkaaitan dengan sebab-sebab yang
melatarbelakangi turunnya ayat dapat dilihat dari ilmu asbab al-Nuzul yang spesifik, maka
untuk melengkapinya ditawarkanlah ilmu al-Munasabah sebagai upaya untuk
mngubungkan antar ayat atau surah dalam al-Qur’an yang dengan pengetahuan tentang
ilmu ini menjadi jelaslah makna-makna yang dikandung di dalam rangkaian ayat-ayat al-
Qur’an.1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian munasabah?
2. Apa tujuan munasabah dan pandangan ulama tentangnya?
3. Apa saja tema munasabah, dan apa saja pembagiannya?
C. Tujuan
1. Mengetahui munasabah
2. Mengetahui tujuan munasabah dan pandangan ulama mengenai tentangnya
3. Mengetahui tema munasabah dan pembagiannya
1
Cece Abdulwaly, Munasabah Dalam Al-Qur’an: Pengantar Memahami Ilmu Munasabat Antar Ayat-Ayat dan
Surah-Surah al-Qur’an (Farha Pustaka, Sukabumi, 2021), hlm. 31
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Munasabah
Kata Munasabah secara etimologi berasal dari akar kata ( انسب- يناسب- مناسبة )
yang bersaudara ( )مناسبةyaitu kedekatan dengan adanya hubungan dua orang yang
bersaudara. Sedangkan ( )مقاربة yang artinya adanya keterikatan antara keduanya yang
Suatu hal yang dapat dipahami, tatkala dihadapkan pada akal, pasti akal itu akan
menerimanya
2
Jalaluddin as-Suyuti, al-Itqan fi ulum al-Qur’an jld 2 (darul fikri, Bairut) hlm. 289
3
Hamid Abu Zaid Nasr, tekstualitas al-Qur’an, Lkis. hlm. 198
4
Bard Muhammad bin Abdullah az- Zarkasyi, al-Burhan fi ulum al-Qur’an jld 1 hlm 61
2
2. Menurut manna’ al-Qathathan5
وجه االءرتباط بني اجلملة واجلملة ىف االية الواحدة او بني االية واالية يف االية التعددة او
Munasabah adalah sisi keterkaitan antara beberapa ungkapan di dalam suatu ayat, atau
antar ayat pada beberapa ayat, atau antar surah di dalam al-Qur’an
ارتباط اى القران بعضلها ببعض حىت تكون كاملة الواحدة متسقة املعاىن منتظمة املباىن
Munasabah adalah keterikatan ayat ayat al quran sehingga seolah olah merupakan
suatu ungkapan yang mempunyai kesatuan makna dan keteraturan redaksi.
4. Menurut al-Biqa’i7
“Ilmu munasabah al-Qur’an adalah suatu ilmu yang dapat darinya dapat diketahui
alasan-alasan di balik susunan bagian-bagian al-Qur’an”
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa munasabah al-Qur’an adalah suatu metode
yang dipergunakan untuk menemukan segi-segi relevansi antara ayat yang satu dengan ayat
lain dan surah yang satu dengan surah yang lain. Relevansi ini pada akhirnya dapat
mewujudkan keterpaduan pesan-pesan al-Qur’an secara integral, tidak lagi parsial. Hal ini
berbeda dengan ilmu asbab al-Nuzul yang mengaitkan sejumlah ayat dengan konteks
5
Manna al-Qaththan, Mabahis fi ulum al-Qur’an, hlm 97
6
Anwar Robison, ulum al-Qur’an.(Pustaka Setia, Bandung).hlm. 86
7
Ibrahim ibn ‘Umar ibn Hasan Al-Biqa’i, Nazhm al-Durar fi Tanasub al-Ayat wa as-Suwar, juz 1 (Dar al-Kitab
al-Islami, 1984), hlm. 6
3
sejarahnya, maka fokus perhatian ilmu munasabah bukan terletak pada kronologis-historis
dari bagian-bagian tes, tetapi aspek pepautan antara ayat dan surah menurut teks, yaitu yang
disebut dengan urutan bacaan sebagai bentuk lain dari urutan turunnya ayat.8
1) Pendapat pertama: Bahwa pasti ada pertalian antara ayat dengan ayat dan antara surah
dengan surah dalam al-Qur’an. Di antara ulama yang memegang pendapat ini adalah Ibn
8
Nashr Hamid Abu Zaid, mafhum fi ‘ulum al-Qur’an, terj. Khoiron Nahdliyin (Yogyakarta: LKIS, 1993), hlm.
