Anda di halaman 1dari 10

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : PAI KONTEMPORER


B. Kegiatan Belajar : 3 (Tentang Gender, dan permasalahannya, Cadar serta LGBT)
C. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN


1. Peta Konsep
GENDER DAN
PERMASALAHANNYA,
CADAR SERTA LGBT

Peta Konsep
(Beberapa istilah dan
1 Gender Gender dalam Cadar Bagi LGBT (Lesbian, Gay,
definisi) di modul Pandangan Islam Wanita Biseksual dan
bidang studi Transgender)

2. Istilah dan Definisi


A. Gender
Konsep urgen yang perlu dalam diskursus gender adalah membedakan dua hal yang
berbeda, yaitu : 1. Gender, 2. Jenis kelamin
Dengan memisahkan makna antara gender, maka setiap pendidik dan orang tua akan
mampu membedakan antara yang kodrati dengan yang bukan kodrati.
Gender adalah sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan yang dibangun dari
interaksi sosial danbudaya.
Jenis kelamin adalah suatu hal yang menunjukkan pada pembagian sifat dua jenis
kelamin manusia secara biologis.
Dalam pemahaman gender, dikenal juga dengan sifat gender, peran gender, dan
ranah gender
1. Sifat gender merupakan sifat dan tingkah laku yang terdapat pada laki-laki dan
perempuan. Sebagai contoh bahwa perempuan lebih dipahami sebagai seseorang
yang feminim, lemah lembut, serta memiliki sifatsifat keibuan. Sementara laki-laki
lebih dipahami sebagai sosok seseorang yang maskulin, rasionalis, serta memiliki
kekuatan yang lebih dari perempuan. Namun, kedua sifat tersebut esensinya
dapat dipertukarkan
2. Peran gender merupakan hal-hal atau perilaku yang wajar atau tidak dilakukan oleh
laki-laki dan perempuan yang berlandaskan pada value (nilai), kultur, serta norma
masyarakat yang berlangsung pada waktu tertentu.
3. Ranah gender yaitu ruang bagi laki-laki dan perempuan untuk memainkan
perannya masing- masing.
Sastryani menyatakan bahwa konsepsi terhadarp patriarki merupakan sistem sosial
yang Mementingkan garis turunan bapak Menganut sistem garis kebapakan
(patriarki), memposisikan laki-laki sebagai pemimpin dan pengambil segala keputusan,
sementara perempuan tidak diberikanruang dan posisi yang signifikan dalam segala
lini kehidupan bermasyarakat. Kaum perempuan dianggap berada pada posisi kelas
kedua (the second class) di bawah jenis kelamin laki-laki. Perempuan diposisikan
sebagai istri yang bertugas mendampingi, melengkapi, menghibur, dan melayani
suami (the patriarch), sementara anak diposisikan sebagai generasi penerus d an
penghibur ayahnya.
Pada masyarakat yang menganut sistem jalur keibuan (matriarki) memposisikan
perempuan di atas laki-laki. Mereka memberikan ruang yang cukup besar kepada
kaum perempuan untuk memerankan peran laki-laki seperti menjadi pemimpin dan
pengambil keputusan dalam kehidupan bermasyarakat.
Praktik ketimpangan gender terjadi dalam berbagai bentuk,yaitu:
1. Marginalisasi atau proses peminggiran/pemiskinan, yang mengakibatkan
kemiskinan secara ekonomi. seperti pandangan yang menganggap bahwa
perempuan tidak penting untuk mengenyam pendidikan yang tinggi dikarenakan
nantinya akan mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
2. Subordinasi, yaitu pemahaman yang meyakini salah satu jenis kelamin dianggap
lebih unggul dan urgen dibanding jenis kelamin lain. Pemahaman ini juga
memposisikan perempuan lebih rendah daripada laki-laki. Hal ini dapat dilihat
ketika kondisi keuangan keluarga pas-pasan maka yang diprioritaskan untuk
mengenyam pendidikan adalah laki-laki.
3. Stereotipe, yaitu labeling (pelabelan) terhadap seseorang atau kelompok yang
tidak sesuai dengan realita yang terjadi. Hal ini berimplikasi kepada terjadinya
penindasan dan ketidakadilan bagi kaum perempuan. Sebagi contoh
berkembang pemahaman di masyarakat bahwa perempuan hanya mampu berperan
untuk mengerjakan tugas-tugas rumah tangga. Sementara laki-laki memiliki peran
yang lebih dominan dalam hal melakukan pekerjaan di luar rumah seperti mencari
nafkah, menjalankan bisnis, bahkan aktif dalam perpolitikan.
4. Violence yaitu suatu bentuk serangan terhadap fisik maupun psikologis seseorang.
Kekerasan terhadap seseorang tidak hanya tertuju pada fisik saja seperti tindakan
asusila dan lain sebagainya, namun juga mengarah pada psikis seseorang.
5. Beban ganda yaitu tanggung jawab yang dipikul satu jenis kelamin tertentu secara
berlebihan. Hal ini merujuk pada penelitian yang menunjukkan bahwa mayoritas
pekerjaan rumah tangga dikerjakan oleh perempuan.
Membahas tentang gender berarti memberikan ruang dan kesempatan yang sama
antara laki-laki untuk berkontribusi dalam pembangunan, ekonomi, politik dan budaya.
Dengan demikian kesetaraan gender bermakna memberikan akses yang sama kepada
laki-laki dan perempuan untuk menikmati pembangunan.

