Anda di halaman 1dari 11

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM


B. Kegiatan Belajar : KB 2 PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN
ISLAM PADA MASA BANI UMAYYAH DAN ABASIYYAH

C. Refleksi

BUTIR
NO REFLEKS RESPON/JAWABAN
I
A. Perkembangan Kebudayaan pada Masa Bani Umayyah di
Damaskus

1. Sejarah Berdirinya Bani Umayyah di Damaskus

Dinasti Bani Umayah berdiri selama lebih kurang 90 tahun (40-132 H


atau 661- 750 M), dengan Damaskus sebagai pusat pemerintahannya.
Muawiyah bin Abi Sufyan (661-680 M) adalah pendiri Dinasti Bani
Umayah dan penguasa imperium yang sangat luas. Selama 20 tahun masa
pemerintahannya, ia terlibat dalam sejumlah peperangan dengan
penguasa Romawi baik dalam pertempuran darat maupun laut. Wilayah
kekuasaan dinasti ini meliputi daerah Timur Tengah, Afrika Utara dan
Spanyol. Muawiyah meninggal dunia pada Kamis pertengahan Rajab 60 H
dalam usia 78 tahun. Secara berturut-turut, para Khalifah Daulah
Umayyah di Damaskus adalah sebagai berikut.
a. Muawiyah bin Abi Sufyan (41-61 H/661-680 M)
b. Yazid bin Muawiyah (61-64 H/680-683 M)
c. Muawiyah II bin Yazid (64-65 H/683-684 M)
Konsep d. Marwan bin al-Hakam (65-66 H/684-685 M)
(Beberapa e. Abd al-Malik ibn Marwan (66-86 H/685-705 M)
1 istilah dan f. Al-Walid bin Abd al-Malik (86-97 H/705-715 M)
definisi) di g. Sulaiman bin Abdul Malik (97-99 H/715-717 M)
KB h. Umar bin Abdul Aziz (99-102 H/717-720 M)
i. Yazid II bin Abd al-Malik (102-106 H/720-724 M)
j. Hisyam bin Abd al-Malik (106-126H/724-743 M)
k. Al-Walid II bin Yazid (126-127 H/743-744 M)
l. Yazid III bin al-Walid (127 H/744 M)
m. Ibrahim bin al-Walid (127 H/744 M)
n. Marwan II bin Muhammad (127-133 H/744-750 M)

2. Sistem Pemerintahan Bani Umayyah di Damaskus

Adapun sistem pemerintahan yang diterapkan Bani Umayyah adalah


sistem monarki (Monarchiheridetis), yang mana suksesi kepemimpinan
dilakukan secara turun-temurun. Semenjak Muawiyah berkuasa, raja-raja
Umayyah yang berkuasa kelak menunjuk penggantinya dan para pemuka
agama diwajibkan menyatakan sumpah setia di hadapan raja. Sistem
pengangkatan penguasa seperti ini, bertentangan dengan prinsip
dasar dan ajaran permusyawaratan.
Bentuk departemen ini kemudian dikembangkan lagi oleh Muawiyah bin
Abi Sufyan dalam bentuk yang lebih luas dan menyeluruh, sebagai
berikut:
a. An-Nidham Al-Idari
Organisasi tata usaha negara pada permulaan Islam sangat sederhana,
tidak diadakan pembidangan usaha yang khusus. Ada empat organisasi
tata usaha pada masa Bani Umayyah, yaitu:
1) Ad-Dawawin. Untuk mengurus tata usaha pemerintahan, 2) Al-Imarah
Ala Al-Buldan. 3) Barid. 4) Syurthah (kepolisian)
b. An-Nidham Al-Mali
Organisasi keuangan atau ekonomi. Sumber pemasukan keuangan pada
zaman Daulah Umayyah pada umumnya sama seperti pada masa
permulaan Islam
c. An-Nidhamul-Harbi
Organisasi pertahanan pada masa Daulah Umayyah sama seperti yang
telah dibuat oleh khalifah Umar bin Khattab, hanya lebih disempurnakan
d. An-Nidham Al-Qadhai
Pada masa Daulah Umayyah kekuasaan pengadilan telah dipisahkan dari
kekuasaan politik

3. Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Bani Umayyah di


Damaskus
Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Bani Umayyah di Damaskus
meliputi 3 bidang, yaitu : bidang diniyah, bidang tarikh dan bidang filsafat.
Pada masa itu kaum muslimin memperoleh kemajuan yang sangat pesat,
tidak hanya penyebaran agama Islam saja, tetapi juga penemuan-
penemuan ilmu lainnya
Para ahli sejarah menyimpulkan bahwa perkembangan gerakan ilmu
pengetahuan dan budaya pada masa Bani Umayyah di Damaskus
memfokuskan pada tiga gerakan besar yaitu; (1) gerakan ilmu agama,
karena didorong oleh semangat agama yang sangat kuat pada saat itu; (2)
Gerakan filsafat, karena ahli agama di akhir Daulah Umayyah terpaksa
menggunakan filsafat untuk menghadapi kaum Nasrani dan Yahudi; dan
(3) Gerakan sejarah, karena ilmu-ilmu agama
memerlukan riwayat.
Pengembangan ilmu pengetahuan pada masa Bani Umayyah di Damaskus
tampak pada beberapa bidang di antaranya adalah; a. Ilmu Tafsir, b. Ilmu
Hadis, c. Ilmu Kalam, d. Ilmu Qira'at, e. Ilmu Nahwu, f. Tarikh dan Geografi,
g. Seni Bahasa.

