Anda di halaman 1dari 35

PENDIDIKAN AGAMA

AL-QURAN, HADIS DAN IJTIHAD


Capaian Pembelajaran

Mampu membangun dan memahami al-Quran,


hadis dan ijtihad sebagai sumber ajaran Agama
islam dalam kehidupan modern
Hukum Islam

Pengertian hukum Islam


Hukum adalah segala sesuatu yang menjadi dasar,
acuan atau pedoman syariat Islam

Sumber hukum Islam


 Al-Qur’an
 Al-Hadis al-maqbulah (yang diterima untuk
dijadikan sumber hukum)
 Ijtihad ketika tidak ditemukan dalam Al-
Qur’an dan Al-Hadis al-Maqbulah
Al-Qur’an
Pengertian dan Kedudukan Al-Qur’an
• Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman-firman
Allah ta’âla yang diwahyukan dalam bahasa Arab kepada rasul dan
nabi terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW yang membacanya adalah
ibadah

• Kedudukan Al-Qur’an
Al Qur’an merupakan sumber hukum pertama dan utama dari
seluruh ajaran Islam baik yang mengatur hubungan manusia
dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan Allah, dengan
sesama manusia dan alam
Fungsi dan Peranan Al Quran
Sayid Husein Nasr berkata bahwa al-
Quran mempunyai tiga petunjuk bagi
manusia :
Pertama, adalah ajaran yg memberi
pengetahuan tentang berbagai hal baik
jagat raya maupun makhluk yg
mendiaminya, termasuk ajaran tentang
keyakinan atau iman, hukum atau syariat,
dan moral atau akhlak.
Kedua, Al-Quran berisi sejarah atau kisah-
kisah manusia zaman dahulu termasuk
kejadian para Nabi, dan berisi pula tentang
petunjuk di hari kemudian atau akhirat.

Ketiga, Al Quran berisi pula sesuatu yg sulit


dijelaskan dengan bahasa biasa karena
mengandung sesuatu berbeda dengan
yang kita pelajari secara rasional.
Sejarah Kodifikasi dan Perkembangan Al
Quran
 Al Quran ditulis sejak Nabi masih hidup.
Begitu wahyu turun kepada Nabi, Nabi
langsung memerintahkan para sahabat
penulis wahyu untuk menuliskannya
secara hati-hati. Wahyu ditulis sekaligus
dihafalkan dan diamalkan.
 Pada masa pemerintahan Abu Bakar ash
Shiddiq Al-Quran telah dikumpulkan dalam
mushaf (kumpulan lembaran-lembaran yg
tertulis). Zaid ibn Tsabit sebagai sekretaris
Nabi, mendapatkan tugas tersebut dan
secara hati-hati ia mengumpulkan ayat-
ayat Al-Quran yg telah ditulis di depan
Nabi dan yang disimpan di rumah Nabi
serta disesuaikan dengan ayat-ayat al-
Quran yg dihafal para sahabat.
 Pada masa pemerintahan khalifah ke-3,
Usman bin Affan, lembaran-lembaran Al-
Quran yang disimpan oleh Hafsah (Abu
Bakar-Umar-Hafsah) disalin oleh Zaid ibn
Tsabit menjadi beberapa naskah. Hal ini
mengingat penganut Islam semakin
banyak, meluas hingga di luar
semenanjung Arab.
 Al-Quran memuat kata-kata yg padat dan
tidak mudah difahami. Oleh karenanya
diperlukan penjelasan dan penafsiran.
Dalam perkembangan selanjutnya muncul
disiplin ilmu Ulumul Quran sebagai ilmu yg
khusus mempelajari tentang Al-Quran.
Tafsir Al Quran juga berkembang terus
mengikuti perkembangan pemikiran dan
pengetahuan manusia.
Kandungan Isi Alquran
 Al-quran terdiri dari 114 surat; 91 surat
turun di Makkah dan 23 surat turun di
Madinah. Surat yang turun di Makkah
dinamakan makiyyah, pada umumnya
suratnya pendek-pendek, menyangkut
prinsip-prinsip keimanan dan akhlak,
ditujukan kepada manusia. Sedangkan
yang turun di Madinah disebut surat
Madaniyyah.
 pada umumnya surat madaniyyah
panjang-panjang, menyangkut peraturan-
peraturan yang mengatur hubungan
seseorang dengan Tuhan dan seseorang
dengan sesamanya.
 Menurut para ahli, secara garis besar Al
quran memuat soal-soal yang berkenaan
dengan :
1. Aqidah
2. Syariah, terdiri ibadah dan muamalah
3. Akhlak
4. Kisah-kisah umat terdahulu
5. Berita-berita ttg jaman yg akan datang
6. Prinsip-prinsip ilmu pengetahuan
Hadis
Pengertian dan Kedudukan Hadis

• Pengertian Hadis

Hadis adalah segala berita yang bersumber dari Nabi Muhammad


SAW berupa ucapan, perbuatan, dan persetujuan (takrir) serta
penjelasan sifat-sifat beliau

• Kedudukan Hadis

Hadis menempati kedudukan kedua setelah Al-Qur’an


Fungsi Hadis

1. Mempertegas dan memperkuat hukum-hukum yang telah


disebutkan dalam Al-Qur’an

2. Menjelaskan,
menafsirkan, dan merinci ayat-ayat Al-Qur’an
yang masih umum dan samar

3.Mewujudkan suatu hukum atau ajaran yang tidak tercantum


dalam Al-Qur’an yang prinsipnya tidak bertentangan dengan
Al-Qur’an
Pembagian Istilah hadis Rasulullah SAW

1. Hadis Qauliyah. Yaitu hadis yang didasarkan kepada segala


perkataan dan ucapan Rasulullah SAW

2. Hadis/Sunah Fi’liyah. Yaitu hadis yang didasarkan kepada


perbuatan dan tingkah laku Rasulullah SAW

3. Hadis/Sunah Takririyah. Yaitu hadis yang didasarkan pada


persetujuan Rasulullah SAW atas perbuatan para sahabatnya
Hubungan Hadis dan Al-Qur’an
 Bayan tafsir, yang menerangkan ayat-ayat yang
sangat umum. Misal hadits “shalatlah kamu
sebagaimana kamu melihatku shalat” adalah
merupakan tafsiran dari ayat al-Qur’an yang
umum bunyinya “kerjakan shalat”
 Bayan taqrir, hadis berfungsi untuk
memperkokoh dan memperkuat pernyataan Al-
Qur’an. Misal Hadis “Berpuasalah ketika melihat
bulan dan berbukalah karena melihatnya”
adalah memperkokoh QS 2 : 185
 Bayan Taudhih, menerangkan maksud
dan tujuan ayat Al Quran, seperti
pernyataan Nabi “Allah tidak mewajibkan
zakat melainkan supaya menjadi baik
harta-hartamu yang sudah dizakati”
adalah penjelasan terhadap ayat Al Quran
“Dan orang-orang yg menyimpan emas
dan perak kemudian tidak
membelanjakannya di jalan Allah, maka
gembirakanlah mereka dengan azab yang
pedih”
Jenis/Macam Hadits
Dilihat dari kualitas pribadi perawinya :
SAHIH adalah hadits yang
1.sanadnya tersambung,
2.Tidak ada Syaz (Perawinya tsiqah)
3.Tidak ada illat (Cacat yang terdapat dalam
sebuah kesalahan yang tidak sengaja)
4.Perawinya adil,
5.Dhabith, perawi yang hapalannya kuat
HASAN hadits yg diriwayatkan oleh perawi
yg adil namun krg teliti, sanadnya
bersambung sampai kepada Nabi, dan
tidak pula cacat.

DA’IF atau lemah yi hadits yg tidak


memenuhi persyaratan sepertihalnya
hadits sahih dan hasan.
Dilihat dari jumlah (sedikit banyaknya) orang
yg meriwayatkannya :

1. Hadis Mutawatir yakni segala sesuatu yg


datang dari Nabi Muhammad saw yang
diriwayatkan oleh sekian banyak sahabat
sehingga karena saking banyaknya mustahil
mereka akan bersepakat berdusta bersama-
sama.
2. hadis masyhur adalah segala sesuatu
yang berasal dari Nabi Muhammad saw
yang diriwayatkan oleh seorang, dua
orang atau lebih sahabat namun
jumlahnya tidak sebanyak yg
meriwayatkan hadis mutawatir. Akan
tetapi pada generasi kedua (tabi’in) dan
ketiga (tabi’i tabi’in) jumlah orang yang
meriwayatkannya = hadits mutawatir.
3. Hadits ahad yakni segala sesuatu yang
datang dari Rosulullah saw yang
diriwayatkan oleh seorang, dua org atau
lebih sahabat, tapi jumlahnya tidak = yg
meriwayatkan hadits mutawatir.

Hadits ahad adalah yang terbanyak


jumlahnya dalam kitab-kitab hadis.
24

Bagian Hadits
Sanad: silsilah orang-orang yang menghubungkan
kepada matan hadis yaitu rangkaian atau
susunan orang-orang yang menyampaikan materi
hadis, sejak yang disebut pertama sampai kepada
Nabi Muhammad saw
Matan (Matn): Adalah materi atau isi sunnah.
Rawi : adalah orang yang meriwayatkan atau
memberitakan hadist. 
IJTIHAT
Pengertian dan Kedudukan
• Pengertian Ijtihad

Ijtihad bermakna mengerahkan tenaga dan pikiran dengan


sungguh-sungguh untuk menyelidiki dan mengeluarkan hukum-
hukum yang terkandung dalam Al-Qur’an dan hadis dengan
syarat-syarat tertentu

• Kedudukan ijtihad

Ijtihad menempati kedudukan dalam sumber hukum Islam setelah


Al-Qur’an dan hadis
Fungsi Ijtihad

Menetapkan hukum sesuatu yang tidak termuat dalam Al-Qur’an


maupun hadis

Syarat menjadi mujtahid (ahli ijtihad)

 Memahami Al-Qur’an dan asbabun nuzulnya (sebab turunnya)


 Memahami hadis dan asbabul wurudnya (sebab kemunculannya)
 Mengetahui pengetahuan yang mendalam tentang bahasa Arab
 Mengetahui tempat-tempat ijma’
 Mengetahui usul fiqh
 Mengetahui maksud-maksud syariat
 Memahami masyarakat dan adat istiadat tempat dia akan

mengeluarkan ijtihad
 Bersifat adil dan wara’
Bentuk-bentuk Ijtihad

 ijma’ kebulatan pendapat semua mujtahid pada suatu masa atas


suatu masalah yang berkaitan dengan syariat
 Qiyas menetapkan hukum atas suatu perbuatan yang belum ada

ketentuannya berdasarkan sesuatu yang sudah ada ketentuan


hukumnya dengan melihat kesamaan antara keduanya
 Istihab melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan yang

telah ditetapkan karena adanya suatu dalil, sampai ada dalil lain
yang mengubah hukum tersebut
 Maslahah Mursalah, kemaslahatan dan kebaikan yang tidak

disinggung-singgung syara’ untuk mengerjakan atau


meninggalkannya dan bila dikerjakan akan membawa kemanfaatan
terhindar dari keburukan
 Urf, kebiasaan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok

orang baik kata-kata atau perbuatan


MENGAPA HARUS ADA IJTIHAD?

1. Sebab banyak masalah-masalah baru yang tidak


ada nash-nya dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah,
Misalnya : kloning, bayi tabung, dll.

2. Padahal manusia wajib terikat dengan hukum


syara’ dalam segala perbuatannya, termasuk
dalam masalah-masalah baru.
Dalil-dalil wajibnya terikat dengan hukum
syara’ QS 5:49; QS 4:65, dll.
Contoh lain Ijtihad Majelis Ulama Indonesia (MUI)

 Mengikuti natal bersama bagi umat Islam hukumnya


haram

 Penulisan kitab suci Al-Qur’an dalam bahasa di luar


Arab diperkenankan sepanjang disertakan tulisan
Arab aslinya

 Penggunaan pil anti haid demi kesempurnaan ibadah


haji

 Vasektomi dan tubektomi termasuk usaha


pemandulan termasuk haram
Hukum Taklifi dan Hukum Wadhi

Pengertian hukum taklifi dan hukum wadhi

Pengertian
Taklifi  ketentuan Allah ta’âla yang menuntut mukallaf untuk
melakukan atau meninggalkan suatu perbuatan atau pilihan
untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan

Wadhi  ketentuan Allah ta’âla yang mengandung pengertian


bahwa terjadinya sesuatu merupakan sebab, syarat atau
penghalang bagi suatu hukum
Macam-macam Bentuk Hukum Taklifi dan Hukum Wad’i

Macam-Macam bentuk Hukum Taklifi

• Al-Ijab, tuntutan secara pasti dari syariat untuk dilaksanakan tidak


boleh ditinggalkan. Bentuk hukumnya adalah fardu (wajib)

• An-Nadb, anjuran dari syariat untuk melaksanakan suatu perbuatan


yang akan mendapatkan balasan kebaikan

• Al-Karahah, sesuatu yang dianjurkan syar’i kepada mukalaf untuk


meninggalkan perbuatan tersebut

• At-Tahrim, tuntutan syar’i untuk tidak mengerjakan suatu perbuatan


dengan tuntutan yang pasti. Bentuk hukumnya ialah haram

• Ibahah, yaitu tuntutan Allah ta’âla yang mengndung pilihan untuk


melakukan perbuatan tersebut atau meninggalkannya
Al-Ijab

Dapat dibagi menjadi dua:

Fardu ‘Ain  perbuatan yang harus dikerjakan oleh setiap


mukalaf.

Contohnya: melaksanakan puasa Ramadan, salat lima waktu, haji,


dan lain sebagainya.

Fardu Kifayah  perbuatan yang dilakukan oleh salah seorang


anggota masyarakat. Jika sudah dikerjakan oleh salah seorang
anggota masyarakat maka yang lain terbebas dari kewajiban
tersebut.

Contohnya: memandikan, mengkafani, menyalatkan, dan


menguburkan jenazah Muslim.
An-Nadb

Dapat dibagi menjadi dua:

• Sunah ‘Ain  perbuatan yang dianjurkan untuk dikerjakan


oleh setiap mukalaf

Contohnya: salat sunah rawatib, puasa Senin-Kamis

• Fardu Kifayah  perbuatan yang dianjurkan untuk


dikerjakan oleh seorang atau lebih dari golongan
masyarakat

Contohnya: mendoakan Muslim/Muslimah yang bersin dengan


lafal doa yarhamukallah (semoga Allah merahmati Anda)
Macam-macam Bentuk Hukum Wad’i

 Sebab, adalah suatu keadaan yang dijadikan sebagai alasan


adanya hukum dan tidak adanya alasan tersebut
menyebabkan tidak adanya hukum

 Syarat, ialah sesuatu yang dijadikan syar’i sebagai


penyempurna sah atau tidak perintah syar’i tersebut

 Mani’ (penghalang), keadaan atau peristiwa yang ditetapkan


syar’i menjadi penghalang bagi adanya hukum atau
membatalkan hukum

 Azimah, peraturan Allah ta’âla yang asli dan tersurat pada


nas dan berlaku umum

 Rukhsah, ketentuan yang disyariatkan oleh Allah ta’âla


sebagai keringanan yang diberikan kepada mukalaf
Sekian

Anda mungkin juga menyukai