Dengan menyebut nama Allah swt. Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Alhamdulillah puji dan syukur mari kita panjatkan kepada Allah swt.,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah Hadis Maudhu’ ini dengan baik dan benar.
Tak lupa pula shalawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW., keluarga, sahabat, tabiin, dan kita semua sebagai ummat
yang taat dan turut terhadap ajaran yang dibawanya.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya ataupun segi lainnya. Oleh
karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar
lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami
sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
B. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
C. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
BAB II : PEMBAHASAN
A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
B. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Al-Quran sebagai sumber hukum Islam yang pokok banyak yang mengandung
ayat-ayat yang bersifat mujmal, mutlak, dan ‘am. Oleh karenanya kehadiran hadis
berfungsi untuk “tabyin wa taudhih” terhadap ayat-ayat tersebut. Ini menunjukkan
hadis menduduki posisi yang sangat penting dalam literatur sumber hukum Islam.
Namun kesenjangan waktu antara sepeninggal Rasulullah SAW. dengan waktu
pembukuan hadis (hampir 1 abad) merupakan kesempatan yang baik bagi orang-
orang atau kelompok tertentu untuk memulai aksinya membuat dan mengatakan
sesuatu yang kemudian dinisbatkan kepada Rasulullah SAW. dengan alasan yang
dibuat-buat. Penisbatan sesuatu kepada Rasulullah SAW. seperti inilah yang
selanjutnya dikenal dengan palsu atau Hadis Maudhu’.
Hadis Maudhu’ ini sebenarnya tidak layak untuk disebut sebagai sebuah hadis,
karena ia sudah jelas bukan sebuah hadis yang bisa disandarkan pada Nabi SAW.
Hadis maudhu’ ini berbeda dengan hadis dha’if. Hadis maudhu’ sudah ada
kejelasan akan kepalsuannya sementara hadis dha’if belum jelas, hanya samar-
samar. Tapi ada juga yang memasukkan pembahasan hadis maudhu’ ini ke dalam
bahasan hadis dha’if.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
“Hadis yang diciptakan dan dibuat oleh seseorang (pendusta) yang disandarkan
kepada Rasulullah SAW. secara paksa dan dusta, baik sengaja maupun tidak.”
ٍ ارهُ ِم ْن ذَ َه
ب َ َم ْن قَا َل الَ اِلهَ اِالَّ هللاُ ِم ْن ُك ِِّل َك ِل َم ٍة
ُ َطائِ ًرا َم ْنق
ٍ شهُ ِم ْن َم ْر َج
.ان ُ َو ِر ْي
5. Perselisihan dalam Fiqih dan Ilmu Kalam
Munculnya hadis-hadis palsu dalam masalah-masalah fiqih dan ilmu
kalam ini berasal dari para pengikut Madzhab. Mereka melakukan pemalsuan
hadis karena didorong sifat fanatik dan ingin menguatkan madzhabnya masing-
masing.
Ke-maudhu’-an suatu hadis dapat dilihat pada ciri-ciri yang terdapat pada
sanad dan matan.
َ ُصلَّى هللا
علَ ْي ِه َ ي َّ َراَيْتُ النَّ ِب: ع ْب ِد هللاِ ب ِْن اَ ِب ْي اَ ْو ِفى اَنَّهُ قَا َل َ َُما َر َواه
َ ع َم ُرا قَ َبالَ فَقَ َل َيا اَ َبا اْل َح
س ِن ُ ي َواِذَا اَبُ ْوا بَ ْك ٍر َو َ ً سلَّ َم ُمت َّ ِكأ
َ علَى
ٍِّ ع ِل َ َو
َاَ ِحبَّ ُه َما فَ ُحبِ ِه َما تَ ْد ُخ ُل اْل َجنَّة
“Aku melihat Nabi sedang bersandar pada Ali, tiba-tiba sahabat Abu Bakar dan
Umar datang menghadap, maka Nabi bersabda wahai Abal Hasan, cintailah Abu
Bakar dan Umar karena dengan mencintainya kamu akan masuk surga.”
“Barang siapa yang ingin melihat Adam tentang ketinggian ilmunya, ingin
melihat Nuh tentang ketakwaannya, ingin melihat Ibrahim tentang kebaikan
hatinya, ingin melihat Musa tentang kehebatannya, ingin melihat Isa tentang
ibadahnya, hendaklah melihat Ali.”
. الو ْج ِه ال َج ِم ْي ِل ِعبَادَة
َ لى َ َّالن
َ ِظ ُر إ
“Melihat (memandang) kepada muka yang indah, adalah ibadah.”
. َاء الَّ ِذيْنَ يَأْت ُ ْون ُ َاء الَّ ِذيْنَ يَأْت ُ ْونَ ْاْل ُ َم َرا َء َو ِخي
ِ ار ْاْل ُ َم َر ِ ار ْالعُلَ َمُ ِش َر
ْالعُلَ َما َء
“Seburuk-buruk ulama adalah yang selalu mendatangi para penguasa (pemerintah)
dan sebaik-sebaik penguasa adalah yang selalu mendatangi para ulama.”
“Orang yang terpercaya itu ada tiga, yaitu Aku, Jibril, dan Muawiyyah.”
“Tuhan kami turun dari langit pada sore hari, di ‘Arafah dengan berkendaraan
unta kelabu, sambil berjabatan tangan dengan orang-orang yang berkendaraan dan
memeluk orang-orang yang sedang berjalan.”
“Barang siapa mengangkat kedua tangannya di dalam shalat, tidak sah shalatnya.”
“Setiap yang ada di langit, di bumi, dan di antara keduanya, adalah makhluk,
kecuali Allah dan Al-Quran. Kelak, akan datang kaum dari umatku yang
mengatakan bahwa Al-Quran itu adalah makhluk (baru). Oleh karena itu, barang
siapa yang mengatakan demikian, sungguh kafir terhadap Allah Yang Mahabesar,
dan tertalaklah istrinya sejak saat itu.”
“Sesungguhnya bahtera Nuh berthawaf tujuh kali keliling Ka’bah dan
bersembahyang di maqam Ibrahim dua rakaat.”
“Tiada dilahirkan seorang anak sesudah tahun seratus, yang ada padanya
keperluan bagi Allah.”
“Anak zina itu tidak dapat masuk surga sampai tujuh turunan.”
“Umur dunia itu tujuh ribu tahun, dan sekarang datang pada ribuan yang ke-7.”
من صام يوما من رجب و صلى أربع ركعات يقرأ في أول ركعة
مائة مرة (أية الكرسي) وفي الثانية مائة مرة (قل هو هللا أحد) لم
.يمت حتى يرى مقعده من الجنة
“Barang siapa puasa satu hari di bulan Rajab dan melakukan sholat empat rakaat,
pada rakaat pertama ia membaca ayat kursi 100 kali dan pada rakaat kedua dia
membaca “Qul Huwallahu Ahad”, dia tidak akan mati sebelum melihat tempatnya
di surga.”
.من صام يوم عاشوراء كتب هللا له عبادة ستين سنة
“Barang siapa yang berpuasa pada hari ‘Asyura, Allah akan menulis baginya
ibadah selama enampuluh tahun.”
Terdapat beberapa cara untuk mengetahui sebuah hadis maudhu’, antara lain:
1. Atas dasar pengakuan para pembuat hadis palsu.
2. Maknanya rusak.
3. Matannya bertentangan dengan akal atau kenyataan, bertentangan dengan
Al-Qur’an atau hadis yang lebih kuat.
4. Matannya menyebutkan janji yang sangat besar atas perbuatan yang kecil
atau ancaman yang sangat besar atas perkara kecil.
5. Perawinya dikenal seorang pendusta.
B. SARAN
Setelah membaca dan memahami makalah ini, penyusun berharap para
pembaca mendapat manfaat agar lebih teliti dan cermat dalam memilih hadis-
hadis yang kaitannya digunakan sebagai hujjah atau dasar, karena dari sekian
hadis yang ada ternyata ada banyak sekali hadis yang berdusta dan bukan
merupakan sabda Nabi Muhammad SAW., melainkan hanya perkataan orang atau
kelompok tertentu demi sebuah kepentingan.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. Mudasir, Ilmu Hadis, Bandung : CV. Pustaka Setia
Dr. H. Munzier Suparta M.A, Ilmu Hadis, Jakarta : Rajawali Pers