197.
9
Musthafa Muslim, Mabahis fi at-Tafsir al-Maudhu (Dar al-Qalam, 2005) hlm. 67
4
Al-‘Arabi (w. 543 H), Fakhruddin ar-Razi (w. 606 H), Waliyuddin al-Malawi (w. 744
H), al-Biqa’i (w. 885 H), as-Suyûthi (w. 911 H), Az-Zurqani (w. 1367 H), dan lain-
lain.10
2) Pendapat kedua: bahwa ilmu munasabat ini adalah ilmu yang diada-adakan, dan tidak
perlu adanya munasabah antar ayat karena tiap ayat turun sesuai dengan peristiwa-
peristiwa yang terjadi yang saling berlainan, Di antara yang berpendapat seperti ini
adalah asy-Syaukani (w. 1250 H) di dalam Fath al-Qadir ketika menafsirkan surah al-
Baqarah ayat 40-42.11 Kesimpulan dari apa yang ia kemukakan adalah:
a) Ini munasabat ini adalah ilmu yang diada-ada yang hanya menyusahkan diri, dan
kita tidak dituntut untuk hal ini.
b) Ilmu ini murni berdasarkan ra’yu, ditambah lagi bahwa susunan al-Qur’an itu
berasal dari sahabat.
c) Al-Qur’an turun dalam bahasa Arab, dengan uslub uslub bahasa Arab, sementara
Arab tidak mengenal jenis ilmu ini.
d) Al-Qur’an turun berdasarkan peristiwa-peristiwa tertentu, dan urutan turunnya tidak
seperti yang ada dalam mushaf.
Namun, pendapatnya itu dijawab oleh mereka yang memegang pendapat pertama, yaitu:
a) Ilmu munasabat ini adalah hasil dari tadabbur yang diperintahkan Allah dalam al-
Qur’an.
ُ ُ َّ َ َ َ
َ ولوا ْال َا ْل ٰ َ َْ ُ ٰ ْ َ َْ ٌ ٰ
٢٩ اب ب ا َ ك ُم ٰب َر ٌك ل َيَّدَّب ُر ْ ْٓوا ا ٰيت ٖه َوليتذك
ر ِكتب انزلنه ِالي
ِ ِ ِ ِ
“Kitab (al-Qur'an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka
menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat
pelajaran.” (QS. Shad [38]: 29).
b) Betul bahwa ilmu ini bersifat taufiqi dan berasal dari ra’yu. Tetapi, bukan ra’yu
yang tertolak, melainkan yang bisa diterima jika berdasarkan kaidah ilmiah. Para
ulama mengatakan bahwa susunan al-Qur’an itu bukanlah hasil ijtihad seorang pun
dari para sahabat berdasarkan banyaknya dalil yang menunjukan akan hal itu.
10
Cece Abdulwaly, munasabah dalam al-Qur’an: Pengantar Memahami Ilmu Munasabat Antar Ayat-Ayat Dan
Surah-Surah al-Qur’an (Farha Pustaka, Sukabumi, 2021), hlm. 31
11
Muhammad ibn ‘Ali ibn Muhammad ibn ‘Abdillah Asy-Syaukani, Fathul-Qadir (Beirut: Dar Ibn Katsir, 1994),
juz 1, hlm. 85–86.
5
c) Betul bahwa al-Qur’an turun berdasarkan peristiwa-peristiwa yang terjadi, namun
sebelum itu, al-Qur’an sebenarnya sudah tersusun di al-lauh al-mahfuzh, baru
kemudian diturunkan secara terpisah-pisah berdasarkan peristiwa tertentu.
