Anda di halaman 1dari 10

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : Sejarah Kebudayaan Islam

B. Kegiatan Belajar : KB 3 (Perkembangan Islam di Nusantara)

C. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN

Peta Konsep (Beberapa


1 istilah dan definisi) di
modul bidang studi

1. MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA


Para pakar sejarah berbeda pendapat mengenai sejarah masuknya
Islam ke Nusantara. Ada beberapa teori yang mencoba mengungkap
bagaimana masuk dan berkembangnya Islam di Nusantara:
a) Teori Gujarat (India)
Islam dipercayai datang dari wilayah India, yakni Gujarat, Cambay,
Malabar, Coromandel, dan Bengal melalui peran para pedagang
India muslim pada sekitar abad ke-13 M. Salah satu tokoh yang
mendukung teori ini adalah Snouck Hurgronye. Ia menyatakan tiga
alasan:
 Kurangnya bukti yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam
penyebaran agama Islam ke Nusantara
 Hubungan dagang antara Indonesia-India telah lama terjalin
 Inskripsi tertua tentang Islam yang terdapat di Sumatra
memberikan gambaran hubungan dagang antara Sumatera dan
Gujarat.
b) Teori Arab (Mekah)
Islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari Timur Tengah
melalui jasa para pedagang Arab muslim sekitar abad ke-7 M. Teori
ini disebut juga dengan teori Timur Tengah yang dipelopori oleh
beberapa sejarawan, di antaranya adalah Crawfurd, Keijzer,
Naimann, de Hollander, dan juga ada beberapa sejarawan
Indonesia seperti Buya HAMKA dan Mukti Ali. Berikut beberapa
uraian terkait dengan bukti yang mendukung teori Mekah:
 Menurut sejumlah pakar sejarah dan arkeolog, jauh sebelum
Nabi Muhammad saw. menerima wahyu, telah terjadi kontak
dagang antara para pedagang Cina, Nusantara, dan Arab.
 Peter Bellwood, Reader in Archaeology di Australia National
University, telah melakukan banyak penelitian arkeologis di
Polynesia dan Asia Tenggara, dan menemukan bukti-bukti yang
menunjukkan bahwa sebelum abad kelima masehi, beberapa
jalur perdagangan utama telah berkembang menghubungkan
kepulauan Nusantara dengan Cina
 Adanya jalur perdagangan utama dari Nusantara-terutama
Sumatera dan Jawa dengan Cina juga diakui oleh sejarawan G.R.
Tibbetts
 Ditemukannya perkampungan Arab muslim di Barus pada abad
ke-1 H./7 M
 Berdasakan buku Nuchbatuddar karya Addimasqi, Barus juga
dikenal sebagai daerah awal masuknya agama Islam di
Nusantara sekitar abad ke-7M
 Sebuah makam kuno di kompleks pemakaman Mahligai, Barus,
di batu nisannya tertulis Syekh Rukunuddin wafat tahun 672 M
 HAMKA menyebut bahwa seorang pencatat sejarah Tiongkok
yang mengembara pada tahun 674 M telah menemukan satu
kelompok bangsa Arab yang membuat kampung dan berdiam
di pesisir Barat Sumatera
