Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ULUMUL QURAN

“ QASHASUL QURAN DAN AMTSALUL QURAN ”


KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan kasih sayang-Nya yang telah
memberikan kekuatan dalam menjalani semua ujian, kesehatan dan berkah yang tak
terhingga, karena sesungguhnya atas kehendak dan ridho-Nya penulis dapat meyelesaikan
makalah ini, guna menyelesaikan tugas Ulumul Hadits. Sholawat serta salam juga senantiasa
tercurah kepada Rasulullah SAW. beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya.
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar para pembaca tahu tentang Qashasul Quran dan
Amtsalul Quran lebih khusus para mahasiswa memiliki kemampuan dasar yang logis dan
kritis, rasa ingin tahu, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam mengembangkan
pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari senpurna karena masih banyak
terdapat kekurangan, namun sesungguhnya taka da gading yang tak retak. Oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun demi
penyempurnaa penulisan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dalam makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Tenggarong, 2 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................4
A.    Latar Belakang.............................................................................................................4
B.     Rumusan Masalah.......................................................................................................5
C.    Tujuan Pembahasan.....................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................................5
A.    Pengertian Amtsalul Qur’an.......................................................................................5
B.    Macam-macam Amtsal Dalam Al-Qur’an.................................................................6
C.    Ciri-Ciri Amtsalul Qur’an...........................................................................................7
D.    Unsur-Unsur Amtsalul Qur’an...................................................................................8
E.    Faedah atau Manfaat Amtsalul Qur’an.....................................................................9
F.    Pengertian Qashash Al-Qur’an.................................................................................10
G.    Macam-Macam Qashashul Quran............................................................................11
H.    Adapun unsur-unsur kisah dalam Alquran ............................................................12
I.      Tujuan dan Fungsi Qashasul Quran........................................................................12
BAB III PENUTUP................................................................................................................14
A.    Kesimpulan..................................................................................................................14
B. Saran............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam memahami Al-Qur’an diperlukan beberapa pendekatan keilmuan, salah satunya
adalah Ulumul Qur’an yang memiliki sub-sub bidang kajian guna memahami  Al-Qur’an. Di
antara sub tersebut adalah Amtsalul Qur’an dan Qashasul Qur’an (perumpamaan-
perumpamaan dalam  Al-Qur’an dan kisah dalam  Al-Qur’an), yaitu permisalan dalam ayat
Al-Qura’n atau ayat yang menggunakan siyaqul kalam tamsiliyyah dengan pengungkapan
yang menakjubkan dan mengandung hikmah atau pelajaran di dalamnya. Dalam hal ini,
ulama menggunakan istilah Amtsalul Qur’an dan Qashasul Qur’an untuk mempermudah
dalam mengungkap materi yang menjadi fokus tujuan ayat tersebut sehingga dengan amtsalul
Qur’an dan Qashasul Qur’an dapat mengungkap hakikat, makna, tujuan dan kisah dalam ayat
tersebut.
Suatu peristiwa yang berhubungan dengan sebab dan akibat dapat menarik perhatian para
pendengar. Apabila dalam peristiwa itu terselip pesan-pesan dan pelajaran mengenai berita-
berita bangsa terdahulu, rasa ingin tahu merupakan faktor paling kuat yang dapat
menanamkan kesan peristiwa tersebut kedalam hati. Dan nasihat dengan tutur kata yang
disampaikan tanpa variasi tidak mampu menarik perhatian akal bahkan semua isinya pun
tidak akan bias dipahami. Akan tetapi bila nasihat itu dituangkan dalam bentuk kisah yang
menggambarkan peristiwa dalam realita kehidupan dan rasa ingin tahu, dan pada gilirannya
akan terpengaruh dengan nasihat dan pelajaran yang terkandung di dalamnya.
Untuk memahami itu semua maka ulama tafsir menganggap perlu adanya ilmu yang
menjelaskan tentang perumpamaan dan kisah dalam Al-Qur’an agar manusia mampu
mengambil pelajaran dengan perumpamaan dan kisah tersebut. Oleh karena itu, dalam
makalah berikut penulis menjelaskan tentang ilmu ILMU AMTSALUL AL- QUR’AN dan
QASHASUL AL- QUR’AN.

B.     Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Amtsalul dan Qashasul Qur’an?
2. Apa Unsur-unsur Amtsalul dan Qashasul Qur’an?
3. Apa saja jenis-jenis Amtsalul dan Qashasul Qur’an?
4. Apa saja manfaat mempelajari Amtsalul dan Qashasul Qur’an?

C.    Tujuan Pembahasan
1.  Mengetahui apa pengertian Amtsalul dan Qashasul Quran
2.  Mengetahui unsur-unsur Amtsalul dan Qashasul Quran
3. Mengetahui apa saja jenis-jenis Amtsalul dan Qashasul Quran
4. Mengetahui apa saja manfaat mempelajari Amtsalul dan Qashasul Quran
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Amtsalul Qur’an


Kata amtsal adalah jamak dari kata matsal. Matsal, mitsul, dan matsil sama dengan syabah,
syibh dan syabih (semakna). Matsal diartikan dengan keadaan, kisah dan sifat yang menarik
perhatian, menakjubkan. Orang yang pertama kali menyebut matsal ialah Al-Hakam ibn
Yaghus yang membuat suatu perumpamaan bagi orang yang biasanya tidak tepat
lemparannya, yang sesekali tepat lemparannya. Menurut keterangan ini harus ada sesuatu
yang lebih dulu untuk diserupakan dengan yang lain. Tetapi dalam Amtsal al-Quran tidak
demikian.[1]
Menurut Drs. Rosihon anwar, M.A.g beliau berkata bahwasanya ilmu amtsal Al-Qur’an
adalah ilmu yang menerangkan perumpamaan Al-Qur’an, yakni menerangkan ayat-ayat
perumpamaan yang dikemukakan Al-Quran.
Amtsal adalah menonjolkan makna dalam bentuk perkataan yang menarik dan padat serta
mempunyai pengaruh mendalam terhadap jiwa, baik berupa tasybih atau pun perkataan bebas
(lepas, bukan tasybih).
Menurut Ibnul Qoyyim amtsal Al-Qur’an adalah menyerupakan sesuatu dengan sesuatu
yang lain dalam hal hukum dan mendekatkan sesuatu yang abstrak (ma’qul) dengan yang
kongkrit (mahsus), atau mendekatkan salah satu dari dua mahsus dengan yang lain dan
menganggap salah satunya sebagai yang lain. Sebagaian besar contoh amtsal Al-Qur’an
menurut Ibnul Qoyyim menggunakan tasybih shorih seperti firman Allah:
“Sesungguhnya matsal kedudukan dunia itu adalah seperti air (hujan) yang Kami
turunkan dari langit” (QS.Yunus:24)
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa amtsal Al-Qur’an adalah ilmu yang
menerangkan tentang majaz, perbandingan, penyerupaan sesuatu dengan yang lain dalam Al-
Qur’an.
Amtsal al-Qur’an adalah:
[3] ‫ ُمرْ َساًل‬  ‫قَوْ اًل‬  ْ‫أَو‬ ‫تَ ْشبِ ْیهًا‬ ‫َت‬ ِ ‫ ْالنَّ ْف‬ ‫فِي‬ ‫ َوقَ ُعهَا‬ ‫لَهَا‬ ‫ ُموْ ِج َز ٍة‬ ‫ َرائِ َع ٍة‬ ‫صُوْ َر ٍة‬ ‫فِي‬ ‫ ْال َم ْعنَى‬ ‫إِ ْب َرا ُز‬
ْ ‫ َكان‬ ‫ َس َوا ٌء‬ ‫س‬
Yaitu menampakkan pengertian yang abstrak dalam bentuk yang indah dan singkat yang
mengena dalam jiwa baik dalam bentuk tasybih maupun majaz mursal (ungkapan bebas).
Definisi inilah yang relevan dengan yang terdapat dalam al-Qur’an, karena mencakup
semua macam amtsal al-Qur’an.

B.    Macam-macam Amtsal Dalam Al-Qur’an


Secara garis besar, amtsal Al-Qur’an terbagi menjadi dua. Pertama perumpamaan yang
disebutkan secara jelas dan tegas. Imam Jalaluddin As-Suyuthi dalam Al-Itqan menyebutnya
sebagai matsal zhahir musharrah bih. Sedangkan yang kedua disebutkan secara tersirat
(matsal kamin). Namun apabila diamati secara seksama maka Amtsal Al-Qur’an bisa dibagi
menjadi tiga macam, yaitu  Amtsal Musharrahah, Amtsal Kaminah dan Amtsal Mursalah.
Syekh Jalaluddin As-Suyuthi membagi amtsal dalam Alqur’an menjadi dua macam, yaitu
amtsal dzahir (jelas), dan amtsal khafiy (tersembunyi). Sedangkan Manna’ Al-Qathan
membaginya menjadi tiga macam, yaitu amtsal musharrahah, amtsal kaminah, dan amtsal
mursalah.
1.     Amtsal musharrahah,
Amtsal Musarrahah ialah Amsal yang didalammya dijelaskan dengan lafaz Masal
atau sesuatu yang menunjukkan tasybih. Amsal seperti ini banyak ditemukan dalam
Al-Qur’an.
Sebagai contoh dalam surat (Al-Baqarah : 17-20)

ِ qُ‫ب هَّللا ُ بِن‬


‫ور ِه ْم‬q َ َ‫هُ َذه‬qَ‫ا َح ْول‬qq‫ت َم‬ qْ ‫ا َء‬q‫ض‬َ َ‫ارًا فَلَ َّما أ‬qqَ‫تَ ْوقَ َد ن‬q‫اس‬
ْ ‫ل الَّ ِذي‬q ِ qَ‫َمثَلُهُ ْم َك َمث‬
﴿‫ون‬q َ q‫ ٌّمﻣ بُ ْك ٌم ُع ْم ٌي فَهُ ْم اَل يَرْ ِج ُع‬q ‫ص‬ ُ ﴾۱۷﴿‫ُون‬ َ ‫ر‬q ‫ْص‬ ِ ‫ت الﱠ يُب‬ ٍ ‫َوتَ َر َكهُ ْم فِي ظُلُ َما‬
‫ابِ َعهُ ْم‬q‫ص‬َ َ‫ون أ‬q َ qُ‫ق يَجْ َعل‬ ٌ ْ‫ر‬qqَ‫ ٌد َوب‬q‫ات َو َر ْع‬ٌ ‫ب ِم َن ال َّس َما ِء فِي ِه ظُلُ َم‬ ٍ ِّ‫صي‬ َ ‫﴾ أَ ْو َك‬۱۸
‫ا ُد‬qq‫﴾ يَ َك‬۱٩﴿‫ين‬ َ ‫افِ ِر‬qq‫ت َوهَّللا ُ ُم ِحيطٌ ِب ْال َك‬ ْ q‫ َذ َر ْال َم‬q‫ق َح‬
ِ ‫و‬q ِ ‫اع‬ َّ ‫فِي آ َذانِ ِه ْم ِم َن‬
ِ ‫ َو‬q‫الص‬
ْ َ‫ضا َء لَهُ ْم َم َش ْوا فِي ِه َوإِ َذا أ‬
‫ا ُموا‬qqَ‫ظلَ َم َعلَ ْي ِه ْم ق‬ َ َ‫ارهُ ْم ُكلَّ َما أ‬
َ ‫ْص‬َ ‫ف أَب‬ ُ َ‫ق يَ ْخط‬ ُ ْ‫ْالبَر‬
 ﴾۲٠﴿ٌ‫ ِدير‬q َ‫ ْي ٍء ق‬q ‫ار ِه ْم إِ َّن هَّللا َ َعلَى ُك ِّل َش‬ ِ ‫ْص‬ َ ‫ب بِ َس ْم ِع ِه ْم َوأَب‬ َ َ‫َولَ ْو َشا َء هَّللا ُ لَ َذه‬
﴾۲٠-۱۷:‫﴿البقرة‬
Artinya: “(17) Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka
setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari)
mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. (18) Mereka
tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar). (19)
atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita,
guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena
(mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang
kafir. (20) Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat
itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa
mereka, mereka berhenti. Jika Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan
pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala
sesuatu.” (Q.S. Al-Baqarah: 17-20).

