Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MUNASABAH AL-QUR’AN

Untuk Memenuhi Tugas Harian Mata Kuliah

ULUMUL QUR’AN

Dosen: Ust. Dr. Subur Wijaya, M.Pd.I

Disusun Oleh:

M. Umar Ali Mansyur Al-Khafid

M. Fajrus Shodiq

Al Muddatstsir Asnur

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI KULLIYATUL QUR’AN AL-HIKAM DEPOK

Jl. H. Amat, No. 21, RT. 06/RW. 01, Kukusan, Beji, Kota Depok,

Jawa Barat 16425


KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah swt. tuhan semesta alam. Karrna atas limpahan rahmat,
hidayah, dan taufik-Nyalah sehigga kami dapat menyelesaikan makalah yang berudul
“Munasabah”. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad Saw., semoga kita dapat meleadani prilaku beliau, dan mendapatkan syafaatnya
kelak di yaumil akhir, amin.

Dan kami juga berterima kasih kepada Ust. Subur Wijaya,M.pd.i, selaku pengampu
mata kuliah Ulumul Qur’an yang selalu membimbing kami dan memberikan masukan, arahan
serta ilmu yang telah beliau sampaikan.

Kami berharap makalh yang kami buat ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Munasabah. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini
terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karerna itu, kami
mengharapkan kritikan dan serta saran demi perbaikan dan mengurangi kesalahan makalah ini,
sehingga dapat berguna ntuk pembuatan makalah selanjutnya

Depok, 14 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii


DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
C. Tujuan .............................................................................................................................. 1
BAB II ....................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2
A. Pengertian Munasabah.................................................................................................... 2
B. Sejarah Ilmu Munasabah ............................................................................................... 4
C. Pendapat Ulama Tentang Munasabah .......................................................................... 4
D. Manfaat Munasabah ....................................................................................................... 6
E. Cara Mengetahui Munasabah Dalam Al-Qur’an Dapat Dilakukan Dengan
Beberapa Langkah ............................................................................................................... 6
1. Mengetahui Susunan Kalimat dan Maknanya ................................................................ 6
2. Mengetahui Maudhu’ atau Topik Yang Dibicarakan. .................................................... 7
3. Mengenai Asbab al-Nuzul .............................................................................................. 8
F. Macam-Macam Tema Munasabah ................................................................................. 8
1. Tema Munasabah Dalam Bentuk Kebahasaan............................................................... 8
2. Munasabah Dalam Bentuk Irama Pengucapan ............................................................... 9
3. Tema Munasabah Dalam Bentuk Kandungan Isi........................................................... 9
G. Macam-Macam Munasabah .......................................................................................... 9
1. Hubungan Kata Demi Kata Dalam Satu Ayat. ............................................................... 9
2. Munasabah Antara Pembuka Surah dengan Penutupnya ............................................ 10
3. Munasabah antar Surah dengan Surah Sebelumnya ..................................................... 11
4. Munasabah antar Surah dengan Surah Sebelumnya ..................................................... 12
5. Munasabah Antar Bagian Suatu Ayat .......................................................................... 12
6. Munasabah Yang Letaknya Berdampingan .................................................................. 12
7. Munasabah antar Suatu Kelompok Ayat dengan Kelompok Ayat di Sampingnya ...... 13
8. Munasabah antar Penutup Surah dengan Awal Surah Berikutnya............................... 13

iii
BAB III .................................................................................................................................... 15
PENUTUP ............................................................................................................................... 15
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 15
B. Kritik dan Saran ............................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 16

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan kitabullah yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada
Nabi Muhammad Saw. untuk mengeluarkan umat manusia dari kegelapan menuju cahaya
serta membimbing mereka ke jalan yang lurus. Al-Qur’an merupakan mukjizat yang kekal,
yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan yang luas, yang jika di telaah dan
dipelajari, akan memberikan penerangan serta menuntun manusia menuju jalan
kebahagiaan. Tidak ada orang yang berpegang teguh kepadanya, kecuali ia akan menemui
jalan kebahagiaan yang dijanjikan itu.
Untuk memahami petunjuk, pesan- pesan yang terkandung dalam al-Qur’an pelu
didukung dengan ilmu-ilmu yang terkait, seperti asbab al-Nuzul, qiraat, munasabah,makki
dan madani serta ilmu-ilmu lainnya. Berkaaitan dengan sebab-sebab yang
melatarbelakangi turunnya ayat dapat dilihat dari ilmu asbab al-Nuzul yang spesifik, maka
untuk melengkapinya ditawarkanlah ilmu al-Munasabah sebagai upaya untuk
mngubungkan antar ayat atau surah dalam al-Qur’an yang dengan pengetahuan tentang
ilmu ini menjadi jelaslah makna-makna yang dikandung di dalam rangkaian ayat-ayat al-
Qur’an.1

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian munasabah?
2. Apa tujuan munasabah dan pandangan ulama tentangnya?
3. Apa saja tema munasabah, dan apa saja pembagiannya?

