Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH AL-QUR’AN

“KEOTENTIKAN AL – QUR’AN”

Nama : RIKA JULIA ALFIAH


Kelas : X–1

NURUL UMMAH CIAMPEA


2023 / 2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penyusunan makalah dengan judul ”Keautentikan Al-
Qur’an” dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan
kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabatnya dan pengikutnya
yang setia sampai akhir zaman.
Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini,
maka kami ucapkan banyak terimakasih kepada Bpk. Abudin, S.Pd. I selaku Mata Pelajaran
Qur’an Hadist. Kami sadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak sekali
kekurangannya, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya mendukung sangat kami harapkan
dari para pembaca, guna memperbaiki kesempurnaan Laporan ini agar lebih baik lagi untuk
kedepannya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga
dorongan dan restu kita semua mendapatkan ridho dan balasan dari Allah S.W.T.

Bogor, 14 September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 1
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................. 1
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Keotentikan Al-Qur’an .............................................................................. 2
2.1.1 Segi Al-Qur’an .................................................................................. 2
2.1.2 Segi Sejarah ..................................................................................... 3
2.1.3 Penulisan Mushhaf .......................................................................... 4
2.2 Bukti Kebenaran Al-Qur’an ....................................................................... 5
2.2.1 Segi Ilmu Pengetahuan .................................................................... 6
2.2.2 Segi Sejarah ..................................................................................... 9
2.2.3 Segi Kehidupan Modern .................................................................. 10
2.2.4 Mukjizat ........................................................................................... 11

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 13
3.2 Saran ......................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan firman Allah yang diturunkan pada nabi Muhammad SAW
sebagai pedoman bagi manusia dalam menata kehidupannya agar memperoleh
kebahagian lahir dan batin, didunia dan diakhirat kelak. Dalam memaknai nama Al-
Qur’an itu sendiri banyak perbedaan pendapatan diantara para ulama.
Selain itu, sumber utama ajaran islam, Al-Qur’an dalam membicarakan suatu
masalah sangat unik, tidak tersusun secara sistematis sebagaimana buku-buku yang
dikarang manusia. Namun demikian, tidak mengurangi keistimewaan Al-Qur’an yang
membuatnya beda dari kitab-kitab lain dan buku-buku ilmiah. Hal ini membuat Al-
Qur’an menjadi objek kajian yang selalu menarik dan tidak pernah kering bagi
kalangan cendekiawan, sehingga ia tetap aktual sejak diturunkan beberapa abad
silam.

1.2 Rumusan masalah


a. Apa yang dimaksud dengan keautentikan Al-Qur’an?
b. Apa saja bukti dari keautentikan Al-Qur’an?
c. Apa yang dimaksud dengan kebenaran Al-Qur’an?
d. Apa saja contoh bukti kebenaran Al-Qur’an?

1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang diajukan, tujuan
dilakukannya pembuatan makalah adalah sebagai berikut:

1.3.1 Tujuan Umum


a. Untuk mengetahui definisi dan bukti-bukti dari keautentikan Al-Qur’an
b. Untuk mengetahui bukti-bukti dari kebenaran Al-Qur’an

1.3.2 Tujuan Khusus


Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi nilai tugas terstruktur mata
kuliah Ulumul Qur’an yang diberikan oleh ibu Dra. Hj. Yuningsih, M.Pd.I.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Keotentikan Al-Qur’an
Al-Quran Al-Karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah
satu di antaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang keotentikannya dijamin oleh
Allah, dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara. Inna nahnu nazzalna al-dzikra wa inna
lahu lahafizhun (Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-Quran dan Kamilah
Pemelihara-pemelihara-Nya) (QS 15:9).
Demikianlah Allah menjamin keotentikan Al-Quran, jaminan yang diberikan atas
dasar Kemahakuasaan dan Kemahatahuan-Nya, serta berkat upaya-upaya yang
dilakukan oleh makhluk-makhluk-Nya, terutama oleh manusia. Dengan jaminan ayat di
atas, setiap Muslim percaya bahwa apa yang dibaca dan didengarnya sebagai Al-Quran
tidak berbeda sedikit pun dengan apa yang pernah dibaca oleh Rasulullah saw., dan
yang didengar serta dibaca oleh para sahabat Nabi saw.