D. Manfaat Munasabah
1) Menyempurnakan dan memperkuat keakuratan penafsiran al-Qur’an.
2) Mempermudah dalam memahami keserasian antar makna dalam menetukan maksud
dan tujuan ayat dan surah dalam al-Qur’an.
3) Membuktikan keindahan gaya bahasa al-Qur’an, keteraturan bahasa dan
kemukjizatannya.
4) Yang menjawab dan meluruskan anggapan para orientalis bahwa ayat Al-Quran
tumpang tindih dan kacau balau.
5) Menjadikan bagian-bagian ayat itu berkaitan dengan yang lainnya Dengan demikian,
hubungannya akan menjadi kuat sehingga jadilah susunannya seperti susunan
bangunan yang kukuh dan harmonis antara bagian-bagiannya.13
12
Manna Al-Qaththan, Mabahis Fi ‘Ulumil Al-Quran, (Maktabah Wahbah), hlm. 9
13
Jalaluddin as-Suyuti, Al-Itqan Fi Ulum Al-Qur’an, Jld (Darul Fikri, Bairut), hlm. 631
6
Imam as-suyuthi memberikan penjelasan bahwa harus ditemukan dahulu apakah
ada huruf athaf yang mengaitkannya dan adakah satu bagian merupakan penguat,
penjelas ataupun pengganti bagi bagian yang lainnya. Apabila terdapat sesuatu yang
dirangkaikan, maka diantara keduanya mempunyai sisi yang bersatu.14 Seperti firman
Allah:
ُ ْ َ َّ َ ُ ْ َ َ َ َ ْ ُ ُ ْ َ َ َ َْ ُ َ ْ
ۗالسما ِۤء َو َما َيع ُرج ِف ْي َها َيعل ُم َما َي ِلج ِفى الا ْر ِض وما يخرج ِمنها وما ين ِزل ِمن
ُ ْ ُ َ ْ ُ ْ َّ َ ُ َ
٢ وهو الر ِحيم الغفور
“Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi, apa yang keluar darinya, apa yang
turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dialah Yang Maha Penyayang lagi
Maha Pengampun.” (QS. Saba’: 2)
ُ ُ ْ ُ َ ْ َ َّ ْ ُ ْ ُ ه َ َ ْ ً َ َ ً َ ُ ٰ َ ٗ َ ٗ َ ْ َ ً َ ْ َ ً َ ه
ُۖاّٰلل َيق ِبض َو َي ْبصط من ذا ال ِذي يق ِرض اّٰلل قرضا حسنا فيض ِعفه ل ْٓه اضعافا ك ِثيرةۗو
ُۣ
َ ُ َ ُ َ
٢٤٥ َواِ ل ْي ِه ت ْرجع ْون
“Siapakah yang mau memberi pinjaman yang baik kepada Allah?76) Dia akan
melipatgandakan (pembayaran atas pinjaman itu) baginya berkali-kali lipat. Allah
menyempitkan dan melapangkan (rezeki). Kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (QS.
Al-Baqarah: 245)
14
Jalaluddin as-Suyuti, Al-Itqan Fi Ulum Al-Qur’an, Jld 2 (Darul Fikri, Bairut) Hlm. 290
7
permulaan berikutnya, maka persesuaian yang demikian itu adalah masuk akal dan dapat
diterima. Tetapi, apabila mengenai ayat-ayat atau surah-surah yang berbeda-beda sebab
turunnya dan tentang hal yang tidak sama, maka sudah tentu tidak ada munasabah antara
ayat-ayat dan surah-surah itu.15
َ ْ َ ْ ُْ َ َ َ ْ
٦ َۙالصراط المست ِقيم
ِ ِاه ِدنا
َ َّ ْ ً ُ َ ٰ ْ َ ٰ
٢ َۙذ ِلك ال ِكت ُب لا َر ْي َبۛ ِف ْي ِهۛ هدى ِلل ُمت ِق ْين
“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; (ia merupakan) petunjuk bagi
orang-orang yang bertakwa” (QS. al-Baqarah: 2)
15
Subhi Al-Salih, Mabahits Fi Ulum al-Qur’an (Beirut: 1977), hlm. 152
8
Atas dasar ini bahwa teks tersebut berkesinambungan, seolah-olah ketika
mereka memohon hidayah (petunjuk) ke jalan yang lurus, maka dikatakanlah kepada
mereka: petunjuk yang engkau minta adalah al-Kitab.
