َ ُكنْ َعا ِلمًا أَ ْو ُم َت َعلِّمًا أَ ْو مُسْ َت ِمعً ا أَ ْو ُم ِح ًًّبا َو ََل َت ُكنْ َخا ِمسً ا َف َت ْه ِل
a) ك
“Jadilah engkau ‘aaliman (orang berilmu yang
mengajarkan ilmunya), atau orang yang menuntut ilmu,
atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang
yang menyukai ilmu, dan janganlah engkau menjadi
orang yang kelima, maka kamu akan celaka” (HR.
Baihaqi)
َ أَ َنا َع ْب ُد َمنْ َعلَّ َمنِي َحرْ ًفا َواح ًِدا إِنْ َشا َء َب
b) َاع َوإنْ َشاء اس َت َرق
“Aku adalah hamba seseorang yang mengajariku satu
huruf. Jika dia mau dia menjualku, dan jika dia mau dia
menjadikanku budak.” (Khalifah ‘Ali Ibnu Abi Thalib Ra)
c) “Jika saya tidak menjadi raja, saya akan menjadi seorang
guru.” (Raja Faisal bin 'Abdul 'Aziz bin 'Abdurrahman as-
Saud)
d) "Yang paling hebat bagi seorang guru adalah mendidik,
dan rekreasi yang paling indah adalah mengajar." (KH.
Maimoen Zubair)
e) “Pendidikan adalah urat nadi bangsa, dan guru adalah
denyutnya.”
f) “Profesi guru adalah ladang ibadah yang penuh berkah.”
g) “Guru adalah pilar terpenting dalam membangun
pendidikan.”
Dari etika kerja itu kemudian dirumuskan kode etik yang
akan menjadi rujukan dalam melakukan tugas-tugas
profesi. Secara umum, kode etik diperlukan, dengan tujuan:
a) Untuk melindungi pekerjaan sesuai dengan ketentuan
dan kebijakan yang telah ditetapkan berdasarkan
perundang-undangan yang berlaku
b) Untuk mengontrol terjadinya ketidakpuasan dan
persengketaan dan para pelaksana sehingga dapat
menjaga dan meningkatkan stabilitas internal dan
eksternal pekerjaan
c) Melindungi para praktisi di masyarakat, terutama
dalam hal adanya kasus-kasus penyimpangan tindakan
d) Melindungi anggota masyarakat dan praktek-praktek
yang menyimpang dan ketentuan yang berlaku.