2.1.1 Segi Al-Qur’an


Al-Qur’an memperkenalkan dirinya sebagai firman Allah dan membuktikan
hal tersebut dengan menantang siapa saja yang hendak membuat kitab serupa
dengan Al-Qur’an. Dr. Mustafa Mahmud, mengutip pendapat Rasyad Khalifah,
juga mengemukakan bahwa dalam Al-Quran sendiri terdapat bukti-bukti
sekaligus jaminan akan keotentikannya.
Huruf-huruf hija’iyah yang terdapat pada awal beberapa surah dalam Al-
Quran adalah jaminan keutuhan Al-Quran sebagaimana diterima oleh
Rasulullah saw. Tidak berlebih dan atau berkurang satu huruf pun dari kata-
kata yang digunakan oleh Al-Quran. Kesemuanya habis terbagi 19, sesuai
dengan jumlah huruf-huruf B(i)sm Ali(a)h Al-R(a)hm(a)n Al-R(a)him. (Huruf a
dan i dalam kurung tidak tertulis dalam aksara bahasa Arab).
Huruf (qaf) yang merupakan awal dari surah ke-50, ditemukan terulang
sebanyak 57 kali atau 3 X 19. Huruf-huruf kaf, ha’, ya’, ‘ayn, shad, dalam surah
Maryam, ditemukan sebanyak 798 kali atau 42 X 19.

2
Huruf (nun) yang memulai surah Al-Qalam, ditemukan sebanyak 133 atau 7
X 19. Kedua, huruf (ya’) dan (sin) pada surah Yasin masing-masing ditemukan
sebanyak 285 atau 15 X 19. Kedua huruf (tha’) dan (ha’) pada surah Thaha
masing-masing berulang sebanyak 342 kali, sama dengan 19 X 18.
Huruf-huruf (ha’) dan (mim) yang terdapat pada keseluruhan surah yang
dimulai dengan kedua huruf ini, ha’ mim, kesemuanya merupakan perkalian
dari 114 X 19, yakni masing-masing berjumlah 2.166.
Bilangan-bilangan ini, yang dapat ditemukan langsung dari celah ayat Al-
Quran, oleh Rasyad Khalifah, dijadikan sebagai bukti keotentikan Al-Quran.
Karena, seandainya ada ayat yang berkurang atau berlebih atau ditukar kata
dan kalimatnya dengan kata atau kalimat yang lain, maka tentu perkalian-
perkalian tersebut akan menjadi kacau.
Angka 19 di atas, yang merupakan perkalian dari jumlah-jumlah yang
disebut itu, diambil dari pernyataan Al-Quran sendiri, yakni yang termuat
dalam surah Al-Muddatstsir ayat 30 yang turun dalam konteks ancaman
terhadap seorang yang meragukan kebenaran Al-Quran.

2.1.2 Segi Sejarah


Al-Qur’an turun dalam waktu sekitar 22 tahun, atau menurut sebagian
ulama adalah 22 tahun, 2 bulan, dan 22 hari. Menurut segi sejarah, ada
beberapa fakta pendukung dalam pembuktian otentisitas dari Al-Qur’an,
diantaranya:
1. Al-Qur’an mencapai tingkat tertinggi dari segi keindahan bahasanya. Rasa
kagum terhadap keindahan bahasa didalam Al-Qur’an tak hanya
ditunjukkan oleh masayarakat mukmin saja melainkan oleh orang-orang
kafir. Menurut riwayat, seringkali tokoh-tokoh musyrik secara sembunyi-
sembunyi berupaya mendengarkan bacaan Al-Qur’an.
2. Masyarakat Arab yang hidup pada masa diturunkannya Al-Qur’an adalah
masyarakat yang tidak bisa baca tulis. Oleh karena itu, satu-satunya cara
yang dapat mereka andalkan dengan cara menghafal Al-Qur’an. Hal ini
terdapat dalam firman Allah sebagai berikut:

3
”Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum buta huruf dari
kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya,
menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan
Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam
kesesatan yang nyata” (Q.S. Al-Jumu’ah 62:2)
3. Riwayat menyatakan bahwa banyak sekali sahabat yang menjadikan dirinya
sebagai penghafal Al-Qur’an. Telah diberitakan bahwa dalam perang
Yamamah yang berlangsung pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar
Ash-Shidiq, tidak kurang dari tujuh puluh orang penghafal Al-Qur’an gugur di
medan perang. Untuk itu, dilakukan upaya pembentukan panitia penulisan
Al-Qur’an yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit. Usaha ini juga berlanjut
dengan membuat pembukuan Al-Qur’an yang dilakukan oleh Khalifah
Ustman bin Affan sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh seluruh umat
islam di dunia dan Al-Qur’an yang ada saat ini sama persis dengan yang ada
pada masa para sahabat.

2.1.3 Penulisan Mushhaf


Sebelumnya telah dijelaskan pada bagian bukti keotentikan Al-Qur’an
menurut segi sejarahnya bahwa saat itu banyak diantara sahabat-sahabat
penghafal Al-Qur’an yang gugur di medan perang sehingga membuat Umar bin
Khattab risau akan masa depan Al-Qur’an. Kemudian dibentuklah panitia
penulisan Al-Qur’an yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit. Dengan dibantu oleh
beberapa sahabat, beliau memerintahkan kepada seluruh kaum muslim untuk
membawa naskah Al-Qur’an yang mereka miliki ke Masjid Nabawi dan
selanjutnya akan dilakukan penelitian terhadap naskah tersebut. Dalam hal ini
juga Abu Bakar r.a memberi petunjuk kepada tim agar tidak menerima naskah
melainkan harus memenuhi dua syarat sebagai berikut:
1. Harus sesuai dengan hafalan para sahabat lain.
2. Tulisan tersebut benar-benar adalah yang ditulis atas perintah dan di
hadapan Nabi saw. Karena, seperti yang dikemukakan di atas, sebagian
sahabat ada yang menulis atas inisiatif sendiri.

4
Untuk membuktikan syarat kedua tersebut, diharuskan adanya dua orang
saksi mata. Demikianlah, terlihat betapa kerasnya perjuangan Zaid
menggabungkan hafalan sekian banyak sahabat dan naskah yang ditulis di
hadapan Nabi saw., dalam rangka memelihara keotentikan Al-Quran. Oleh
karena itu, dapat dibuktikan dari tata kerja dan data-data sejarah bahwa Al-
Quran yang kita baca sekarang ini adalah otentik dan tidak berbeda sedikit pun
dengan apa yang diterima dan dibaca oleh Rasulullah saw., lima belas abad
yang lalu.

2.2 Bukti Kebenaran Al-Qur’an


Jika kita membahas tentang Al-Qur’an, seringkali kita mendengar kata mukjizat.
Mukjizat sendiri merupakan hal yang banyak membuktikan tentang kebenaran Al-
Qur’an. Mukjizat adalah segala sesuatu yang menjadikan manusia tidak mampu
menampilkan atau melakukan suatu hal yang sama. Ketidakmampuan manusia untuk
membuat sesuatu yang sama dengan Al-Qur’an menunjukkan bahwa Al-Qur’an adalah
benar-benar wahyu Allah SWT. Hal ini terdapat dalam firman Allah sebagai berikut:
”Katakanlah, sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang
serupa Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan
dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain” (Q.S. Al-
Isra 17:88).
Ayat ini telah banyak menimbulkan kebenaran bahwa dalam sejarah manusia
belum pernah seorang penulispun dengan penuh akal dan kesadarannya berani
mengajukan dan memecahkan tantangan seperti itu. Dengan begitu, segala sesuatu
yang bersumber dari Allah SWT tidak mungkin dapat ditandingi.
Adapun pendapat para ulama mengenai alasan mengapa manusia tidak dapat
menandingi Al-Qur’an dari aspek bahasa (al-Lughah) yang indah, ringkas, dan padat
(balaghah). Pendapat pertama dikemukakan oleh Al-Suyuti dan Baqillani yang
mengatakan ketidakmampuan manusia itu disebabkan oleh betapa tingginya dan
indahnya susunan bahasa/balaghah Al-Qur’an. Pendapat kedua dikemukakan oleh Al-
Nadzam yang juga mengatakan alasan manusia tidak bisa menandingi Al-Qur’an
karena Allah memalingkan kemampuan yang dimiliki manusia sehingga pada saat

5
muncul ide dalam pikirannya untuk membuat semisal Al-Qur’an, ide itu hilang ketika
ingin mewujudkannya.

2.2.1 Segi Ilmu Pengetahuan


Sejak dulu hingga saat ini, banyak sekali cabang ilmu pengetahuan yang
bermunculan. Bukti tentang kebenaran Al-Qur’an sendiri dapat kita lihat
melalui segi ilmu pengetahuan. Berikut akan dibahas mengenai bukti
kebenaran Al-Qur’an melalui ilmu pengetahuan astronomi, geologi, dan ilmu
kimia.
1. Astronomi
Astronomi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang membahas
tentang pergerakkan, penyebaran, juga sifat-sifat benda samawi. Ilmu
astronomi diduga merupakan ilmu yang paling tua dari semua ilmu
pengetahuan alam yang ada. Banyaknya ayat-ayat Al-Qur’an yang
menjelaskan tentang suatu hal berkaitan dengan Ilmu Astronomi cukup
membuktikan bahwa kejadian di alam saat ini banyak kaitannya dengan
kebenaran ayat-ayat Al-Qur’an dan tentunya hal ini sudah diperkirakan
sebelumnya. Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah sebagai berikut:
”Katakanlah: siapakah yang empunya langit yang tujuh dan yang
empunya ’Arsy yang besar?. Mereka akan menjawab kepunyaan Allah.
Katakanlah:”maka apakah kamu tidak bertakwa?” (Q.S. Al-Mu’minun 23:85-
86)
Dan juga firman Allah sebagai berikut:
”Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan” (Q.S. Ar-Rahman
55:5)
Al-Qur’an juga menunjukkan tentang kemungkinan manusia untuk
menaklukan dan menembus melampaui batas batas –batas alam, seperti
firman Allah berikut ini:
”Hai jemaah dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi)
penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya
melainkan dengan kekuatan” (Q.S Ar-Rahman 55 : 33)

6
Ayat diatas dan ayat –ayat lain yang serupa dalam Al-Qur’an meminta
perhatian kita sebagai manusia untuk melakukan studi tentang alam
semesta disekelilingnya, dan melakukan penelitian astronomi untuk
menemukan kegaiban dalam ciptaan Allah, bukan untuk mengingkari-Nya.
Faktor lain yang menambah pentingnya arti studi astronomi bagi seorang
muslim adalah dimensi kosmis dari aspek ibadah islam yang beraneka ragam
bentuknya seperti menentukan waktu puasa, arah kiblat shalat , ataupun
menentukan waktu shalat diberbagai tempat.
2. Geologi
Geologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kerak bumi, lapisan-
lapisannya, serta hubungan dan perubahannya. Al-Qur’an menyebutkan
tentang stabilitas kerak-kerak bumi dalam firman Allah sebagai berikut:
”Bukankah Dia (Allah) yang telah menjadikan bumi sebagai tempat
berdiam, yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang
menjadikan gunung-gunung untuk (mengokohkan)nya, dan menjadikan
suatu pemisah antara dua laut? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang
lain)? Sebenarnya kebanyakan dari mereka tidak mengetahui” (Q.S. An-
Naml 27:61)
Ayat-ayat tersebut secara jelas menerangkan tentang kekuasaan dan
perintah yang mengatur seluruh alam semesta ini, dan tidak menimbulkan
keraguan tentang keberadaan Allah SWT. Juga hal itu memperjelas bahwa
hanya Allah yang menjadikan bumi ini mantap dan stabil sehingga manusia
dapat hidup diatasnya dengan tenang dan tenteram tanpa gangguan atau
ketakutan.
3. Ilmu Kimia
Ilmu kimia mendapatkan dorongan dari Al-Qur’an. Manusia dan seluruh
lingkungan hidupnya terbentuk dari elemen-elemen dan substansi –
substansi melalui proses penggabungan menurut hukum Allah. Ayat-ayat Al-
Qur’an yang berkaitan dengan proses penciptaan oleh Tuhan dan dalam
dmenciptakan langit, bumi, dan manusia, telah memberikan petunjuk kuat
terhadap pikiran ilmiah emngenai kemungkinan penciptaan substansi baru
melalui kombinasi unsur yang berbeda, serta kemungkinan penelitian

7
tentang reaksi kimiawi dari unsur-unsur tersebut dalam proporsinya yang
berlain-lainan. Ayat berikut ini menggambarkan tentang kekuatan
”pewarnaan” Tuhan yang telah menjadi petunjuk bagi para ilmuwan
mengenai kemnungkinan membuat pewarnaan (celupan) kimiawi melalui
proses pencampuran beberapa unsur kimia dalam proporsi tertentu.
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah
liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk."(Q. S Al Hijr
15:26)
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu
dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang
biak."(Q. S Ar-Rum 30:20)
Ayat tersebut sungguh mengundang ke arah proses penciptaan manusia
dan reaksi kimia yang mungkin terjadi dari substansi yang menjadi bahan
baku pencipataanya,dan pengaruhnya terhadap perilakunya sebagai
makhluk hidup.
Disebutkan dalam Al-Qur’an tentang bermacam-macam bahan tambang
berupa bahan logam dalam berbagai jenis. Ia menyebutkan logam emas dan
perak merupakan logam berharga, kemewahan dan merupakan karunia
Allah di surga. Ada pula besi yang disebutkan sebagai bahan logam yang
bermanfaat juga disebutkan sebagai benda yang paling keras. Selain itu
disebutkan pula timah dan tembaga sebagai bahan pelengkap konstruksi
dan bagunan, dan masih banyak lagi contoh lainnya.
Al-Qur’an bukanlah kitab ilmu pengetahuan atau kitab ilmu kimia dalam
pengertian harfiahnya, melainkan sebuah kitab petunjuk bagi manusia yang
memberikan petunjuka dalam berbagai kontek yang beehubungan dengan
permasalahan manusia dan menjadi gudang ilmu pengetahuan serta
membuka pintu untuk penelitian tentang berbagai aspek kehidupan
manusia.

8
2.2.2 Segi Sejarah
Al Qur'an megisahkan sekian banyak peristiwa masa lampau. Sebagian
sejarah pada masa lampau di teliti melalui penilitian arkeologi.
Berikut dikemukakan beberapa contoh dari informasi kisah-kisahnya yang
terbukti.
- Kaum 'Ad Dan Tsamud Serta Kehancuran Kota Iram
Pada awal tahun 1990 muncul keterangan pers dalam beberapa surat
kabar terkemuka di dunia yang menyatakan dalam beberapa judulnya
seperti “Kota Legenda Arabia yang Hilang Telah Ditemukan”, “Kota Legenda
Arabia Ditemukan” atau “Ubar, Atlantis di Padang Pasir.” Yang membuat
temuan arkeologis ini lebih menarik adalah kenyataan bahwa kota ini juga
disebut dalam Al Quran.
Begitu reruntuhan-reruntuhan mulai digali, diketahui bahwa kota yang
hancur ini adalah milik kaum ‘Ad dan berupa pilar-pilar Iram yang
disebutkan dalam Al Quran, karena di antara berbagai struktur yang digali
terdapat menara-menara yang secara khusus disebutkan dalam Al Quran
Bahwa situs yang mereka gali adalah Iram, kota kaum ‘Ad yang
disebutkan dalam Al Quran.
"Tidaklah engkau (Muhammad) memperhatikan bagaimana Tuhanmu
berbuat terhadap (kaum) ’Ad?, (yaitu) penduduk Iram (ibukota kaum ’Ad)
yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah
dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain," (Q. S Al Fajr 89:6-8)
- Berita Tentang Tenggelam Dan Selamatnya Badan Fir'aun
Dalam Al-Qur'an ditemukan sekitar tiga puluh kali Allah SWT.
Menguraikan kisah Musa dan Fir'aun suatu kisah yang tidak dikenal
masyarakat pada waktu itu kecuali melalu kitab perjanjian lama. Tetapi satu
hal yang menakjubkan adalah bahwa Nabi Muhammad SAW melalui Al-
Qur'an telah mengungkapkan sebuah rincian yang sama sekali tidak
diungkap oleh kitab sebelumnya,bahkan tidak diketahui kecuali yang hidup
pada masa terjadinya peristiwa tersebut, yaitu pada abad ke 12 SM atau
3200 tahun yang lalu.
Berikut adalah Firman Allah yang menceritakan tentang kisah Fir'aun

9
"Dan Kami selamatkan Bani Israil melintasi laut, kemudian Fir'aun dan
bala tentaranya mengikuti mereka untuk manzalimi dan menindas (mereka).
Sehingga ketika Fir'aun hampir tenggelam, dia berkata: "aku percaya bahwa
tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku
termasuk orang-orang muslim (berserah diri). Mengapa baru sekarang
(kamu beriman), padahal sesungguhnya engkau telah durhaka sejak dahulu
dan engkau termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari
ini Kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi
orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami." (Q. S yunus 10:90-92)
Pada tahun 1975, ahli bedah Perancis, Maurice Bucaille mendapat izin
untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang mumi yang diduga adalah
badan Fir’aun yang meninggal di laut. Ini terbukti dari bekas-bekas garam
yang memenuhi sekujur tubuhnya.

2.2.3 Segi Kehidupan Masa Depan


- Kemenangan Romawi setelah Kekalahaanya
Al-Qur'an surat Ar- Rum [30]:(2-5) menyatakan sebagai berikut
"Telah dikalahkan bangsa Rumawi,di negeri yang terdekat dan mereka
sesudah dikalahkan itu akan menang dalam beberapa tahun lagi. Bagi Allah-
lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari
(kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman
Karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan
Dialah Maha Perkasa lagi Penyayang.
Pada abad ke-lima dan ke-enam masehi terdapat dua adikuasa, Romawi
yang beragama kristen dan Persia yang menyembah api. persaingan antara
keduannya guna merebut wilayah dan pengaruh amat keras, bahkan
perperangan diantara mereka tak terhindarkan. sejarawan
menginformasikan bahwa pada 614 M terjadi peperangan antara kedua
adikuasa itu yang berakhir dengan kekalahan Romawi. Ketika itu kaum
musyrik di mekkah mengejek kaum Muslim yang cenderung mengharapkan
kemenangan Romawi yang beragama samawi itu atas Persia yang

10
menyembah api. Kekesalan mereka akibat kekalahan tersebut bertambah
dengan ejekan ini. maka turunlah ayat-ayat di atas pada tahun kekalahan
itu, menghibur kaum Muslim dengan dua hal.hal pertama, Romawi akan
menang atas Persia pada tenggang waktu yang diistilahkan oleh Al-Quran
dalam ayat di atas.hal yang kedua, saat kemenangan itu tiba, kaum Muslim
akan bergembira, bukan saja dengan kemenangan Romawi, tetapi juga
dengan kemenangan yang dianu-gerahkan Allah (kepada mereka)Al-Quran
menjelaskan bahwa akan terjadi lagi peperangan antara bangsa Romawi dan
Persia dan dalam tempo tersebut Romawi akan memenangkan
peperangan.perlu diingat sekali lagi bahwa berita disampaikan pada saat
kekalahan menimpa kaum Romawi. menetapkan angka pasti bagi
kemenangan suatu negara saat kekalahannya adalah suatu hal yang tidak
mungkin disampaikan kecuali oleh Yang Maha Mengetahui.tapi ternyata
pemberitaan tersebut benar adanya. karena sejarah menginformasikan
bahwa tujuh tahun setelah kekalahan Romawi, pada tahun 622 M. terjadi
lagi peperangan antara kedua adikuasa tersebut, dan kali ini pemenangnya
adalah Romawi

2.2.4 Mukjizat
Mukjizat adalah perkara diluar kebiasaan yang dilakukan oleh Allah melalui
para nabi dan rasul-Nya untuk membuktikan kebenaran kenabian dan
keabsahan risalahnya. Misalnya pada zaman nabi Musa yang dapat mengubah
tongkat menjadi ular dan dapat membelah lautan. Pada zaman nabi Isa, nabi
Isa dapat menghidupkan orang yang sudah meninggal. Pada nabi Muhammad
sendiri mukjizatnya adalah Al-Qur’an. Seperti dalam firman Allah yang berbunyi
sebagai berikut:
”Dan sebagai rasul kepada Bani Iarail (dia berkata), ”aku telah datang
kepadamu dalam sebuah tanda (mukjizat) dari tuhanmu, yaitu aku
membuatkan bagimu (sesuatu) dari tanah berbentuk seperti burung, lalu aku
meniupkannya, maka ia menjadi seekor burung dengan izin Allah. Dan aku
menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahir dan orang yang berpenyakit
kusta. Dan aku menghidupkan orang mati dengan izin Allah, dan aku

11
beritahukan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan
dirumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat suatu tanda
(kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu orang beriman”

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam materi ini dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an sudah terbukti keaslian dan
kebenarannya melalui ayat-ayat Al-Qur’an yang menggambarkan tentang kehidupan
di masa lalu, masa sekarang, dan bahkan dimasa yang akan datang nanti. Oleh karena
itu kita sebagai umat manusia tidak perlu meragukan keotentikan dan kebenaraan Al-
Qur’an. Al-Qur’an sendiri merupakan wahyu dari Allah yang telah dijamin keasliannya.
Dijelaskan pula dalam Q.S Al-Isra 17:88, dapat kita pahami bahwa sebesar apapun kita
bekerja keras untuk membuat sesuatu yang bersifat menandingi Al-Qur’an semisal
menulis satu ayatpun, kita tidak akan pernah bisa menandinginya, sekalinya kita
meminta orang-orang untuk membantu kita.

3.2 Saran
Al-Qur‘an adalah satu-satunya kitab samawi yang tidak ada perubahan dan
penyimpangan makna, kitab yang diyakini oleh umat islam sebagai kitab pedoman
yang abadi. Sejak tahun 1953 M. Kementerian Agama sebetulnya telah memiliki
lembaga percetakan mushaf al-Quran. Keberadaan Unit Percetakan Al-Quran (UPQ)
untuk pemenuhan Kitab Suci al-Quran bagi masyarakat muslim Indonesia. Untuk
kepentingan ini perlu disikapi secara teologis, syar‘i, dan regulasi melalui tata aturan
yang legal. Kejelasan otoritas dan jaminan pencetakannya perlu dipayungi melalui tata
aturan hukum yang dapat dipertanggung jawabkan secara yuridis. Dalam proses kerja
dan tahapan-tahapannya perlu diakomodir melalui payung hukum. Terkait dengan
pencetakan mushaf al-Quran, melalu Kementerian Agama, Pemerintah Indonesia
membuat regulasi dan landasan yuridis untuk mengatur pengawasan penerbitan dan
pemasukan mushaf al-Quran di Indonesia. Regulasi- regulasi ini dibuat guna untuk
menjaga otentisitas Kitab Suci al-Quran (mushaf al-Quran) dan pemeliharaannya dari
berbagai bentuk penodaan, pelecehan, dan penistaan.

13
DAFTAR PUSTAKA

 Shihab, M.Quraish. 1998. Membumikan Al-Qur’an. Bandung. Mizan


 Zaini, Syahminan. 1996. Isi Pokok Ajaran Al-Qur’an. Jakarta. Kalam Pustaka
 Baljon, J.M.S. 1990. Al-Qur’an Dalam Interpretasi Modern. Jakarta. Gaya Media
Pratama

14

Anda mungkin juga menyukai