KELOMPOK III
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS USHULUDDIN
1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Allah Swt Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat
dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Amtsal dalam Al-Qur’an” dengan tepat waktu. Sholawat beriringkan salam
juga tak lupa selalu kita hadiahkan kepada sang pemimpin ummat yakni Nabi
Muhammad SAW, semoga kita semua mendapat syafaat dari beliau di hari
kiamat nanti, Aamiin yaa rabbal ‘alamiin.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
Amtsal adalah bentuk jamak dari kata matsal yang berarti perumpaan atau ibarat1.
Amtsal juga berarti menyamakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, yang berasal dari kata
mitsil yang berarti serupa atau seperti. Selain kedua kata tersebut, dijumpai pula kata matsil
yang berarti menyerupai2.
Menurut Al-Qattan amtsal adalah menonjolkan sesuatu makna (yang abstrak) dalam
bentuk yang indrawi agar menjadi indah dan menarik3. Dalam sastra matsal diatikan sebagai
suatu ungkapan, perkataan yang dihikayatkan dan sudah popular dengan maksud
menyerupakan keadaan yang terdapat dalam perkataan itu dengan keadaan sesuatu yang
karenanya perkataan itu diucapkan4.
Ilmu amtsal Al-Qur'an adalah salah satu cabang dari ulumul qur'an, dalam bahasa
Indonesia dikenal dengan istilah analogi. Hakikat-hakikat yang tinggi makna dan tujuannya
akan lebih menarik jika dituangkan dalam kerangka ucapan yang baik dan mendekatkan pada
pemahaman melalui analogi dengan sesuatu yang telah diketahui secara yakin5.
1
Louis Ma’luf, Al-Munfid fi al-Laguh wa al-A’lam, Beirut: Dar al-Masyriq, 1960, hlm. 747.
2
Dra. Asnil Aidah Ritonga, MA, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Bandung: Cita Pustaka, 2013, hlm. 100.
3
Manna’Khalil Al-Qattan, Mubahatsu fii ulumil Qur’an, Beirut, tt, hlm. 403.
4
Manna’Khalil Al-Qattan, Mubahatsu fii ulumil Qur’an, Beirut, tt, hlm. 402.
5
Nuraini M.Ag, Analogi Qur’ani, Aceh: Searfiqh, hlm. 1.
6
H. Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu, 2000, hlm. 309.
5
6
Dalam amtsal biasanya selalu terdapat alur cerita yang mendorong lahirnya suatu
perumpamaan yang biasanya dikemukakan dalam konteks yang memiliki persamaan isi
(pesan). Dengan kata lain, bahwa timbulnya amtsal selalu diawali dengan suatu cerita, kisah
maupun peristiwa.
Amtsal Al-Qur’an lebih menitik beratkan pada pesan yang terkandung di dalamnya
sebagai pesan bagi manusia untuk bisa mengambil hikmah dan berusaha merefleksikannya
dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan penjelasan di atas, menurut Abdul Djalal, dalam
amtsal harus terkumpul pada tiga unsur, yaitu:
Menurut para ahli bahasa Arab, sahnya sebuah amtsal apabila memenuhi kriteria;
bentuk kalimatnya harus ringkas, isi maknanya harus mengena dengan tepat,
perumpamaannya harus baik dan kinayahnya harus indah.
Dalam masyarakat Arab ungkapan matsal itu tidak akan terjadi kecuali karena
ada sebab-sebab, atau kejadian-kejadian yang menimbulkan adanya matsal. Maka suatu
perumpamaan yang dicontohkan bagi sesuatu itu mempunyai hubungan yang tegas dan
nyata, yang membawa konsekuensi agar lebih diyakini. Oleh karenanya menurut ulama
Ilmu Bayan, Matsal itu adalah majaz murakab, karena hubungan kesamaan itu adalah
sesuatu yang telah umum pemakaiannya dalam masyarakat.
7
7
Imam Al-Zarkasy, Al-Burhan fii Ulum Al-Qur’an, hlm. 486-487.
8
Berbicara mengenai bentuk atau macam-macam matsal ditemukan pendapat yang berbeda
di kalangan para ahli. Ada yang menyederhanakannya dengan mengemukakan hanya dua macam;
yakni musharahah dan kamimah. Hal ini dikemukakan oleh Imam al-Suyuthi dalam al-Itqan. Abu
Sulaiman menambah macam ketiga, yaitu amtsal al- Mursalah9
1. Al-Amtsal al-Musharahah
ialah matsal yang diungkapkan dalam alQur'an mempunyai kesamaan dengan kenyataan
yang dialami oleh masyarakat dalam kehidupannya. Matsal dalam bentuk ini seringkali
dinyatakan dengan kata matsal, diungkapkan dalam ayat, juga kadangkala tasybih. Matsal
dalam bentuk pertama itu cukup banyak ditemukan dalam al-Qur'an 10
8
Imam Jalaluddin Asy-Suyuthi, Al-Itqan fii ulumil qur’an, hlm. 710
9
(Sayuti, 1996:3)
10
(Malik, 2013:283).
9
Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu
menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan
mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. (al-Baqarah:17)
٤٨ ۙ ف ِعي ٌْن
ِ الط ْر ِ َو ِع ْن َد ُه ْم ٰق
َّ ُص ٰرت
Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya, (As-
Shaffat:48)
٤٩ ْض َّم ْكنُ ْو ٌن
ٌ َكاَنَّ ُه َّن َبي
Seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik. (AsShaffat:49)
Dari kedua bentuk matsal yang dicontohkan di atas terlihat betapa permpamaan itu
merupakan suatu kenyataan yang dialami oleh manusia dalam hidup dan kehidupannya.
Adalah amtsal yang tidak dialami oleh manusia dalam kehidupannya (bukan kehidupan
nyata di dunia), sebagai kebalikan dari bentuk pertama. Matsal dalam bentuk kedua ini tidak
secara tersurat mengemukakan kata matsal, namun ungkapan itu mengandung makna yang dalam
meskipun ungkapannya singkat 11
contoh perumpamaan secara nyata yang belum atau tidak dirasakan manusia dalam
kehidupannya, tetapi matsal tersebut pasti terjadi:
Sesungguhnya Kami menjadikan pohon zaqqum itu sebagai siksaan bagi orang-orang yang
zalim. Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang ke luar dan dasar neraka yang menyala
seperti kepala syaitan-syaitan. (As-Shaffat:63,64,65)
3. Amtsal mursalah
Adapun pengertian amtsal mursalah yaitu beberapa jumlah kalimat yang bebas tanpa
lafal tasybih. Amtsalul mursalah itu ialah beberapa ayat al-Qur'an yang berlaku sebagai
perumpamaan Al-Qatam, atau suatu ungkapan yang pada akhirnya tidak menggambarkan kata
tasyhbih tetapi ungkapan tersebut digunakan sebagai matsal (Ali., 2013)
Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah
menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi
mereka (masing-masing). (Al-mukmin:53)
Kata matsal juga dipergunakan untuk menunjukan arti keadaan, sifat dan kisah yang
mengagumkan. Hal ini dapat dilihat dalam ayat-ayat al Qur’an antara lain: Qur’an surat al
Baqarah ayat 17
11
(Sayuti, 1996:4).
11
Perumpamaan mereka seperti orang yang menyalakan api. Setelah (api itu) menerangi
sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka
dalam kegelapan, tidak dapat melihat. (Q.S Al-Baqarah: 17)
Kata matsal dalam ayat ini dapat berarti keadaan, dimana dalam ayat ini kata matsal
dipinjam untuk makna yang sesuai dengan keadaan orang-orang munafiq yang tidak dapat
menerima petunjuk yang datangnya dari Allah.
َ ٍَمثَ ُل ْال َج َّن ِة الَّ ِت ْي ُو ِع َد ْال ُمتَّقُ ْونَ ۗفِ ْي َها ٰٓ ا َ ْنهٰ ٌر ِم ْن َّم ۤاء
غي ِْر ٰا ِس ۚ ٍن َوا َ ْنهٰ ٌر ِم ْن لَّ َب ٍن لَّ ْم َيتَغَي َّْر
َ
ٗط ْع ُمه
Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa (adalah
bahwa) di dalamnya ada sungai-sungai yang airnya tidak payau, sungai-sungai air
susu yang rasanya tidak berubah.......(Q.S Muhammad: 15).
kata matsal dalam ayat ini dapat berarti kisah atau cerita yang mengagumkan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Amtsal al Qur’an sangat peting untuk diketahui, dipelajari dan difahami secara mendalam, karena
pengharapanya yang tinggi terhadap akal manusia, meyingkap hakikat yang tidak nampak, dapat
menyimpulkan makna yang indah dan padat dalam bentuk yang menarik, memberikan dorongan
kepada manusia untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kepentingan dan keinginanya,
menghindarkan manusia dari hal-hal yang tidak disenanginya, memberikan pelakunya, dapat
diketahui denganya sifat-sifat buruk yang harus dihindari, dan amtsal juga mmiliki pengaruh pada
jiwa dalam memberikan nasihat dan peringatan.
2. Amtsal al Qur’an juga memiliki peranan yang sangat besar dalam dunia pendidikan, karena ruh
pendidikan itu sendiri sejalan dengan maksud ditampilkanya amtsal al Qur’an tersebut, yaitu
disamping sebagai nasihat dan peringatan bagi manusia juga dapat membantu mempercepat proses
pemahaman yang berkenaan dengan tujuan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. Sayuti. (1996). Amtsal Al-Quran”Al-Qalam. Banten: UIN Banten. 11. 1-7.
doi:10.32678/alqalam.v11i58.703
Ali, M. (2013). Fungsi Perumpamaan dalam Al-Quran. Tarbawiyah. 10. 21-31. Retrieved
from :http://ejournal.metrouniv.ac.id/index.php/tarbawiyah/article/view 344
Al-Qattan, Manna’Khalil, Mubahatsu fii ulumil Qur’an (studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an), Beirut, 1992.
13