Anda di halaman 1dari 9

METODOLOGI STUDI ISLAM

“MODEL STUDI AL-QUR’AN DAN


HADIST”
Dosen Pengampu: DR. MUSLIM ,S.Ag M.Ag

Disusun Oleh: 1. Muhammad Erizal (12111310181)


2. Hannifa Permata Sukma (12111322393)
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah salah satu ajaran yang di turukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui
perantara malaikat Jibril. Islam bukan hanya sekedar agama namun juga ada beberapa aspek lain
yang mempengaruhi sepeti kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Selain itu Islam memiliki banyak
dimensi diantaranya dimensi keimanan, akal pikiran, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan
teknologi, lingkungan hidup, sejarah, perdamaian, sampai pada kehidupan rumah tangga dan masih
banyak lagi.
Oleh karena, itu untuk memahami berbagai dimensi ajaran Islam tersebut diperlukan berbagai
pendekatan yang digali dari berbagai disiplin ilmu.Di dalam Al Qur’an yang merupakan sumber
ajaran Islam dijumpai beberapa ilmu yang di jelaskan secara global dan hadits yang menjelaskan
tentang spesifikasi ilmu tersebut.
B. Rumusan Masalah
 Apa itu urgensi metodolagi islam?
 Bagaimana pengembangan metodologi dan aplikasinya dalam memahami al-qur`an?
 Bagaimana klasifikasi hadits?

C. Tujuan
 Mengetahui apa itu urgensi metodolagi islam.
 Mengetahui bagaimana pengembangan metodologi dan aplikasinya dalam memahami al- qur`an.
 Mengetahui bagaimana klasifikasi hadits.
PEMBAHASAN
A. Urgensi Metodologi Studi Islam
Masalah metodologi adalah masalah ilmu pengetahuan itu sendiri. Maksudnya, hilangnya
metodologi berarti hilangnya cara yang tepat, dan praktis dalam mempelajari, mensistematika, dan
menganalisa sebuah cabang keilmuan. Maju-tidaknya sebuah kajian keilmuan tergantung pada
adanya metode yang tepat, ringkas, praktis dan cepat dalam menyampaikan kepada tujuan.
Adanya landasan yang bisa dijadikan rujukan bersama manakala terjadi perbedaan dan perdebatan
dalam setiap masalah-masalah keilmuan yang sedang dibahas dan diperdebatkan.
Urgensi metodologi dalam setiap aktivitas ilmiah bisa dipertegas dengan adanya metodologi pada
masing-masing cabang dan bidang ilmu pengetahuan.
. Karena dengan bekal metode, setiap peserta didik memiliki semacam acuan dalam mengarungi
samudera keilmuan. Sehingga mereka tidak tenggelam dan kebingungan dalam lautan luas tersebut.
B. Pengembangan Metodologi Dan Aplikasinya Dalam Memahami Al-qur`an
1. Penafsiran bi al-Riwayat (Al-Ma’tsur)
Penafsiran yang berbentuk riwayat atau apa yang sering disebut dengan “tafsir bi al-ma‟tsur”
adalah bentuk penafsiran yang paling tua dalam sejarah kehadiran tafsir dalam khazanah intelektual
Islam. Tafsir ini sampai sekarang masih terpakai dan dapat di jumpai dalam kitab-kitab tafsir
seumpama tafsir al-Thabari, Tafsir ibn Katsir, dan lain-lain

2. Penafsiran bi al-Ra’yi (Pemikiran)


Setelah berakhir masa salaf sekitar abad ke-3 H, dan peradaban Islam semakin maju dan
berkembang, maka lahirlah berbagai mazhab dan aliran di kalangan umat. Masing-masing golongan
berusaha menyakinkan pengikutnya dalam mengembangkan paham mereka. Untuk mencapai
maksud itu, mereka mencari ayat-ayat Al-Qur‘an dan Hadits-Hadits Nabi, lalu mereka tafsirkan
sesuai dengan keyakinan yang mereka anut. Ketika inilah berkembangnya bentuk penafsiran al-ra‟y
(tafsir melalui pemikiran atau ijtihad). Melihat berkembang pesatnya tafsir bi al-ra‟y, maka tepat apa
yang dikatakan Manna‘ al-Qaththan bahwa tafsir bi al-ra‟y mengalahkan perkembangan tafsir bi al-
ma‟tsur.
C. KLASIFIKASI HADITS
Sunah atau hadits mempunyai pengertian yang sangat kompleks yakni mencakup segala riwayat yang berasal dari
Rasulullah berupa perkataan, perbuatan, taqrir, sifat-sifat dan tingkah laku beliau, baik pada masa sebelum
diangkatnya beliau sebagai rasul maupun sesudahnya (qabla nubuwwat maupun ba‟da mubuwwat). Oleh karena itu,
perlu juga diungkapkan pembagian Sunnah atau hadits. Sunnah atau hadits dapat dibagi berdasarkan kriteria dan
klasifikasi sebagai berikut:
1. Ditinjau dari segi bentuknya
a. Fi’li, yaitu perbuatan Nabi.
b. Qauli, yaitu perkataan Nabi.
c. Taqriri, yaitu perizinan Nabi, yang artinya perilaku sahabat yang disaksikan oleh Nabi, tetapi Nabi tidak
menegur/melarangnya.
2. Ditinjau dari segi jumlah orang yang menyampaikannya
a. Mutawatir, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh orang banyak yang menurut akal tidak mungkin mereka bersepakat
dusta serta disampaikan melalui jalan indera.
b. Masyhur, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh orang banyak tetapi tidak sampai pada derajat orang mutawatir, baik
karena jumlahnya maupun jalan indera.
c. Ahad, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh seorang atau lebih yang tidak sampai kepada tingkat masyhur dan
mutawatir
3. Ditinjau dari segi kualitas hadist
a. Shaih, yaitu hadist yang sehat; yang diriwayatkan oleh orang-orang yang terpercaya dan kuat hafalannya,
materinya baik, dan persambungan sanadnya dapat dipertanggungjawabkan.
b. Hasan, yaitu hadist yang memenuhi persyaratan hadis shahih kecuali disegi hafalan pembawanya yang kurang
baik.
c. Dha‟if, yaitu hadist lemah, baik karena terputus salah satu sanadnya atau karena salah seorang pembawanya
kurang baik dan lain-lain.
d. Maudhu, yaitu hadist palsu, hadist yang dibuat oleh seseorang yang diakui sebagai sebuah sabda, atau
perbuatan rasul.

4. Ditinjau dari segi diterima atau tidaknya


a. Maqbul, yaitu hadist yang harus diterima.
b. Mardud, yaitu hadist yang harus ditolak.
5. Ditinjau dari segi orang yang berkata atau berbuat
 a. Marfu’, yaitu hadist yang benar-benar disabda, diperbuat, dan diberi Izin oleh Nabi.
 b. Mauquf, yaitu sahabat Nabi yang berbuat dan Nabi tidak menyaksikan perbuatan sahabat.
 c. Maqtu’, yaitu tabi’in yang berbuat. Artinya perkataan tabi’in yang berhubungan, soal-soal keagamaan

6. Pembagian lainnya yang disesuaikan dari jenis, sifat, redaksi, teknis penyampaian dan lain-lain
 a. Hadist mu’an’an, merupakan gabungan hadist yang memiliki banyak kan an (dari)
 b. Hadist ma’anna’an, hadist yang memiliki banyak kata anna (Sesungguhnya)
 c. Hadist awamir, merupakan hadist yang menyangkut perintah.
 d. Hadist nawahi, hadist yang menyangkut sebuah larangan.
 e. Hadist munqathi’, merupakan hadist yang sanadnya terputus.

Di abad ketiga hijriyah, muncul lima kitab hadist secara berurutan sesuai dengan derajat keshahihanya, yaitu:
1. Shahih Bukhari,
2. Shahih Muslim,
3. Sunan An-Nasai,
4. Sunan Abu Daud, dan
5. Sunan At-Tirmidzi
Kelima kitab hadist tersebut dikenal dengan nama Ushulul Khamsah atau Al- Kutubul Khamsah yang artinya: kitab-kitab induk hadis yang lima
PENUTUP

 Baiklah hanya itu yang dapat saya sampaikan lebih dan kurang saya
mohon maaf yang sebesar-besarnya karena PPT ini masih jauh dari
kata sempuran. Oleh karena itu mohon sekiranya kritik dan saran yang
membangun agar kami dapat membuat yang lebih baik lagi
kedepannya. Sekian.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai