Anda di halaman 1dari 10

AMTSAL DAN AQSAM AL-QUR’AN

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah

STUDI AL-QUR’AN

Dosen Pengampu

Ruston Nawawi, S. Ud, MA

Disusun Oleh :

1. Anisa Oktavia Nurfadila (931205820)


2. Ryantori Mukti (931205920)

FAKULTAS SYARIAH

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

2021
KATA PENGANGAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ”AMTSAL DAN AQSAM
AL-QUR’AN” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulis makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Ruston
Nawawi, S. Ud, MA pada Mata Kuliah Studi Al-quran. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Pembahasan Amtsal dan Aqsam Al-Qur’an bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ruston Nawawi, S. Ud, MA selaku
dosen pada Mata Kuliah Studi Al-Qu’ran yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Kediri, 11 Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANGAR.............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................................5
2.1 Pengertian Amtsal dan Aqsam Al-Qur’an...................................................................5
2.2 Macam-macam Amtsal dan Aqsam Al-Qur’an...........................................................6
2.3 Faedah Amtsal dan Aqsam Al-Qur’an........................................................................7
BAB III.....................................................................................................................................9
PENUTUP................................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Al-Qur’an dalam menyampaikan pesan-pesanya kepada manusia menggunakan cara
yang beraneka ragam. Hal ini dimaksudkan agar petunjuk dan bimbingannya dapat dengan
mudah diterima dan merasuk ke dalam lubuk hati manusia. Di antara keunikan Al-Qur’an
dalam menyampaikan pesan-pesan kehidupan ialah model penyampaian pesan yang singkat,
mudah, dan jelas untuk difahami. Dan salah satu metode tersebut adalah melalui ungkapan
matsal(perumpamaan). Nilai sastra yang tertuang di dalam untaian bahasa Al-Qur’an yang
berupa amtsal dan aqsam adalah merupakan salah satu kemukjizatan dari sekian banyak segi
kemukjizatan Al-Qur’an. Oleh karena itu nilai kegunaan sastra Al-Qur’an tidak dapat
ditandingi oleh siapapun dan kapanpun juga, karena memang Al-Qur’an bukan produk insani.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian Amtsal dan Aqsam Al-Qur’an?
2. Jenis-Jenis Amtsal dan Aqsam Al-Qur’an?
3. Faedah Amtsal dan Aqsam Al-Qur’an?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian Amtsal dan Aqsam Al-Qur’an.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis Amtsal dan Aqsam Al-Qur’an.
3. Untuk mengetahui faedah Amtsal dan Aqsam Al-Qur’an.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Amtsal dan Aqsam Al-Qur’an


Kata Amtsal adalah bentuk jama’ dari kata mitsal. Secara etimologi kata matsal,
mitsal dan matsil berarti sama dengan syabah, syibah dan syabih. Kata matsal juga
dipergunakan untuk menunjukan arti keadaan, sifat dan kisah yang mengagumkan. Dalam
kaitan ini al Zamakhsyary mengisyaratkan, setidaknya ada dua makna dari kata matsal
tersebut, yaitu : Pertama; matsal pada dasarnya dapat berarti al mitsal dan al nadhir yang
berarti serupa atau sebanding. Kedua; matsal termasuk isti’arah yakni kata pinjaman
yangberguna untuk menunjuk kepada keadaan sesuatu, sifat dan kisah, jika ketiganya
dianggap penting dan mempunyai keanehan.1 Sedangkan pendapat yang lain mengatakan,
bahwa kata matsal sering disebut oleh Al-Qur’an yang dapat dikelompokan menjadi 3 yaitu:

1) Matsal yang menunjuk kepada makna sibih (serupa, sepadan, sama).


2) Matsal yang menunjuk kepada makna nadlir (padanan).
3) Matsal yang menunjuk kepada makna mau’idzah (peringatan atau pelajaran).

Menurut bahasa, Aqsām (‫ )أقسام‬merupakan lafadz jama’ dari kata qasam (‫ )قسم‬.Sighat
asli qasam itu berasal dari fi`il ‫ أقسم‬atau ‫ لف أح‬yang dimuta`addikan dengan bâ` (‫) باء ال‬untuk
sampai kepada ‫ به ادلقسم‬.Kata qasam sama artinya dengan kata ḫalf (‫) لف ح‬,yamîn , (‫ )ألية‬aliyah
dan (‫ )ميني‬yang mempunyai satu makna yaitu sumpah. Keempat kata tersebut digunakan
dalam al- Qur'an. Kata half disebut sebanyak 13 kali, kata qasam disebut sebanyak 33 kali,
kata yamīn disebut sebanyak 71 kali, dan kata aliyah disebut sebanyak dua kali 2 . Sumpah
dinamakan dengan yamîn karena orang arab kalau bersumpah saling memegang tangan kanan
masing-masing3. Sumpah itu sendiri berbentuk kalimat bukan kata tunggal, yang berfungsi
sebagai penegas dan penentu terhadap isi kalimat yang lain. Adapun qasam menurut istilah
adalah mengaitkan jiwa untuk tidak melakukan sesuatu perbuatan, atau untuk
mengerjakannya, yang diperkuat dengan sesuatu yang diagungkan bagi orang yang
bersumpah, baik secara nyata atau secara keyakinan saja. Jadi dapat dipahami bahwa yang
1
Al Zamakhsyariy, Tafsir al Kasysyaf, j.ii., (Kairo : Dar Al Llai, t.t.), hal. 281
2
Lihat Muḫammad al Mukhtār al Salāmī. Al- Qasam Fi al Lughah wa fi al Qur'ān. Cet. I. Beirūt: Dār al
Gharb al Islāmī. (1999M). 21.
3
Lihat Abū Hilāl al Ḫasan bin `Abdullah bin Sahl bin Sa`īd bin Yahyā bin Mehrān al `Askarī. Mu`jām al
Furūq al Lughawiyyah. Editor: Al Syaikh Bait Allah Bayāt wa Muassasah al Nasyr al Islāmiy. Qum: Muassasah
al Nasyr al Islāmiy al Tābi`ah li Jāmi`ah al Mudarrisīn. (1412H). 429.
dimaksud dengan aqsām al-Qur`ān yaitu sesuatu yang disampaikan untuk menguatkan sebuah
berita yang terdapat di dalam al- Qur'an disertai dengan unsur-unsur qasam untuk
menghilangkan keraguan dan meyakinkannya tentang kebenaran akan isi kandungan al-
Qur'an.

2.2 Macam-macam Amtsal dan Aqsam Al-Qur’an


Adapun mengenai macam-macam amtsal dalam Al-Qur’an, para ulama berbeda
pendapat. Diantaranya al Suyuthy membagi amtsal menjadi dua bagian, yaitu amtsal al
musharrahah dan amtsal al kaminah.4 Sedangkan menurut Manna’ al Qaththan dan
Muhammad Bakar Ismail membagi amtsal menjadi tiga macam, yaitu al Musharrahah atau al
Qiyasiah, al kaminah dan al Mursalah. Dalam tulisan ini, akan diuraikan macam-macam
amtsal menurut Manna’ al Qaththan dan Muhammad Bakar Ismail, yaitu:

1) Amtsal al Musharrahah atau al Qiyasiyah ialah perumpamaan yang di dalamnya


menggunakan lafal matsal atau sesuatu yang menunjukkan kepada pengertian lafal
tersebut, tasybih dengan menggunakan huruf kaf.
2) Amtsal al Kaminah adalah suatu perumpamaan yang di dalamnya tidak disebutkan
secara jelas, baik lafal tamstil (perumpamaan langsung), keadaan, sifat-sifatnya, dan
tidak pula dijelaskan secara pasti mengenai saat terjadinya peristiwa, tetapi lafal yang
digunakan adalah menunjuk kepada makna tersiratnya yang indah dan menarik dalam
susunan kata atau kalimat serta mempunyai pengaruh tersendiri bila kalimat itu
digunakan untuk makna yang serupa denganya.
3) Amtsal al Mursalah adalah kalimat-kalimat itu bebas, tidakmenggunakan lafal tasybih
secara jelas tetapi kalimat-kalimat itu berlaku atau berfungsi sebagai matsal, yang
mana di dalamnya terdapat peringatan dan pelajaran bagi manusia.

Qasam al-Qur‟ān ada dua macam bila dilihat dari segi fi‟il qasamnya yaitu:

1) Qasam zhāhir atau qasam sharīḫ, yaitu qasam yang fi`il qasamnya disebutkan bersama
dengan muqsam bihnya. Fādhil al Sāmirānī menjelaskan bahwa qasam zhāhir yaitu
qasam yang di dalamnya itu terdapat salah satu dari huruf qasam atau salah satu dari
lafadh qasam5. Qasam zhāhir atau qasam sharīḫ ini terbagi dua, yaitu:
4
Lihat al Suyuthiy, Op. Cit., hal. 132
5
Lihat Fādhil Shāliḫ al Sāmirānī. Ma`ānī al Naḫwi.Cet. I. Beirūt: Dār Iḫyā' al Turāts al `Arabiy.
(2007M). Jilid: 4. 137. Lihat juga Afrāḫ Dziyāb Shāliḫ. "Uslūb al Qasam al Dhāhir wa Atsaruhu fī Binā'i al
Nashshi al Qur`ānī: Sūrah al `Ādiyāt Unmūdzajan". Jurnal Kulliyyah al Tarbiyyah li al Banāt. Jāmi`ah Baghdad:
a. Isti`thāfīy yaitu sumpah yang jawab al qasamnya itu jumlah insyāiyyah (kalimat yang
mengandung harapan), dan huruf qasam yang digunakan adalah bā' dan hanya sedikit
dalam uslub qasam.
b. Ghairu isti`thāfīy yaitu sumpah yang jawab al qasamnya itu jumlah khabariyyah
(kalimat berita), yang jenis ini banyak beredar di kalangan orang Arab dan juga dalam
al- Qur'an.6

2) Qasam mudhmar (qasam tersembunyi) atau ghairu sharīḫ yaitu qasam yang fi‟il
qasam dan muqsam bihnya tidak disebutkan, karena kalimat sebelumnya terlalu
panjang. Namun ditunjukkan oleh lām taukīd yang terdapat pada muqsam alaih atau
jawāb qasam. Ibnu Hisyām seperti dikutip oleh Al Mukhtār al Salāmī berpendapat
bahwa fi‟il qasam dan muqsam bih yang dikenal dengan sebutan jumlah al qasam
boleh dibuang di tiga tempat yaitu:
a. Apabila berkumpulnya lām dan nūn al taukīd yang bertasydid.
b. Apabila lām masuk pada "‫" قد‬fi`il.
c. Apabila lām masuk pada "‫" ن إ‬fi`il.

2.3 Faedah Amtsal dan Aqsam Al-Qur’an


Amtsal Al-Qur’an selain berisikan nasihat, peringatan dan menjelaskan konsep-
konsep abstrak dengan makna-makna yang kongkrit untuk difahami dan direnungkan oleh
manusia, yang dalam dunia pendidikan ia merupakan jembatan berfikir dari yang kongkrit ke
alam ide yang bersifat abstrak. Dengan demikian, amtsal Al-Qur’an itu, manusia diajak
berfikir dan merenung tentang sesuatu yan berada diluar dirinya bahkan kadang-kadang di
luar alam kongkrit agar dapat difungsikan sebagai media pendidikan, yang pada akhirnya
diharapkan dapat ditransformasikan kepada anak didik. Dengan metode visual amtsal Al-
Qur’an, penyampaian materi pendidikan akan lebih berkesan, lebih berpengaruh kepada jiwa
dan juga lebih merasuk ke dalam relung hati sanubari. Keberadaan dan atau peranan amtsal
Al-Qur’an terhadap penafsiran dan dalam dunia pendidikan cukup jelas dan mudah difahami.
Artinya, bahwa para pendidik dan anak didik sangat mebutuhkanya, sebab disamping
memberikan informasi kepada penerimanya mengenai sesuatu yang belum penah

Markaz al Dirāsāt al Duwaliyyah. Vol. 2. No.2. (2009M). 1.