 Sejarawan T. W. Arnold dalam karyanya The Preaching of Islam
(1968) juga menguatkan temuan bahwa agama Islam telah
dibawa oleh mubaligh-mubaligh Islam asal jazirah Arab ke
Nusantara sejak awal abad ke-7 M
 Sebuah Tim Arkeolog yang berasal dari Ecole Francaise
D’extreme-Orient (EFEO) Perancis yang bekerja sama dengan
peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (PPAN) di Lobu
Tua-Barus, telah menemukan bahwa pada sekitar abad 9-12
Masehi, Barus telah menjadi sebuah perkampungan multietnis
dari berbagai suku bangsa seperti Arab, Aceh, India, China,
Tamil, Jawa, Batak, Minangkabau, Bugis, Bengkulu, dan
sebagainya
 Pada tahun 674 M semasa pemerintahan Khilafah Utsman bin
Affan, mengirimkan utusannya (Muawiyah bin Abu Sufyan) ke
tanah Jawa yaitu ke Jepara (pada saat itu namanya Kalingga)
 Dalam Seminar Nasional tentang masuknya Islam ke Indonesia
di Medan tahun 1963, para ahli sejarah menyimpulkan bahwa
Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-1 H (abad ke-7 M) dan
langsung dari tanah Arab.
 Ditemukannya makam Fatimah binti Maimun di Leran, Gresik,
abad ke- 11 M, yang berarti jauh sebelum itu sudah terjadi
penyebaran agama Islam, terutama di daerah pesisir Sumatera,
karena yang menyebarkan Islam di Jawa adalah para mubalih
dari Arab dan dari Pasai.
Adapun masuknya Islam ke Indonesia melalui dua jalur:
 Jalur Utara, dengan rute: Arab (Mekkah dan Medinah)-
Damaskus-Bagdad-Gujarat (pantai Barat India)-Srilanka-
Indonesia.
 Jalur Selatan, dengan rute: Arab (Mekkah dan Medinah)-
Yaman-Gujarat (pantai barat India)-Srilanka-Indonesia.
c) Teori Persia
Islam tiba di Indonesia melalui peran para pedagang asal Persia
yang dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke
Nusantara sekitar abad ke-13 M. Salah satu tokoh pendukung teori
ini adalah P.A. Hoesein Djajadiningrat. Alasannya, adalah karena
terdapat titik-titik kesamaan antara yang berlaku dan berkembang
di kalangan masyarakat Islam Indonesia dengan di Persia.
Misalnya, perayaan Tabut di beberapa tempat di Indonesia, dan
berkembangnya ajaran Syekh Siti Jenar, ada kesamaan dengan
ajaran Sufi al-Hallaj dari Iran Persia.
d) Teori China
Banyaknya unsur kebudayaan China dalam beberapa unsur
kebudayaan Islam di Indonesia perlu mempertimbangkan peran
orang-orang China dalam Islamisasi di Nusantara menjadi salah
satu alasan munculnya teori China. Salah satu tokohnya adalah H.J.
de Graaf, yang telah menyunting beberapa literature Jawa klasik
dan memperlihatkan peranan orang-orang China dalam
pengembangan Islam di Indonesia. Dalam tulisan-tulisan tersebut,
disebutkan bahwa tokoh-tokoh besar semacam Sunan Ampel
(Raden Rahmat/ Bong Swi Hoo) dan Raja Demak (Raden Fatah/Jin
Bun) merupakan orang-orang keturunan China.