C. Tujuan
1. Mengetahui munasabah
2. Mengetahui tujuan munasabah dan pandangan ulama mengenai tentangnya
3. Mengetahui tema munasabah dan pembagiannya

1
Cece Abdulwaly, Munasabah Dalam Al-Qur’an: Pengantar Memahami Ilmu Munasabat Antar Ayat-Ayat dan
Surah-Surah al-Qur’an (Farha Pustaka, Sukabumi, 2021), hlm. 31

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Munasabah
Kata Munasabah secara etimologi berasal dari akar kata ( ‫انسب‬- ‫يناسب‬- ‫مناسبة‬ )

berarti keserupaan ( ‫) املشاكله‬.2 (‫ ) املقاربة‬kedekatan apabila di katakan (‫قارب‬- ‫يقارب‬- ‫) مقاربة‬


maka berarti ia mendekati dan menyerupai fulan yunasibu fulan.3 Munasabah juga berarti

yang bersaudara (‫ )مناسبة‬yaitu kedekatan dengan adanya hubungan dua orang yang

bersaudara. Sedangkan ( ‫)مقاربة‬ yang artinya adanya keterikatan antara keduanya yang

disamakan (yakni kedekatan).


Dalam pembahasan qiyas, Munasabah diartikan dengan kesesuaian pada illat yang
artinya sifat yang berdekatan dengan hukum (al-wasf al-muqarib li al-hukm) gambaran
yang berhubungan dengan hukum, karena apabila diperoleh kedekatan melalui adanya
dugaan tentang sifat, maka akan diperoleh hukum.
Secara termitologi, munasabah al-Qur’an ialah:
1. Menurut az-zarkasyi4

‫املناسبة امر معقول ادا عرض على العقول تقته ابلقبول‬

Suatu hal yang dapat dipahami, tatkala dihadapkan pada akal, pasti akal itu akan
menerimanya

2
Jalaluddin as-Suyuti, al-Itqan fi ulum al-Qur’an jld 2 (darul fikri, Bairut) hlm. 289
3
Hamid Abu Zaid Nasr, tekstualitas al-Qur’an, Lkis. hlm. 198
4
Bard Muhammad bin Abdullah az- Zarkasyi, al-Burhan fi ulum al-Qur’an jld 1 hlm 61

2
2. Menurut manna’ al-Qathathan5

‫وجه االءرتباط بني اجلملة واجلملة ىف االية الواحدة او بني االية واالية يف االية التعددة او‬

‫بني السورة والسورة‬

Munasabah adalah sisi keterkaitan antara beberapa ungkapan di dalam suatu ayat, atau
antar ayat pada beberapa ayat, atau antar surah di dalam al-Qur’an

3. Menurut Ibn al ‘Arabi6

‫ارتباط اى القران بعضلها ببعض حىت تكون كاملة الواحدة متسقة املعاىن منتظمة املباىن‬

Munasabah adalah keterikatan ayat ayat al quran sehingga seolah olah merupakan
suatu ungkapan yang mempunyai kesatuan makna dan keteraturan redaksi.

4. Menurut al-Biqa’i7

‫فعلم مناسبات القرآن علم تعرف منه علل ترتيب أجزائه‬

“Ilmu munasabah al-Qur’an adalah suatu ilmu yang dapat darinya dapat diketahui
alasan-alasan di balik susunan bagian-bagian al-Qur’an”

Dari pengertian secara terminologi munasabah dapat ditarik kesimpulan yaitu:

 Suatu hal yang dapat dipahami ketika dihadapkan pada akal


 Antara keterikatan dari beberapa ayat atau surah sehingga ada keserasian

Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa munasabah al-Qur’an adalah suatu metode
yang dipergunakan untuk menemukan segi-segi relevansi antara ayat yang satu dengan ayat
lain dan surah yang satu dengan surah yang lain. Relevansi ini pada akhirnya dapat
mewujudkan keterpaduan pesan-pesan al-Qur’an secara integral, tidak lagi parsial. Hal ini
berbeda dengan ilmu asbab al-Nuzul yang mengaitkan sejumlah ayat dengan konteks

5
Manna al-Qaththan, Mabahis fi ulum al-Qur’an, hlm 97
6
Anwar Robison, ulum al-Qur’an.(Pustaka Setia, Bandung).hlm. 86
7
Ibrahim ibn ‘Umar ibn Hasan Al-Biqa’i, Nazhm al-Durar fi Tanasub al-Ayat wa as-Suwar, juz 1 (Dar al-Kitab
al-Islami, 1984), hlm. 6

3
sejarahnya, maka fokus perhatian ilmu munasabah bukan terletak pada kronologis-historis
dari bagian-bagian tes, tetapi aspek pepautan antara ayat dan surah menurut teks, yaitu yang
disebut dengan urutan bacaan sebagai bentuk lain dari urutan turunnya ayat.8

