Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ULUMUL QUR’AN

“AMTSAL DALAM QUR’AN”

Dosen pengampu : Syaiful Arif, M.Ag.

KELOMPOK III

DISUSUN OLEH :

Dwi Faisal 221410077


Muhammad Saipul 221410015

Abdullah Muta’al 221410045

Muhammad Johar Fuady 221410039

FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QUR’AN JAKARTA

TAHUN AJARAN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah Swt Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat
dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Amtsal dalam Al-Qur’an” dengan tepat waktu. Sholawat beriringkan salam
juga tak lupa selalu kita hadiahkan kepada sang pemimpin ummat yakni Nabi
Muhammad SAW, semoga kita semua mendapat syafaat dari beliau di hari
kiamat nanti, Aamiin yaa rabbal ‘alamiin.

Makalah disususn untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ulumul Qur’an.


Selain itu, makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang Amtsal dalam
Ulumul Qur’an serta semua materi yang terkait materi tersebut.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Syaiful Arif, M.Ag.


sebagai Dosen Mata Kuliah Ulumul Qur’an. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Jakarta, 05 Februari 2023

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................... 2


Daftar Isi .................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 4
1. Latar Belakang ................................................................................ 4
2. Rumusan Masalah ........................................................................... 4
3. Tujuan ............................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 5
1. Defenisi Matsal................................................................................5
2. Urgensi Matsal dalam Al-Qur’an.................................................... 6
3. Macam-macam matsal dalam Al-Qur’an.........................................8
4. Ragam pandangan tentang Matsal dalam Qur’an...........................10
BAB III PENUTUP .................................................................................. 12
1. Kesimpulan ................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Amtsal merupakan salah satu cabang ilmu yang penting untuk kita
ketahui. Sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir sudah
sepatutnya kita mengetahui amtsal sebagai salah satu cabang ilmu yang
terdapat pada Ulumul Qur’an.
Dan pada kesempatan kali ini kami dari kelompok III Insyaallah akan
membahas tentang “Amtsal dalam Al-Qur’an” yang mana kami telah
membaca beberapa bacaan yang merujuk tentang ilmu Amtsal Al-Qur’an.
Mungkin dalam penulisan makalah ini terdapat beberapa kesalahan
baik dari segi penulisan, ataupun isi dari makalah ini, kami sangat
mengharapkan koreksi dari teman-teman sekalian. Dan makalah ini tentunya
berdasarkan dari sumber yang valid yang membahas tentang Amtsal Al-
Qur’an.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Amtsal?
2. Apa Urgensi Matsal dalam Al-Qur’an?
3. Apa saja macam-macam Amtsal Al-Qur’an?
4. Apa saja ragam pandangan Matsal dalam Al-Qur’an?
1.3 Tujuan
1. Agar mengetahui pengertian dari Amtsal.
2. Agar mengerti Urgensi Matsal dalam Al-Qur’an.
3. Agar mengetahui apa saja macam-macam Amtsal Al-Qur’an.
4. Agar mengetahui ragam pandangan Matsal dalam Al-Qur’an.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Amtsal

Amtsal adalah bentuk jamak dari kata matsal yang berarti perumpaan atau ibarat1.
Amtsal juga berarti menyamakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, yang berasal dari kata
mitsil yang berarti serupa atau seperti. Selain kedua kata tersebut, dijumpai pula kata matsil
yang berarti menyerupai2.

Menurut Al-Qattan amtsal adalah menonjolkan sesuatu makna (yang abstrak) dalam
bentuk yang indrawi agar menjadi indah dan menarik3. Dalam sastra matsal diatikan sebagai
suatu ungkapan, perkataan yang dihikayatkan dan sudah popular dengan maksud
menyerupakan keadaan yang terdapat dalam perkataan itu dengan keadaan sesuatu yang
karenanya perkataan itu diucapkan4.

Ilmu amtsal Al-Qur'an adalah salah satu cabang dari ulumul qur'an, dalam bahasa
Indonesia dikenal dengan istilah analogi. Hakikat-hakikat yang tinggi makna dan tujuannya
akan lebih menarik jika dituangkan dalam kerangka ucapan yang baik dan mendekatkan pada
pemahaman melalui analogi dengan sesuatu yang telah diketahui secara yakin5.

Secara terminologi amtsal dapat dipahami dalam tiga bentuk:

1. Bisa berarti perumpamaan, gambaran dan perserupaan.


2. Bisa diartikan kisah atau cerita, jika keadaannya amat asing atau aneh.
3. Bisa juga berarti sifat, atau keadaan atau tingkah laku yang mengherankan.6

1
Louis Ma’luf, Al-Munfid fi al-Laguh wa al-A’lam, Beirut: Dar al-Masyriq, 1960, hlm. 747.
2
Dra. Asnil Aidah Ritonga, MA, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Bandung: Cita Pustaka, 2013, hlm. 100.
3
Manna’Khalil Al-Qattan, Mubahatsu fii ulumil Qur’an, Beirut, tt, hlm. 403.
4
Manna’Khalil Al-Qattan, Mubahatsu fii ulumil Qur’an, Beirut, tt, hlm. 402.
5
Nuraini M.Ag, Analogi Qur’ani, Aceh: Searfiqh, hlm. 1.
6
H. Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu, 2000, hlm. 309.

5
6

Dalam amtsal biasanya selalu terdapat alur cerita yang mendorong lahirnya suatu
perumpamaan yang biasanya dikemukakan dalam konteks yang memiliki persamaan isi
(pesan). Dengan kata lain, bahwa timbulnya amtsal selalu diawali dengan suatu cerita, kisah
maupun peristiwa.

Amtsal Al-Qur’an lebih menitik beratkan pada pesan yang terkandung di dalamnya
sebagai pesan bagi manusia untuk bisa mengambil hikmah dan berusaha merefleksikannya
dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan penjelasan di atas, menurut Abdul Djalal, dalam
amtsal harus terkumpul pada tiga unsur, yaitu:

1. Harus ada yang diserupakan (al-musyabbah), yaitu sesuatu yang akan


diceritakan.
2. Harus ada asal cerita (al-musyabbah bih), yaitu sesuatu yang dijadikan tempat
menyamakan.
3. Harus ada segi persamaannya (wajhul musyabbah), yaitu arah persamaan
anatar kedua hal yang disamakan tersebut.

Menurut para ahli bahasa Arab, sahnya sebuah amtsal apabila memenuhi kriteria;
bentuk kalimatnya harus ringkas, isi maknanya harus mengena dengan tepat,
perumpamaannya harus baik dan kinayahnya harus indah.

2.2 Urgensi Matsal dalam Al-Qur’an

Dalam masyarakat Arab ungkapan matsal itu tidak akan terjadi kecuali karena
ada sebab-sebab, atau kejadian-kejadian yang menimbulkan adanya matsal. Maka suatu
perumpamaan yang dicontohkan bagi sesuatu itu mempunyai hubungan yang tegas dan
nyata, yang membawa konsekuensi agar lebih diyakini. Oleh karenanya menurut ulama
Ilmu Bayan, Matsal itu adalah majaz murakab, karena hubungan kesamaan itu adalah
sesuatu yang telah umum pemakaiannya dalam masyarakat.
7

Al-Zarkasyi dalam kitabnya, mengemukakan bahwa faedah penggunaan matsal


itu ada enam, yaitu: peringatan, nasehat, ajakan, teguran, penetapan serta penyusunan yang
dikehendaki oleh akal, dan terakhir menggambarkan sesuatu yang mudah ditangkap akal
7
dengan menampilkannya dalam bentuk yang bisa diinderai . Abdu al-Rahman
menyimpulkan enam tujuan utama dari matsal yang ada dalamal-Qur'an, sebagai berikut:
1. Matsal akan mendekatkan gambaran mumatsalah dalam benak orang yang di ajak
bicara, karena kadangkala si mukhatab tidak atau belum tahu dengan contoh, maka
untuk menghilangkan ketidaktahuan itu contoh dikemukakan melalui matsal.
2. Suatu ajakan agar berfikir logis sehingga sampai pada puncak alasan yang
memberikan keyakinan (al-Hujjah al-Burhaniyah) yang secara pasti (tidak dapat
tidak) harus demikian.
3. Matsal adalah sebuah dorongan, agar senantiasa berbuat baik dan berusaha untuk
memperindah diri, sebaliknya mendorong untuk menghindarkan hal-hal yang buruk
dan negatif.
4. Matsal yang memberikan dorongan dan sikap gemar melakukan kebaikan, atau
sebaliknya dengan memunculkan rasa takut untuk melakukan hal-hal yang dilarang.
5. Matsal yang digunakan untuk memuji atau untuk mencela sesuatu perbuatan,
disamping untuk mengemukakan rasa kagum atau untuk menghinakan.
6. Matsal yang digunakan untuk mempertajam daya nalar manusia, menggerakkan
kemampuan berfikirnya sehingga manusia akan merasa terdorong untuk
melakukannya.

Bahkan imam Syafi’i menganggap bahwa seorang mujtahid wajid mengetahui


ilmu-ilmu Al-Qur’an, kemudian perumpamaan-perumpamaan yang disebutkan didalamnya,
yang menunjukkan kepada ketaatan kepada-Nya, yang menjelaskan cara untuk menjauhi
maksiat kepadanya. Karena itulah, tujuan perumpamaan adalah menyerukan sesuatu yang
samar dengan sesuatu yang jelas, sesuatu yang tidak ada dengan sesuatu yang ada. Dan

7
Imam Al-Zarkasy, Al-Burhan fii Ulum Al-Qur’an, hlm. 486-487.
8

perumpamaan-perumpamaan Al-Qur’an itu menunjukkan kepada bertingkat-tingkatnya


pahala, pujian dan celaan, siksa dan pahala, dan pengagungan terhadap sesuatu atau
penghinaan kepadanya, serta menunjukkan kepada penegasan terhadap sesuatu atau untuk
membatalkannya8.

2.3 Macam-macam Matsal dalam Al-Qur’an

Berbicara mengenai bentuk atau macam-macam matsal ditemukan pendapat yang berbeda
di kalangan para ahli. Ada yang menyederhanakannya dengan mengemukakan hanya dua macam;
yakni musharahah dan kamimah. Hal ini dikemukakan oleh Imam al-Suyuthi dalam al-Itqan. Abu
Sulaiman menambah macam ketiga, yaitu amtsal al- Mursalah9

1. Al-Amtsal al-Musharahah

ialah matsal yang diungkapkan dalam alQur'an mempunyai kesamaan dengan kenyataan
yang dialami oleh masyarakat dalam kehidupannya. Matsal dalam bentuk ini seringkali
dinyatakan dengan kata matsal, diungkapkan dalam ayat, juga kadangkala tasybih. Matsal
dalam bentuk pertama itu cukup banyak ditemukan dalam al-Qur'an 10

a. Matsal musharahah dengan menyebut kata matsal

‫ت اَّل‬ ُ ‫ّٰللاُ ِبنُ ْو ِر ِه ْم َوتَ َر َك ُه ْم فِ ْي‬


ٍ ‫ظلُ ٰم‬ ‫ب ه‬ َ ‫ارا ۚ فَلَ اما ٓ اَض َۤا َءتْ َما ح َْولَ ٗه ذَ َه‬
ً َ‫ستَ ْوقَ َد ن‬
ْ ‫َمثَلُ ُه ْم َك َمثَ ِل الاذِى ا‬
١٧ َ‫يُب ِْص ُر ْون‬

8
Imam Jalaluddin Asy-Suyuthi, Al-Itqan fii ulumil qur’an, hlm. 710
9
(Sayuti, 1996:3)
10
(Malik, 2013:283).
9

Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu
menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan
mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. (al-Baqarah:17)

‫اس َو ََل يُؤْ ِمنُ ِب ه‬


ِ‫اّٰلل‬ ِ َّ‫ِي يُ ْن ِف ُق َمالَهٗ ِرئ َۤا َء الن‬
ْ ‫ص َد ٰق ِت ُك ْم ِب ْال َم ِن َو ْاَلَ ٰذ ۙى كَالَّذ‬
َ ‫ٰ ٰٓياَيُّ َها ا َّل ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ََل تُب ِْطلُ ْوا‬
ٍ‫ش ْيء‬ َ ‫ع ٰلى‬َ َ‫ص ْلدًا ۗ ََل َي ْقد ُِر ْون‬َ ٗ‫صا َبهٗ َوا ِب ٌل فَت ََركَه‬ َ َ ‫علَ ْي ِه ت ُ َرابٌ فَا‬ َ ‫ان‬ ٍ ‫ص ْف َو‬ ٰ ْ ‫َو ْال َي ْو ِم‬
َ ‫اَل ِخ ۗ ِر فَ َمثَلُهٗ َك َمثَ ِل‬
٢٦٤ َ‫ّٰللاُ ََل َي ْهدِى ْالقَ ْو َم ْال ٰك ِف ِريْن‬ َ ‫ِم َّما َك‬
‫سب ُْوا ۗ َو ه‬

Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan


menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan
hartanya karena ria kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu
ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai
sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-
orang yang kafir. (Al-Baqarah:264)

b. Matsal musharahah dengan menggunakan tasybih:

٤٨ ۙ ‫ف ِعي ٌْن‬
ِ ‫الط ْر‬ ِ ‫َو ِع ْن َد ُه ْم ٰق‬
َّ ُ‫ص ٰرت‬
Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya, (As-
Shaffat:48)
٤٩ ‫ْض َّم ْكنُ ْو ٌن‬
ٌ ‫َكاَنَّ ُه َّن َبي‬
Seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik. (AsShaffat:49)

Dari kedua bentuk matsal yang dicontohkan di atas terlihat betapa permpamaan itu
merupakan suatu kenyataan yang dialami oleh manusia dalam hidup dan kehidupannya.

2. Al-Amtsal al-Kaminah (Perumpamaan tersembunyi)


10

Adalah amtsal yang tidak dialami oleh manusia dalam kehidupannya (bukan kehidupan
nyata di dunia), sebagai kebalikan dari bentuk pertama. Matsal dalam bentuk kedua ini tidak
secara tersurat mengemukakan kata matsal, namun ungkapan itu mengandung makna yang dalam
meskipun ungkapannya singkat 11
contoh perumpamaan secara nyata yang belum atau tidak dirasakan manusia dalam
kehidupannya, tetapi matsal tersebut pasti terjadi:

‫س الش ٰايطِ ي ِْن‬ َ () ‫ص ِل ا ْلجَحِ ي ِْم‬


ُ ‫ط ْلعُهَا َكاَنا ٗه ُر ُء ْو‬ ُ ‫شج ََرةٌ ت َ ْخ ُر‬
ْ َ ‫ج ِف ْٓي ا‬ ‫)( اِناا َجعَ ْل ٰنهَا ِفتْنَةً لِل ه‬.
َ ‫ظلِمِ ْينَ )( اِناهَا‬

Sesungguhnya Kami menjadikan pohon zaqqum itu sebagai siksaan bagi orang-orang yang
zalim. Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang ke luar dan dasar neraka yang menyala
seperti kepala syaitan-syaitan. (As-Shaffat:63,64,65)

3. Amtsal mursalah

Adapun pengertian amtsal mursalah yaitu beberapa jumlah kalimat yang bebas tanpa
lafal tasybih. Amtsalul mursalah itu ialah beberapa ayat al-Qur'an yang berlaku sebagai
perumpamaan Al-Qatam, atau suatu ungkapan yang pada akhirnya tidak menggambarkan kata
tasyhbih tetapi ungkapan tersebut digunakan sebagai matsal (Ali., 2013)

ٍ ٍۢ ‫طعُ ْٰٓوا ا َ ْم َر ُه ْم َب ْي َن ُه ْم ُزب ًُر ۗا ُك ُّل ِح ْز‬


٥٣ َ‫ب ِب َما لَ َد ْي ِه ْم فَ ِر ُح ْون‬ َّ َ‫فَتَق‬

Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah
menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi
mereka (masing-masing). (Al-mukmin:53)

2.4 Ragam pandangan Matsal dalam Al-Qur’an

Kata matsal juga dipergunakan untuk menunjukan arti keadaan, sifat dan kisah yang
mengagumkan. Hal ini dapat dilihat dalam ayat-ayat al Qur’an antara lain: Qur’an surat al
Baqarah ayat 17

‫ّٰللا ِبنُ ْو ِر ِه ْم‬


ُ ‫َب ه‬ ْ ‫ض ۤا َء‬
َ ‫ت َما َح ْولَهٗ ذَه‬ ً ‫َمثَلُ ُه ْم َك َمثَ ِل الَّذِى ا ْست َْوقَ َد ن‬
َ َ ‫َارا ۚ فَلَ َّما ٰٓ ا‬
١٧ َ‫ْص ُر ْون‬ ِ ‫ت ََّل يُب‬ ُ ‫َوت ََر َك ُه ْم فِ ْي‬
ٍ ٰ‫ظلُم‬

11
(Sayuti, 1996:4).
11

Perumpamaan mereka seperti orang yang menyalakan api. Setelah (api itu) menerangi
sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka
dalam kegelapan, tidak dapat melihat. (Q.S Al-Baqarah: 17)

Kata matsal dalam ayat ini dapat berarti keadaan, dimana dalam ayat ini kata matsal
dipinjam untuk makna yang sesuai dengan keadaan orang-orang munafiq yang tidak dapat
menerima petunjuk yang datangnya dari Allah.

Qur’an surat al Fath ayat 29:

َ ‫َطـَٔهٗ فَ ٰازَ َر ٗه فَا ْستَ ْغ َل‬


‫ظ‬ ْ ‫اَل ْن ِج ْي ۚ ِل َكزَ ْرعٍ ا َ ْخ َر َج ش‬ِ ْ ‫ٰذلِكَ َمثَلُ ُه ْم ِفى التَّ ْو ٰرى ِة َۖو َمثَلُ ُه ْم ِفى‬
َ ‫ّٰللا الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َو‬
‫ع ِملُوا‬ ُ ‫ع َد ه‬ َ َّ‫ظ ِب ِه ُم ْال ُكف‬
َ ‫ار َۗو‬ َ ‫ع ِل َي ِغ ْي‬ ُّ ‫ب‬
َ ‫الز َّرا‬ ُ ‫س ْو ِق ٖه يُ ْع ِج‬ ُ ‫ع ٰلى‬ َ ‫فَا ْست َٰوى‬
٢٩ ࣖ ‫ع ِظ ْي ًما‬ َ ‫ت ِم ْن ُه ْم َّم ْغ ِف َرة ً َّواَجْ ًرا‬ِ ٰ‫ص ِلح‬
‫ال ه‬
Itu adalah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan Injil, yaitu seperti benih
yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu makin kuat, lalu menjadi besar dan
tumbuh di atas batangnya. Tanaman itu menyenangkan hati orang yang menanamnya.
(Keadaan mereka diumpamakan seperti itu) karena Allah hendak membuat marah orang-
orang kafir. Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan
kebajikan di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (Q.S Al-Fath: 29)

kata matsal dalam ayat ini dapat berarti sifat.

Qur’an surat Muhammad ayat 15:

َ ٍ‫َمثَ ُل ْال َج َّن ِة الَّ ِت ْي ُو ِع َد ْال ُمتَّقُ ْونَ ۗفِ ْي َها ٰٓ ا َ ْنهٰ ٌر ِم ْن َّم ۤاء‬
‫غي ِْر ٰا ِس ۚ ٍن َوا َ ْنهٰ ٌر ِم ْن لَّ َب ٍن لَّ ْم َيتَغَي َّْر‬
َ
ٗ‫ط ْع ُمه‬
Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa (adalah
bahwa) di dalamnya ada sungai-sungai yang airnya tidak payau, sungai-sungai air
susu yang rasanya tidak berubah.......(Q.S Muhammad: 15).

kata matsal dalam ayat ini dapat berarti kisah atau cerita yang mengagumkan.

Dalam kaitan ini al Zamakhsyary mengisyaratkan, setidaknya ada dua makna


dari kata matsal tersebut, yaitu : Pertama; matsal pada dasarnya dapat berarti al mitsal
dan al nadhir yang berarti serupa atau sebanding. Kedua; matsal termasuk isti’arah yakni
kata pinjaman yangberguna untuk menunjuk kepada keadaan sesuatu, sifat dan kisah,
jika ketiganya dianggap penting dan mempunyai keanehan.
12

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Amtsal al Qur’an sangat peting untuk diketahui, dipelajari dan difahami secara mendalam, karena
pengharapanya yang tinggi terhadap akal manusia, meyingkap hakikat yang tidak nampak, dapat
menyimpulkan makna yang indah dan padat dalam bentuk yang menarik, memberikan dorongan
kepada manusia untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kepentingan dan keinginanya,
menghindarkan manusia dari hal-hal yang tidak disenanginya, memberikan pelakunya, dapat
diketahui denganya sifat-sifat buruk yang harus dihindari, dan amtsal juga mmiliki pengaruh pada
jiwa dalam memberikan nasihat dan peringatan.

2. Amtsal al Qur’an juga memiliki peranan yang sangat besar dalam dunia pendidikan, karena ruh
pendidikan itu sendiri sejalan dengan maksud ditampilkanya amtsal al Qur’an tersebut, yaitu
disamping sebagai nasihat dan peringatan bagi manusia juga dapat membantu mempercepat proses
pemahaman yang berkenaan dengan tujuan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. Sayuti. (1996). Amtsal Al-Quran”Al-Qalam. Banten: UIN Banten. 11. 1-7.
doi:10.32678/alqalam.v11i58.703

Ali, M. (2013). Fungsi Perumpamaan dalam Al-Quran. Tarbawiyah. 10. 21-31. Retrieved
from :http://ejournal.metrouniv.ac.id/index.php/tarbawiyah/article/view 344

Al-Qattan, Manna’Khalil, Mubahatsu fii ulumil Qur’an (studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an), Beirut, 1992.

Asy-Suyuthi, Al-Itqan fii ulumil qur’an, Beirut: Dar al-Fikr, 1979.

Az-Zarkasy, Al-Burhan fii Ulum Al-Qur’an, Kairo: Dar al Hadis, 2006

Djalal, Abdul, Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu, 2000

Maliki, A. (2013). Studi Al-Quran. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press.

Ma’luf,Louis , Al-Munfid fi al-Laguh wa al-A’lam, Beirut: Dar al-Masyriq, 1960

13

Anda mungkin juga menyukai