2. Munasabah Dalam Bentuk Irama Pengucapan
ُ َ ْ َ ْ َ ُ َ َ َ َّ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ٰ ْ َ ْ َ َّ
٣ ࣖ ِان شا ِنئك هو الابتر٢ ۗ فص ِل ِلر ِبك وانحر١ ِۗانآْ اعطينك الكوثر
“1) Sesungguhnya Kami telah memberimu (Nabi Muhammad) nikmat yang banyak. 2)
Maka, laksanakanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah! 3) Sesungguhnya orang
yang membencimu, dialah yang terputus (dari rahmat Allah).” (QS. al- Kautsar: 1-3)
G. Macam-Macam Munasabah
Macam-macam munasabah dalam Al-Qur’an dapat dilihat sebagai berikut:
ْ َ َ َ َْ َ ْ َ ُ
٢٠ ۗ َواِ لى الا ْر ِض ك ْيف ُس ِطحت١٩ ۗن ِصبت
16
M. Zaenal Arifin, Khazanah Ilmu Al-Qur’an (Tanggerang: Pustaka Pelajar, 2018), hlm. 243.
9
“17) Tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan? 18) Bagaimana
langit ditinggikan? 19) Bagaimana gunung-gunung ditegakkan? 20) Bagaimana pula
bumi dihamparkan?” (QS. Al- Ghasyiyah: 17-20)
Tampaknya tidak ada relevansinya dan perpaduan pikiran pada ayat tersebut.
Sebab tampaknya, meninggikan langit terpisah dari menciptakan unta. Menegakkan
gunung, terpisah dari meninggikan langit, dan menghamparkan bumi terputus dari
menegakkan gunung. Tetapi al-Zarkasyi telah menunjukkan ada munasabah antara
ayat-ayat itu, dengan menyatakan bahwa masyarakat Arab badui yang masih hidup
primitif pada waktu turun al-Qur’an, binatang unta adalah sangat vital untuk kehidupan
mereka. Unta-unta itu sudah tentu perlu makan dan minum. Sedang untuk keperluan
makan dan minum unta memerlukan air. Itulah sebabnya mereka selalu memandang ke
langit untuk mengharapkan hujan turun . Mereka juga memerlukan tempat yang aman
untuk berlindung. Tempat itu tidak lain adalah gunung-gunung. Kemudian mereka
selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain untuk kelangsungan
hidupnya, sebab mereka tidak bisa lama tinggal di satu tempat. Maka apabila seorang
Badui melepas khayalnya, maka gambaran-gambaran di atas akan terlihat di depannya,
sesuai dengan urutan ayat-ayat itu.17
َ ْ ُ ْ ُ ْ َ َّ ْ ْ َ َ ْ ُ َ ُ ْ ُ َّ َ َ
ۗامن الرسول ِبمآْ ان ِزل ِالي ِه ِمن ر ِب ٖه والمؤ ِمنون
Rasul (Muhammad) beriman pada apa (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang mukmin
17
Zuhdi Mahfud, Pengantar Ulumul Qur’an, (Surabaya: CV. Karya Abditama, 1997)
10
Maksudnya, Rasul membenarkan segala sesuatu yang telah disebutkan dimulai
dari awal surah tersebut, demikian juga orang beriman semuanya membenarkan Allah,
malaikat-malaikatnya, kitab-kitab serta para rasulnya.18
َْ َ ْٰ َ َ َْْ ُ ه
٢ َّٰۙلل ر ِب العل ِمين
ِ ِ الحمد
ُْ َ َ ُ ْ ُ ُ َْ ُ ْ َ
١٥٢ ࣖ فاذك ُر ْ ِون ْ ْٓي اذك ْرك ْم َواشك ُر ْوا ِل ْي َولا تكف ُر ْو ِن
“Maka, ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku
dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku” (QS.al-Baqarah: 152)
َ ْ ُ ُ ْ َ ْ ُ َّ َ َ
١٨٦ ِب ْي لعلهم يرشدون
18
Abu ‘Abdillah Muhammad ibn Ahmad ibn Abi Bakr Syamsuddin Al-Qurthubi, Al-Jami’ Li Ahkam Al-Qur’an:
Tafsir Al-Qurthubi (Kairo: Dar al-Kutub al-Mishriyah, 1964), juz 3, hlm. 426.