B. Sejarah Ilmu Munasabah


1) Ilmu ini diperkenalkan oleh Abu Bakr an-Nisaibury (w. 324 H).
2) Dikembangkan oleh Ahmad bin Ibrahim bin Zubair as-Saqafy (628-708 H.) dalam
bukunya al-Burhan fi Tanasubi Suwar al-Qur’an. Beliau hanya membahas
keserasian hubungan antar surah
3) Abad ke 8 H., Burhanuddin Muhammad bin Abdillah az-Zarkasyi (745-794 H.), juga
mencoba menerapkan pola ini dalam bukunya al Burhan fi 'Ulûmil-Qur’an, dengan
lebih menekankan kepada hubungan antar ayat dengan ayat.
4) Abad ke 9 H. al-Biqa'i (w. 885 H.), memadukan dua unsur yang pernah dibahas ulama
sebelumnya secara lebih fokus dan detail (hubungan antara ayat dan surah) dalam kitab
Nazmud-Durar fi Tanasubil-Ayat was-Suwar.
5) As-Suyuthi (w. 911 H.) juga termasuk sangat perhatian terhadap ilmu ini, terbukti
dengan karyanya yang berjudul tanasuq al-Durar fi tanasub as-Suwar, juga karya lain
yang berjudul marashid al-Mathali’ fi al-Maqathi wa al-Mathali. Demikian juga
dalam kitab itqan fi ulum al-Qur’an, di dalamnya juga memberikan bagian khusus
pembahasan mengenai ilmu munasabah ini.9
6) Sedangkan karya ulama masa kini di antaranya seperti, jawahir al-Bayan fi tanasub
suwar al-Qur’an yang ditulis oleh Abdullah Muhammad ash-Shiddiq al-Ghumari, juga
an-Naba’ al-‘Azhim karya Muhammad Abdullah Darraz, dan lain-lain. Dan termasuk
juga karya tafsir berbahasa indonesia, yaitu tafsir al-Misbah: pesan, kesan, dan
keserasian al-Qur’an, karya M. Quraish Shihab.

C. Pendapat Ulama Tentang Munasabah


Para ulama berbeda pendapat dalam memandang tentang ada atau tidaknya
munasabah dalam al-Qur’an. Pendapat mereka terbagi menjadi dua bagian:

1) Pendapat pertama: Bahwa pasti ada pertalian antara ayat dengan ayat dan antara surah
dengan surah dalam al-Qur’an. Di antara ulama yang memegang pendapat ini adalah Ibn

8
Nashr Hamid Abu Zaid, mafhum fi ‘ulum al-Qur’an, terj. Khoiron Nahdliyin (Yogyakarta: LKIS, 1993), hlm.
197.
9
Musthafa Muslim, Mabahis fi at-Tafsir al-Maudhu (Dar al-Qalam, 2005) hlm. 67

4
Al-‘Arabi (w. 543 H), Fakhruddin ar-Razi (w. 606 H), Waliyuddin al-Malawi (w. 744
H), al-Biqa’i (w. 885 H), as-Suyûthi (w. 911 H), Az-Zurqani (w. 1367 H), dan lain-
lain.10
2) Pendapat kedua: bahwa ilmu munasabat ini adalah ilmu yang diada-adakan, dan tidak
perlu adanya munasabah antar ayat karena tiap ayat turun sesuai dengan peristiwa-
peristiwa yang terjadi yang saling berlainan, Di antara yang berpendapat seperti ini
adalah asy-Syaukani (w. 1250 H) di dalam Fath al-Qadir ketika menafsirkan surah al-
Baqarah ayat 40-42.11 Kesimpulan dari apa yang ia kemukakan adalah:
a) Ini munasabat ini adalah ilmu yang diada-ada yang hanya menyusahkan diri, dan
kita tidak dituntut untuk hal ini.
b) Ilmu ini murni berdasarkan ra’yu, ditambah lagi bahwa susunan al-Qur’an itu
berasal dari sahabat.
c) Al-Qur’an turun dalam bahasa Arab, dengan uslub uslub bahasa Arab, sementara
Arab tidak mengenal jenis ilmu ini.
d) Al-Qur’an turun berdasarkan peristiwa-peristiwa tertentu, dan urutan turunnya tidak
seperti yang ada dalam mushaf.
Namun, pendapatnya itu dijawab oleh mereka yang memegang pendapat pertama, yaitu:
a) Ilmu munasabat ini adalah hasil dari tadabbur yang diperintahkan Allah dalam al-
Qur’an.
ُ ُ َّ َ َ َ
َ ‫ولوا ْال َا ْل‬ ٰ َ َْ ُ ٰ ْ َ َْ ٌ ٰ
٢٩ ‫اب‬ ‫ب‬ ‫ا‬ َ ‫ك ُم ٰب َر ٌك ل َيَّدَّب ُر ْ ْٓوا ا ٰيت ٖه َوليتذك‬
‫ر‬ ‫ِكتب انزلنه ِالي‬
ِ ِ ِ ِ

“Kitab (al-Qur'an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka
menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat
pelajaran.” (QS. Shad [38]: 29).
b) Betul bahwa ilmu ini bersifat taufiqi dan berasal dari ra’yu. Tetapi, bukan ra’yu
yang tertolak, melainkan yang bisa diterima jika berdasarkan kaidah ilmiah. Para
ulama mengatakan bahwa susunan al-Qur’an itu bukanlah hasil ijtihad seorang pun
dari para sahabat berdasarkan banyaknya dalil yang menunjukan akan hal itu.

10
Cece Abdulwaly, munasabah dalam al-Qur’an: Pengantar Memahami Ilmu Munasabat Antar Ayat-Ayat Dan
Surah-Surah al-Qur’an (Farha Pustaka, Sukabumi, 2021), hlm. 31
11
Muhammad ibn ‘Ali ibn Muhammad ibn ‘Abdillah Asy-Syaukani, Fathul-Qadir (Beirut: Dar Ibn Katsir, 1994),
juz 1, hlm. 85–86.