4. Kemunduran Bani Umayyah di Damaskus


Kebesaran yang telah diraih oleh Dinasti Bani Umayyah ternyata tidak
mampu menahan kehancurannya, yang diakibatkan oleh beberapa faktor
antara lain: Pertentangan antara suku-suku Arab yang sejak lama terbagi
menjadi dua kelompok, yaitu Arab Utara yang disebut Mudariyah yang
menempati Irak dan Arab Selatan (Himyariyah) yang berdiam di wilayah
Suriah. Di zaman Dinasti Bani Umayyah persaingan antar etnis itu
mencapai puncaknya, karena para Khalifah cenderung kepada satu pihak
dan menafikan yang lainnya. yang tidak sehat di kalangan anggota
keluarga Istana. Penyebab kemunduran dan kehancuran Dinasti Umayyah
dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Faktor Internal
Faktor internal yang menyebabkan hancurnya Dinasti Umayyah yaitu:
1) Konflik antara Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ali bin Abi Thalib
2) Sistem Pemerintahan Demokrasi menjadi Monarki Heridetis
3) Terjadinya Perebutan Kekuasaan
4) Kelalaian Pemimpin dalam Menjalankan Roda Pemerintahan Dinasti
Umayyah
5) Perbedaan Derajat
6) Perang antar Suku
b. Faktor Eksternal
Sebagai sebab langsung jatuhnya Dinasti Umayyah adalah munculnya
kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Abbas bin Abdul Muthalib
pada masa pemerintahan Hisyam ibn Abdul Malik. Munculnya gerakan
kaum Abbasiyah tersebut mendapat dukungan penuh dari golongan-
golongan lain. Sehingga kaum Abbasiyah memanfaatkan momentum
tersebut dengan terus melancarkan serangan ke Dinasti Umayyah. Hingga
pada masa kepemimpinan Marwan bin Muhammad (khalifah Dinasti
Umayyah terakhir), kekuasaan Dinasti Umayyah harus takluk dan
digulingkan.

B. Perkembangan Kebudayaan pada Masa Bani Abbasiyah

1. Sejarah Berdirinya Bani Abbasiyah

Bani Abbasiyah lahir tahun 132 H/ 750 M. Nama Abbasiyah yang dipakai
untuk nama bani ini diambil dari nama bapak pendiri Abbasiyah yaitu
Abbas bin Abdul Muthalib paman Nabi Muhammad Saw. Proses
berdirinya Bani Abbasiyah dimulai dari kemenangan Abu Abbas As Saffah
dalam sebuah perang terbuka (al-Zab) melawan khalifah Bani Umayyah
yang terakhir yaitu Marwan bin Muhammad. Abu Abbas diberi gelar As
Saffah karena dia pemberani dan mampu memainkan mata pedangnya
kepada lawan politiknya. Semua lawan politiknya diperangi dan dikejar-
kejar, diusir keluar dari wilayah kekuasaan Abbasiyah yang baru direbut
dari Bani Umayyah di Damaskus. selanjutnya.
Bani Abbasiyah eksis selama 505 tahun dan diperintah oleh 37 khalifah
dengan mampu menciptakan peradaban yang menjadi kiblat dunia pada
saat itu, peradaban yang dikenang sepanjang masa. Pada waktu itu
suasana belajar kondusif, fasilitas belajar disediakan pemerintah dengan
lengkap. Motivasi belajar menjadi pendorong gairahnya masyarakat
untuk belajar.

2. Sistem Pemerintahan Bani Abbasiyah


Adapun sistem pemerintahan yang diterapkan Bani Abbasiyah adalah
sistem monarki (Monarchiheridetis), yang mana suksesi kepemimpinan
dilakukan secara turun-temurun. Berikut merupakan khalifah-khalifah
yang memimpin Bani Abbasiyah:

a. Abu Abbas As-Saffah (132-136 H/ 749-754 M)


