(a) Tawassuth
Tawassuth atau wasathiyyah adalah memilih jalan tengah di antara dua kutub ideologi
keagamaan ekstrim fundamentalisme dan liberalisme. Istilah wasathiyyah berasal dari
bahasa Arab yang berarti kelas menengah, bukan ekstrem kanan atau ekstrem kiri.
Wasathiyyah memberikan perhatian yang besar pada kesalehan ritual seperti pada
kesalehan sosial. Wasathiyyah menekankan hidup sejahtera di dunia, dan keamanan di
akhirat, tidak mengejar kehidupan duniawi sedangkan kehidupan ukhrawi diabaikan,
begitu pula sebaliknya.
Ada sejumlah harapan yang dapat disemaikan melalui pengetahuan nilai wasathiyyah,
diantaranya: a) Terus menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa dengan
berbagai suku bangsa yang mendiami sejumlah pulau, dari Sabang hingga Merauke,
dengan perbedaan agama, ras, Bahasa, dan adat budaya. Keberagaman ini dibingkai
dalam konsep pemahaman moderasi, cara pandang bangsa Indonesia terhadap dirinya
sendiri dan lingkungannya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, b)
Terus menumbuhkan rasa memiliki dan patriotisme untuk menjamin kelangsungan hidup
berbangsa dan bernegara, c) Terus meningkatkan kesadaran akan tanggung jawab
sebagai warga negara Indonesia yang menghormati umat beragama di tanah air, antar
umat beragama, dan antar umat beragama dengan pemerintah, serta peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Inilah toleransi yang diajarkan di dalam Islam. Allah telah memerintahkan kepada
hamba-Nya untuk bertoleransi pada orang-orang di luar Islam. Namun demikian, sikap
toleransi tidak boleh dipraktikkan dalam hal yang menyangkut akidah. Inilah ketentuan
syariat yang berhubungan dengan toleransi.