5
c) Betul bahwa al-Qur’an turun berdasarkan peristiwa-peristiwa yang terjadi, namun
sebelum itu, al-Qur’an sebenarnya sudah tersusun di al-lauh al-mahfuzh, baru
kemudian diturunkan secara terpisah-pisah berdasarkan peristiwa tertentu.

Manna al-Qaththan menyatakan bahwa pengetahuan mengenai korelasi dan


hubungan (munasabah) antara ayat-ayat dan surah-surah itu bukanlah hal yang taufiqi
(langsung ditetapkan oleh Rasul), tetapi didasarkan pada ijtihad seorang mufassir dan
penghayatannya terhadap kemukjizatan al-Qur’an, rahasia dibalik balagahnya, segi
keterangannya yang mandiri, dan sesuai dengan dasar-dasar bahasa dalam ilmu bahasa
Arab. Jika adalah korelasinya tersebut dapat diterima.12 Hal yang demikian ini tidak
berarti bahwa seorang mufassir harus mencari kesesuaian bagi setiap ayat. Karena al-
Qur’an turun secara bertahap sesuai dengan perisiwwa-peristwa yang terjadi. Seorang
mufasir terkadang dapat menemukan hubungan antara ayat-ayat dan terkadang pula
tidak mendapatkan hubungan keserasian itu. Disini perlu di sadari kemampuan diri
sendiri, tidak perlu memaksakan kehendak mencari-cari keserasian tersebut. Sebab hal
ini akan berakibat buruk, dan sangat tidak di sukai.

D. Manfaat Munasabah
1) Menyempurnakan dan memperkuat keakuratan penafsiran al-Qur’an.
2) Mempermudah dalam memahami keserasian antar makna dalam menetukan maksud
dan tujuan ayat dan surah dalam al-Qur’an.
3) Membuktikan keindahan gaya bahasa al-Qur’an, keteraturan bahasa dan
kemukjizatannya.
4) Yang menjawab dan meluruskan anggapan para orientalis bahwa ayat Al-Quran
tumpang tindih dan kacau balau.
5) Menjadikan bagian-bagian ayat itu berkaitan dengan yang lainnya Dengan demikian,
hubungannya akan menjadi kuat sehingga jadilah susunannya seperti susunan
bangunan yang kukuh dan harmonis antara bagian-bagiannya.13

E. Cara Mengetahui Munasabah Dalam Al-Qur’an Dapat Dilakukan Dengan


Beberapa Langkah

1. Mengetahui Susunan Kalimat dan Maknanya

12
Manna Al-Qaththan, Mabahis Fi ‘Ulumil Al-Quran, (Maktabah Wahbah), hlm. 9
13
Jalaluddin as-Suyuti, Al-Itqan Fi Ulum Al-Qur’an, Jld (Darul Fikri, Bairut), hlm. 631

6
Imam as-suyuthi memberikan penjelasan bahwa harus ditemukan dahulu apakah
ada huruf athaf yang mengaitkannya dan adakah satu bagian merupakan penguat,
penjelas ataupun pengganti bagi bagian yang lainnya. Apabila terdapat sesuatu yang
dirangkaikan, maka diantara keduanya mempunyai sisi yang bersatu.14 Seperti firman
Allah:

ُ ْ َ َّ َ ُ ْ َ َ َ َ ْ ُ ُ ْ َ َ َ َْ ُ َ ْ
ۗ‫السما ِۤء َو َما َيع ُرج ِف ْي َها‬ ‫َيعل ُم َما َي ِلج ِفى الا ْر ِض وما يخرج ِمنها وما ين ِزل ِمن‬

ُ ْ ُ َ ْ ُ ْ َّ َ ُ َ
٢ ‫وهو الر ِحيم الغفور‬

“Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi, apa yang keluar darinya, apa yang
turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dialah Yang Maha Penyayang lagi
Maha Pengampun.” (QS. Saba’: 2)

ُ ُ ْ ُ ‫َ ْ َ َّ ْ ُ ْ ُ ه َ َ ْ ً َ َ ً َ ُ ٰ َ ٗ َ ٗ َ ْ َ ً َ ْ َ ً َ ه‬
ُۖ‫اّٰلل َيق ِبض َو َي ْبصط‬ ‫من ذا ال ِذي يق ِرض اّٰلل قرضا حسنا فيض ِعفه ل ْٓه اضعافا ك ِثيرةۗو‬
ُۣ

َ ُ َ ُ َ
٢٤٥ ‫َواِ ل ْي ِه ت ْرجع ْون‬

“Siapakah yang mau memberi pinjaman yang baik kepada Allah?76) Dia akan
melipatgandakan (pembayaran atas pinjaman itu) baginya berkali-kali lipat. Allah
menyempitkan dan melapangkan (rezeki). Kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (QS.
Al-Baqarah: 245)

2. Mengetahui Maudhu’ atau Topik Yang Dibicarakan.


Subhi al- Shalih mengatakan bahwa pada satu surah yang terdapat maudhu’ yang
menonjol, keseluruhannya terdiri dari bagian-bagian dalam ayat-ayat yang saling
bersambungan dan berhubungan. Ukuran wajar atau tidaknya persesuaian ayat yang satu
dengan ayat yang lain, atau surah yang satu dengan surah yang lain, dapat diketahui dari
tingkat kemiripan atau kesamaan maudhu’ itu. Jika persesuaian itu mengenai hal yang
sama dan ayat-ayat yang terakhir suatu surah terdapat kaitan dengan ayat-ayat