6
Lihat Muḫammad al Bi`. "Al Qasam….894. Lihat juga Sumayyah Muḫammad `Ināyah Hājj Nāyif.
Shīghah Nafyi al Qasam fī al Qur'ān al Karīm: Dirāsah Taḫlīliyyah Dilāliyyah Naḫwiyyah. Disertasi dalam
Filsafat Bahasa Arab. Fakultas Tarbiyah Ibn Rusyd. Jami`ah Baghdād. (2004M). 22
diketahuinya, juga dapat membantu memahmi apa yang dirasa masih musykil (sulit) diterima
oleh keterbatasan akal manusia.

Dalam substansinya sumpah dilakukan untuk memperkuat pembicaraan agar dapat


diterima atau dipercaya oleh lawan bicara. Sedang sikap lawan bicara sesudah mendengar
qasam akan berbeda keadaannya yang dalam ilmu Ma`āni dikenal dengan ‫الثالثة اخلرب أضرب‬
atau tiga macam pola penggunaan kalimat berita yaitu:
1. Mukhāthab atau lawan bicara itu kadang kala pikirannya kosong dari hukum, ia netral,
tidak ragu dan tidak pula mengingkari berita yang disampaikan.
2. Mukhāthab atau lawan bicara itu ragu-ragu antara ada atau tidaknya berita yang
disampaikan. Maka alangkah baiknya pembicaraan yang disampaikan kepadanya itu
disertai dengan penguat untuk menghilangkan keraguan.
3. Mukhāthab atau lawan bicara itu mengingkari berita yang didengar. Oleh karena itu
berita yang disampaikannya harus disertai dengan penguat sesuai kadar
keingkarannya)7.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Amtsal al-Qur’an sangat penting untuk diketahui, dipelajari dan difahami secara
mendalam, karena penghargaan yang tinggi terhadap akal manusia, meyingkap hakikat yang

7
Lihat Moh. Zuhdi. "Makna dan Pesan Penguat Sumpah Allah dalam Surat- Surat Pendek'. Jurnal
Nuansa. Vol.8. no.1. Januari- Juni. (2011M). 38. Lihat juga Mannā` bin Khalīl al- Qaththān, Mabāhits…. 301.
tidak nampak, dapat menyimpulkan makna yang indah dan padat dalam bentuk yang
menarik, memberikan dorongan kepada manusia untuk melakukan sesuatu sesuai dengan
kepentingan dan keinginanya, menghindarkan manusia dari hal-hal yang tidak disenanginya,
memberikan pelakunya, dan dapat diketahui denganya sifat-sifat buruk yang harus dihindari.
Amtsal juga mmiliki pengaruh pada jiwa dalam memberikan nasihat dan peringatan.
Sedangkan Qasam merupakan ungkapan untuk mengaitkan jiwa untuk tidak melakukan
sesuatu perbuatan, atau untuk mengerjakannya, yang diperkuat dengan sesuatu yang
diagungkan bagi orang yang bersumpah, baik secara nyata atau secara keyakinan saja. Unsur-
unsur yang harus terpenuhi dalam qasam yaitu ada fi'il qasam, muqsam bih, dan
muqsam'alaih.

DAFTAR PUSTAKA
Mahbub Nuryadien, “Media Pendidikan Dalam Al-Qur’an” , (Cirebon, Mahbub Nuryadien,
2, September 2018). https://core.ac.uk/download/pdf/234936074.pdf
Jurnal MUDARRISUNA, “Gaya Bahasa Al-Qur’an Dalam Penyampaian Pesan”, (Aceh,
Misnawati, 2 April-Juni 2020).

Anda mungkin juga menyukai