KELAS : PAI 2.22 A. Judul Modul : AL-QUR’AN DAN HADIS B. Kegiatan Belajar : KEDUDUKAN HADIS DAN FUNGSINYA TERHADAP AL-QUR’AN(KB1) C. Refleksi
NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN
A. Urgensi Keberadaan Hadis Posisi hadis dalam syariat islam sangatlah penting. Hadis menempati posisi kedua setelah Al- Qur’an sebagai sumber hokum islam yang kemudian disusul ijmak dan qias.Dengan demikian urgensi keberadaan hadis adalah : 1. Seseorang tidak dapat mengambil dan memahami hokum dari Al- Qur’an tanpa melalui hadis. 2. Memberikan contoh-contoh penerapan islamdalm kehidupan nyata sehingga menjadi inspirasi bagi umat untuk mengamalkan Al-Qur’an B. Fungsi Hadis Terhadap Al-Qr’an Fungsi penjelasan hadis terhadap Al-Qur’an dikelompokkan menjadi beberapa hal yaitu : 1. Bayan Taqrir, artinya hadis berfungsi sebagai penguat ketetapan Al-Qur’an sehingga maknanya semakin Konsep (Beberapa istilah jelas. 1 dan definisi) di KB Posisi hadis sebagai penguat (taqrir/ta’kid) keterangan Al-Qur’an. Ia memantapkan dan mengokohkan apa yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an, sehingga maknanya semakin terang benderang. Abu Hamadah mengistilahkan fungsi ini dengan bayan al-muwafiq li al- nas al-kitab, karena 2. Bayan Tafsir yaitu hadis berfungsi sebagai penjelas Al- Qur’an. Bayan tafsir ini terdiri dari tiga macam, yaitu sebagai berikut: a. Tafshil al-Mujmal Hadis memberi penjelasan secara terperinci pada ayat-ayat Al-Qur’an yang masih global, baik menyangkut masalah ibadah maupun hukum. Sebagian ulama menyebutnya bayan tafshil atau bayan tafsir. Misalnya perintah salat pada beberapa ayat dalam Al-Qur’an hanya diterangkan secara global “dirikanlah salat” tanpa disertai petunjuk bagaimana pelaksanaannya, berapa kali sehari semalam, berapa rakaat, kapan waktunya, rukun-rukunnya, dan lain sebagainya. b. Takhshish al-`Amm Pada fungsi ini, hadis mengkhususkan (mengecualikan) ayat-ayat AlQur’an yang bersifat umum. Sebagian ulama menyebut fungsi ini dengan bayan takhshish. c. Taqyid al-Muthlaq Maksud dari taqyid al-Muthlaq adalah hadis berfungsi membatasi kemutlakan ayat-ayat Al-Qur’an. Al-Qur’an pada sebagian ayatnya menunjukkan ketentuan yang bersifat mutlak. 3. Bayan Tasyri’ artinya hadis yang menciptakan hokum yang tidak terdapat dalam Al-Qur’an.Misalnya larangan memakan hewan buas yan bertaring atau yang berkuku. 4. Bayan Nasakh yaitu membatalkan ketentuan yang ada dalam Al-Qur’an. Meskipun ada juga beberapa ulama yang melarang penggunaan bayan nasakh ini.
C. Hadis tentang Menanggung Anak Yatim: Analisis Fungsi
dan Kandungan Hadis Terkait harta anak yatim, syariat jelas melarang untuk menguasai dan menzaliminya. Sebaliknya anak yatim harus diasuh dan disantuni. Seperti contoh hadis berikut. “Dari Sahl bin Sa’ad, Rasulullah saw bersabda: Saya dan orang yang menanggung hidup anak yatim akan berada di surga seperti ini –Rasulullah bersabda demikian dengan sambil merekatkan jari telunjuk dan jari tengahnya.” Jadi jelas bahwa bagi siapa saja yang mengurus keperluan anak yatim maka balasan yang paling pantas bagi dia adalah surga. 1. Hadis tentang hukum syuf’ah, hukum merajam wanita pezina yang masih perawan, haramnya menikahi dua wanita bersaudara (antara isteri dengan bibinya) dan hukum tentang hak waris bagi seorang anak Daftar materi pada KB yang 2 2. Sebenarnya, para ulama berbeda pendapat tentang fungsi sulit dipahami hadis sebagai dalil pada sesuatu hal yang tidak disebutkan dalam Al-Qur’an. Mayoritas mereka berpendapat bahwa hadis berdiri sendiri sebagai dalil hukum. Sementara yang lain berpendapat bahwa hadis menetapkan dalil yang terkandung atau tersirat secara implisit dalam teks Al-Qur’an.
3. Hadis berfungsi membatasi kemutlakan ayat-ayat
AlQur’an. Al-Qur’an pada sebagian ayatnya
Di media social ataupun televisi mulai marak muncul para
aktivis yang mencoba membenturkan antara dalil Qu’ran yang kemudian membingungkan orang awam. Contohnya seperti pernyataan bahwa tidak ada detail waktu sholat Daftar materi yang sering fardhu di Al-Qur’an secara spesifik. Hal ini pernah 3 mengalami miskonsepsi diungkapkan oleh Rocky Gerung, praktisi yang fokus di dalam pembelajaran bidang filsafat. Pernyataan tersebut tentu merupakan salah satu miskonsepsi dalam pembelajaran, terutama dari materi Bayan tafsir, karena ada sumber hukum kedua dalam islam yaitu hadis yang di sini berperan sebagai penjelas ayat-ayat al-Qur’an.