14
Jalaluddin as-Suyuti, Al-Itqan Fi Ulum Al-Qur’an, Jld 2 (Darul Fikri, Bairut) Hlm. 290

7
permulaan berikutnya, maka persesuaian yang demikian itu adalah masuk akal dan dapat
diterima. Tetapi, apabila mengenai ayat-ayat atau surah-surah yang berbeda-beda sebab
turunnya dan tentang hal yang tidak sama, maka sudah tentu tidak ada munasabah antara
ayat-ayat dan surah-surah itu.15

3. Mengenai Asbab al-Nuzul


Yakni sebab-sebab turunnya ayat-ayat mengenai satu topik di dalam sebuah surah
dengan topik yang sama pada surah yang lain. Kesamaan topik tersebut dapat dilihat
dari latar belakang historis turunnya ayat. Melalui pengetahuan terhadap asbab al-Nuzul
ayat akhirnya dapat memberikan kontribusi dalam menemukan munasabah antara ayat
dan surah dalam al-Qur’an.

F. Macam-Macam Tema Munasabah


1. Tema Munasabah Dalam Bentuk Kebahasaan
Surah al-Fatihah dengan surah berikutnya, yaitu surah al-Baqarah, terdapat
hubungan khusus bersifat kebahasaan, sementara hubungan umumnya lebih berkaitan
dengan isi dan kandungan. Hubungan kebahasaan tercermin dalam surah al-Fatihah
diakhiri dengan doa

َ ْ َ ْ ُْ َ َ َ ْ
٦ َۙ‫الصراط المست ِقيم‬
ِ ‫ِاه ِدنا‬

“Tunjukilah lah kami ke jalan yang lurus” (al-Fatihah: 6)


Doa ini mendapat jawabannya pada permulaan surah al-Baqarah

َ َّ ْ ً ُ َ ٰ ْ َ ٰ
٢ َۙ‫ذ ِلك ال ِكت ُب لا َر ْي َبۛ ِف ْي ِهۛ هدى ِلل ُمت ِق ْين‬

“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; (ia merupakan) petunjuk bagi
orang-orang yang bertakwa” (QS. al-Baqarah: 2)

15
Subhi Al-Salih, Mabahits Fi Ulum al-Qur’an (Beirut: 1977), hlm. 152

8
Atas dasar ini bahwa teks tersebut berkesinambungan, seolah-olah ketika
mereka memohon hidayah (petunjuk) ke jalan yang lurus, maka dikatakanlah kepada
mereka: petunjuk yang engkau minta adalah al-Kitab.
2. Munasabah Dalam Bentuk Irama Pengucapan

ُ َ ْ َ ْ َ ُ َ َ َ َّ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ٰ ْ َ ْ َ َّ
٣ ࣖ ‫ ِان شا ِنئك هو الابتر‬٢ ۗ‫ فص ِل ِلر ِبك وانحر‬١ ۗ‫ِانآْ اعطينك الكوثر‬

“1) Sesungguhnya Kami telah memberimu (Nabi Muhammad) nikmat yang banyak. 2)
Maka, laksanakanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah! 3) Sesungguhnya orang
yang membencimu, dialah yang terputus (dari rahmat Allah).” (QS. al- Kautsar: 1-3)

3. Tema Munasabah Dalam Bentuk Kandungan Isi


Contoh surah yang ada hubungannya dengan surah sebelumnya yaitu al-Fath
ada hubungannya dengan surah sebelumnya yaitu surah al-Qital/ muhammad dan juga
surah sesudahnya al-Hujurat.16

Al-Qital/ Muhammad Al-Fath Al-Hujurat


Peperangan Fathul makkah, perdamaian Pengaturan bagaimana
hudaibiyah keamanan, sikap orang
muslim terhadap Nabi
Al-Qital (prolognya) Al-Fath (akibat atau hasil) Al-Hujurat (follow up nya)

G. Macam-Macam Munasabah
Macam-macam munasabah dalam Al-Qur’an dapat dilihat sebagai berikut:

1. Hubungan Kata Demi Kata Dalam Satu Ayat.


َ َ ْ َ َ َ َ َ َ
َّ ‫ َواِ لى‬١٧ ‫ا َف َلا َي ْن ُظ ُر ْو َن الى ْالابل ك ْي َف ُخل َق ْت‬
َ ‫ َواِ لى الج‬١٨ ‫الس َماۤء ك ْي َف ُرف َع ْت‬
‫ال ك ْيف‬‫ب‬
ِ ِ ۗ ِ ِ ۗ ِ ِِِ ِ

ْ َ َ َ َْ َ ْ َ ُ
٢٠ ۗ‫ َواِ لى الا ْر ِض ك ْيف ُس ِطحت‬١٩ ۗ‫ن ِصبت‬

16
M. Zaenal Arifin, Khazanah Ilmu Al-Qur’an (Tanggerang: Pustaka Pelajar, 2018), hlm. 243.

9
“17) Tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan? 18) Bagaimana
langit ditinggikan? 19) Bagaimana gunung-gunung ditegakkan? 20) Bagaimana pula
bumi dihamparkan?” (QS. Al- Ghasyiyah: 17-20)

