Anda di halaman 1dari 4

KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADIS TERHADAP AL-QUR’AN

Ali Junandar Sumaga1, Reyhan A.H Mantau2, dan Abdul Muslim R Musa3
Mahasiswa IAIN Sultan Amai Gorontalo
Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin dan Dakwah

Email : Alisumaga23@gmail.com1, Reyhanmantau@gmail.com2,


AbdulMuslim@gmail.com3

Abstract

Jumhur Ulama menyepakati bahwa Hadis merupakan sumber ajaran Islam kedua. Dengan
demikian, untuk memahami ajaran Islam secara holistik, maka pemahaman terhadap Hadis
adalah keniscayaan. Kendatipun ada segelintir umat Islam yang tidak mengakui kedudukan
Hadissebagai sumber ajaran Islam, hal ini terjadi, antara lain, boleh jadi karena mereka tidak
memahami secara komprehensif bagaimana sejarah Islam dan lahirnya Islam yang disampaikan
oleh Rasulullah saw itu sendiri. atau karena kurang memahami teks Alquran yang memang
memerintahkan untuk mentaati Rasul serta berpegang teguh dengan apa yang disampaikannya
berkaitan dengan syariat Islam. Artikel ini, mengupas tentang bagaimana urgensi
kedudukanHadis terhaadap Alquran dan kehujjahannya dalam ajaran Islam.

Kata Kunci : urgensi, hadis, Alquran, ajaran Islam

Abstract

The majority of scholars agree that the Hadith is the second source of Islamic teachings. Thus, to
understand the teachings of Islam holistically, understanding the Hadith is a necessity. Although
there are a handful of Muslims who do not recognize the position of Hadith as a source of Islamic
teachings, this happens, among other things, perhaps because they do not comprehensively
understand the history of Islam and the birth of Islam conveyed by the Prophet himself, or
because they do not understand the text of the Qur'an which commands to obey the Messenger
and hold fast to what he conveyed regarding Islamic law. This article explores the urgency of the
position of Hadith to the Qur'an and its validity in Islamic teachings.

Keywords: urgency, hadith, Quran, Islamic teachings

PENDAHULUAN akhirat setelah kematian. ajaran Islam


mengatur bagaimana caranya berhubungan
Agama Islam merupakan sebagai dengan Tuhan atau khaliq, serta aturan
pedoman hidup pemeluknya untuk bagaimana caranya berhubungan dengan
menjalankan kehidupan didunia maupun sesama makhluk, kemudian juga bagaimana
berhubungan dengan alam sekitar baik dengan Hadis dalam Islam menempati posisi yang
tumbuh-tumubuhan dan makluk hidup sacral, yakni sebagai sumber hukum setelah
lainnya. al-Qur’an. Maka, untuk memahami ajaran dan
Islam mempunyai beberapa rujukan
hukum Islam, pengetahuan terhadap hadis
untuk menjalankan tuntunan berkehidupan
baik itu Al-Qruran, Hadis Qias, Ijma’ para haruslah suatu hal yang pasti. Rasulullah saw.
ulama dan lain sebagainya, posisi Hadis adalah orang yang diberikan amanah oleh
menjadi sumber hukum kedua setelah Al- Allah swt untuk menyampaikan syariat yang
Quran. Penetapan Hadis sebagai sumber kedua diturunkannya untuk umat manusia, dan beliau
ini ditunjukan oleh tiga hal, yaitu Al-Quan tidak menyampaikan sesuatu terutama dalam
sendiri, kesepakatan (ijma’) ulama, dan logika bidang agama, kecuali bersumber dari wahyu.
akal sehat (Ma’qul).
Oleh karenanya kerasulan beliau dan
Al-Quran menekankan bahwa
Rasulullah saw berfungsi menjelaskan maksud kemaksumannya menghendaki wajibnya
firman-firman Allah (QS. 16:44). Karena itu setiap umat Islam untuk berpegang teguh
apa yang disampaikan Nabi harus diikuti, kepada hadis Nabi saw. Pendapat para ulama
bahkan perilaku Nabi sebagai rasul harus tentang kedudukan hadis terhadap al-
diteladani oleh umat Islam sebagai Qur’an:32 a) al-Qur’an dengan sifat yang
pemeluknya. qath’I al-wurud (keberadaannya yang pasti
Dalam eksistensinya, sumber hukum
dan diyakini) sudah seharusnya kedudukannya
dalam Islam tidak hanya al-Qur’an saja,
lebih tinggi dari pada hadis. Dimana status
melainkan juga Hadis, Ijma’ dan Qiyas.
hadis (kecuali yang mutawatir) adalah zhanni
Ketiganya hanyalah sebagai sumber skunder
al-wurud. b) Hadis berfungsi sebagai penjelas
hukum-hukum Islam, sumber-sumber ini
dan penjabar dalam atas al-Qur’an.
bukan berfungsi sebagai penyempurna al-
Maksudnya, yang dijelaskan adalah al-Qur’an
Qur’an melainkan sebagai penyempurna
yang kedudukannya lebih tinggi. Maka
pemahaman manusia akan maqasid al-
eksistensi dan keberadaan hadis sebagai
syari’ah. Karena al-Qur’an telah sempurna
bayyan tergantung kepada eksistensi al-
sedangkan pemahaman manusia yang tidak
Qur’an. c) Sikap para sahabat yang selalu
sempurna, sehingga dibutuhkan penjelas
merujuk kepada al-Qur’an terlebih dahulu jika
(bayan) sebagai tindakan penjabaran tentang
bermaksud mencari jalan keluar atas suatu
sesuatu yang belum dipahami secara seksama.
masalah. Jika di dalam al-Qur’an tidak
2. Rumusan Masalah ditemukan maka merreka merujuk kepada
Sunnah yang mereka ketahui, atau bisa
Adapun masalah yang dapat kita ungkapkan menanyakan kepada sahabat yang lain. d)
dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut : Hadis Muadz secara tegas menyatakan urutan
kedudukan antara al-Qur’an dan Sunnah.
1) Bagaimana fungsi-fungsi Hadits terhadap
“Sesungguhnya ketika Rasulullah hendak
Al-Qur’an?
mengutus Muadz bin Jabal ke Yaman, beliau
2) Bagaimana kedudukan hadis terhadap al
bertanya kepada Muadz, “Bagaiamana engkau
quran
memutuskan perkara jika diajukan
PEMBAHASAN kepadamu?” Maka Muadz menjawab, “Aku
akan memutuskan berdasarkan kitab Allah (al-
1 Kedudukan Hadis Terhadap al-Qur’an Qur’an).” Rasul bertanya lagi, “Apabila
engkau tidak menjumpai jawabannya di dalam pada hadis yang statusnya secara hadis per
kitab Allah?” Muadz berkata, “Aku akan hadis, kecuali yang berstatus dan berkualitas
memutuskan dengan Sunnah.” Rasul hadis mutawatir.
selanjutnya bertanya lagi, “Bagaiaman jika
engkau tidak menemukan di dalam Sunnah 2. Hadis sebagai penjelas dan penjabar
dan tidak di dalam kitab Allah?” Muadz terhadap al-Qur‟an. Hal ini berarti
menjawab, “Aku akan berijtihad dengan yangdijelaskan (al-Qur‟an), kedudukannya
mempergunakan akalku.” Rasul saw menepuk adalah lebih tinggi dari pada
dada Muadz seraya berkata, “Alhamdulillah penjelasnya(hadis). Eksistensi dan keberadaan
atas taufik yang telah dianugerahkan Allah hadis sebagai penjelas tergantung
kepada utusan Rasulnya.” kepadaeksistensi al-Qur‟an sebagai yang
dijelaskan, dan hal ini
2. Fungsi Hadis Terhadap al-Qur’an menunjukkandidahulukannya al-Qur‟an dari
hadis dalam hal status tingkatannya. 3. Sikap
Pada dasarnya Hadis Nabi adalah sejalan sahabat Nabi Saw yang merujuk kepada al-
dengan al-Qur’an karena keduanya bersumber Qur‟an, terlebih dahulu apabila mereka
dari wakyu. Akan tetapi mayoritas hadis bermaksud mencari solusi atas suatu
sifatnya adalah operasional fungsi utama hadis permasalahan, dan jika di dalam al-Qur‟an
adalah sebagai penjelas atas al-Qur’an. Secara tidak ditemui penjelasannya, barulah mereka
garis besar, fungsi Hadis terhadap al-Qur’an merujuk kepada sunnah ataumenanyakan
ada tiga, diantranya;33 a) Menegakkan hadis Nabi kepada sahabat-sahabatnya yang
kembali keterangan atau Perintah yang lain.kemudian nabi bersabda; kalau tidak
terdapat di dalam al-Qur’an. Dalam hal ini engkau jumpai dalam Sunnah Rasulullahdan
hadis datang dengan keterangan atau perintah dalam kitab Allah? Mu‟adz menjawab; saya
yang sejalan dengan alqur’an. b) Menjelaskan akan berijtihad denganpendapat saya dan saya
dan menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an yang tidak kembali; Mu‟adz berkata: maka
datang secara mujmal (global). Dalam hal ini Rasulullahmemukul dadanya, kemudian
kaitannya ada tiga hal (1). Menafsirkan serta Mu‟adz berkata; Alhamdulillah yang
memperinci ayat-ayat yang bersifat umum, telahmemberikan taufiq kepada utusan
(2). Mengkhususkan ayat-ayat yang bersifat Rasulullah SAW dengan apa yang Rasulullah
umum, (3). Memberi batasan terhadap ayat meridlai-Nya. (HR. Ahmad, Abu Daud dan al-
bersifat mutlaq. c) Menetapkan hukum-hukum Tirmidzi)
yang tidak ditetapkan oleh al-Qur’an (bayan
Tasyri’) Secara rinci para ulama Argumentasi di atas menjelaskan bahwa
beragumentasi bahwa paling sedikit ada empat kedudukan hadis berada pada peringkat kedua
alasan setelah al-Qur‟an. Kendatipun demikian, hal
tersebut tidaklah mengurangi nilai hadis,
tentang posisi Hadis terhadap al-Qur‟an, karena keduanya; yaitu al-Qur‟an dan hadis
yaitu: pada hakikatnya sama-sama berasal dari
wahyu Allah. Oleh karena itu, keduanya
1. Al-Qur‟an yang bersifat qath‟ al-wur d
seiring dan sejalan.
(keberadaan yang pasti dan diyakini), baikayat
per-ayat, maupun keseluruhan ayatnya, serta 3. Contoh Fungsi Hadis Terhadap Al-Qur’an
kedudukannya lebih tinggi dari
a. Bayan Taqrir dijelaskan dalam hadis berikut:

Hadis berfungsi untuk menetapkan, ‫ال تنكح المرأة َع َلى َعمتها وال على خالتها َو اَل اْبَن ِة ُأْخ ِتَه ا َو اَل‬
memperkuat dan memperkokoh segala bentuk ‫اْبَنِة َأِخ يَها‬
ajaran yang telah ditetapkan al-Qur‟an.
Sebagai contoh dari bayan taqrir, seperti tidak boleh dinikahi seorang perempuan
keterangan rasul tentang kewajiban shalat, bersama dengan makciknya, tidak juga dengan
puasa, zakat, haji dan lainnya, yang termuat bibinya, dan tidak dengan anak perempuan
dalam hadis berikut ini‫عن َأبي َع ْبِد الَّرْح َمِن َع ْب ِد ِهللا‬ saudara perempuannya atau anak perempuan
saudara laki-lakinya. (HR. Al- Bukhari)
‫ َسِم ْع ُت َر ُسوَل ِهَّللا‬: ‫ْبِن ُع َم َر ْبِن اْلَخ َّطاِب َرِض َي ِهللا َع ْنُهَم ا َقاَل‬

‫ شهادة أن‬:‫ ُبِني اإلسالُم َع َلى َخ ْم ٍس‬:‫صلى ُهللا َع َلْيِه َوَس َّلم َيُقوُل‬ 4) Bayan An-Nasakh Secara bahasa an-naskh
‫ال ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا َو َأَّن ُمَحَّم ًدا‬ bisa berarti al-ibthal (membatalkan), al-ijalah
(menghilangkan), at-tahwil (memindahkan)
‫اة وَحَج اْلَبْيِت َوَص ْو ِم‬FF‫اء الزك‬FF‫الة وإيت‬FF‫َر ُس وُل ِهللا َو إقام الص‬ satau at-tagyar (mengubah). Menurut Ulama’
‫َر َم َض اَن‬ mutaqaddimin, yang dimaksud dengan bayan
an-nasakh adalah adanya dalil syara’ yang
Artinya: "Abu Abdurrahman Abdullah bin datang kemudian. Dan pengertian tersebut
Umar bin Khaththäb Radhiyallahu anhuma menurut ulama’ yang setuju adanya fungsi
berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah bayan an nasakh, dapat dipahami bahwa hadis
Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Islam sebagai ketentuan yang datang berikutnya
dibangun atas lima pekara dapat menghapus ketentuan-ketentuan atau isi
. b. Bayan Tafsir Al-Qur’an yang datang kemudian. Menurut
ulama mutaqoddimin mengartikan bayan an-
Fungsi hadis lainnya adalah untuk nasakh ini adalah dalil syara’ yang dapat
memberikan penafsiran dan rincian terhadap menghapuskan ketentuan yang telah ada,
hal-hal yang telah dibicarakan al-Qur‟an. karena datangnya kemudian.
Sebagai contoh bayan tafsir,yang merinci
ayat-ayat yang bersifat global, seperti tata cara
pelaksanaan shalat.

‫َوَص ُّلوا َك َم ا َر َأْيُتُم وِني َأَص ِّلي‬

"Dan salatlah kamu sebagaimana kamu


melihat aku salat..."(HR. Al- Bukhari)

c. Bay an Tasyri ’

Sebagai bayan tasyri ’, yaitu menetapkan


hukum-hukum yang tidak

ditetapkan oleh al-Qur‟an, seperti ketetapan


rasul tentang haramnya menjadikanistri
sekaligus antara seorang wanita dengan
makciknya, sebagaimana yang

Anda mungkin juga menyukai