2) Amtsal kaminah,
Yaitu Amsal yang didalamnya tidak disebutkan dengan lafaz tamsil (pemisalan)
tetapi ia menunjukkan dengan makna yang indah, menarik, dalam kepadatan
redaksinya dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa
dengannya, untuk masal ini mereka mengajukan sejumlah contoh, diantaranya suratAl-
Baqarah: 68:

}68{  َ‫ َماتُ ْؤ َمرُون‬ ‫فَا ْف َعلُوا‬ ‫ك‬ ُُ ‫ار‬


ٌ ‫ع ََو‬ ‫بِ ْك ٌر‬ َ‫ض َوال‬
َ ِ‫ َذل‬  َ‫بَ ْين‬ ‫ان‬ َ َ‫ق‬ ‫ َما ِه َي‬ ‫لَّنَا‬ ‫يُبَيِّن‬ ‫ك‬
ِ َ‫ف‬ َّ‫ال‬ ٌ‫بَقَ َرة‬ ‫إِنَّهَا‬ ‫يَقُو ُل‬ ُ‫إِنَّه‬ ‫ال‬ ُ ‫ا ْد‬ ‫قَالُوا‬
َ َّ‫ َرب‬ ‫لَنَا‬ ‫ع‬

“Sapi betina yang tidak tua dan tidak muda, pertengahan dari itu.“

3) Amtsal mursalah,
Amsal Mursalah yaitu Kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafaz tasybih
secara jelas. tetapi kalimat-kalimat itu berlaku sebagai masal. Sebagai contoh dalam
surat Al-Mudassir: 38:

}38{ٌ‫ َر ِهينَة‬ ‫ت‬ ٍ ‫نَ ْف‬  ُّ‫ُكل‬


ْ َ‫ َك َسب‬ ‫بِ َما‬ ‫س‬
“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa ynang telah diperbuatnya.”
Para ulama berbeda pendapat terhadap ayat-ayat Amsal Mursalah ini, apa atu bagai
mana hukum mempergunakan sebagai masal. Adapun menurut As-Suyuthi dan
Zarkasyi, amtsalAl-Quran terbagi dalam dua bagian saja, yaitu musharrahah dan
kaminah.

C.       Ciri-Ciri Amtsalul Qur’an


Samih Atif Az-Zain mengemukakan bahwa amtsal Al-Qur’an memilki ciri-ciri spesifik
yang menonjol, yaitu:

1. Amtsal Al-Qur’an kadang-kadang bersifat haqiqi (menggambarkan fakta yang


sebenarnya), dan kadang-kadang bersifat fardhi (ilustratif). Contohnya:

ِ ‫ظُلُ َما‬ ‫فِي‬ ُ‫ َّمثَلُه‬ ‫ َك َم ْن‬.


‫ت‬
ِ َّ‫لِلن‬ ُ‫هللا‬  ُ‫يَضْ ِرب‬ ‫ك‬
‫اَ ْمثَلَهُ ْم‬ ‫اس‬ َ ِ‫ َك َذال‬.

Sementara amtsal yang fardhi biasanya diungkapkan dalam bentuk tasybih


(penyerupaan). Contohnya:

ِ ‫ال ِح َم‬ ‫ َك َمثَ ِل‬ ‫يَحْ ِملُوهَا‬ ‫لَ ْم‬ ‫ثُ َّم‬ َ‫التَّوْ رىة‬ ‫ َح ِّملُوا‬  َ‫الَّ ِذ ْين‬ ‫ َمثَ ُل‬.
‫اَ ْسفَارًا‬ ‫يَحْ ِم ُل‬ ‫ار‬

2. Di antara ciri-ciri spesifik amtsal Al-Qur’an adalah qiyas tamtsili. Contohnya:

 ‫يَأْ ُك َل‬ ‫اَ ْن‬ ‫اَ َح ُد ُك ْم‬  ُّ‫أَيُ ِحب‬,‫بَ ْعضًا‬ ‫ض ُك ْم‬ ُ ‫بَ ْع‬ ‫يَ ْغتَب‬  ‫ َواَل‬ ‫ت ََج َّسسُوْ ا‬  ‫ َواَل‬ ,‫اِ ْث ٌم‬ ‫الظَّ ِن‬ ‫ْض‬
َ ‫بَع‬ ‫اِ َّن‬ ‫الظَّ ِن‬  َ‫ ِمن‬ ‫ َكثِ ْيرًا‬ ‫اجْ تَنِبُوْ ا‬ ‫اَ َمنُوْ ا‬  َ‫الَّ ِذ ْين‬ ‫يَأَيُّهَا‬
‫ َر ِح ْي ٌم‬  ٌ‫تَوَّاب‬ َ‫هللا‬ ‫إِ َّن‬ َ‫هللا‬ ‫ َواتَّقُوْ ا‬,ُ‫فَ َك ِر ْهتُ ُموْ ه‬ ‫ َم ْيتًا‬ ‫اَ ِخ ْي ِه‬ ‫لَحْ َم‬.