Tampaknya tidak ada relevansinya dan perpaduan pikiran pada ayat tersebut.
Sebab tampaknya, meninggikan langit terpisah dari menciptakan unta. Menegakkan
gunung, terpisah dari meninggikan langit, dan menghamparkan bumi terputus dari
menegakkan gunung. Tetapi al-Zarkasyi telah menunjukkan ada munasabah antara
ayat-ayat itu, dengan menyatakan bahwa masyarakat Arab badui yang masih hidup
primitif pada waktu turun al-Qur’an, binatang unta adalah sangat vital untuk kehidupan
mereka. Unta-unta itu sudah tentu perlu makan dan minum. Sedang untuk keperluan
makan dan minum unta memerlukan air. Itulah sebabnya mereka selalu memandang ke
langit untuk mengharapkan hujan turun . Mereka juga memerlukan tempat yang aman
untuk berlindung. Tempat itu tidak lain adalah gunung-gunung. Kemudian mereka
selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain untuk kelangsungan
hidupnya, sebab mereka tidak bisa lama tinggal di satu tempat. Maka apabila seorang
Badui melepas khayalnya, maka gambaran-gambaran di atas akan terlihat di depannya,
sesuai dengan urutan ayat-ayat itu.17

2. Munasabah Antara Pembuka Surah dengan Penutupnya


Contohnya dalam surah al-Baqarah, disebutkan tentang kewajiban shalat, zakat,
hukum-hukum haji, thalaq, ila’, kisah-kisah para nabi, serta dijelaskan juga tentang
hukum riba. Kemudian pada penutup surahnya, disebutkan tentang pembenaran Nabi
saw. dan orang-orang beriman akan semua yang disebutkan itu, yaitu pada ayat:

َ ْ ُ ْ ُ ْ َ َّ ْ ْ َ َ ْ ُ َ ُ ْ ُ َّ َ َ
ۗ‫امن الرسول ِبمآْ ان ِزل ِالي ِه ِمن ر ِب ٖه والمؤ ِمنون‬

Rasul (Muhammad) beriman pada apa (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang mukmin

17
Zuhdi Mahfud, Pengantar Ulumul Qur’an, (Surabaya: CV. Karya Abditama, 1997)

10
Maksudnya, Rasul membenarkan segala sesuatu yang telah disebutkan dimulai
dari awal surah tersebut, demikian juga orang beriman semuanya membenarkan Allah,
malaikat-malaikatnya, kitab-kitab serta para rasulnya.18

3. Munasabah antar Surah dengan Surah Sebelumnya


Tidaklah seseorang membaca surah-surah al-Qur’an kecuali pasti ada pertalian
atau hubungan dengan surah sebelumnya. Dalam susunan surah-surah al-Qur’an ini
terdapat tanda keistimewaan al-Qur’an.19
Contonya menerangkan dan menyempurnakan ungkapan pada surah
َّّ ‫اْلم ُد‬
‫لِل‬
sebelumnya, contoh surah al-Fatihah terdapat ungkapan ( ‫ ) حَ ح‬diperinci dengan
berbagai perintah dzikir dan syukur yang berkorelasi dengan surah al-Baqarah

َْ َ ْٰ َ ‫َ َْْ ُ ه‬
٢ َۙ‫ّٰلل ر ِب العل ِمين‬
ِ ِ ‫الحمد‬

“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam” (QS.al-Fatihah: 2)

ُْ َ َ ُ ْ ُ ُ َْ ُ ْ َ
١٥٢ ࣖ ‫فاذك ُر ْ ِون ْ ْٓي اذك ْرك ْم َواشك ُر ْوا ِل ْي َولا تكف ُر ْو ِن‬

“Maka, ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku
dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku” (QS.al-Baqarah: 152)

ْ‫الد ِاع ا َذا َد َعان َف ْل َي ْس َتج ْي ُب ْوا ل ْي َو ْل ُي ْؤم ُنوا‬


َّ َ َ ْ َ ُ ْ ُ ٌ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ
‫واِ ذا سالك ِعب ِادي ع ِني ف ِ ِاني ق ِريبۗ ا ِجيب دعوة‬
ِ ِ ِ َۙ ِ ِ

َ ْ ُ ُ ْ َ ْ ُ َّ َ َ
١٨٦ ‫ِب ْي لعلهم يرشدون‬

“Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku,


sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila
dia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan

18
Abu ‘Abdillah Muhammad ibn Ahmad ibn Abi Bakr Syamsuddin Al-Qurthubi, Al-Jami’ Li Ahkam Al-Qur’an:
Tafsir Al-Qurthubi (Kairo: Dar al-Kutub al-Mishriyah, 1964), juz 3, hlm. 426.
19
Nashr, ‘Ilm a-Munâsabât fî al-Qur’ân al-Karîm: Dirâsah Ta’shîliyah, hlm. 73

11
beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (QS.al-Baqarah:
186)
4. Munasabah antar Surah dengan Surah Sebelumnya
Al-Biqa’i di dalam Nazhm ad-Durar mengatakan bahwa setiap nama surah itu
mencerminkan tujuan dari apa yang dikandung di dalamnya. Dari nama surah akan
nampak gambaran umum dari rincian yang ada di dalamnya.20
Contohnya surah (al- Baqarah: 67-71) cerita tentang lembu betina, mengandung
inti pembicaraan tentang kekuasaan Allah membangkitkan orang mati dengan kata lain
tujuan surah ini adalah menyangkut kekuasaan Allah dan keimanan pada hari kiamat.21
5. Munasabah Antar Bagian Suatu Ayat
Munasabah antar bagian surah sering berbentuk pola munasabah (at-Tahdad)
perlawanan
Contoh:

َّ
ُ َ ْ َْ َ َ َ ْ َُّ ََّ َّ ْ َ ْ َ ْ َ َّ ‫ُه َو الذ ْي َخ َل َق‬
‫است ٰوى على الع ْر ِشۗ َيعل ُم َما َي ِلج‬ ‫ام ثم‬
ٍ ‫ي‬ ‫ا‬ ‫ة‬‫ت‬‫س‬ ‫ي‬
ِ ِ ِ‫ف‬ ‫ض‬ ‫ر‬‫ا‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ت‬
ِ
ٰ ‫الس ٰم‬
‫و‬ ِ

ُ َ ُ ُ ُ ْ َ َ َ َ َّ َ ُ ْ َ َ َ َ ْ ُ ُ ْ َ َ َ
‫م‬ْ ‫ج ف ْي َهاۗ َو ُه َو َم َعك ْم ا ْي َن َما ك ْن ُت‬‫ر‬ ‫ع‬ ‫ي‬ ‫ا‬ ‫م‬‫و‬ ‫ۤء‬ ‫ا‬ ‫م‬‫الس‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫ز‬ ‫ن‬‫ي‬ ‫ا‬ ‫م‬‫و‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ج‬‫ر‬ ‫خ‬ ‫ي‬ ‫ا‬ ‫م‬‫و‬ ‫ض‬ ‫ر‬ْ ‫فى ْال َا‬
ۗ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ

َ ُ َْ َ ُ‫َ ه‬
٤ ۗ‫اّٰلل ِبما تع َمل ْون َب ِص ْي ٌر‬ ‫و‬

“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Kemudian, Dia
bersemayam di atas ʻArasy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa
yang keluar darinya serta apa yang turun dari langit dan apa yang naik ke sana. Dia
bersamamu di mana saja kamu berada. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
(QS. al-Hadid: 4)

Antara kata ( ‫ )يَلّج‬masuk, dengan kata ( ‫ ) ََيحُرج‬keluar, serta kata ( ‫ )يَحن ّزل‬turun, dengan

kata ( ‫ج‬
ُ ‫ )يَ حعر‬naik, terdapat korelasi perlawanan (at-Tahdad)
ُ
6. Munasabah Yang Letaknya Berdampingan

20
Al-Biqa’i, Nazhm ad-Durar fi Tansub al-Ayat wa as-Suwar, juz 1, hlm. 18–19
21
M. Zaenal Arifin, Khazanah Ilmu Al-Qur’an (Tanggerang: Pustaka Pelajar, 2018), hlm. 243.

12
Munasabah antar ayat yang letaknya berdampingan terkadang terlihat tampak
jelas dan terkadang juga tampak samar.

َ ْ َ َ ْ
٦ َۙ‫الص َراط ال ُم ْست ِق ْي َم‬
ِ ‫ِاه ِدنا‬

“Tunjukilah kami ke jalan yang lurus” (al-Fatihah: 6)

َ َّ ْ ً ُ َ ٰ ْ َ ٰ
٢ َۙ‫ذ ِلك ال ِكت ُب لا َر ْي َبۛ ِف ْي ِهۛ هدى ِلل ُمت ِق ْين‬

“kitab (al-Qur’an) tidak ada keraguan padanya, petunujuk bagi mereka yang bertakwa”
(QS.al-Baqarah [2]: 2).

Ayat 6 dari surah al-Fatihah ini mengandung “permohonan manusia kepada


Allah untuk mendapat petunjuk jalan yang lurus”. Sedangkan ayat 2 surat al-Baqarah
mengandung “informasi bahwa al-Qur’an merupakan pegangan untuk mendapat
petunjuk dari Allah kepada jalan yang lurus”.

7. Munasabah antar Suatu Kelompok Ayat dengan Kelompok Ayat di Sampingnya


Contoh dalam surah al-Baqarah ayat 1-20, yaitu Allah memulai penjelasannya
tentang kebenaran dan fungsi al-Qur’an bagi orang yang bertakwa. Dalam kelompok
ayat berikutnya, dibicarakan tentang tiga klompok manusia dan sifat mereka yang
berbeda-beda yaitu mukmin ayat 1-5, kafir ayat 6-7, dan munafik ayat 8-20. Dalam
membedakan ketiga kelompok tersebut secara jelas dengan menarik hubungan antara
ayat-ayat tersebut. Misalnya dengan menyebut sifat-sifat mukmin (keimanan), kafir
(kekufuran) dan munafik (kemunafikan) secara runtun dan berdekatan maka akan
memberikan pemahaman yang lebih gamblang dan utuh tentang watak ketiga golongan
itu. Oleh karenanya amat masuk akal ketika ketiga golongan tersebut disebut secara
berurutan, sehingga memudahkan dalam menyerap informasi.22

8. Munasabah antar Penutup Surah dengan Awal Surah Berikutnya


Contoh:

22
M. Zaenal Arifin, Khazanah Ilmu Al-Qur’an (Tanggerang: Pustaka Pelajar, 2018), hlm. 244.

13
ْ َْ َ ُ َ
ُ١ ‫زْ ُز الحَك ْيم‬
‫ي‬ ‫ع‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ه‬‫و‬ ‫ض‬ ‫ر‬ْ ‫الس ٰم ٰوت َو ْال َا‬ ِ
‫َ َّ َ ه‬
َّ ‫ّٰلل َما فى‬ ِ ‫سبح‬
ِ ِ ِۚ ِ ِ ِ

“Semua yang berada di langit dan di bumi, bertasbih kepada Allah (menyatakan
kebesaran Allah) dan Dialah yang Maha perkasa lagi Maha bijaksana” (QS. Al-Hadid)

Ayat ini bermunasabah dengan akhir surah sebelumnya

ْ َْ َ َ ْ ْ َ َ
٩٦ ࣖ ‫فس ِبح ِباس ِم ر ِبك الع ِظي ِم‬

“Maka bertasbilah dengan menyebut nama Rabbmu yang Maha besar” (QS. Al-
Waqiah : 96).23

23
As-Suyûthî, Asrâr Tartîb al-Qur’ân, hlm. 8.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Munasabah adalah keterikatan ayat ayat al quran sehingga seolah olah merupakan
suatu ungkapan yang mempunyai kesatuan makna dan keteraturan redaksi. Para ulama
berbeda pendapat dalam memandang tentang ada tidaknya munasabah dalam al-Qur’an.
Pendapat mereka terbagi menjadi dua bagian. Pertama, pihak yang menyatakan pasti ada
pertalian antara ayat dngan ayat dan antara surah dengan surah dalam al-Qur’an. Kedua,
pendapat yang mengatakan bahwa tidak perlu adanya munasabah, karena peristiwa-
peristiwa yang terjadi saling berlainan.

Salah satu manfaat ilmu munasabah yakni menjadikan bagian-bagian ayat itu
berkaitan dengan yang lainnya. Dengan demikian, hubungannya akan menjadi kuat
sehingga jadilah susunannya seperti susunan bangunan yang kukuh dan harmonis antara
bagian-bagiannya dan juga menjawab dan juga meluruskan anggapan para orientalis bahwa
ayat Al-Quran itu tumpang tindih dan kacau balau.

Ada beberapa macam bentuk munasabah antara lain hubungan kata demi kata dalam
satu ayat. munasabah antar surah dengan surah sebelumnya munasabah antar surah dengan
surah sebelumnya munasabah yang letaknya berdampingan dll.

B. Kritik dan Saran


Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih memiliki banyak kekurangan
bahkan terdapat kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik, saran serta masukan demi penerbitan dan mengurangi kesalahan
dalam makalah ini, sehinnga dapat berguna untuk pembuatan makalah-makalah selanjutnya

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdulwaly, Cece. 2021. Munasabah dalam Al-Qur’an: Pengantar Memahami Ilmu


Munasabat Antar Ayat-Ayat dan Surah-Surah Al-Qur’an (Farha Pustaka, Sukabumi).
Al-Biqa’i, Ibrahim ibn ‘Umar ibn Hasan. Nazhm Ad-Durar Fi Tansub Al-Ayat Wa As-Suwar.

Al-Qaththan, Manna, Mabahis Fi ‘Ulumil Al-Quran. (Maktabah Wahbah)

Al-Qurthubi, Abu ‘Abdillah Muhammad ibn Ahmad ibn Abi Bakr Syamsuddin. 1964. Al-
Jami’ Li Ahkam Al-Qur’an: Tafsir Al-Qurthubi. (Kairo: Dar al-Kutub al-Mishriyah).

Arifin, M. Zaenal. 2018. Khazanah Ilmu Al-Qur’an. (Tanggerang: Pustaka Pelajar).

Al-salih, Subhi. 1977Mabahits Fi Ulum al-Qur’an. (Beirut).

As-Suyuti, Jalaluddin. Al-Itqan Fi Ulum Al-Qur’an. (darul fikri, Bairut).

Asy-Syaukani, Muhammad ibn ‘Ali ibn Muhammad ibn ‘Abdillah. 1994. Fathul-Qadir
(Beirut: Dar Ibn Katsir).
Az- Zarkasyi, Bard Muhammad bin Abdullah. Al-Burhan Fi Ulum Al-Qur’an.
Mahfud, Zuhdi. 1997. Pengantar Ulumul Qur’an. (Surabaya: CV. Karya Abditama)
Muslim, Musthafa. 2005. Mabahis fi at-Tafsir al-Maudhu. (Dar al-Qalam).
Nashr Hamid Abu Zaid. 1993. Mafhum Fi ‘Ulum Al-Qur’an, terj. Khoiron Nahdliyin
(Yogyakarta: LKIS,).
Nasr,Hamid Abu Zaid. Tekstualitas Al-Qur’an, Lkis.
Robison, Anwar. Ulum Al-Qur’an. (Pustaka Setia, Bandung).

16

Anda mungkin juga menyukai