2. STRATEGI DAKWAH ISLAM DI INDONESIA


Beberapa strategi yang digunakan dalam dakwah Islam di Indonesia
mengacu pada tiga strategi dakwah, yaitu:
a) Al-Hikmah, yaitu menyampaikan dakwah dengan terlebih dulu
mengetahui tujuannya dan mengenal secara benar dan mendalam
orang atau masyarakat yang menjadi sasarannya.
b) Al-Mauizah Hasanah, yaitu memberi kepuasan kepada jiwa
seseorang atau komunitas yang menjadi sasaran dakwah. Hal itu
dengan cara-cara yang baik, seperti memberi nasihat, pengajaran,
serta teladan yang positif.
c) Al-Mujadalah, yaitu dakwah yang dilakukan dengan cara bertukar
pikiran (dialog), sesuai kondisi masyarakat setempat tanpa melukai
perasaan mereka.

Adapun beberapa kegiatan yang dipergunakan sebagai kendaraan


(sarana) dalam penyebaran Islam di Indonesia, di antaranya:
a) Perdagangan
Pada tahap awal, saluran yang dipergunakan dalam proses
Islamisasi di Indonesia adalah perdagangan. Hal itu dapat diketahui
melalui adanya kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-7
M hingga abad ke-16 M yang melibatkan bangsa-bangsa di dunia,
termasuk bangsa Arab, Persia, India, Cina dan sebagainya.
b) Perkawinan
Dari aspek ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial
ekonomi yang lebih baik daripada kebanyakan penduduk pribumi.
Hal ini menyebabkan banyak penduduk pribumi, terutama para
wanita, yang tertarik untuk menjadi isteri-isteri para saudagar
muslim. Hanya saja ada ketentuan hukum Islam, bahwa para
wanita yang akan dinikahi harus diislamkan terlebih dahulu. Para
wanita dan keluarga mereka tidak merasa keberatan, karena
proses pengIslaman hanya dengan mengucapkan dua kalimah
syahadat, tanpa upacara atau ritual rumit lainnya.
c) Pendidikan
Proses Islamisasi di Indonesia juga dilakukan melalui media
pendidikan. Para ulama banyak yang mendirikan lembaga
pendidikan Islam, berupa pesantren. Pada lembaga inilah, para
ulama memberikan pengajaran ilmu keIslaman melalui berbagai
pendekatan sampai kemudian para santri mampu menyerap
pengetahuan keagamaan dengan baik.
d) Tasawuf
Jalur lain yang juga tidak kalah pentingnya dalam proses Islamisasi
di Indonesia adalah tasawuf. Salah satu sifat khas dari ajaran ini
adalah akomodasi terhadap budaya lokal, sehingga menyebabkan
banyak masyarakat Indonesia yang tertarik menerima ajaran
tersebut.
e) Kesenian
Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah
melalui pertunjukkan wayang. Selain wayang, media yang
dipergunakan dalam penyebaran Islam di Indonesia adalah seni
bangunan, seni pahat atau seni ukir, seni tari, seni musik dan seni
sastra.