B. Gender dalam Pandangan Islam


Islam menegaskan bahwa Islam menolak pandangan-pandangan yang membeda-
bedakan laki-laki dan perempuan dan keduanya memiliki peluang dan kesempatan
yang sama untuk memperoleh kebahagiaan dan kemuliaan. Pokok ajaran Islam adalah
persamaan derajat di antara manusia, baik laki-laki atau perempuan, antar suku
bangsa atau keturunan. Al- Qur‟an tidak membeda-bedakan derajat kemuliaan manusia
atas dasar itu semua, melainkan tinggi rendahnya derajat kemuliaan manusia itu diukur
dengan tinggi rendahnya tingkat ketakwaan dan nilai-nilai pengabdian terhadap Allah
Swt. Allah berfirman dalam QS. Al-Hujarat [49] ayat 13 Yang artinya :
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki- laki dan
seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa- bangsa dan bersuku-suku
agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti” (Q.S. Al-
Hujarat [49] ayat 13)
Kesetaraan gender dalam ajaran Islam bukanlah penyamarataan antara laki-laki dan
perempuan dalam segala hal. Adanya perbedaan dalam pembagian tugas antara laki-laki
dan perempuan di dalam ajaran Islam sama sekali bukan untuk merendahkan martabat
perempuan, melainkan pembagian tugas secara proporsional yang justru untuk
memuliakan perempuan ( Sesuai dengan kodratnya dan Pada dasarnya, perempuan juga
boleh melakukan pakerjaan apa saja selama mereka sanggup mengerjakannya).
Ajaran Islam (AlQur’an), sangat memuliakan dan memberikan perhatian serta
penghormatan yang besar kepada perempuan tidak ubahnya seperti halnya kepada laki-
laki. Allah Swt telah berfirman dalam Q.S. an-nisa’ [4] ayat 1, Q.S. al-hujarat [49] ayat
13 dan Q.S. an-nahl [16] ayat 97.

C. Cadar Bagi Wanita


1. Cadar bagi wanita, menurut Imam Asy Syafi’i ra menegaskan dalam al-Umm (1/109):
“Dan setiap wanita adalah aurat kecuali kedua telapak tangan dan wajahnya”
2. Pendapat ini yang masyhur dari pendapat ulama Syafi’iyah yang ada. Imam Nawawi
ra dalam al-Majmu’ (3/169) mengatakan :
“Pendapat yang masyhur di madzhab kami (Syafi’iyah) bahwa aurat pria adalah
antara pusar hingga lutut, begitu pula budak wanita. Sedangkan aurat wanita
merdeka adalah seluruh badannya kecuali wajah dan telapak tangan. Demikian pula
pendapat yang dianut oleh Imam Malik dan sekelompok ulama serta menjadi salah
satu pendapat Imam Ahmad.”
3. Ibnu Mundzir menyandarkan pendapat ini kepada Imam Asy Syafi’i dalam alAwsath
(5/70), beliau katakan dalam kitab yang sama (5/75)
“Wajib bagi wanita menutup seluruh badannya dalam shalat kecuali wajah dan kedua
telapak tangannya”.
Dalam madzhab Syafi‟i jika dikatakan pendapat yang masyhur berarti adalah pendapat
di kalangan ulama madzhab (bukan pendapat Imam Syafi‟i) dan merupakan pendapat
yang lebih tersohor, namun ada pendapat ulama Syafi‟iyah lainnya yang dalilnya juga
kuat. Artinya ada sebagian ulama Syafi‟iyah yang juga punya pendapat bahwa menutup
wajah itu wajib dan dalilnya sama kuat. Namun sebagaimana kata Imam Nawawi,
pendapat yang menyatakan bahwa aurat wanita adalah seluruh badan selain
wajah dan telapak tangan merupakan pendapat yang lebih tersohor di madzhab
Syafi‟iyah.
Ada beda pendapat antara ulama Syafi‟iyah terdahulu dan belakangan. Ulama
Syafi‟iyah membedakan bahwa aurat wanita adalah seluruh badan kecuali wajah dan
telapak tangan, ini berlaku dalam shalat. Sedangkan aurat di luar shalat adalah
seluruh badan termasuk wajah dan telapak tangan. Namun yang dipahami oleh
Syaikh „Amru di atas,ulama Syafi‟iyah terdahulu (Imam Asy Syafi‟i dan Imam Nawawi)
memutlakkan aurat wanita adalah seluruh badan kecuali wajah dan telapak
tangan. Jika diperhatikan beda antara hukum memandang wajah wanita dan hukum
menyingkap wajah, ini dua hal dua hal yang berbeda.
Dalam buku “al-Niqab adah wa laisa ibadah” yang ditulis Hamdi Zaqzuq, Menteri
Perwaqafan tahun 2008, menyatakan para ulama Mesir senior berpendapat bahwa
cadar adalah sebagai tradisi kaum wanita bukan ibadah. Lebih rinci pada buku itu
dengan mengutip pandangan Syeikh Muhammad al-Ghazali, dalam bukunya Al-Sunnah
al-Nabawiyah baina Ahli al-Fiqh wa al-Rakyi, bahwa Islam telah mewajibkan bagi
wanita untuk membuka wajah dalam ibadah haji, ibadah shalat dan tidak dalil dalam al-
Qur‟an hadis dan akal yang menyuruh menutup wajah. Ibadah perlu dalil yang tegas,
memang diketahui bahwa sebagian kaum wanita pada masa jahiliyah dan awal Islam
mengenakan cadar penutup wajah, tetapi perbuatan ini hanya tradisi bukan ibadah.

D. LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender


Ada 4 istilah yang terangkum dalam singkatan LGBT ini yaitu:
1. Lesbian/sihaq artinya wanita yang mencintai atau merasakan rangsangan seksual
dengan sesama wanita;
2. Gay/liwath adalah istilah yang digunakan bagi lelaki penyuka sesama lelaki
3. Biseksual adalah orang yang memiliki ketertarikan kepada lelaki sekaligus kepada
perempuan
4. Transgender adalah orang yang memiliki identitas gender atau ekspresi gender
yang berbeda denganseksnya yang ditunjuk saat lahir (waria/wadam).
Secara umum, empat istilah di atas disebut homoseksual, yaitu keadaan tertarik kepada
orang lain dari jenis kelamin yang sama. Wahbah Az-Zuhaili mengidentifikasikan tiga
istilah yang relevan dengan LGBT yaitu :
1. Zina yaitu hubungan kelamin antara laki-laki dengan perempuan yang bukan
pasangan suami istri yang sah
2. liwath (Gay) yaitu hubungan homoseksual antara lelakidengan lelaki
3. Sihaq (lesbi) yaitu hubungan homoseksual antara wanita dan wanita.
Para ulama sepakat bahwa liwath (gay) dan sihaq (lesbi) statusnya lebih buruk
dibandingkan zina. Allah menyebutkan perilaku homoseksual (gay dan lesbi) dalam al-
Qur‟an pada ayat-ayat yang mengisahkan kehidupan ummat Nabi Luth as. Dari 27
ayat yang memuat kisah Nabi Luth as. dengan kaumnya, terdapat tiga ayat yang
menyebut perilaku homoseksual (gay dan lesbi) dengan “fahisyah”. Selain pada kedua
ayat di atas (Q.S. al-A‟raf [7]: 80 dan Q.S. al-Ankabut [29]: 28 satu ayat lagi terdapat
pada Q.S. an-Naml [27]: 54
“Dan (ingatlah kisah) Lut, ketika dia berkata kepada kaumnya, “Mengapa kamu
mengerjakan perbuatan fahisyah (keji), padahal kamu melihatnya (kekejian perbuatan
maksiat itu)?” (Q.S. An-Naml [27]: 54)
Al-Quran menyebutkan perilaku homoseksual ini sebagai “fâhisyah” karena kaum gay
dalam menyalurkan nafsu seksualnya dengan cara sodomi (liwath) yang secara istilah
syariat definisinya adalah memasukan kepala penis ke dalam dubur/anus pria lainnya.
Perilaku ini sudah tentu sangat menjijikan, karena seorang laki-laki menyetubuhi
dubur/anus laki-laki lain, sedangkan di dalam dubur itu terdapat kotoran besar yang
bau, kotor dan jorok, sehingga manusia yang normal pasti menolaknya.
LGBT menimbulkan berbagai dampak negatif di masyarakat dengan terputusnya
generasi (keturunan) dan berbagai tindakan kejahatan lain. Abdul Hamid Al-Qudah,
spesialis penyakit kelamin menular dan AIDS di Asosiasi Kedokteran Islam Dunia
menjelaskan dampakdampak yang ditimbulkan LGBT sebagai yaitu:
1. Dampak kesehatan, 78 % pelaku homoseksual terjangkit penyakit-penyakit menular
dan rentan terhadap kematian
2. Dampak sosial, Seorang gay akan sulit mendapatkan ketenangan hidup karena
selalu berganti ganti pasangan
3. Dampak pendidikan, Penelitian membuktikan bahwa pasangan homo menghadapi
permasalahan putus sekolah lima kali lebih besar dari pada siswa normal
4. Dampak keamanan, Terjadinya kasus pembunuhan sadis dengan latar belakang
kehidupan pelaku dan atau korban dari kalangan pelaku homoseksual.
Ibnul Qayyim menerangkan, karena dampak dari perilaku gay adalah kerusakan yang
besar, maka balasan yang diterima di dunia dan akhirat adalah siksaan yang sangat
berat di dunia dan di akhirat.Pada rangkaian ayat- ayat ini, Allah menjelaskan tiga
bentuk siksaan sekaligus yang ditimpakan kepada pelaku gay di zaman Nabi Luth
Alaihi Salam yaitu mereka disiksa dengan suara keras mengguntur yang terjadi
menjelang matahari terbit, bersama dengan itu, negeri mereka yang terangkat tinggi
ke udara kemudian dibalik yang semula di atas menjadi di bawah, sambil dihujani batu
yang keras yang berjatuhan secara bertubi-tubi di atas kepala mereka.
Seluruh ulama sepakat (ijma‟) atas keharamanhomoseksual. Ibnu Qudamah berkata:
“Ulama sepakat atas keharaman liwath (sodomi). Allah telah mencelanya dalam
kitab-Nya dan mencela pelakunya, demikian pula Rasulullah Saw juga
mencelanya.
Rosululloh SAW bersabda: “Allah mengutuk orang yang berbuat seperti perbuatan
kaum Nabi Luth. Allah mengutus orang yang berbuat seperti perbuatan Nabi Luth.
Beliau bersabda sampai tiga kali”. (H.R. Ahmad).
Beliau juga telah menetapkan hukuman bagi pelaku homoseksual ini dalam sabdanya:
“Barang siapa yang kalian dapati melakukan perbuatan kaum Nabi Luth Alaihi salam
maka bunuhlah pelaku dan pasangannya”. (H.R. At- Tirmidzi).
Beliau mengatakan perbuatan homoseksual adalah sama dengan Zina, sebagaimana
sabdanya: “Apakah seorang lelaki mendatangi lelaki maka kedua- duanya telah berzina
dan apabila seorang dan apabila wanita mendatangi wanita maka maka kedua-duanya
telah berzina”. (H.R. Al-Baihaqi)
Untuk mencegah kejahatan yang sangat membahayakan ini, Islam memberikan
beberapa ketentuan, antara lain:
1. Merendahkan pandangan/menundukan pandangan.
2. Berpakaian yang menutup aurat.
3. Memperbanyak puasa sunnah.
4. Memisahkan tempat tidur anak ketika ketika sudah berumur 10 tahun
5. Menghindari perilaku wanita menyerupai pria dan sebaliknya. Sikap tomboy
wanita dan lemah gemulai seorang pria dilarang dalam Islam.
6. Memilih teman pergaulan dan menghindari pergaulan bebas.
7. Mewujudkan keluarga harmonis yang penuh ketenangan dan diliputi kasih sayang.
8. Rajin dalam beribadah terutama shalat dan membaca Al-Quran

Daftar materi bidang Dalam madzhab Syafi‟i tentang pendapat yang masyhur di kalangan ulama madzhab (bukan
2 studi yang sulit pendapat Imam Syafi‟i) dan merupakan pendapat yang lebih tersohor, namun ada pendapat
dipahami pada modul ulama Syafi‟iyah lainnya yang dalilnya juga kuat.

Daftar materi yang


sering mengalami Perbedaan pendapat antara ulama Syafi‟iyah terdahulu dan belakangan tentang aurat
3
miskonsepsi dalam perempuan.
pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai