C. Refleksi
3. Teori Persia
Di antara pendukung teori ini adalah P.A. Hoesein
Djajadiningrat. Ini merupakan alasan pertama dari
teori ini. Berdasarkan analisis sosio-kultural, terdapat
titik-titik kesamaan antara yang berlaku dan
berkembang di kalangan masyarakat Islam Indonesia
dengan di Persia. Misalnya, perayaan Tabut di
beberapa tempat di Indonesia, dan berkembangnya
ajaran Syekh Siti Jenar, ada kesamaan dengan ajaran
Sufi al-Hallaj dari Iran Persia. Dia mendasarkan
analisisnya pada pengaruh sufisme Persia terhadap
beberapa ajaran mistik Islam (sufisme) Indonesia.
Ajaran manunggaling kawula gusti Syekh Siti Jenar
merupakan pengaruh dari ajaran wahdat al-wujud al-
Hallaj dari Persia.
3. Teori China
Banyaknya unsur kebudayaan China dalam beberapa
unsur kebudayaan Islam di Indonesia perlu
mempertimbangkan peran orang-orang China dalam
Islamisasi di Indonesia, karenanya ”teori China” dalam
Islamisasi tidak bisa diabaikan. H.J. de Graaf, misalnya,
telah menyunting beberapa literature Jawa klasik yang
memperlihatkan peranan orang-orang China dalam
pengembangan Islam di Indonesia.
2. Sunan Giri
Sunan Giri kecil menuntut ilmu di pesantren misannya,
Sunan Ampel, tempat dimana Raden Patah juga belajar.
Ia sempat berkelana ke Malaka dan Pasai. Setelah
merasa cukup ilmu, ia membuka pesantren di daerah
perbukitan Desa Sidomukti, Selatan Gresik. Dalam
bahasa Jawa, bukit adalah "Giri". Maka ia dijuluki Sunan
Giri.
3. Sunan Bonang
Maulana Makdum Ibrahim atau Sunan Bonang terkenal
dalam hal ilmu kebathinannya. Ia mengembangkan
ilmu (dzikir) yang berasal dari Rasulullah SAW,
kemudian beliau kombinasi dengan kesimbangan
pernapasan yang disebut dengan rahasia Alif Lam Mim
( م ل اyang artinya hanya Allah SWT yang tahu. Sunan
Bonang juga menciptakan gerakan-gerakan fisik atau
jurus yang beliau ambil dari seni bentuk huruf
Hijaiyyah yang berjumlah 28 huruf dimulai dari huruf
Alif dan diakhiri huruf Ya'. Ia menciptakan Gerakan
fisik dari nama dan simbol huruf hijayyah adalah
dengan tujuan yang sangat mendalam dan penuh
dengan makna, secara awam penulis artikan yaitu
mengajak murid-muridnya untuk menghafal huruf-
huruf hijaiyyah dan nantinya setelah mencapai
tingkatnya diharuskan bisa baca dan memahami isi Al-
Qur'an. Penekanan keilmuan yang diciptakan Sunan
Bonang adalah mengajak murid-muridnya untuk
melakukan Sujud atau Salat dan dzikir. Hingga
sekarang ilmu yang diciptakan oleh Sunan Bonang
masih dilestarikan di Indonesia oleh generasinya dan
diorganisasikan dengan nama Padepokan Ilmu Sujud
Tenaga dalam Silat Tauhid Indonesia.
9. Sunan Kalijaga
Raden Mas Syahid (Sunan Kalijaga) ajarannya terkesan
sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan
seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk
sebagai sarana dakwah. Dialah pencipta baju takwa,
perayaan sekatenan, grebeg maulud, layang
kalimasada, lakon wayang Petruk jadi Raja. Taman
pusat kota berupa Keraton, alun-alun dengan dua
beringin serta masjid diyakini sebagai karya Sunan
Kalijaga. Metode dakwah tersebut sangat efektif.
Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui
Sunan Kalijaga. Di antaranya adalah Adipati Padanaran,
Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang
(sekarang Kotagede-Yogyakarta). Sunan Kalijaga
dimakamkan di Kadilangu, selatan Demak.
Strategi dakwah yang digunakan Walisongo adalah
penerapan strategi yang dikembangkan para sufi
Sunni dalam menanamkan ajaran Islam melalui
keteladanan yang baik. Jejak yang ditinggalkan
Walisongo itu terlihat dalam kumpulan nasihat agama
yang termuat dalam tulisan-tulisan para murid dan
ahli waris Wali Songo.
2. Ahmad Dahlan
Ahmad Dahlan adalah seorang tokoh pendidikan
yang tidak meninggalkan karya berupa tulisan.
Ahmad Dahlan bukanlah seorang penulis
sebagaimana pemikir lainnya. Gagasan-gagasan
pemikirannya ia sampaikan secara lisan dan karya
nyata. Untuk itu ia lebih dikenal sebagai pelaku
dibanding pemikir. Atau kita kenal dengan sebutan
“Man of Action”. Amal usahanya yang begitu
banyak diantaranya dalam bidang pendidikan,
kesehatan, dakwah dan panti sosial.
4. Nurcholis Madjid
Beliau seorang intelektual Muslim garda depan,
dan juga seorang guru bangsa yang mampu
mengemas Islam dalam denyut humanisme serta
humanitas, sehingga benihbenih pemikirannya
banyak dijadikan solusi oleh sebagian masyarakat
Indonesia atas masalah-masalah kemanusiaan
maupun keagamaan.
5. Abdurrahman Wahid
Gus Dur dinilai memiliki semangat, visi, dan
komitmen dalam memperjuangkan kebebasan
berekspresi, persamaan hak, semangat
keberagaman, dan demokrasi di Indonesia. Gus Dur
memperoleh penghargaan dari Mebal Valor yang
berkantor di Los Angeles karena ia dinilai memiliki
keberanian membela kaum minoritas. Dia juga
memperoleh penghargaan dari Universitas Temple
dan namanya diabadikan sebagai nama kelompok
studi Abdurrahman Wahid Chair of Islamic Study.