Anda di halaman 1dari 3

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

1. Nama : Sudarto
2. Mapel/Kelas : Qur‟an Hadits/ E3
3. Judul Modul : Kedudukan Hadist dan Fungsinya Terhadap Al-Qur‟an
4. Kegiatan Belajar : ................................................................... (KB 4)
5. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN


Urgensi Keberadaan Hadits

Secara umum hadis (sunnah) merupakan penjelas (bayân)


terhadap makna Al-Qur‟an yang umum, global dan mutlak.
Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat al-Nahl ayat 44.

Fungsi Hadis Terhadap Al-Qur’an


Sekalipun berbeda-beda, secara lebih rinci fungsi penjelasan
(bayan) hadis terhadap Al-Qur‟an, dikelompokkan sebagai
berikut:
1. Bayan Taqrir
Posisi hadis sebagai penguat (taqrir/ta‟kid) keterangan Al-
Qur‟an. Ia memantapkan dan mengokohkan apa yang telah
ditetapkan dalam Al-Qur‟an, sehingga maknanya semakin
terang benderang.
Peta Konsep (Beberapa istilah dan
1
definisi) di modul bidang studi 2. Bayan Tafsir
Bayan tafsir yaitu hadis berfungsi sebagai penjelas terhadap
Al-Qur‟an. Fungsi inilah yang terbanyak pada umumnya
dilakukan hadis terhadap Al-Qur‟an.

3. Bayan Tasyri‟
Yang dimaksud bayan tasyri„ yaitu hadis berfungsi
menciptakan hukum syariat yang belum dijelaskan oleh Al-
Qur‟an atau dalam Al-Qur‟an hanya terdapat pokok-
pokoknya saja (Suparta, 2016: 64).

4. Bayan Nasakh
Hadis pada fungsi adalah membatalkan atau menghapus
ketentuan yang terdapat dalam Al-Qur‟an. Para ulama
berbeda pendapat.
Secara lebih rinci fungsi penjelasan (bayân) hadis terhadap
Alquran, dikelompokkan :

1. Bayan Taqrir. Posisi hadis sebagai penguat (taqrir/ta‟kid)


keterangan Alquran. Artinya Hadis menjelaskan apa yang
sudah dijelaskan Alquran

2. Bayan Tafsir. Bayan tafsir yaitu hadis berfungsi sebagai


penjelas terhadap Alquran. Fungsi inilah yang terbanyak pada
umumnya dilakukan hadis terhadap Alquran.

Bayan tafsir ini terdiri dari tiga macam :

a. Tafsil al-Mujmal. Hadis memberi penjelasan secara


terperinci pada ayat-ayat Alquran yang masih global, baik
menyangkut masalah ibadah maupun hukum. Sebagian
ulama menyebutnya bayan tafshil atau bayan tafsir.
Misalnya perintah salat pada beberapa ayat dalam Alquran
hanya diterangkan secara global “dirikanlah salat” tanpa
disertai petunjuk bagaimana pelaksanaannya, berapa kali
sehari semalam, berapa rakaat, kapan waktunya, rukun-
rukunnya, dan lain sebagainya.

b. Takhshish al-`Amm. Pada fungsi ini, hadis mengkhususkan


(mengecualikan) ayat-ayat Alquran yang bersifat umum.
Daftar materi bidang studi yang Sebagian ulama menyebut fungsi ini dengan bayan
2
sulit dipahami pada modul takhshish.

c. Taqyid al-Muthlaq

Maksud dari taqyid al-Muthlaq adalah hadis berfungsi


membatasi kemutlakan ayat-ayat Alquran. Alquran pada
sebagian ayatnya menunjukkan ketentuan yang bersifat
mutlak. Pada kondisi ini, hadis setema yang spesifik
berperan membatasinya, sehingga sebagian ulama
menyebut fungsi ini dengan bayân taqyîd.

3. Bayan Tasyri‟. Yang dimaksud bayan tasyri„ yaitu hadis


berfungsi menciptakan hukum syariat yang belum dijelaskan
oleh Alquran atau dalam Alquran hanya terdapat pokok-
pokoknya saja (Suparta, 2016: 64). „Abbas Mutawalli
Hamadah menyebut fungsi ini dengan “za‟id „ala kitab al-
karim”.

4. Bayan Nasakh. Hadis pada fungsi adalah membatalkan atau


menghapus ketentuan yang terdapat dalam Alquran. Para
ulama berbeda pendapat. Di antara mereka ada yang mengakui
fungsi ini dan ada juga yang menolaknya. Berada pada barisan
pertama adalah golongan Mu‟tazilah, Hanafiyah dan mazhab
Ibn Hazm al-Zahiri. Sementara yang tergolong pada barisan
kedua adalah Imam al-Syafi‟i dan sebagian besar pengikutnya,
kelompok Khawarij dan mayoritas mazhab Zahiriyyah. Hal
yang menjadi argumentasi bagi yang menerima fungsi ini
adalah persepsi bahwa adanya dalil syara‟ yang mengubah
suatu hukum karena telah berakhir masa keberlakuannya serta
tidak bisa dipraktikkan lagi; dan asumsi bahwa Sang Pembuat
syariat menurunkan ayat tersebut hanya temporal saja tidak
berlaku selamanya.

Anak yatim mendapatkan perhatian khusus dalam syariat


Islam. Dalam banyak landasan normatif Al-Qur‟an dan hadis
masalah sosial anak yatim ini dibahas.

Di antara hadis yang menyoal ini adalah riwayat al-Bukhari


berikut:

Rasulullah saw bersabda: “Jauhilah tujuh dosa besar yang


membinasakan”. Para sahabat bertanya “Apa dosa-dosa itu”?
Rasulullah menjawab: “Syirik, sihir, membunuh jiwa yang
diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar,
memakan riba, memakan harta anak yatim, lari dari medan
Daftar materi yang sering perang, dan menuduh zina terhadap orang-orang perempuan
3 mengalami miskonsepsi dalam yang menjaga kehormatannya”. (HR. Bukhari, 2560)
pembelajaran
Hadis ini berfungsi ta‟kid/taqrir karena menegaskan dan
menguatkan ketentuan syariat yang terdapat dalam Al-Qur‟an
surat al-An‟am ayat 152

Terkait harta anak yatim, syariat jelas melarang untuk


menguasai dan menzaliminya. Sebaliknya anak yatim harus
diasuh dan disantuni. Bagi orang yang berlaku demikian akan
mendapatkan kenikmatan di akhirat.

Berkenaan dengan ini, al-Ahwadzi dalam menjelaskan bahwa


maksud dari kata “Kafil al-Yatim” adalah orang mengurus
keperluan anak yatim dan yang mendidiknya.

Anda mungkin juga menyukai