Anda di halaman 1dari 9

A.

Pendahuluan Sumber dari segala sumber hukum yang utama atau yang pokok di dalam agama Islam adalah Al-Quran dan As-Sunnah. Selain sebagai sumber hukum, AlQuran dan As-Sunnah juga merupakan sumber ilmu pengetahuan yang universal. Isyarat sampai kepada ilmu yg mutakhir telah tercantum di dalamnya. Oleh kerananya siapa yang ingin mendalaminya, maka tidak akan ada habis-habisnya keajaibannya. Untuk mengetahui As-Sunnah atau hadith-hadith Nabi, maka salah satu dari beberapa bahagian penting yang tidak kalah menariknya untuk diketahui adalah mengetahui profil atau sejarah orang-orang yang mengumpulkan hadith, yang dengan jasa-jasa mereka kita yang hidup pada zaman sekarang ini dapat dengan mudah memperoleh sumber hukum secara lengkap dan sistematis serta dapat melaksanakan atau meneladani kehidupan Rasulullah untuk beribadah seperti yang dicontohkannya.

B. Pengertian Ulumul hadits Ulum al-hadist terdiri dari atas 2 kata, yaitu ulum dan Al-hadist. Kata ulum dalam bahasa arab adalah bentuk jamak dari ilm, jadi berarti ilmu-ilmu; sedangkan al-hadist di kalangan Ulama Hadis berarti segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi SAW dari perbuatan, perkataan, taqir, atau sifat. (Mahmud al-thahhan, Tatsir Mushthalah al-hadist (Beirut: Dar Al-quran alkarim, 1979), h.14) dengan demikian, gabungan kata ulumul-hadist mengandung pengertian ilmu-ilmu yang membahas atau berkaitan Hadis nabi SAW Secara terminologis, ulama mutaqaddimin merumuskan bahwa ilmu hadits ialah : Ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang cara-cara persambungan hadist sampai kepada Rasul Saw. Dari segi hal para perawinya yang menyangkut ke-Dhabit-an dan keadilannya dan dari bersambung dan terputusnya sanad, dan sebagainya. a. Menurut Ahmad Muhammad Yusuf Dalam hal ini beliau mengatakan bahwa ilmu hadis digunakan untuk arti:

dua Pertama:

Untuk nama suatu pemindahan dan periwayatan apa-apa yang didasarkan kepada Rasulullah saw. Ilmu Hadis yang mempunyai pengertian seperti ini dinamakan "Ilmu Hadis Riwayat". Kedua: Digunakan untuk suatu nama metode atau sistim yang meneliti cara muttasilnya hadis dipandang dari keadaan para perawinya, dhabit dan 'adalahnya, dan dari segi keadaansanadnya, muttasil atau munqathi'. Ilmu Hadis dengan arti ini dikenal dengan "Ilmu Hadis Rirayah".1

b. Mahmud al-Thahhan 'Ulum al-Hadis terdiri atas dua kata, yaitu 'ulum dan al-Hadis. Kata 'ulum dalam bahasa Arab adalah bentuk jamak dari 'ilm, berarti ilmu-ilmu. Sedangkan al-Hadis di kalangan Ulama Hadis berarti "segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw dari perkataan, perbuatan, sikap, keputusan, atau sifat."2

c. Menurut Prof. Dr. Nawir Yuslem MA Gabungan kata 'Ulum al-Hadis mengandung pengertian "ilmu-ilmu yang membahas atau berkaitan dengan Hadis Nabi saw".3

d. Menurut Imam 'Izza ad-Din 'Ulumul Hadis adalah ilmu yang membahas pedoman-pedoman yang dengannya dapat diketahui keadaan sanad dan matan.4

e. Menurut Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy MA Ilmu Hadis yakni ilmu yang berpautan dengan hadis. Definisi tentang ilmu hadist menurut mutaqaddim yang pada perkembanganya berikutnya, menjadi definisi untuk salah satu bagian dari lmu hadis.hal ini seperti dikatakan as suyuthi,para ulama mutaakhirin memakai definisi tersebut untuk definisi ilmu dirayah al hadits sebagai bagian ilmu hadits riwayah. 1. Ilmu Hadits Riwayah a. Pengertian ilmu hadits riwayah Kata riwayah, artinya periwayatan atau cerita, maka ilmu hadits riwayah artinya ilmu hadits berupa periwayatan. Secara terminologi ilmu ialah ilmu yang khusus berhubungan dengan riwayah adalah ilmu yang meliputi pemindahan (periwayatan) perkataan nabi Saw dan perbuatanya, dan penguraian lafalnya. Definisi ini merupakan rumusan hadits secara luas. Sedangkan rumusan hadits yang terbatas definisinya ialah ilmu yang menukilkan segala yang disandarkan kepada Nabi Saw semata. b. 0bjek dan kegunaannyao

bjek ilmu hadits ialah membicarakan bagaimana cara menerima, menyampaikan kepada orang lain, memindahkan dan mentadwidkan hadits. Manfaat dari mempelajari ilmu hadits ini nialah untuk menghindari adanya penulikan yang salah. Dari yang beredar pada umat islam bisa jadi bukan hadits, melainkan juga berita-berita lain, yang sumbernya bukan dari nabi atau bahkan sumbernya tidak jelas sama sekali. 2. Ilmu Hadits Dirayah a. pengertian ilmu hadits dirayah Istilah ilmu al-hadits atau juga disebut dirayah al-hadits, muncul setelah masa al-Khatib al-Bagdati, yaitu masa ibn al-Akfani. Ilmu ini muncul dan dikenal dengan nama ushul al-Hadits, ulama al-Hadits, musthahalah al-Hadits dan qawaid altahdits. Secara terminologi ilmu hadits ialah ilmu pengetahuan untuk mengetahui hakikat periwayatan, syarat-syarat, macam-macam, dan hukum-hukumnya, serta untuk mengetahui keadaan para perawi, baik syarat-syaratnya, macam-macam hadits yang diriwayatkan, dan segala yang berkaitan denganya. Hakikat arriwayah, artinya penulikann hadits dan penyandaranya kepada sumber hadits atau sumber berita itu sendiri, yaitu Nabi Saw. Syarat-syarat periwayan ialah penerimaan perawi terhadap hadits yang akan diriwayatkan dengan bermacam-macam cara penerimaan qiraah, alwasiah, al ijazah. b. objek dan signifikasinya objek ilmu dirayah ialah sanad rawi dan matan/ marwi. Dari sudut diterima (maqbul) atau ditolaknya (mardud) suatu hadits. Dari aspek sanadnya diteliti tentang keadilan dan kecacatanya, bagaimanamereka menerima dan menyampaikan haditsnya, serta ittishal as-sanad atau bersambung atau tidaknya antara sanad-sanad hadits tersebut. Pembahasan tentang sanad meliputi : Segi persambungan sanad ( ittishal as sanad) yaitu nbahwa suatu rangkaian sanad hadits haruslah bersambung, muali dari sahabat sampai kepada periwayat terakhir yang menuliskan atau membukukan hadits tersebut. Segi keterpercayaan sanad ( tsiqat as Sanad), yaitu bahwa setiap perawai yang terdapat didalam sanad suatu hadits harus memiliki sifat adil dan dhabit ( kuat dan cermat hafalan atau dokumentasi haditsnya) Segi keselamatannya dari kejanggalan ( syadz). Keselamtan dari cacat (illat). Tinggi dan rendahnya suatu sanad

Pembahasan matan adalah meliputi segi ke-shahih-an atau kedhabit-anya. Hal tersebut dapat diliahat melalui kesejalanya dengan makna dan tujuan yang terkandung didalam Alquran, atau selamatnya dari : Kejanggalan redaksi (rakakat al faz) Dari cacat atau kejanggalan pada maknanya ( fasad al makna), karena bertentangan dengan akal dan panca indera, atau dengan kandungan makna dalam Alquran, atu fakta sejarah. Kata-kata asing ( gharib), yaitu kata-kata yang tidak bisa dipahami berdasarkan maknanya yang umum terkenal. Tujuan dan urgensi ilmu hadits dirayah adalah untuk mengetahui dan menetapkan hadits-hadits yang maqbul dan yang mardud. Dengan mempelajari ilmu hadits dirayah ini, banyak kegunaan yang diperoleh antara lain : a) Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan hadits dan ilmu hadits dari masa ke masa sejak Rasulullah Saw sampai dengan sekarang. b) Mengetahui tokoh-tokoh serta usaha-usaha yang telah mereka lakukan dalam mengumpulkan, memelihara dan meriwayatkan hadits. c) Mengetahui kaidah-kaidah yang dipergunakan oleh para ulama dalam mengklasifikasikan hadits lebih lanjut. d) Mengetahui istilah-istilah dan nilai-nilai, dan kriteria hadits sebagai pedoman dalam menetapkan suatu hukum syarak. B. Cabang-cabang Ilmu Hadits dari ilmu hadits riwayah dan dirayah ini kemudian muncul cabang-cabang ilmu hadits lainya yaitu : 1. Ilmu Rijal al-Hadits Secara bahasa artinya orang-orang disekitar hadits, maka kata ilmu rijal al-hadits, artinya ialah ilkmu tentang orang-orang disekitar hadits. Secara terminologi ilmu untuk mengetahui para perawi hadits dalam kapasitas mereka sebagai perawi hadits. Ilmu ini sangat penting keedudukanya dalam lapangan ilmu hadits, karena objek kajian hadits pada dasarnya dua hal yaitu matan dan sanad. Ilmu ini mengambil porsi khusus mempelajari soal-soal disekitar sanad. 2. Ilmu al_jarh wa at-Tadil Al-Jarh secara bahasa artinya cacat, at-tadil artinya mengendalikan atau menyamakan. Maka ilmu al-Jarh wa at-Tadil artinya adalah ilmu tentang kecacatan dan keadilan seseorang. Secara terminologi adalah ilmu yang mempelajari tentang rawi hadits dari segi yang dapat mneunjukan keadaan mereka, baik yang dapat mencatatkan atau membersihkan mereka, dengan lafal tertentu. 3. Ilmu Ilal al-Hadits Kata ilal dari illa, yaillu adalah jamak dari kata al-illlah, yang menurut bahasa artinya penyakit atau sakit. Menurut ulama ahli hadits,

al-illah berarti sebab yang tersembunyi atau samar-samar yang dapat mencemarkan hadits sehingga pada hadits tersebut terlihat ada kecacatan. Secara istilah ialah ilmu yang membahas sebab-sebab yang tersembunyi, yang dapat mencacatkan kesahihan hadits. Misalnya mengatakan muttasil terhadap hadits yang munqathi. 4. Ilmu Asbab wurud al Hadits Kata Asbab berarti segala sesuatu yang mengantarkan pada tujuan, sdangkan kata wurud bisa berarti sampai, muncul dan mengalir. Menurut H.A. Djalil Afif, ilmu asbab Wurud al-Hdits ialah ilmu pengetahuan yang menjelaskan sebab-sebab atau latar belakang di-wurd-kannya hadits dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Ilmu ini diperlukan, sebab salah satu jlan untuk memahami kandungan hadits, sama halnya perlunya ilmu asbab buzul Alquran terhadap alquran. 5. Ilmu Mukhtalif al-Hadits Ilmu Mukhtalif al-Hadits ialah bertentangan atau berlawanan, kemudian pertentangan tersebut dihilangkan atau dikompromikan antara keduanya, sebagaimna membahas hadits-hadits yang sulit dipahami kandungannya, dengan menghilangkan kesulitan serta menjelaskan hakikatnya. Dari pengertian ini apat difahami bahwa dengan ilmu mukhtalif alhadits, hadits-hadits nampaknya bertentangan akan segera dapat menghilangkan pertentangan itu, antara lain dengan men-taqyid yang muthlaq dan men-Takhsis yang am. C. Pertumbuhan dan Perkembangan Ilmu Hadits 1. Pertumbuhan ilmu hadits Melihat definisi dan kegunaan ilmu hadits riwayah diatas, tampak sekali adanya korelasi antar keduanya, ilmu hadits riwayah lahir dari pemikiran hadits dari kehilangan dan pemalsuan, sehingga tidak boleh ada satu hadits palsu pun yang dianggap sahih atau yang masuk pendukungnya. Oleh karena itu, maka keduanya berjalan bersamasama. Pada masa sahabat dan lebih-lebih tabiin, kebutuhan terhadap ilmu ini semakin terasa. Hal ini karena Rasulullah Saw, sebagi sumber untuk merujukkan hadits telah wafat sehingga diperlukan adanya tolok ukur menguji kebenaran suatu hadits, terutama hadits yang hanya didengar atau disampaikan oleh seorang saja, lebih-lebih ketika umat islam memulai upaya mengumpulkan hadts dan mengadakan perlawanan yang mereka lakukan keseluruh wilayah kekuasaan islam, hal ini sudah tentu secara langsung atu tidak memerlukan kaidah-kaidah guna melakukan seleksi dalam penerimaan dan periwayatan atau penyampaian hadits kepada para muridnya. 2. Perkembangan ilmu Hadits Pada masa Tabiin, ulama yang pertama kali menetapkan dasardasar ilmu hadits adalah Syihab az-Zuhri (51-124H). Hal ini diperlukan sehubungan dengan keahlianya dalam bidang hadits dan

kedudukan dirinya sebagai pengumpul hadits atas perintah resmi Khalifah Umar bin Abd Aziz. Dari sini, ilmu hadits muali terlihat keberadaanya, meskipun dalm bentuk kaidah-kaidah yang sederhana. Pada perkembangan berikutnya, kaidah-kaidah ini semakin dikembangkan para ulama yang muncul pada abad ke-2 dan ke-3 Hijriyah,baik mereka yang mengkhususkan diri dalam mempelajari bidang hadits maupun bidang-bidang lainya. Kemudian lebih berkembang lagi dengan hadirnya para ulama fikih yang juga turut membicarakan dan menyusun iilmu ini. Kemudian lebih berkembang lagi dengan hadirnya para ulama mudawwin hadits, ssseperti Malik bin Annas, al Bukhari, Muslim, Abu Daud, at Tutmudzi, an Nasai, dan Ibn Majah tetapi karya mereka masih berserakan dalam bentuk risalahrisalahnya Setelah itu, muncul Abu Nuaim Ahmad bin Abdillah al-Asfahani (336-430) dengankitabnya al-Mustakhraj ala Marifah Ulama alHadits. Dalam kitab ini mengemukakan dalam kitab Marifah Ulama al Hadits karya al-Hakim. Berikutnya, Al-Khatib al-Bagdadi Abu Bakar Ahmad bin Ali (w.436H) dengan kitabnya yang terkenal ialah Al-Kifayah fi Quwanin ar-Riwayah. Kitab ini berisi berbagai uraian ilmu hadits dan kaidah-kaidah periwayatan. Karya-karya lainnya ialah Al-Jamili Adabi Asy-Syekh wa as-Sami. Menurut Abu Bakar bin Nuqtah, para ulama muhadisin yang menyusun ilmu ini setelah alKhathib al-Bagdadi, menginduk pada kitabnya.

DAFTAR PUSTAKA Sahrani, sohari (2010) ulumul hadits, bogor : ghalia indonesia. internet

MAKALAH ULUMUL HADITS ULUMUL HADITS Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Hadits Dosen pengampu : Nasyitotul Jannah

Disusun oleh : 1. Siti Sarifah 2. (10.0404.0002)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH DAN PAI FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
8

TAHUN 2011

Anda mungkin juga menyukai