Anda di halaman 1dari 3

NAMA : IKHMAN AKBAR (10)

NIM : 2201045019

KELAS : 1A

MATKUL : PAI

SOAL

1. Apa perbedaan hadist dengan sunnah?


2. Apa itu hadist qudsi? Dan apa bedanya dengan al qur’an?
3. Apa perbedaan madzhab dan manhaj?
4. Apa fungsi hadist terhadap al qur’an?

JAWABAN

1. Perbedaan hadist dan sunnah penting untuk diketahui setiap muslim. Masih banyak orang
mengira bahwa hadist dan sunnah itu sama, padahal keduanya memiliki sejumlah perbedaan
yang cukup mendasar. Hadist dan sunnah adalah setiap perbuatan, perkataan, dan ketetapan
yang disandarkan kepada Rasulullah SAW.

PENGERTIAN HADIST, Secara bahasa, hadist memiliki arti berbicara, perkataan, dan percakapan.
Hadist secara istilah memiliki arti segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan, serta
persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan landasan syariat Islam. Hadist dibagi
menjadi beberapa jenis, yaitu hadist shahih, hadist hasan, dan hadist dhaif. Fungsi hadist untuk
menjelaskan lebih detail apa yang tidak dijelaskan dalam Al-Qur'an. Dengan kata lain, hadist
memiliki fungsi utama sebagai menegaskan, memperjelas, dan menguatkan hukum-hukum dan
hal lain yang ada di Al-Qur'an. Fungsi hadist sebagai bayan al-taqrir berarti memperkuat isi dari
Al-Qur'an. Misalnya, sebuah hadis yang diriwayatkan oleh H.R Bukhari dan Muslim terkait
perintah berwudhu.

PENGERTIAN SUNNAH, Secara etimologi, sunnah berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti
“kebiasaan” atau “biasa dilakukan”. Sementara itu, secara terminologi sunnah dapat diartikan
hal-hal yang datang dari Rasulullah SAW, baik ucapan, tindakan, atau pengakuan (Taqrir). Kata
sunnah dalam Alquran dipakai dalam arti kebiasaan atau berlaku, jalan yang diikuti. Macam-
macam sunnah merupakan sikap, tindakan, ucapan, serta cara Rasulullah menjalani hidupnya.

PERBEDAAN HADIST DAN SUNNAH, Perbedaan hadist dan sunnah perlu diketahui setiap muslim.
Hadist merupakan penuturan dan perilaku Rasulullah, sedangkan sunnah adalah hukum yang
disimpulkan dari penuturan tersebut. Sunnah sering berkaitan dengan hukum syara’, sementara
hadist mencakup hal yang lebih luas termasuk di dalam maupun luar hukumnya. Perbedaan
hadist dan sunnah lebih kepada pengertian mendasarnya. Hadist adalah berita tentang peristiwa
yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW. Sementara itu, sunnah merupakan perbuatan yang
dilakukan Nabi Muhammad SAW secara terus menerus. Selain itu, hadist juga mencakup segala
peristiwa yang terjadi pada Rasulullah SAW meski hanya dikerjakan sekali. Sunnah sendiri lebih
pada sesuatu yang diucapkan atau dilakukan secara konsisten oleh Rasulullah dari masa ke
masa.
2. Hadist qudsi adalah salah satu pedoman para muslim dalam beribadah dan menjalani hidup.
Selain hadist masih ada Al Quran dan qiyas yang menjadi sumber jawaban umat Islam perlu
penjelasan. Qudsi (‫ )القدسي‬berasal dari kata qudus yang artinya suci. Disebut hadist qudsi karena
perkataan ini dinisbatkan kepada Allah SWT, al Quddus, Dzat Yang Maha Suci.

Menurut Al Jurjani. Al-Jurjani sebagaimana dalam kitabnya at-Ta'rifat mengatakan, Hadist qudsi
adalah hadist yang secara makna datang dari Allah, sementara redaksinya dari Rasulullah. Hadist
qudsi diartikan sebagai berita dari Allah kepada nabi-Nya melalui ilham atau mimpi, kemudian
Rasulullah SAW menyampaikan hal itu dengan ungkapan beliau sendiri. Maka dari itu, Al Quran
lebih utama dibandingkan hadist qudsi, karena Allah juga menurunkan redaksinya.

Perbedaan Hadist Qudsi dengan Hadist Nabawi, Hadis nabawi adalah hadis yang lafal maupun
maknanya berasal dari Nabi Muhammad SAW sendiri. Sedangkan hadis qudsi, yang juga disebut
sebagai hadis Ilahi atau hadis Rabbānī, adalah firman Allah yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW.

Perbedaan Quran dengan Hadis Qudsi. Ada beberapa perbedaan antara Quran dengan hadis
Qudsi,yang terpenting diantaranya ialah :
1) Al-Quranul Karim adalah Quran adalah mukjizat yang abadi hingga hari kiamat, bersifat
tantangan (I’jaz) bagi yang ingkar untuk membuat yang serupa dengannya, sedang hadis Qudsi
tidak untuk menantang dan tidak pula untuk mukjizat.
2) Al- Quranul karim hanya dinisbahkan kepada Allah, sehingga dikatakan: Allah ta`ala telah
berfirman, sedangkan hadis Qudsi terkadang diriwayatkan dengan disandarkan kepada Allah
sehingga nisbah hadis Qudsi kepada Allah itu merupakan nisbah yang dibuatkan.
3) Seluruh isi Quran dinukil secara mutawatir, sehingga kepastiannya sudah mutlak. Sedang
hadis-hadis Qudsi kebanyakannya adalah khabar ahad, sehingga kepastiannya masih merupakan
dugaan. Ada kalanya hadis Qudsi itu sahih, terkadang hasan ( baik ) dan terkadang pula da`if
(lemah).
4) Al-Quranul Karim dari Allah, baik lafal maupun maknanya. Maka dia adalah wahyu, baik
dalam lafal maupun maknanya. Sedang hadis Qudsi maknanya saja yang dari Allah, sedang
lafalnya dari Rasulullah SAW . hadis Qudsi ialah wahyu dalam makna tetapi bukan dalam lafal.
5) Membaca Al-Quranul Karim merupakan ibadah, karena itu ia dibaca didalam salat. Sedang
hadis kudsi tidak disuruhnya membaca didalam salat. Allah memberikan pahala membaca hadis
Qudsi secara umum saja. Maka membaca hadis Qudsi tidak akan memperoleh pahala seperti
yang disebutkan dalam hadis mengenai membaca Quran bahwa pada setiap huruf akan
mendapatkan kebaikan.
3. Manhaj dan mazhab merupakan dua kata berbeda yang mungkin sudah akrab didengar oleh
sebagian kalangan umat Islam. Kedua kata itu sering kali muncul dalam ber bagai pembahasan
keagamaan, baik di majelis-majelis ilmu mau pun di dalam banyak literatur. Manhaj adalah
metode dalam dalam beragama. Hanya ada satu manhaj yang benar, yaitu manhaj salaf, yang
jika berbeda maka bisa menjadi sesat. Manhaj salaf artinya metode beragama berdasarkan Al-
Qur’an dan hadits sahih sesuai dengan pemahaman para generasi salaf, yakni generasi
terdahulu terutama para sahabat dan 2 generasi setelahnya. Sementara Mazhab adalah
kumpulan kesimpulan/hasil ijtihad dari bermanhaj. Mazhab bisa berbeda-beda karena berbagai
faktor, seperti keterbatasan akses pada dalil yang sahih, pemahaman yang berbeda atas makna
bahasa dll. para imam 4 mazhab besar: Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali sebenarnya tidak berniat
mendirikan mazhab, namun hasil ijtihad beliau2 yang paling banyak diikuti orang sampai
sekarang. Kita tidak boleh taqlid pada salah satu mazhab saja, namun perlu melihat pendapat
manakah yang lebih kuat dalilnya berdasarkan manhaj salaf jika terdapat perbedaan pendapat
di antaranya, sebagaimana para 4 imam tersebut melarang untuk mengikuti suatu pendapat
mereka jika ternyata didapati hadits sahih yang bertentangan dengan pendapat tersebut.
4. Hadis merupakan landasan hukum Islam yang kedua setelah Alquran. Hadis sebagai sumber
kedua ditunjukkan oleh tiga hal yaituAlquran, kesepakatan (ijma) ulama, dan logika akal sehat
(maqul). Alquran menekankan bahwa Rasulullah SAW berfungsi menjelaskan maksud firman-
firman Allah. Oleh karena itu apa yang disampaikan Nabi harus diikuti, bahkan perilaku Nabi
sebagai rasul harus diteladani oleh kaum muslimin. Sejak masa sahabat sampai dengan hari ini
para ulama telah sepakat dalam penetapan hukum didasarkan juga pada sunnah Nabi, terutama
yang berkaitan dengan petunjuk operasional. Keberlakuan hadis sebagai sumber hukum
diperkuat pula dengan kenyataan bahwaAlquran hanya memberikan garis-garis besar dan
petunjuk umum yang memerlukan penjelasan dan rincian lebih lanjut untuk dapat dilaksanakan
dalam kehidupan manusia.

Berikut beberapa fungsi hadist.


1. Bayan At-Taqrir (Memperjelas isi Alquran)
Fungsi hadis terhadap Alquran yang pertama adalah sebagai Bayan At-Taqrir yang berarti
memperkuat isi dari Alquran.
2. Bayan At-Tafsir (Menafsirkan isi Alquran)
Fungsi hadis terhadap Alquran yang kedua adalah sebagai Bayan At-Tafsir yang berarti
memberikan tafsiran (perincian) terhadap isi Alquran yang masih bersifat umum (mujmal)
serta memberikan batasan-batasan (persyaratan) pada ayat-ayat yang bersifat mutlak
(taqyid).
3. Bayan At-Tasyri (Memberi kepastian hukum Islam yang tidak ada di Al Quran)
fungsi hadis terhadap Alquran yang ketiga adalah sebagai Bayan At-tasyri’ atau sebagai
pemberi kepastian hukum atau ajaran-ajaran Islam yang tidak dijelaskan dalam Alquran.
Biasanya Alquran hanya menerangkan pokok-pokoknya saja.
4. Bayan Nasakh (Mengganti ketentuan terdahulu)
Fungsi hadits terhadap Alquran yang terakhir adalah Baya Nasakh. Para ulama
mendefinisikan Bayan Nasakh berarti ketentuan yang datang kemudian dapat
menghapuskan ketentuan yang terdahulu, sebab ketentuan yang baru dianggap lebih cocok
dengan lingkungannya dan lebih luas.

Anda mungkin juga menyukai