3. Amtsal Al-Qur’an memiliki dua ciri atau aspek, yaitu yang tersurat dan yang tersirat.
         Matsal yang tersurat adalah matsal yang jelas eksplisit dengan kata matsal,
contohnya:

ٍ ‫ظُلُ َما‬ ‫فِي‬ ‫ َوتَ َر َكهُ ْم‬ ‫بِنُوْ ِر ِه ْم‬ ُ‫هللا‬ ‫َب‬


ِ ‫يُب‬  ‫اَل‬ ‫ت‬
َ‫ْصرُوْ ن‬ َ ‫ َذه‬ ُ‫ َحوْ لَه‬ ‫ َما‬ ‫ت‬ َ َ‫أ‬ ‫فَلَ َّما‬ ,‫نَارًا‬ ‫ا ْستَوْ قَ َد‬ ‫الَّ ِذى‬ ‫ َك َمثَ ِل‬ ‫ َمثَلُهُ ْم‬.
ْ ‫ضا َء‬

Sedangkan matsal yang tersirat ialah yang tidak eksplisit dengan kata matsal.
Contohnya:

َ‫ َذلِك‬  َ‫بَ ْين‬ ‫ان‬ٌ ‫ َع َو‬ ‫ َواَل بِ ْك ٌر‬  ٌ‫ارض‬ ِ َ‫اَل ف‬.


َّ َ ‫اَّل‬
‫ َكفارًا‬ ‫إِ فا ِجرًا‬ ‫ َواَل يَلِ ُدوْ ا‬.
‫بِ ِع ْل ِم ِه‬ ‫يَ ِح ْيطُوْ ا‬ ‫لَ ْم‬ ‫بِ َما‬ ‫ َك َّذبُوْ ا‬  ْ‫بَل‬.

4. Kehebatan lain dari amtsal Al-Qur’an adalah bahwa sebagian ayatnya telah “berlaku
di masyarakat sebagai peribahasa yang telah di kenal, seperti firman Alloh:

ُّ ‫لح‬
‫ق‬ َ ‫ ْا‬ ‫ص‬
َ ‫ َحصْ َح‬  َ‫ ْالئَن‬.
ٍ ‫ ِح ْز‬  ُّ‫ ُكل‬.
َ‫فَ ِرحُوْ ن‬ ‫لَ َد ْي ِه ْم‬ ‫بِ َما‬ ‫ب‬
5. Spesifikasi lainnya ialah amtsal Al-Qur’an bersifat muthlaqah, dengan pengertian
bersifat menyeluruh dan tidak hanya bersifat parsial atau sebagian. Contohnya:

َ‫ َعل‬ ُ‫هللا‬  َ‫و َكان‬.ُ


َ ‫الريَح‬ ِ  ُ‫ت َْذرُوْ ه‬ ‫ه َِش ْي ًما‬ ‫فَأَصْ بَ َح‬ ‫ض‬
ِ ْ‫اأْل َر‬ ‫ات‬ ْ َ‫ف‬ ‫ال َّس َما ِء‬  َ‫ ِمن‬ ُ‫اَ ْنز َْلنَه‬ ‫ َك َما ٍء‬ ‫ال ُّد ْنيَا‬ ‫ ْال َحيَو ِة‬ ‫ َمثَ َل‬ ‫لَهُ ْم‬  ْ‫َواضْ ِرب‬
ُ َ‫نَب‬ ‫بِ ِه‬ َ‫اختَلَط‬
ً‫ ُم ْقتَ ِدرا‬ ‫ َش ٍئ‬  ِّ‫ ُكل‬ ‫ى‬.

D.       Unsur-Unsur Amtsalul Qur’an


 Amtsal terdiri dari beberapa unsur, sebagaimana dalam tasybih yang meliputi tiga unsur
berikut:
1.al-musyabbah (yang diserupakan); yaitu sesuatu yang diceritakan
2.al-musyabbah bih (asal cerita atau tempat menyamakan); yaitu sesuatu yang
dijadikan tempat menyamakan
3.wajh al-syibh (segi atau arah persamaan), yaitu arah persamaan antara kedua hal
yang disamakan tersebut.
Seperti firman Allah dalam surat yunus ayat 24
       “Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan)
yang kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya.........”
‫المشبة‬          : kehidupan dunia
‫به‬ ‫المشبة‬      : turunnya air hujan
‫الشبة‬ ‫وجه‬    : perumpamaan kehidupan dunia yang singkat diserupakan dengan waktu
turunnya hujan yang juga singkat.

Dalam kaidah balghah, matsal itu harus terdiri dari ketiga unsur itu. Begitu juga dengan
amtsal Al-qur’an. Tetapi, menurut hasil penelitian para penulis Al-qur’an, amtsal Al-
qur’an, baik yang berbentuk isti’arah, tasybih maupun majaz mursal, tidak selamanya
harus ada musyabah bihnya sebagaimana yang berlaku dalam amtsal menurut para ahli
bahasa dan ilmu bayan. Sebagaimna amtsal Al-qur’an yang disebutkan para pengarang
ulumul Qur’an, ternyata mereka merangkum ayat-ayat Al-qur’an yang mempersamakan
keadaan sesuatu dengan sesuatu yang lain, baik yang berbentuk isti’arah, tasbih ataupun
majaz mursal, yang tidak ada kaitannya dengan dengan asal cerita[6].
Adapun alat penyerupaan yang terkandung dalam Al-qur’an, sebagaimana
diterangkan oleh Moh. Chaziq Charisma dalam bukunya tiga aspek kemukjizatan Al-
qur’an, adalah menggunakan hal-hal berikut:

·         menggunakan kaaf (‫)ك‬, seperti dalam surat al-Qooriah ayat 4-5. “ Pada hari itu
manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran (4), Dan gunung-gunung adalah
seperti bulu yang dihambur-hamburkan”.
·         menggunakan ka-anna (‫كان‬ ), seperti dalam surat al-Qomar ayat 7-8. “ Sambil
menundukkan pandangan-pandangan mereka keluar dari kuburan seakan-akan
mereka belalang yang beterbangan, (7), Mereka datang dengan cepat kepada
penyeru itu. orang-orang kafir berkata: "Ini adalah hari yang berat.(8)"
·         Menggunakan kalimat fi’il yang menggunakan makna tasybeh. Seperti dalam
surat al-Insan ayat 19. “Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang
tetap muda. apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka, mutiara
yang bertaburan.”
·         Dengan membuang alat tasybeh dan wajah syibehnya. Seperti dalam surat an-
Naba’ ayat 10.“Dan kami jadikan malam sebagai pakaian”
E.     Faedah atau Manfaat Amtsalul Qur’an
Di antara manfaat amtsal al-Quran ialah:
·         Menonjolkan sesuatu yang hanya dapat dijangkau dengan akal menjadi bentuk kongkrit
yang dapat dirasakan atau difahami oleh indera manusia.
·         Menyingkapkan hakikat dari mengemukakan sesuatu yang tidak nampak menjadi sesuatu
yang seakan-akan nampak.
·         Mengumpulkan makna yang menarik dan indah dalam ungkapan yang padat, seperti
dalam amtsal kaminah dan amtsal mursalah dalam ayat- ayat di atas.
·         Memotivasi orang untuk mengikuti atau mencontoh perbuatan baik seperti apa yang
digambarkan dalam amtsal.
Amtsal lebih berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasihat, lebih kuat
dalam memberikan peringatan dan lebih dapat memuaskan hati. Dalam Al-Qur’an Allah swt.
banyak menyebut amtsal untuk peringatan dan supaya dapat diambil ibrahnya.
Memberikan kesempatan kepada setiap budaya dan juga bagi nalar para cendekiawan untuk
menafsirkan dan mengaktualisasikan diri dalam wadah nilai-nilai universalnya.
Allah banyak menyebut amtsal dalam al-Quran untuk pengajaran dan peringatan. Allah swt.
berfirman:
37:‫الزمر‬ .‫لعلّهميتذ ّكرون‬ ‫ َمثَ ٍل‬ ‫ك ّل‬ ‫من‬ ‫القراّ ِن‬ ‫هذا‬ ‫في‬ ‫للنّاس‬ ‫ضربنا‬ ‫ولقد‬
“Dan sungguh telah Kami buat untuk manusia dalam al-Quran ini berbagai macam rupa
matsal. Mudah-mudahan mereka mengambil pelajaran dari padanya.” (QS. Az-Zumar [39]:
2727)
43 :‫العنكبوت‬ .‫إاّل العالمون‬ ‫يعقلها‬ ‫وما‬ ‫للناس‬ ‫نضربها‬ ‫األمثال‬ ‫وتلك‬
“Itulah matsal-matsal yang Kami buat untuk manusia dan tidaklah dapat dipahamkan matsal-
matsal itu melainkan oleh orang-orang yang berilmu.” (QS. Al-Ankabut [29]: 43)

F.     Pengertian Qashash Al-Qur’an


    Kata Qashashmasdar dari qassa, yaqussu, qashasan. Ia bermakna : urusan, berita, kabar,
dan keadaan[15].mencari jejak atau bekas[16] dan berita-berita yang berurutan[17].
Sedangkan menurut istilah Qashashul Qur’an ialah kisah-kish dalam Al-Qur’an tentang
para Nabi dan Rasul mereka, serta peristiwa-peristiwa  yang terjadi pada masa lampau, masa
kini, dan masa yang akan datang. Qishah juga berarti  tatabbu al-atsar (napak tilas/mengulang
kembali masa lalu). Arti ini diperoleh dari uraian Al-Qur’an pada surat Al-Kahfi ayat 64.
ٰ
q‫صا‬
ً ‫ص‬ ِ َ‫قَالَ َذلِ َك َما ُكنَّانَب ِْغ ۚ فَارْ تَ َّدا َعلَ ٰىآث‬
َ َ‫ار ِه َماق‬
Musa berkata: ‘Itulah (tempat) yang kita cari’. Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak
mereka semula. (QS Al-Kahfi [18]: 64)
Al-Qashash dalam Al-Qur’an sudah pasti dan tidak fiktif, sebagaimana yang ditegaskan
dalam Al-Qur’an:
‫ق ۚ َو َما ِم ْن إِ ٰلَ ٍه إِاَّل هَّللا ُ ۚ َوإِ َّن هَّللا َ لَه َُو ْال َع ِزي ُز ْال َح ِكي ُم‬ َ َ‫إِ َّن ٰهَ َذا لَه َُو ْالق‬
ُّ ‫صصُ ْال َح‬
Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Allah; dan sesungguhnya Allah, dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Qs
Ali-Imran [3]: 62)
َ ‫ان َح ِديثًا يُ ْفتَ َر ٰى َو ٰلَ ِك ْن تَصْ ِدي‬
‫ق الَّ ِذي‬ َ ‫ب ۗ َما َك‬ ِ ‫ص ِه ْم ِعب َْرةٌ أِل ُولِي اأْل َ ْلبَا‬
ِ ‫ص‬َ َ‫ان فِي ق‬ َ ‫لَقَ ْد َك‬
َ ُ‫يل ُكلِّ َش ْي ٍء َوهُدًى َو َرحْ َمةً لِقَ ْو ٍم ي ُْؤ ِمن‬
‫ون‬ َ ‫ص‬ِ ‫بَي َْن يَ َد ْي ِه َوتَ ْف‬
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang
mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan
(kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan
rahmat bagi kaum yang beriman. (QS Yusuf [12]: 111)
Manna al-Khalil al-Qaththan mendefinisikan qishashul quran sebagai pemberitaan
Alquran tentang ha ihwal umat-umat dahulu dan para nabi, serta peristiwa-peristiwa yang
terjadi secara empiris. Dan sesungguhnya Alquran banyak memuat peristiwa-peristiwa masa
lalu, sejarah umat-umat terdahulu, negara, perkampungan dan mengisahkan setiap kaum
dengan cara shuratan nathiqah (artinya seolah-olah pembaca kisah tersebut menjadi pelaku
sendiri yang menyaksikan peristiwa itu).
Secara terminologi, pengertian qashashul quran adalah kabar-kabar dalam Alquran tentang
keadaan-keadaan umat yang telah lalu dan kenabian masa dahulu, serta peristiwa-peristiwa
yang telah terjadi.
Al-Qur’an selalu menggunakan terminologi qashash untuk menunjukkan bahwa kisah
yang disampaikan itu benar dan tidak mengandung kemungkinan salah atau dusta. Sementara
cerita-cerita lain yang mengandung kemungkinan salah dan benar biasanya bentuk jamaknya
diungkapkan dengan istilah qishash.
Qashash Al-Qur’an adalah pemberitaan mengenai ihwal umat yang telah lalu, nubuwwat
(kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Quran mengandung
banyak keterangan-keterangan kejadian pada masa lalu, sejarah bangsa-bangsa, keadaan
negeri dan peniggalan atau jejak setiap umat. Ia menceritakan semua keadaan mereka dengan
cara yang menarik dan mempesona.

G.    Macam-Macam Qashashul Quran


Kisah-kisah dalam Alquran dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1.     Kisah para Nabi yang memuat dakwah mereka kepada kaumnya, mukjizat-mukjizat yang
ada pada mereka, sikap para penentang, perkembangan dakwah dan akibat-akibat yang
diterima orang-orang yang mendustakan para Nabi. Misalnya kisah nabi Nuh, Ibrahim,
Musa, Harun, Isa, Muhammad dan Nabi Serta Rasul yang lainnya.
2.     Kisah-kisah yang berkaitan dengan kejadian-kejadian umat-umat terdahulu dan tentang
orang-orang yang tidak dapat dipastikan kenabiaanya, seperti kisah Thalut, Jalut, dua
putra Adam, Ashahab al-Kahfi, Zulqarnai, Ashabul Ukhdud dsb.
3.     Kisah-kisah yang berkaitan dengan peristiwa yang terjadi di zaman Rasulullah seperti
perang badar, uhud dalam surah Ali Imran, Perang Tabuk dan Hunain dalam surah at
Taubah perang ahzab dalam surah Al-Ahzab dan lain sebagainya.

Kisah-kisah dalam Al-Qur’an dapat di bagi beberpa macam, yaitu:


1)     Di lihat dari panjang pendeknya, kisah-kisah Al-Qur’an dapat dibagi dalam tiga bagian:
a.      Kisah panjang, contohnya kisah Nabi Yusuf dalam surat Yusuf (12).
b.     Kisah yang lebih pendek dari bagian yang pertama, seperti kisah Maryam dalam surat
Maryam (19).
c.      Kisah pendek, yaitu kisah yang jumlahnya kurang dari sepuluh ayat, misalnya kisah
Nabi Hud dan Nabi Luth dalam surat Al-A’raf (7).
2)     Dari segi waktu
Di tinjau dari segi waktu kisah-kisah dalam Al-Qur’an ada tiga, yaitu:
a.      Kisah hal gaib yang terjadi pada masa lalu, Contohnya:
Kisah tentang dialog malaikat dengan Tuhannya mengenai penciptaan khalifah bumi
sebagaimana di jelaskan dalam (Q.S. Al-Baqarah: 30-34).
Kisah tentang penciptaan alam semesta sebagaimana tersapat dalam (Q.S. Al-
Furqan: 59, Qaf: 38).
b.     Kisah hal gaib yang terjadi pada masa kini, contohnya:
Kisah tentang turunnya malaikat-malaikat pada malam Lailatul Qadar seperti di
ungkapkan dalam.

c.      Kisah hal ghaib yang akan terjadi pada masa yang akan datang, contohnya:
Kisah tentang akan datangnya hari kiamat seperti di jelaskan dalam Al-Qur’an Surat
Al-Qari’ah, Surat Az-Zalzalah dan lainnya.
Kisah tentang Abu Lahab kelak di akhirat seperti di ungkapkan dalam Al-Qur’an
Surat Al-Lahab.

3)     Dari Segi Materi


Di tinjau dari segi materi, kisah-kisah dalam Al-Qur’an ada tiga,  yaiut:
a.      Kisah-kisah para Nabi, seperti:
Kisah Nabi Muhammad, Kisah Nabi Adam, Kisah Nabi Nuh, Kisah Nabi Luth, Kisah
Nabi Musa, Kisah Nabi Sulaiman, Kisah Nabi Ibrahim,  Kisah Nabi Ismail, Kisah
Nabi Yusuf
b.     Kisah tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di masa lampau yang tidak dapat
di pastikan kenabiannya.Contohnya:
Kisah tentang Luqman, Kisah tentang Ashabul kahfi, Kisah tentang Maryam.

c.      Kisah yang berpautan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa Rasulullah


SAW.Contohnya:
Kisah tentang Ababil, Kisah tentang Hijrahnya Nabi SAW, Kisah tentang perang
Badar dan Uhud yang di uraikan dalam Qur’an surat Ali Imran, Kisah tentang perang
Hunain dan At-Tabuk dan lain sebagainya

H.    Adapun unsur-unsur kisah dalam Alquran adalah


a)     Pelaku (al-Syaksy). Dalam Alquran para actor dari kisah tersebut tidak hanya manusia,
tetapi juga malaikat, jin dan bahkan hewan seperti semut dan burung hud-hud.

b)     Peristiwa (al-Haditsah). Unsur peristiwa merupakan unsur pokok dalam suatu cerita,
sebab tidak mungkin, ada suatu kisah tanpa ada peristiwanya. Berkaitan peristiwa,
sebagian ahli membagi menjadi tiga, yaitu
a.      peristiwa yang merupakan akibat dari suatu pendustaan dan campur tangan qadla-
qadar Allah dalam suatu kisah.
b.     peristiwa yang dianggap luar biasa atau yang disebut mukjizat sebagai tanda bukti
kebenaran, lalu datanglah ayat-ayat Allah, namun mereka tetap mendustakannya lalu
turunlah adzab.
c.      peristiwa biasa yang dilakukan oleh orang-orang yang dikenal sebagai tokoh yang
baik atau buruk, baik merupakan rasul maupun manusia biasa.

c)     Percakapan (Hiwar). Biasanya percakapan ini terdapat pada kisah yang banyak
pelakunya, seperti kisah Nabi Yusuf, kisah Musa dsb. Isi percakapan dalam Alquran pada
umumnya adalah soal-soal agama, misalnya masalah kebangkitan manusia, keesaan
Allah, pendidikan dsb. Dalam hal ini Alquran menempuh model percakapan langsung.
Jadi Alquran menceritakan pelaku dalam bentuk aslinya.[22]

I.       Tujuan dan Fungsi Qashasul Quran


Adapun tujuan kisah Alquran adalah untuk memberikan pengertian tentang sesuatu yang
terjadi dengan sebenarnya dan agar dijadikan ibrah (pelajaran) untuk memperkokoh
keimanan dan membimbing ke arah perbuatan yang baik dan benar.[23]
Alquran sebagai kitab dakwah agama dan kisah menjadi salah satu medianya untuk
menyampaikan dan memantapkan dakwah.keseluruhan kisah dalam Alquran tunduk pada
tujuan agama baik tema-temanya, cara-cara pengungkapannya maupun penyebutan
peristiwanya.[24]meskipun kisah-kisah tersebut mengungkap secara mutlak tujuan agama
bukan berarti ciri-ciri kesusasteraan pada kisah-kisah tersebut menghilang. Bahkan dapat
dikatakan bahwa tujuan agama dan kesusasteraan dapat terkumpul pada pengungkapan
Alquran.[25]dapat disimpulkan bahwa tujuan kisah Alquran adalah untuk tujuan agama,
meskipun demikian tidak mengabaikan segi-segi sastranya.
Manfaat Qashasul Quran menurut al Qattan antara lain
a)     Menjelaskan asas-asas dakwah menuju Allah dan menjelaskan poko-pokok syariat yang
di bawa oleh para nabi,
‫َو َماأَرْ َس ْلنَا ِمنقَ ْبلِ َك ِمن َّرس ُْوإٍل ِ الَّنُ ْو ِحيإِلَ ْي ِهأَنَّهُالَإِلَهَإِالَّأَنَافَا ْعبُ ُد ْو ِن‬
Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan
kepadanya: ‘Bahwasannya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah
olehmu sekalian akan Aku. (QS Al-Anbiya’ [21]: 25).
b)     Menguatkan hati Rasulullah dan hati umatnya terhadap agama Allah dan menguatkan
kepercayaan orang-orang yang beriman terhadap kemenangan, kebenaran, dan
pertolongan-Nya, serta menghancurkan kebatilan dan para pendukungnya. Sebagaimana
ditegaskan dalam firman Allah Swt.:
‫َوإِنَّ ُكاًّل لَ َّمالَي َُوفِّيَنَّهُ ْم َربُّ َكأ َ ْع َمالَهُ ْمإِنَّهُبِ َمايَ ْع َملُونَ َخبِي ٌر‬
Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang
dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dan dalam surah ini telah datang kepadamu
kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. (QS Hud
[11]: 120).
c)     Membenarkan ajaran para Nabi terdahulu, menghidupkan ajaran mereka, dan
mengabdikan peninggalan mereka.
d)     Menunjukkan kebenaran Muhammad Saw. dalam risalah dakwahnya dengan
memberitakan tentang keadaaan orang-orang terdahulu dalam berbagai macam level
generasi yang berbeda.
e)     Menyibakkebohongan Ahli Kitab dengan menjelaskan hal-hal yang mereka sembunyikan,
dan menentang apa-apa yang terdapat pada kitab mereka setelah mengalami perubahan
dan penggantian, sebagaimana firman Allah Swt.:
َ ‫كُاُّل لطَّ َعا ِم َكانَ ِحاًّل لِبَنِيإِس َْرائِيإَل ِ اَّل َم‬
ۗ ُ‫ ِه ِم ْنقَ ْبأِل َ ْنتُنَ َّزاَل لتَّ ْو َراة‬qqqqqqqqqqqqqqqq‫اح َّر َمإِس َْرائِيلُ َعلَ ٰىنَ ْف ِس‬
‫ين‬ َ ‫قُ ْلفَأْتُوابِالتَّ ْو َرا ِةفَا ْتلُوهَاإِ ْن ُك ْنتُ ْم‬
َ ِ‫صا ِدق‬
Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan
oleh Israil (Ya’qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan. Katakanlah: ‘(Jika
kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun Taurat), maka bawalah
Taurat itu, lalu bacalah dia jika kamu orang-orang yang benar. (QS Ali ‘Imran [3]: 93)
Sesudah Taurat diturunkan, ada beberapa makanan yang diharamkan bagi mereka
sebagai hukuman. Nama-nama makanan itu disebut misalnya , dalam surah An-Nisa’ ayat
160 dan surah Al-An’am ayat 146.
f)      Kisah atau cerita merupakan salah satu metode yang cukup baik dalam berdakwah dan
ungkapannya lebih cepat menancap dalam jiwa. Sebagaimana firman Allah Swt.:
Yang artinya: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi
orang-orang yang mempunyai akal. (QS Yusuf [12]: 111)
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa di dalam Al-
Qur’an terdapat ayat-ayat tentang perumpamaan atau yang dalam istilah ulumul Qur’an
disebut dengan Amsal Al-Qur’an. Terdapat perbedaan pendapat mengenai hal tersebut mulai
dari ulama ahli adab, ahli bayan dan ahli tafsir, namun yang menurut penulis lebih cocok
dengan pengertian tersebut adalah menampakkan pengertian yang abstrak dalam bentuk yang
indah dan singkat yang mengena dalam jiwa baik dalam bentuk tasybih maupun majaz
mursal (ungkapan bebas).
Definisi inilah yang relevan dengan yang terdapat dalam Al-Qur’an, karena mencakup
semua macam amtsal al-Qur’an. Amsal juga mempunyai rukun-rukun atau unsur-unsur,
antara lain Wajhu Syabah/ segi perumpamaan, Adaatu Tasybih/ alat yang dipergunakan untuk
tasybih, Mussyabbah/ yang diserumpamakan, dan Musyabbah Bih/ sesuatu yang dijadikan
perumpamaannya. Adapun macam-macam amsal terdiri dari tiga bagian yaitu, amsal
musarrahah, amsal kaaminah, dan amsal mursalah yang masing-masing mempunyai
perbedaan diri sendiri.
Adapun membuat masal ataupun perumpamaan Al-Qur’an dengan digunakan dengan
percakapan sehari-hari itu tidak diperbolehkan, karena tujuan Al-Qur’an turun bukan hanya
untuk masalah amsal, melainkan Al-Qur’an untuk direnungi dan dipikirkan secara mendalam
serta diamalkan dalam kehidupan keseharian umat Islam.
Kisah-kisah yang termuat dalam Al-Qur’an, dimana diceritakannya tentang Pemberitaan
mengenai ihwal umat yang telah lalu, nubuwwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-
peristiwa yang telah, sedang, dan akan terjadi.
Manfaat qashash dalam Al-Qur’an adalah sebagai penunjuk dari Allah yang diemban para
Nabi dan Rasul Allah sebagai penjelasan syari’at ke-Islaman mereka.
Pengaruh kisah Al-Qur’an terhada pendidikan adalah paling tepat dengan menyampaikan
kisah-kisah Al-Qur’an tersebut, maka seorang pendidik dapat mengungkapkannya dengan
metode yang sesuai dengan tingkat berpikir para pelajarnya atau sesuai dengan tigkat
kecerdasan mereka.

B. Saran
Menceritakan kisah-kisah dalam Al-Qur'an sebagai metode pembelajaran pendidikan
agama terutama untuk para pendidik adalah cara yang tepat mengingat usia anak-anak yang
dapat lebih menyerap kisah tersebut dan akan berlanjut dari pembicaraan meraka dengan
individu-individu lainnya.

Dalam menyampaikan kisah-kisah Al-Qur'an tersebut, seorang pendidik dapat


mengungkapkannya dengan metode yang sesuai dengan tingkat berpikir para pelajarnya atau
sesuai dengan tigkat kecerdasan mereka.

DAFTAR PUSTAKA

http://forumcangkrukbareng.blogspot.com/2016/09/qashas-al-quran-dan-amtsal-al-
quran_11.html

Ansori, 2013.Ulumul Qur'an : kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan.Jakarta : PT Raja


Grafindo Persada.

Ash-Shlih, Shubhi, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur'an, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993.

Al-Qaththn, Mann', Mabhits fi 'Ulm Al-Qur'an, Riyadh: Muassasah ar-Rislah, 1976. 

Al-Qaththn, Mann' Khalil, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur'an, tejemahan Mudzakir AS, Jakarta:
Litera Antar Nusa, 2004

https://alghoit.weebly.com/blog/ilmu-qashash-al-quran

https://id.wikipedia.org/wiki/Qasas_al-Quran%27an

Anda mungkin juga menyukai