b. Abu Ja'far al-Mansur (136-158 H/ 750-775 M)
c. Abu Abdullah Muhammad al-Mahdi (158-169H/ 775-785 M)
d. Abu Muhammad Musa al-Hadi (169-170 H/ 785-786 M)
e. Abu Ja’far Harun ar-Rasyid (170-193 H/ 786-809 M)
f. Abu Musa Muhammad Al-Amin (193-198 H/ 809-813 M)
g. Abu Ja’far Abdullah Al-Ma'mun (198-201 H/ 813-817 M)
h. Ibrahim bin al-Mahdi di Baghdad (201-203 H/ 813-819 M)
i. Abu Ishaq Muhammad Al-Mu'tasim (218-227 H/ 833-842 M)
j. Abu Ja’far Harun Al-Watsiq (227-232 H/ 842-847 M)
k. Abul Fadl Ja’far Al-Mutawakkil (232-247 H/ 847-861 M)
l. Abu Ja’far Muhammad Al-Muntashir (247-248 H/ 861-862 M)
m. Abu Abbas Ahmad Al-Musta'in (248-252 H/ 862-866 M)
n. Abu Abdullah Muhammad dan Al-Mu'tazz (252-255 H-866-869 M)
o. Abu Ishaq Muhammad Al-Muhtadi (255-256 H/ 869-870 M)
p. Abu Al-Abbas Ahmad Al-Mu'tamid (256-279 H/ 870-892 M)
q. Abu Al-Abbas Ahmad Al-Mu'tadid (279-289 H/ 892-902 M)
r. Abu Muhammad Ali al-Muktafi (289-295 H/ 902-908 M)
s. Abu Fadl Ja’far Al-Muqtadir (295-320 H/ 908-932 M)
t. Abu Mansur Muhammad Al-Qahir (320-322 H/ 932-934 M)
u. Abu Al-Abbas Ahmad Ar-Radhi (322-329 H/ 934-940 M)
v. Abu Al-Ishaq Ibrahim Al-Muttaqi (329-333 H/ 940-944 M)
w. Abu Al-Qasim Abdullah Al-Mustakfi (333-334 H/ 944-946 M)
x. Abu Al-Qasim al-Fadl Al-Mu’thi (334-363 H/ 946-974 M)
y. Abu Al-Fadl Abdul Karim At-Tha'i (363-381 H/ 974-991 M)
z. Abu Al-Abbas Ahmad Al-Qadir (381-422 H/ 991-1031 M)
aa. Abu Ja’far Abdullah Al-Qa'im (422-467 H/ 1031-1075 M)
bb. Abu Al-Qasim Abdullah Al-Muqtadi (467-487 H/ 1075-1094 M)
cc. Abu Al-Abbas Ahmad Al-Mustazhir (487-512 H/ 1094-1118 M)
dd.Abu Mansur Al-Fadl Al-Mustarsyid (512-529 H/ 1118-1135 M)
ee. Abu Ja’far al-Mansur Ar-Rasyid (529-530 H/ 1135-1136 M)
ff. Abu Abdullah Muhammad Al-Muqtafi (530-555 H/ 1136-1160 M)
gg. Abu Al-Muzaffar Al-Mustanjid (555-566 H/ 1160-1170 M)
hh.Abu Muhammad Al-Hasan Al-Mustadhi’ (566-575 H/ 1170-1180 M)
ii. Abu Al-Abbas Ahmad An-Nashir (575-622 H/ 1180-1225 M)
jj. Abu Nasr Muhammad Az-Zahir (622-623 H/ 1225-1226 M)
kk. Abu Ja’far Al-Mansur Al-Mustansir (623-640 H/ 1226-1242 M)
ll. Abu Ahmad Abdullah Al-Musta'shim (640-656 H/ 1242-1258 M)

3. Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Bani Abbasiyah


Masa Abbasiyah dikenal sebagai era keemasan ilmu pengetahuan dan
Agama. Ilmu-ilmu agama berkembang dengan subur dan diiringi oleh
kemunculan tokoh- tokoh agama yang berpengaruh sampai sekarang ini.
a. Ilmu Tafsir
b. Ilmu Hadis
c. Ilmu Kalam
d. Ilmu Fiqh
e. Ilmu Tasawuf
f. Ilmu Filsafat
g. Ilmu Kedokteran
h. Ilmu Kimia
i. Ilmu Astronomi
j. Ilmu Matematika

4. Kemunduran Bani Abbasiyah

Adapun faktor penyebab kemunduran Bani Abbasiyah, di antaranya,


sebagai berikut:
a. Faktor Internal
Faktor-faktor internal yang membuat Daulah Abbasiyah lemah
kemudian hancur antara lain:
1) Adanya persaingan tidak sehat di antara beberapa bangsa yang
terhimpun dalam Daulah Abbasiyah, terutama Arab, Persia, dan Turki.
2) Terjadinya perselisihan pendapat diantara kelompok pemikiran
agama yang ada, yang berkembang menjadi pertumpahan darah.
3) Munculnya dinasti-dinasti kecil sebagai akibat perpecahan sosial
yang berkepanjangan.
4) Akhirnya terjadi kemerosotan tingkat perekonomian sebagai akibat
dari bentrokan politik.
b. Faktor Eksternal
Di samping faktor-faktor internal, ada juga faktor eksternal yang
membawa nasib dinasti ini ke jurang kehancuran total.
1) Perang Salib,
2) Serangan Bangsa Mongol,