19
Nashr, ‘Ilm a-Munâsabât fî al-Qur’ân al-Karîm: Dirâsah Ta’shîliyah, hlm. 73
11
beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (QS.al-Baqarah:
186)
4. Munasabah antar Surah dengan Surah Sebelumnya
Al-Biqa’i di dalam Nazhm ad-Durar mengatakan bahwa setiap nama surah itu
mencerminkan tujuan dari apa yang dikandung di dalamnya. Dari nama surah akan
nampak gambaran umum dari rincian yang ada di dalamnya.20
Contohnya surah (al- Baqarah: 67-71) cerita tentang lembu betina, mengandung
inti pembicaraan tentang kekuasaan Allah membangkitkan orang mati dengan kata lain
tujuan surah ini adalah menyangkut kekuasaan Allah dan keimanan pada hari kiamat.21
5. Munasabah Antar Bagian Suatu Ayat
Munasabah antar bagian surah sering berbentuk pola munasabah (at-Tahdad)
perlawanan
Contoh:
َّ
ُ َ ْ َْ َ َ َ ْ َُّ ََّ َّ ْ َ ْ َ ْ َ َّ ُه َو الذ ْي َخ َل َق
است ٰوى على الع ْر ِشۗ َيعل ُم َما َي ِلج ام ثم
ٍ ي ا ةتس ي
ِ ِ ِف ض را ال و ت
ِ
ٰ الس ٰم
و ِ
ُ َ ُ ُ ُ ْ َ َ َ َ َّ َ ُ ْ َ َ َ َ ْ ُ ُ ْ َ َ َ
مْ ج ف ْي َهاۗ َو ُه َو َم َعك ْم ا ْي َن َما ك ْن ُتر ع ي ا مو ۤء ا مالس ن م ل ز ني ا مو ا ه ن م جر خ ي ا مو ض رْ فى ْال َا
ۗ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ُ َْ َ َُ ه
٤ ۗاّٰلل ِبما تع َمل ْون َب ِص ْي ٌر و
“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Kemudian, Dia
bersemayam di atas ʻArasy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa
yang keluar darinya serta apa yang turun dari langit dan apa yang naik ke sana. Dia
bersamamu di mana saja kamu berada. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
(QS. al-Hadid: 4)
Antara kata ( )يَلّجmasuk, dengan kata ( ) ََيحُرجkeluar, serta kata ( )يَحن ّزلturun, dengan
kata ( ج
ُ )يَ حعرnaik, terdapat korelasi perlawanan (at-Tahdad)
ُ
6. Munasabah Yang Letaknya Berdampingan
20
Al-Biqa’i, Nazhm ad-Durar fi Tansub al-Ayat wa as-Suwar, juz 1, hlm. 18–19
21
M. Zaenal Arifin, Khazanah Ilmu Al-Qur’an (Tanggerang: Pustaka Pelajar, 2018), hlm. 243.
12
Munasabah antar ayat yang letaknya berdampingan terkadang terlihat tampak
jelas dan terkadang juga tampak samar.
َ ْ َ َ ْ
٦ َۙالص َراط ال ُم ْست ِق ْي َم
ِ ِاه ِدنا
َ َّ ْ ً ُ َ ٰ ْ َ ٰ
٢ َۙذ ِلك ال ِكت ُب لا َر ْي َبۛ ِف ْي ِهۛ هدى ِلل ُمت ِق ْين
“kitab (al-Qur’an) tidak ada keraguan padanya, petunujuk bagi mereka yang bertakwa”
(QS.al-Baqarah [2]: 2).
22
M. Zaenal Arifin, Khazanah Ilmu Al-Qur’an (Tanggerang: Pustaka Pelajar, 2018), hlm. 244.
13
ْ َْ َ ُ َ
ُ١ زْ ُز الحَك ْيم
ي ع ال و هو ض رْ الس ٰم ٰوت َو ْال َا ِ
َ َّ َ ه
َّ ّٰلل َما فى ِ سبح
ِ ِ ِۚ ِ ِ ِ
“Semua yang berada di langit dan di bumi, bertasbih kepada Allah (menyatakan
kebesaran Allah) dan Dialah yang Maha perkasa lagi Maha bijaksana” (QS. Al-Hadid)
ْ َْ َ َ ْ ْ َ َ
٩٦ ࣖ فس ِبح ِباس ِم ر ِبك الع ِظي ِم
“Maka bertasbilah dengan menyebut nama Rabbmu yang Maha besar” (QS. Al-
Waqiah : 96).23
23
As-Suyûthî, Asrâr Tartîb al-Qur’ân, hlm. 8.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Munasabah adalah keterikatan ayat ayat al quran sehingga seolah olah merupakan
suatu ungkapan yang mempunyai kesatuan makna dan keteraturan redaksi. Para ulama
berbeda pendapat dalam memandang tentang ada tidaknya munasabah dalam al-Qur’an.
Pendapat mereka terbagi menjadi dua bagian. Pertama, pihak yang menyatakan pasti ada
pertalian antara ayat dngan ayat dan antara surah dengan surah dalam al-Qur’an. Kedua,
pendapat yang mengatakan bahwa tidak perlu adanya munasabah, karena peristiwa-
peristiwa yang terjadi saling berlainan.
Salah satu manfaat ilmu munasabah yakni menjadikan bagian-bagian ayat itu
berkaitan dengan yang lainnya. Dengan demikian, hubungannya akan menjadi kuat
sehingga jadilah susunannya seperti susunan bangunan yang kukuh dan harmonis antara
bagian-bagiannya dan juga menjawab dan juga meluruskan anggapan para orientalis bahwa
ayat Al-Quran itu tumpang tindih dan kacau balau.
Ada beberapa macam bentuk munasabah antara lain hubungan kata demi kata dalam
satu ayat. munasabah antar surah dengan surah sebelumnya munasabah antar surah dengan
surah sebelumnya munasabah yang letaknya berdampingan dll.
15
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qurthubi, Abu ‘Abdillah Muhammad ibn Ahmad ibn Abi Bakr Syamsuddin. 1964. Al-
Jami’ Li Ahkam Al-Qur’an: Tafsir Al-Qurthubi. (Kairo: Dar al-Kutub al-Mishriyah).
Asy-Syaukani, Muhammad ibn ‘Ali ibn Muhammad ibn ‘Abdillah. 1994. Fathul-Qadir
(Beirut: Dar Ibn Katsir).
Az- Zarkasyi, Bard Muhammad bin Abdullah. Al-Burhan Fi Ulum Al-Qur’an.
Mahfud, Zuhdi. 1997. Pengantar Ulumul Qur’an. (Surabaya: CV. Karya Abditama)
Muslim, Musthafa. 2005. Mabahis fi at-Tafsir al-Maudhu. (Dar al-Qalam).
Nashr Hamid Abu Zaid. 1993. Mafhum Fi ‘Ulum Al-Qur’an, terj. Khoiron Nahdliyin
(Yogyakarta: LKIS,).
Nasr,Hamid Abu Zaid. Tekstualitas Al-Qur’an, Lkis.
Robison, Anwar. Ulum Al-Qur’an. (Pustaka Setia, Bandung).
16