1. Rizqy khoirudin
2. Zikria sayidina
3. Elok faiqotul H
A. Pengertian Hadits
الحديثadalah segala hal yang dinisbatkan kepada Rasulullah SAW.
Baik berupa pekataan beliau, perbuatan beliau, ketetapanya, sifat,
atau bahkan sikap dan keseharianya. Singkatnya segala yang
bersumber dari Nabi SAW. Itu diistilahkan dengan الحديث.
B. Latar Belakang Pemahaman Tekstual dan Konsterktual Hadits
Hal-hal yang melatarbelakangi kodifikasidits hadits pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz
ialah sebagi berikut :
• Banyak penghafal hadits yang meninggal dunia, baik karena sudah lanjut usia maupun gugur
sebagai pahlawan perang.
• Alquran sudah berkembang luas dalam masyarakat dan telah dikumpulkan menjadi mushaf,
sehingga tidak perlu dikhawatirkan lagi hadits bercampur dengan Alquran.
• Islam mulai melebarkan syiarnya melampaui jazirah Arab, sehingga hadits semakin
diperlukan untuk menjelaskan Alquran.
Mengutip jurnal Metode Syaykh Muhammad Yasin Al-Fadani Al-Makki dalam Penyusunan
Kitab Hadits Al-Arba’un Al-Buldaniyyah oleh Faisal Muqrabi, masa keemasan kodifikasi
hadits terjadi pada abad ke-3 Hijriah. Ini ditandai dengan beberapa ulama Huffazh dan
pemuka-pemuka perawiyang ikut menyusun kitab-kitab hadits.
Pada masa itu pula para ulama rela bepergian jauh untuk mencari hadits Rasulullah,
menyusun kitab tentang ilmu Rijal al-Hadits, serta membukukan hadits-hadits Nabi.
Alhasil, di masa ini muncullah karya-karya yang berkaitan dengan ilmu hadits, seperti Jarh
wa Ta’dil dan ilmu Tarikkh ar-Ruwath
Kemudian pada abad ke-4, ulama mengikuti usaha pendahulu mereka dalam berkhidmat
kepada sunnah Nabi SAW. Fase ini dinamakan fase pemeliharaan hadits-hadits Nabi dan
pengumpulan hadits Nabi secara utuh.
E. Tahap-tahap Perkembangan Ilmu Hadits
1. Sanad / al mu’tamat yaitu yang diperpegangi ( yang kuat ) / yang bisa dijadikan
pegangan
2. Matan , yaitu menurut bahasa punggung jalan (muka jalan)
3. Rawi , yaitu seseorang yang mengutip hadist dengan sanadnya / orang yang
meriwayatkan dan memindahkan hadist
4. Riwayat , Takhrij dan Mukharir
• Riwayat yaitu memindahkan hadits dari seorang guru kepada muridnya atau
membukukannya kedalam kumpulan hadits.
• Takhrij yaitu Mengambil sesuatu hadits dari suatu kitab, lalu mencari sanad yang lain
dari sanad penyusunnya kitab itu. Orang yang mengerjakan hal ini, dinamakan mukharij
dan mustakhrij.
• Mukharrij yaitu mukharrij atau mukhrij ialah orang yang menyusun (mengumpulkan)
hadits
G. Kedudukan hadits sebagai sumber hukum
Kedudukan Hadis Nabi sebagai sumber otoritatif ajaran Islam yang kedua, telah diterima oleh hampir
seluruh ulama dan umat Islam, tidak saja dikalangan Sunni tapi juga di kalangan Syi’ah dan aliran
Islam lainnya. Legitimasi otoritas ini tidak diraih dari pengakuan komunitas muslim terhadap Nabi
sebagai orang yang berkuasa tapi diperoleh melaui kehendak Ilahiyah. Oleh karena itu segala
pedoman dan panutan oleh umat islam dalam kehidupan sehari-hari. Terlebih-lebih jika diyakini
bahwa Nabi selalu mendapat tuntunan wahyu sehingga apa saja yang berkenaan dengan beliau
pasti membawa jaminan teologis. Hadis memiliki kedudukan yang tinggi dalam hokum Islam. Hadis
menjadi sumber hukum kedua dibawah Al-Qur'an Hal tersebut berdasarkan berbagai argumentasi
yang berasal dari Al-Qur'an, hadis, maupun ijma' ulama. Selain itu, juga dapat kita pikirkan dengan
pertimbangan akal karena adanya kesesuaian antara Al-Qur'an dan hadis. Selain memiliki
kedudukan sebagai sumber hukum Islam di bawah Al-Qur'an, hadis juga memiliki fungsi yang
berhubungan dengan Al-Qur'an itu sendiri. Ayat-ayat Al-Qur'an masih bersifat umum (global), untuk
itu hadis berperan sebagai penjelas dari uyat-ayat Al- Qur'an. Hadis dapat menetapkan dan
memperkuat apa yang telah diterangkan di dalam Al- Qur'an maupun memberikan penjelasan dalam
bentuk rician terhadap ayat-ayat Al-Qur'an yang masih bersifat global.
H. Model model penelitian hadits