C. Perkembangan Kebudayaan pada Masa Bani Umayyah di Andalusia

1. Sejarah Berdirinya Bani Umayyah di Andalusia


Bani Umayyah di Andalusia adalah kekhalifahan Islam yang pernah
berkuasa di Semenanjung Iberia dalam rentang waktu antara abad ke-8
sampai abad ke-12. Ada 2 faktor utama yang diidentifikasi menjadi sebab
masuknya Islam di Andalusia.
Pertama, faktor internal, yakni kemauan kuat para penguasa Islam untuk
mengembangkan dan membebaskan menjadi wilayah Islam. Andalusia
atau Semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal termasuk selatan
Perancis sekarang) mulai ditaklukkan oleh umat Islam pada masa khalifah
Al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M). Dalam proses penaklukan Spanyol
ini terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa
yaitu Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad, dan Musa bin Nushair.
Kedua, faktor eksternal, yakni suatu kondisi yang terdapat di dalam
negeri Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang
Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam
keadaan menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak
dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil.
Kebudayaan Islam masa Bani Umayyah mengalami perkembangan yang
sangat mengesankan dan mengagumkan pada periode pemerintahan
Abdurrahman III an-Nashir (300-350 H/912-961 M). Di bawah khalifah
‘Abd al-Rahman III dan penerusnya, al-Hakam II dan al-Manshur,
Andalusia benar-benar mencapai puncak kejayaannya dalam bidang
keagamaan maupun kebudayaan. Kota Kordova berkembang menjadi
pusat kebudayaan yang sebanding dengan Damaskus dan Baghdad.
Ibnu Rusyd juga dikenal luas berkat pemikiran-pemikiran filsafatnya yang
kemudian menjadi sebuah paham tersendiri, lumrah dikenal sebagai
Averroisme. Masih dalam kelompok filsafat dan sains terdapat nama-
nama populer semacam Ibnu Bajjah dan Ibnu Thufail. Tetapi ada juga Ibn
Barghut, Ibn Khayrah al-‘Attar, Ibn Ahmad al-Sarkastik, atau Muhammad
ibn al-Layth. Pada bidang bahasa dan sastra Arab, zaman keemasan
Andalusia juga melahirkan sejumlah besar nama-nama cemerlang, seperti
Ibn Syahr al-Ra‘ini, dan Yahya ibn Hisyam al-Qarsyi.

2. Sistem Pemerintahan Bani Umayyah di Andalusia


Dinasti Umayyah di Andalusia kemudian dipimpin oleh beberapa
penguasa besar selama masa pemerintahannya, dan secara garis besar
ada 3 pemimpin yang sangat menonjol di antara pemimpin lainnya, yaitu
Abdurrahman yang berkuasa pada 931 M sampai 961 M, Al Hakam II yang
berkuasa pada 961 M sampai 976 M, dan Hisyam II yang berkuasa pada
976 M sampai 1009 M. Pada periode pemerintahan 3 penguasa itulah
Dinasti Umayyah di kawasan Andalusia mengalami perkembangan yang
sangat pesat di berbagai bidang, terutama ekonomi dan kebudayaan.
Sebagai bukti besarnya kekuasaan Dinasti Umayyah ketika itu, didirikan
bangunan- bangunan megah yang melengkapi keindahan di kawasan
tersebut, salah satunya Masjid Cordoba dan Universitas Cordoba.
Pembangunan kota yang cukup masif pun
ikut membawa kemakmuran bagi seluruh rakyat yang tinggal di kawasan
Andalusia.

3. Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Bani Umayyah di


Andalusia
Di antara kemajuan ilmu pengetahuan yang bahkan mempengaruhi
Eropa, yaitu :
a. Ilmu Filsafat, b. Ilmu Kedokteran, c. Astronomi, d. Matematika, e.
Bahasa dan Sastra, f. Sejarah dan Geografi.

4. Kemunduran Bani Umayyah di Andalusia


Pemerintahan Dinasti Umayyah di Andalusia mulai menunjukkan tanda-
tanda kemundurannya ketika berada di bawah kekuasaan Abdul Rahman
Syanjul. Perekonomian menjadi salah satu faktor yang mengalami
kemunduran sangat signifikan.
Kekhalifahan Umayyah di Andalusia mengalami kemunduran
karena berbagai faktor, yaitu:
a. Konflik Islam dengan Kristen.
b. Tidak adanya ideologi pemersatu,
c. Kesulitan ekonomi,
d. Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan, e. Peradaban Islam di
Spanyol sulit untuk meminta bantuan dari kekuatan Islam di tempat lain,
kecuali Afrika Utara.