Penyebaran Islam terutama di Jawa banyak dilakukan oleh para wali,


yang masyhur dengan wali sanga, yaitu:
a) Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
Maulana Malik Ibrahim atau Syekh Magribi merupakan wali tertua
di antara Wali Sanga yang mensyiarkan agama Islam di Jawa Timur,
khususnya di Gresik, sehingga dikenal pula dengan nama Sunan
Gresik. Maulana Malik Ibrahim menetap di Gresik dengan
mendirikan masjid dan pesantren, tempat mengajarkan Islam
kepada para santri dan kepada segenap penduduk agar menjadi
umat Islam yang bertakwa. Beliau wafat pada tahun 1419 M (882
H) dan dimakamkan di Gapura Wetan, Gresik.
b) Sunan Ampel
Sunan Ampel nama aslinya adalah Raden Rahmat. Lahir pada tahun
1401 M dan wafat tahun 1481 M serta dimakamkan di desa Ampel.
Jasa-jasa Sunan Ampel antara lain:
 Mendirikan pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya. Dari
pesantren ini lahir para mubalig kenamaan, seperti: Raden Paku
(Sunan Giri), Raden Fatah (Sultan Demak pertama), Raden
Makdum (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat) dan
Maulana Ishak yang pernah diutus untuk mensyiarkan Islam ke
daerah Blambangan.
 Berperan aktif dalam membangun masjid agung Demak, yang
dibangun pada tahun 1479 M.
 Memelopori berdirinya kerajaan Islam Demak dan ikut
menobatkan Raden Fatah sebagai sultan pertamanya.
c) Sunan Bonang
Sunan Bonang nama aslinya adalah Makdum Ibrahim, putra Sunan
Ampel, lahir tahun 1465 M dan wafat tahun 1515 M. Semasa hidup
beliau mempelajari Islam dan ayahnya sendiri, kemudian bersama
Raden Paku merantau ke Pasai untuk mendalami Islam. Jasa beliau
sangat besar dalam penyiaran Islam.
d) Sunan Giri
Beliau adalah salah seorang wali yang sangat besar pengaruhnya di
Jawa, terutama di Jawa Timur. Ayahnya, Maulana Ishak, berasal
dari Pasai dan ibunya, Sekardadu, putri Raja Blambangan Minak
Sembayu. Belajar Islam di pesantren Ampel Denta dan di Pasai.
Sekembalinya di Gresik, Sunan Giri (Raden Paku) mendirikan
pesantren di Giri, kira-kira 3 km dari Gresik. Selain itu, beliau
mengutus para mubalig untuk berdakwah ke daerah Madura,
Bawean, Kangean, bahkan ke Lombok, Makasar, Ternate dan
Tidore.
e) Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Syarifuddin, putra Sunan Ampel dan adik
Sunan Bonang. Beliau berjasa dalam mensyiarkan Islam dan
mendidik para santri sebagai calon mubalig. Santri-santrinya
berasal dari berbagai daerah dan bahkan ada yang dari Ternate dan
Hitu Ambon.
f) Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati lebih dikenal dengan sebutan Syarif
Hidayatullah atau Syeikh Nurullah. Beliau berjasa dalam
menyebarkan Islam di Jawa Barat dan berhasil mendirikan dua
buah kerajaan Islam, yakni Banten dan Cirebon, serta berhasil pula
menguasai pelabuhan Sunda Kelapa yang dulunya dikuasai oleh
kerajaan Hindu Pakuan. Syarif Hidayatulah wafat pada tahun 1570
M dan dimakamkan di Gunung Jati (7 km sebelah utara Cirebon).
g) Sunan Kudus
Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq, lahir pada pertengahan abad ke-
15 dan wafat pada tahun 1550 M (960 H). Beliau berjasa dalam
menyebarkan Islam di daerah Kudus dan sekitarnya, Jawa Tengah
bagian utara. Untuk melancarkan mekanisme dakwah Islam, Sunan
Kudus membangun sebuah masjid yang terkenal sebagai Masjid
Menara Kudus, yang dipandang sebagai warisan kebudayaan Islam
Nusantara. Sunan Kudus juga terkenal sebagai seorang sastrawan,
di antara karya sastranya yang terkenal adalah gending
Maskumambang dan Mijil.
h) Sunan Kalijaga
Nama aslinya adalah Raden Mas Syahid, salah seorang Wali Sanga
yang terkenal karena berjiwa besar, toleran, dan juga pujangga.
Beliau adalah seorang mubalig yang berdakwah sambil berkelana.
Di dalam dakwahnya Sunan Kalijaga sering menggunakan kesenian
rakyat (gamelan, wayang, serta lagu-lagu daerah). Beliau wafat
pada akhir abad ke-16 dan dimakamkan di desa Kadilangu sebelah
timur laut kota Demak.
i) Sunan Muria
Nama aslinya Raden Umar Said, putra dari Sunan Kalijaga. Beliau
seorang mubalig yang berdakwah ke pelosok-pelosok desa dan
daerah pegunungan. Di dalam dakwahnya beliau menggunakan
sarana gamelan serta kesenian daerah lainnya. Beliau dimakamkan
di Gunung Muria, yang terletak di sebelah utara kota Kudus.

3. TRADISI DAN SENI BUDAYA LOKAL UMAT ISLAM DI INDONESIA


a) Tradisi Lokal
Tradisi adalah kebiasaan atau adat istiadat yang dilakukan turun
temurun oleh masyarakat. Banyak sekali tradisi atau budaya Islam
yang berkembang hingga saat ini, seperti:
 Halal Bihalal, yaitu tradisi yang dilakukan pada Bulan Syawal,
berupa acara saling bermaaf-maafan. Tujuannya, selain saling
bermaafan adalah untuk menjalin tali silaturahim dan
mempererat tali persaudaraan.
 Tabot atau Tabuik, adalah upacara tradisional masyarakat
Bengkulu untuk mengenang kisah kepahlawanan dan wafatnya
Hasan dan Husein bin Ali bin Abi Thalib yang gugur dalam
peperangan di Karbala, Irak pada tanggal 10 Muharam 61
Hijriah (681 M).
 Kupatan (Bakdo Kupat), yaitu tradisi membuat kupat di Pulau
jawa yang biasanya dilakukan seminggu setelah hari raya Idul
Fitri. Biasanya masyarakat berkumpul di suatu tempat seperti
mushala dan masjid untuk mengadakan selamatan dengan
hidangan yang didominasi kupat (ketupat).
 Sekaten, yaitu upacara yang dilaksanakan setiap tahun di
Keraton Surakarta Jawa Tengah dan Keraton Yogyakarta. Tradisi
ini dilaksanakan dan dilestarikan sebagai wujud mengenang
jasa-jasa para Wali Songo yang telah berhasil menyebarkan
Islam di tanah Jawa.
 Grebeg, yaitu tradisi untuk mengiringi para raja atau pembesar
kerajaan di keraton yang diselenggarakan setahun 3 kali, yaitu:
grebek syawal diadakan setiap tanggal 1 Syawal untuk
menghormati Bulan Ramadhan dan Lailatul Qadr, grebeg besar
yang diadakan setiap tanggal 10 dzulhijjah untuk merayakan
hari raya kurban, dan grebeg maulud setiap tanggal 12 Rabiul
awwal untuk memperingati hari Maulid Nabi Muhammad Saw.
 Kerobok Maulid di Kutai dan Pawai Obor di Manado, yaitu
tradisi yang dilaksanakan dalam rangka memperingati kelahiran
Nabi Muhammad saw., tanggal 12 Rabiul Awwal.
 Rabu Kasan di Bangka, yaitu tradisi yang dilaksanakan pada hari
rabu terakhir bulan Safar untuk memohon kepada Allah SWT.
agar dijauhkan dari bala’ (musibah dan bencana).
 Dugderan, yaitu tradisi khas yang dilakukan oleh masyarakat
Semarang, Jawa Tengah untuk menyambut datangnya bulan
puasa.
 Budaya Tumpeng, yaitu tradisi berupa cara penyajian nasi
beserta lauk-pauknya dalam bentuk kerucutyang biasanya
dibuat pada saat kenduri atau perayaan suatu kejadian penting.

b) Seni Budaya Lokal


Seni budaya lokal Islam adalah penjelmaan rasa indah yang
terkandung dalam jiwa manusia yang bernafaskan islami yang
tumbuh dari lingkungan nusantara. Seni bernuansa Islami yang
berkembang di Indonesia antara lain:
 Seni Kaligrafi
Di Indonesia, seni Kaligrafi telah berkembang sejak abad 12
masehi atau semenjak kerajaan Islam muncul dan berdiri
dibeberapa wilayah Indonesia, seperti Aceh, Demak, Ternate,
Tidore, Maluku, Cirebon, Banten, Madura, Nusa Tenggara
barat, dan sebagainya.
 Seni Musik
Disebut juga dengan handasah shawt atau musik yang berasal
dari bahasa Arab yaitu musiqa. Ruang lingkup seni ini terbatas
pada seni pembacaan ayat-ayat Al-Qur'an.
 Seni Arsitektur
Islam hadir mendorong lahirnya seni-seni baru dalam seni
bangunan yang mengikuti kebutuhan masyarakat Islam, seperti
bangunan masjid di Aceh, Demak, Kudus dan di beberapa
daerah lainnya di Nusantara yang menjadi kekayaan seni
arsitektur yang terus berkembang sampai sekarang.
 Seni Tari
Di beberapa daerah di Indonesia terdapat bentuk-bentuk tarian
yang berkaitan dengan bacaan shalawat. Misalnya pada seni
rebana diikuti dengan tari-tarian zapin, bacaan shalawat
dengan menggunakan lagu-lagu tertentu.
 Seni Sastra
Seni sastra yang berkembang pada zaman Islam umumnya
berkembang di daerah sekitar Selat Malaka (daerah Melayu)
dan di Jawa.

4. PEMIKIRAN TOKOH-TOKOH ISLAM NUSANTARA MODERN


a) KH. Hasyim Asy’ari
KH. Muhammad Hasyim Asy’ari adalah pendiri pesantren Tebu
Ireng, tokoh ulama pendiri organisasi NU. Beliau lahir di Gedang,
Desa Tambakrejo, Jombang Jawa Timur, pada hari Selasa Kliwon,
24 Dzulqaidah 1287 H bertepatan dengan 14 Februari 1871 M. KH.
Hasyim Asy’ari adalah putra pasangan Kiai Asy’ari dan Nyai
Halimah. Dari jalur ayah, nasab KH. Hasyim Asya’ari bersambung
kepada Maulana Ishak hingga Imam Ja’far Shadiq bin Muhammad
Al-Baqir. Sedangkan, dari jalur ibu nasabnya bersambung kepada
Raja Brawijaya VI (Lembu Peteng), yang berputra Karebet atau Jaka
Tingkir, raja Pajang pertama (1568 M) yang bergelar Sultan Pajang
atau pangeran Adiwijaya.

Signifikansi pendidikan menurut KH. Hasyim Asy’ari adalah upaya


memanusiakan manusia secara utuh, sehingga manusia bisa taqwa
(takut) kepada Allah SWT, dengan benar-benar mengamalkan
segala perintahNya mampu menegakan keadilan di muka bumi,
beramal saleh dan maslahat, pantas menyandang predikat sebagai
makhluk yang paling mulia dan lebih tinggi derajatnya dari segala
jenis makhluk Allah lainnya.

Ada tiga dimensi yang hendak dicapai dalam konsep pendidikan


KH. Hasyim Asy’ari, yaitu:
 Dimensi keilmuan, berarti peserta didik diarahkan untuk selalu
mengembangkan keilmuannya, tidak saja keilmuan agama
melainkan pengetahuan umum.
 Dimensi pengamalan, peserta didik bisa mengaktualisasikan
keilmuannya untuk kebaikan bersama dan bertanggung jawab
terhadap anugerah keilmuan dari Allah.
 Dimensi religius, adalah hubungan antara Tuhannya tidak
sekedar ritual keagamaan melainkan menyandarkan segalanya
untuk mencari Ridha Allah.
Sehingga, bila dicermati bahwa tujuan pendidikan menurut KH.
Hasyim Asy’ari adalah menjadi insan purna yang bertujuan
mendekatkan diri kepada Allah SWT untuk mendapatkan
kebahagiaan dunia dan akhirat.

b) KH. Ahmad Dahlan


KH. Ahmad Dahlan lahir pada tanggal 1 Agustus 1868 di Desa
Kauman, Yogyakarta dan meninggal 23 Februari tahun 1923. Nama
kecilnya adalah Muhammad Darwis. Ayahnya bernama K.H Abu
Bakar bin Sulaiman dan ibunya adalah putri Haji Ismail. KH. Ahmad
Dahlan adalah pendiri Muhammadiyah dan seorang tokoh
pendidikan yang tidak meninggalkan karya berupa tulisan.
Gagasan-gagasan pemikirannya ia sampaikan secara lisan dan
karya nyata. Amal usahanya yang begitu banyak di antaranya
dalam bidang pendidikan, kesehatan, dakwah dan panti sosial.

Menurut Ahmad Dahlan, tujuan pendidikan Islam diarahkan pada


usaha untuk membentuk manusia yang beriman, berakhlak,
memahami ajaran agama Islam, memiliki pengetahuan yang luas
dan kapasitas intelektual yang dapat diperlukan di dalam
kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai tujuan tersebut,
pendidikan Islam harus dibarengi dengan integrasi ilmu dan amal,
integrasi ilmu pengetahuan umum maupun agama, kebabasan
berpikir dan pembentukan karakter, agar peserta didik dapat
berkembang secara intelektualitas dan spritualitas.

c) Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA)


HAMKA lahir di sungai Batang, Maninjau (Sumatera Barat) pada
hari Minggu, tanggal 16 Februari 1908 M/13 Muharram 1326 H dari
kalangan keluarga yang taat beragama. Ayahnya bernama Haji
Abdul Karim Amrullah atau dikenal dengan sebutan Haji Rasul.
HAMKA dikenal sebagai salah satu tokoh organisasi Islam modern
Muhammadiyah. Bahkan HAMKA bisa disebut sebagai tokoh
utama berdirinya organisasi itu di wilayah Sumatera Barat.

Pandangan HAMKA tentang pendidikan adalah bahwa pendidikan


sebagai sarana yang dapat menunjang dan menimbulkan serta
menjadi dasar bagi kemajuan dan kejayaan hidup manusia dalam
berbagai keilmuan. Melalui pendidikan, eksistensi fitrah manusia
dapat dikembangkan sehingga tercapai tujuan budi. Hamka
menilai bahwa proses pengajaran tidak akan berarti bila tidak
dibarengi dengan proses pendidikan, begitu juga sebaliknya.

d) Nurcholis Majid
Nurcholish Madjid dilahirkan tepat pada tanggal 17 Maret 1939 M
(26 Muharram 1358 H) di sudut kampung kecil Desa Mojoanyar,
Jombang, Jawa Timur. Ayahnya KH. Abdul Madjid, dikenal sebagai
kyai terpandang, alumnus Pesantren Tebuireng dan merupakan
salah seorang pemimpin Masyumi, partai berideologi Islam paling
berpengaruh pada saat itu.

Nurcholis Majid merupakan seorang intelektual Muslim garda


depan, dan juga seorang guru bangsa yang mampu mengemas
Islam dalam denyut humanisme serta humanitas, sehingga benih-
benih pemikirannya banyak dijadikan solusi oleh sebagian
masyarakat Indonesia atas masalah-masalah kemanusiaan
maupun keagamaan.

e) KH. Abdurrahman Wahid


KH. Abdurrahman Wahid, akrab dipanggil Gus Dur, lahir di
Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 dari pasangan KH. Wahid
Hasyim dan Solichah. Guru bangsa, reformis, cendekiawan,
pemikir, dan pemimpin politik ini menggantikan BJ. Habibie
sebagai Presiden RI setelah dipilih MPR hasil Pemilu 1999. Beliau
menjabat Presiden RI dari 20 Oktober 1999 hingga Sidang Istimewa
MPR 2001.

Pada 11 Agustus 2006, Gus Dur mendapatkan Tasrif Award-AJI


sebagai Pejuang Kebebasan Pers 2006. Gus Dur dinilai memiliki
semangat, visi, dan komitmen dalam memperjuangkan kebebasan
berekpresi, persamaan hak, semangat keberagaman, dan
demokrasi di Indonesia. Gus Dur juga memperoleh penghargaan
dari Mebal Valor yang berkantor di Los Angeles karena ia dinilai
memiliki keberanian membela kaum minoritas. Dia juga
memperoleh penghargaan dari Universitas Temple dan namanya
diabadikan sebagai nama kelompok studi Abdurrahman Wahid
Chair of Islamic Study.

Daftar materi bidang studi 1. Teori China


2 yang sulit dipahami pada 2. Ornamen Arabeska
modul 3. Humanisme dan humanitas

1. Teori arab merupakan salah satu teori yang biasa dijelaskan dalam
Daftar materi yang sering penulisan sejarah. Teori ini disebut juga dengan teori Timur Tengah
3 mengalami miskonsepsi yang dipelopori oleh beberapa sejarawan, di antaranya adalah
dalam pembelajaran Crawfurd, Keijzer, Naimann, de Hollander, dan juga ada beberapa
sejarawan Indonesia seperti Hasjmi, Al-Attas, Buya Hamka, Hoesein
Djajadiningrat, dan Mukti Ali. (Hal. 3)
2. Teori Persia ini menyatakan bahwa Islam yang datang ke Nusantara ini
berasal dari Persia, bukan dari India dan Arab. Teori ini didasarkan
pada beberapa unsur kebudayaan Persia, khususnya Syi’ah yang ada
dalam kebudayaan Islam di Nusantara. Di antara pendukung teori ini
adalah P.A. Hoesein Djajadiningrat. (Hal. 4)

Anda mungkin juga menyukai