C. Refleksi
BUTIR
NO RESPON/JAWABAN
REFLEKSI
A. Pengertian Islam Radikal
1. Definisi Radikalisme Agama Islam
Al-tatharruf, Al-
Neo-Khawarij, ‘unf, Alguluww,
Peta Konsep Khawarij abad Al-irhab, dan
ke-20 Tasyaddud
(Beberapa (terminologi lain
(Dalam bahasa
istilah dan menurut Ahli) Arab)
1
definisi) di
modul bidang a) Secara etimologi, radikalisme dengan kata dasar radikal berasal
studi dari bahasa Latin, radix, yang berarti “akar”.
b) Radikalisme merupakan respons terhadap kondisi yang sedang
berlangsung yang muncul dalam bentuk evaluasi, penolakan, atau
bahkan perlawanan terhadap ide, asumsi, kelembagaan, atau nilai.
c) Dalam bahasa arab kontemporer, radikalisme pada akhirnya
disamakan arti dengan beberapa istilah, antara lain: al-tatharruf, al-
„unf, al- guluww, al-irhab, dan tasyaddud.
1) Kata At-Tatharruf secara bahasa berasal dari kata altharf yang
berarti ujung atau pinggir, maksudnya pinggir kiri atau pinggir
kanan.
2) Al-‘unf adalah antonim dari ar-rifq yang berarti lemah lembut
dan kasih sayang. Abdullah an-Najjar mendefiniskan al-‘unf
dengan penggunaan kekuatan secara ilegal (main hakim sendiri)
untuk memaksanakan kehendak dan pendapat
3) Term ghuluww, berasal dari kata ghalā yaghlû yang berarti
melampaui batas (tajā wuz al-hā dd). Pada zaman Rasulullah
Saw., kata ghuluww ini digunakan untuk menyebut praktik
pengamalan agama yang ekstrim sehingga melebihi kewajaran
semestinya.
4) Kata Al-Irhab Dalam bahasa arab kontemporer untuk menyebut
kata teror, merupakan perluasan makna kata dan bukanlah
berdasar dari al-Qur‟an
5) Kata tasyaddud, dalam bentuknya yang mengindikasikan sikap
radikalisme tidak ditemukan dalam al-Qur‟an
d) Menurut Azyumardi Azra, radikalisme merupakanbentuk ekstrim
dari revivalisme. Revivalisme merupakan intensifikasi keislaman
yang lebih berorientasi ke dalam (inward oriented), denganartian
pengaplikasian dari sebuah kepercayaan hanya diterapkan untuk
diri pribadi.
Munculnya Kaum
Khawarij
Peperangan dalam
Islam
Akidah Al-
Walâ’ dan
Barâ’
Bom
Takfiri Bunuh
Diri
a) Takfiri
1) Takfiri adalah sebutan bagi seorang Muslim yang menuduh
Muslim lainya (atau kadang juga mencakup penganut ajaran
Agama Samawi lain) sebagai kafir dan murtad.
2) Ulama mengklasifikasikan kekufuran menjadi dua katagori,
yaitu: 1) Kufur akbar yang mengeluarkan (manusia) dari Islam.
2) Kufur ashgar, tidak mengeluarkan dari Islam, meskipun
diistilahkan kufur
3) Syaikhul Islam Ibnul Qayim dalam kitabnya AshShalâ h. Beliau
menuturkan, kufur terbagi (menjadi) dua jenis, :
Kufur yang mengeluarkan dari agama. Beliau menerangkan
kufur iniberlawanan dengan iman dalam semua aspek.
Kufur yang tidak mengeluarkan dari agama. Namun syari‟at
Islam menyebutkannya sebagai tindakan kekufuran, seperti
perbuatan-perbuatan maksiat.
b) Akidah Al-Walâ’ dan Barâ’
1) Al-Wala' artinya loyalitas dan kecintaan
2) Al-Walâ ‟ dalam bahasa Arab mempunyai beberapa arti, antara
lain mencintai, menolong, mengikuti dan mendekat kepada
sesuatu.
3) Al-Bara', artinya berlepas diri dan kebencian
4) Dalam terminologi syari‟at Islam, al-Walâ ‟ berarti penyesuaian
diri seorang hamba terhadap apa yang dicintai dan diridhai
Allah berupa perkataan, perbuatan,kepercayaan, dan orang yang
melakukannya.
5) Dalam terminologi syari‟at Islam, al-bara‟ berarti penyesuaian
diri seo rang hamba terhadap apa yang dibenci dan dimurkai
Allah berupa perkataan, perbuatan, keyakinan dan kepercayaan
serta orang
c) Bom Bunuh Diri
1) Bom bunuh dirimerupakan sebutan atas tindakan yang
dilakukan seseorang yang meledakkan dirinya dengan
menggunakan bom.
2) Bunuh diri/intihar menurut bahasa berasal dari kata naharahu
yang berarti menyembelihnya, dan Intahara ar- rajulu berarti
seseorang menyembelih diri sendiri
3) Serangan bunuh diri adalah suatu serangan yang dilakukan
(para) penyerangnya dengan maksud untuk membunuh orang
(atau orang-orang) lain dan bermaksud untuk turut mati
dalam proses serangannya, misalnya dengan sebuah ledakan
bom atau tabrakan yang dilakukan oleh si penyerang.
4) Adapun terbunuhnya sebagian kaum muslimin akibat tindakan
bom bunuh diri, ini jelas tidak termasuk pembunuhan tanpa
sengaja, sehingga hal itu tidak bisa dibenarkan dengan alasan
jihad. Ulama Ahlussunah tidak merestui aksi terorisme dalam
bentuk apapun, dan tidak ada
satu pun ulama yang merestui perbuatan demikian