Kemunduran Bani Abbasiyah

Adapun faktor penyebab kemunduran Bani Abbasiyah, di antaranya,


sebagai berikut:
a. Faktor Internal
Faktor-faktor internal yang membuat Daulah Abbasiyah lemah
kemudian hancur antara lain:
1) Adanya persaingan tidak sehat di antara beberapa bangsa yang
terhimpun dalam Daulah Abbasiyah, terutama Arab, Persia, dan Turki.
Daftar materi
2) Terjadinya perselisihan pendapat diantara kelompok pemikiran
pada KB
2 agama yang ada, yang berkembang menjadi pertumpahan darah.
yang sulit 3) Munculnya dinasti-dinasti kecil sebagai akibat perpecahan sosial
dipahami yang berkepanjangan.
4) Akhirnya terjadi kemerosotan tingkat perekonomian sebagai akibat
dari bentrokan politik.
b. Faktor Eksternal
Di samping faktor-faktor internal, ada juga faktor eksternal yang
membawa nasib dinasti ini ke jurang kehancuran total.
1) Perang Salib,
2) Serangan Bangsa Mongol,

Secara umum dalam bidang filsafat orang-orang Islam masih


Daftar materi
banyak mengambil dari filsafat Yunani, seperti filsafat Greek dan
yang sering
Coptic. Hal ini bagi umat Islam saat itu merupakan kepentingan
mengalami
3 yang utama (tracending importance). Pengambilan ini hanya
miskonsepsi
berupa ide-ide, yang dilakukan pertama kali pada masa Al-Ma’mun,
dalam
seperti Al-Kindi, Ibnu Sina, Ibnu Rusydi yang masih mengambil ide
pembelajaran
dari Aristoteles.
NAMA : VAJAR VAHRUDIN
KELAS : PAI-O

TUGAS RESUME MODUL SKI KB 2 MASA BANI UMAYYAH DAN ABASIYYAH

A. Perkembangan Kebudayaan pada Masa Bani Umayyah di Damaskus

1. Sejarah Berdirinya Bani Umayyah di Damaskus

Dinasti Bani Umayah berdiri selama lebih kurang 90 tahun (40-132 H atau 661- 750 M), dengan
Damaskus sebagai pusat pemerintahannya. Muawiyah bin Abi Sufyan (661-680 M) adalah
pendiri Dinasti Bani Umayah dan penguasa imperium yang sangat luas. Selama 20 tahun masa
pemerintahannya, ia terlibat dalam sejumlah peperangan dengan penguasa Romawi baik dalam
pertempuran darat maupun laut. Wilayah kekuasaan dinasti ini meliputi daerah Timur Tengah,
Afrika Utara dan Spanyol. Muawiyah meninggal dunia pada Kamis pertengahan Rajab 60 H
dalam usia 78 tahun. Secara berturut-turut, para Khalifah Daulah Umayyah di Damaskus adalah
sebagai berikut.
a. Muawiyah bin Abi Sufyan (41-61 H/661-680 M)
b. Yazid bin Muawiyah (61-64 H/680-683 M)
c. Muawiyah II bin Yazid (64-65 H/683-684 M)
d. Marwan bin al-Hakam (65-66 H/684-685 M)
e. Abd al-Malik ibn Marwan (66-86 H/685-705 M)
f. Al-Walid bin Abd al-Malik (86-97 H/705-715 M)
g. Sulaiman bin Abdul Malik (97-99 H/715-717 M)
h. Umar bin Abdul Aziz (99-102 H/717-720 M)
i. Yazid II bin Abd al-Malik (102-106 H/720-724 M)
j. Hisyam bin Abd al-Malik (106-126H/724-743 M)
k. Al-Walid II bin Yazid (126-127 H/743-744 M)
l. Yazid III bin al-Walid (127 H/744 M)
m. Ibrahim bin al-Walid (127 H/744 M)
n. Marwan II bin Muhammad (127-133 H/744-750 M)

2. Sistem Pemerintahan Bani Umayyah di Damaskus

Adapun sistem pemerintahan yang diterapkan Bani Umayyah adalah sistem monarki
(Monarchiheridetis), yang mana suksesi kepemimpinan dilakukan secara turun-temurun.
Semenjak Muawiyah berkuasa, raja-raja Umayyah yang berkuasa kelak menunjuk penggantinya
dan para pemuka agama diwajibkan menyatakan sumpah setia di hadapan raja. Sistem
pengangkatan penguasa seperti ini, bertentangan dengan prinsip dasar dan ajaran
permusyawaratan.
Bentuk departemen ini kemudian dikembangkan lagi oleh Muawiyah bin Abi Sufyan dalam
bentuk yang lebih luas dan menyeluruh, sebagai berikut:
a. An-Nidham Al-Idari
Organisasi tata usaha negara pada permulaan Islam sangat sederhana, tidak diadakan
pembidangan usaha yang khusus. Ada empat organisasi tata usaha pada masa Bani Umayyah,
yaitu:
1) Ad-Dawawin. Untuk mengurus tata usaha pemerintahan, 2) Al-Imarah Ala Al-Buldan. 3)
Barid. 4) Syurthah (kepolisian)
b. An-Nidham Al-Mali
Organisasi keuangan atau ekonomi. Sumber pemasukan keuangan pada zaman Daulah Umayyah
pada umumnya sama seperti pada masa permulaan Islam
c. An-Nidhamul-Harbi
Organisasi pertahanan pada masa Daulah Umayyah sama seperti yang telah dibuat oleh khalifah
Umar bin Khattab, hanya lebih disempurnakan
d. An-Nidham Al-Qadhai
Pada masa Daulah Umayyah kekuasaan pengadilan telah dipisahkan dari kekuasaan politik

3. Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Bani Umayyah di Damaskus


Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Bani Umayyah di Damaskus meliputi 3 bidang,
yaitu : bidang diniyah, bidang tarikh dan bidang filsafat. Pada masa itu kaum muslimin
memperoleh kemajuan yang sangat pesat, tidak hanya penyebaran agama Islam saja, tetapi juga
penemuan-penemuan ilmu lainnya
Para ahli sejarah menyimpulkan bahwa perkembangan gerakan ilmu pengetahuan dan budaya
pada masa Bani Umayyah di Damaskus memfokuskan pada tiga gerakan besar yaitu; (1)
gerakan ilmu agama, karena didorong oleh semangat agama yang sangat kuat pada saat itu; (2)
Gerakan filsafat, karena ahli agama di akhir Daulah Umayyah terpaksa menggunakan filsafat
untuk menghadapi kaum Nasrani dan Yahudi; dan (3) Gerakan sejarah, karena ilmu-ilmu agama
memerlukan riwayat.
Pengembangan ilmu pengetahuan pada masa Bani Umayyah di Damaskus tampak pada
beberapa bidang di antaranya adalah; a. Ilmu Tafsir, b. Ilmu Hadis, c. Ilmu Kalam, d. Ilmu
Qira'at, e. Ilmu Nahwu, f. Tarikh dan Geografi, g. Seni Bahasa.

4. Kemunduran Bani Umayyah di Damaskus


Kebesaran yang telah diraih oleh Dinasti Bani Umayyah ternyata tidak mampu menahan
kehancurannya, yang diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain: Pertentangan antara suku-
suku Arab yang sejak lama terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Arab Utara yang disebut
Mudariyah yang menempati Irak dan Arab Selatan (Himyariyah) yang berdiam di wilayah
Suriah. Di zaman Dinasti Bani Umayyah persaingan antar etnis itu mencapai puncaknya, karena
para Khalifah cenderung kepada satu pihak dan menafikan yang lainnya. yang tidak sehat di
kalangan anggota keluarga Istana. Penyebab kemunduran dan kehancuran Dinasti Umayyah
dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Faktor Internal
Faktor internal yang menyebabkan hancurnya Dinasti Umayyah yaitu:
1) Konflik antara Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ali bin Abi Thalib
2) Sistem Pemerintahan Demokrasi menjadi Monarki Heridetis
3) Terjadinya Perebutan Kekuasaan
4) Kelalaian Pemimpin dalam Menjalankan Roda Pemerintahan Dinasti Umayyah
5) Perbedaan Derajat
6) Perang antar Suku

b. Faktor Eksternal
Sebagai sebab langsung jatuhnya Dinasti Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang
dipelopori oleh keturunan Abbas bin Abdul Muthalib pada masa pemerintahan Hisyam ibn
Abdul Malik. Munculnya gerakan kaum Abbasiyah tersebut mendapat dukungan penuh dari
golongan-golongan lain. Sehingga kaum Abbasiyah memanfaatkan momentum tersebut dengan
terus melancarkan serangan ke Dinasti Umayyah. Hingga pada masa kepemimpinan Marwan
bin Muhammad (khalifah Dinasti Umayyah terakhir), kekuasaan Dinasti Umayyah harus takluk
dan digulingkan.

B. Perkembangan Kebudayaan pada Masa Bani Abbasiyah

1. Sejarah Berdirinya Bani Abbasiyah

Bani Abbasiyah lahir tahun 132 H/ 750 M. Nama Abbasiyah yang dipakai untuk nama bani ini
diambil dari nama bapak pendiri Abbasiyah yaitu Abbas bin Abdul Muthalib paman Nabi
Muhammad Saw. Proses berdirinya Bani Abbasiyah dimulai dari kemenangan Abu Abbas As
Saffah dalam sebuah perang terbuka (al-Zab) melawan khalifah Bani Umayyah yang terakhir
yaitu Marwan bin Muhammad. Abu Abbas diberi gelar As Saffah karena dia pemberani dan
mampu memainkan mata pedangnya kepada lawan politiknya. Semua lawan politiknya
diperangi dan dikejar- kejar, diusir keluar dari wilayah kekuasaan Abbasiyah yang baru direbut
dari Bani Umayyah di Damaskus. selanjutnya.
Bani Abbasiyah eksis selama 505 tahun dan diperintah oleh 37 khalifah dengan mampu
menciptakan peradaban yang menjadi kiblat dunia pada saat itu, peradaban yang dikenang
sepanjang masa. Pada waktu itu suasana belajar kondusif, fasilitas belajar disediakan
pemerintah dengan lengkap. Motivasi belajar menjadi pendorong gairahnya masyarakat untuk
belajar.

2. Sistem Pemerintahan Bani Abbasiyah


Adapun sistem pemerintahan yang diterapkan Bani Abbasiyah adalah sistem monarki
(Monarchiheridetis), yang mana suksesi kepemimpinan dilakukan secara turun-temurun.
Berikut merupakan khalifah-khalifah yang memimpin Bani Abbasiyah:

a. Abu Abbas As-Saffah (132-136 H/ 749-754 M)


b. Abu Ja'far al-Mansur (136-158 H/ 750-775 M)
c. Abu Abdullah Muhammad al-Mahdi (158-169H/ 775-785 M)
d. Abu Muhammad Musa al-Hadi (169-170 H/ 785-786 M)
e. Abu Ja’far Harun ar-Rasyid (170-193 H/ 786-809 M)
f. Abu Musa Muhammad Al-Amin (193-198 H/ 809-813 M)
g. Abu Ja’far Abdullah Al-Ma'mun (198-201 H/ 813-817 M)
h. Ibrahim bin al-Mahdi di Baghdad (201-203 H/ 813-819 M)
i. Abu Ishaq Muhammad Al-Mu'tasim (218-227 H/ 833-842 M)
j. Abu Ja’far Harun Al-Watsiq (227-232 H/ 842-847 M)
k. Abul Fadl Ja’far Al-Mutawakkil (232-247 H/ 847-861 M)
l. Abu Ja’far Muhammad Al-Muntashir (247-248 H/ 861-862 M)
m. Abu Abbas Ahmad Al-Musta'in (248-252 H/ 862-866 M)
n. Abu Abdullah Muhammad dan Al-Mu'tazz (252-255 H-866-869 M)
o. Abu Ishaq Muhammad Al-Muhtadi (255-256 H/ 869-870 M)
p. Abu Al-Abbas Ahmad Al-Mu'tamid (256-279 H/ 870-892 M)
q. Abu Al-Abbas Ahmad Al-Mu'tadid (279-289 H/ 892-902 M)
r. Abu Muhammad Ali al-Muktafi (289-295 H/ 902-908 M)
s. Abu Fadl Ja’far Al-Muqtadir (295-320 H/ 908-932 M)
t. Abu Mansur Muhammad Al-Qahir (320-322 H/ 932-934 M)
u. Abu Al-Abbas Ahmad Ar-Radhi (322-329 H/ 934-940 M)
v. Abu Al-Ishaq Ibrahim Al-Muttaqi (329-333 H/ 940-944 M)
w. Abu Al-Qasim Abdullah Al-Mustakfi (333-334 H/ 944-946 M)
x. Abu Al-Qasim al-Fadl Al-Mu’thi (334-363 H/ 946-974 M)
y. Abu Al-Fadl Abdul Karim At-Tha'i (363-381 H/ 974-991 M)
z. Abu Al-Abbas Ahmad Al-Qadir (381-422 H/ 991-1031 M)
aa. Abu Ja’far Abdullah Al-Qa'im (422-467 H/ 1031-1075 M)
bb. Abu Al-Qasim Abdullah Al-Muqtadi (467-487 H/ 1075-1094 M)
cc. Abu Al-Abbas Ahmad Al-Mustazhir (487-512 H/ 1094-1118 M)
dd.Abu Mansur Al-Fadl Al-Mustarsyid (512-529 H/ 1118-1135 M)
ee. Abu Ja’far al-Mansur Ar-Rasyid (529-530 H/ 1135-1136 M)
ff. Abu Abdullah Muhammad Al-Muqtafi (530-555 H/ 1136-1160 M)
gg. Abu Al-Muzaffar Al-Mustanjid (555-566 H/ 1160-1170 M)
hh.Abu Muhammad Al-Hasan Al-Mustadhi’ (566-575 H/ 1170-1180 M)
ii. Abu Al-Abbas Ahmad An-Nashir (575-622 H/ 1180-1225 M)
jj. Abu Nasr Muhammad Az-Zahir (622-623 H/ 1225-1226 M)
kk. Abu Ja’far Al-Mansur Al-Mustansir (623-640 H/ 1226-1242 M)
ll. Abu Ahmad Abdullah Al-Musta'shim (640-656 H/ 1242-1258 M)
3. Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Bani Abbasiyah
Masa Abbasiyah dikenal sebagai era keemasan ilmu pengetahuan dan Agama. Ilmu-ilmu agama
berkembang dengan subur dan diiringi oleh kemunculan tokoh- tokoh agama yang berpengaruh
sampai sekarang ini.
a. Ilmu Tafsir
b. Ilmu Hadis
c. Ilmu Kalam
d. Ilmu Fiqh
e. Ilmu Tasawuf
f. Ilmu Filsafat
g. Ilmu Kedokteran
h. Ilmu Kimia
i. Ilmu Astronomi
j. Ilmu Matematika

4. Kemunduran Bani Abbasiyah

Adapun faktor penyebab kemunduran Bani Abbasiyah, di antaranya, sebagai berikut:


a. Faktor Internal
Faktor-faktor internal yang membuat Daulah Abbasiyah lemah kemudian hancur antara
lain:
1) Adanya persaingan tidak sehat di antara beberapa bangsa yang terhimpun dalam Daulah
Abbasiyah, terutama Arab, Persia, dan Turki.
2) Terjadinya perselisihan pendapat diantara kelompok pemikiran agama yang ada, yang
berkembang menjadi pertumpahan darah.
3) Munculnya dinasti-dinasti kecil sebagai akibat perpecahan sosial yang berkepanjangan.
4) Akhirnya terjadi kemerosotan tingkat perekonomian sebagai akibat dari bentrokan politik.
b. Faktor Eksternal
Di samping faktor-faktor internal, ada juga faktor eksternal yang membawa nasib dinasti ini ke
jurang kehancuran total.
1) Perang Salib,
2) Serangan Bangsa Mongol,

C. Perkembangan Kebudayaan pada Masa Bani Umayyah di Andalusia

1. Sejarah Berdirinya Bani Umayyah di Andalusia

Bani Umayyah di Andalusia adalah kekhalifahan Islam yang pernah berkuasa di Semenanjung
Iberia dalam rentang waktu antara abad ke-8 sampai abad ke-12. Ada 2 faktor utama yang
diidentifikasi menjadi sebab masuknya Islam di Andalusia.
Pertama, faktor internal, yakni kemauan kuat para penguasa Islam untuk mengembangkan dan
membebaskan menjadi wilayah Islam. Andalusia atau Semenanjung Iberia (Spanyol dan
Portugal termasuk selatan Perancis sekarang) mulai ditaklukkan oleh umat Islam pada masa
khalifah Al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M). Dalam proses penaklukan Spanyol ini terdapat
tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa yaitu Tharif bin Malik, Thariq bin
Ziyad, dan Musa bin Nushair.
Kedua, faktor eksternal, yakni suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri Spanyol sendiri.
Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi
negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak
dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil.
Kebudayaan Islam masa Bani Umayyah mengalami perkembangan yang sangat mengesankan
dan mengagumkan pada periode pemerintahan Abdurrahman III an-Nashir (300-350 H/912-
961 M). Di bawah khalifah ‘Abd al-Rahman III dan penerusnya, al-Hakam II dan al-Manshur,
Andalusia benar-benar mencapai puncak kejayaannya dalam bidang keagamaan maupun
kebudayaan. Kota Kordova berkembang menjadi pusat kebudayaan yang sebanding dengan
Damaskus dan Baghdad.
Ibnu Rusyd juga dikenal luas berkat pemikiran-pemikiran filsafatnya yang kemudian menjadi
sebuah paham tersendiri, lumrah dikenal sebagai Averroisme. Masih dalam kelompok filsafat
dan sains terdapat nama-nama populer semacam Ibnu Bajjah dan Ibnu Thufail. Tetapi ada juga
Ibn Barghut, Ibn Khayrah al-‘Attar, Ibn Ahmad al-Sarkastik, atau Muhammad ibn al-Layth. Pada
bidang bahasa dan sastra Arab, zaman keemasan Andalusia juga melahirkan sejumlah besar
nama-nama cemerlang, seperti Ibn Syahr al-Ra‘ini, dan Yahya ibn Hisyam al-Qarsyi.

2. Sistem Pemerintahan Bani Umayyah di Andalusia


Dinasti Umayyah di Andalusia kemudian dipimpin oleh beberapa penguasa besar selama masa
pemerintahannya, dan secara garis besar ada 3 pemimpin yang sangat menonjol di antara
pemimpin lainnya, yaitu Abdurrahman yang berkuasa pada 931 M sampai 961 M, Al Hakam II
yang berkuasa pada 961 M sampai 976 M, dan Hisyam II yang berkuasa pada 976 M sampai
1009 M. Pada periode pemerintahan 3 penguasa itulah Dinasti Umayyah di kawasan Andalusia
mengalami perkembangan yang sangat pesat di berbagai bidang, terutama ekonomi dan
kebudayaan. Sebagai bukti besarnya kekuasaan Dinasti Umayyah ketika itu, didirikan
bangunan- bangunan megah yang melengkapi keindahan di kawasan tersebut, salah satunya
Masjid Cordoba dan Universitas Cordoba. Pembangunan kota yang cukup masif pun
ikut membawa kemakmuran bagi seluruh rakyat yang tinggal di kawasan Andalusia.

3. Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Bani Umayyah di Andalusia


Di antara kemajuan ilmu pengetahuan yang bahkan mempengaruhi Eropa, yaitu :
a. Ilmu Filsafat, b. Ilmu Kedokteran, c. Astronomi, d. Matematika, e. Bahasa dan Sastra, f.
Sejarah dan Geografi.

4. Kemunduran Bani Umayyah di Andalusia


Pemerintahan Dinasti Umayyah di Andalusia mulai menunjukkan tanda- tanda kemundurannya
ketika berada di bawah kekuasaan Abdul Rahman Syanjul. Perekonomian menjadi salah satu
faktor yang mengalami kemunduran sangat signifikan.
Kekhalifahan Umayyah di Andalusia mengalami kemunduran karena berbagai faktor,
yaitu:
a. Konflik Islam dengan Kristen.
b. Tidak adanya ideologi pemersatu,
c. Kesulitan ekonomi,
d. Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan, e. Peradaban Islam di Spanyol sulit untuk
meminta bantuan dari kekuatan Islam di tempat lain, kecuali Afrika Utara.

Anda mungkin juga menyukai