Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TELAAH KURIKULUM PENDIDIKAN GEOGRAFI

“Telaah Pengembangan Kurikulum PG”

Oleh:

1. Muhammad Erizal : 12111310181

2. Nurfika Oktaviani : 12111323997

3. Rihadatul Aisy : 12111321302

KELAS D

DosenPengampu:

Dr. Andi Murniati, M.Pd

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU 1445 H / 2024 M

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Makalah Telaah Kurikulum Pendidikan Geografi ini dapat diselesaikan
dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Telaah Kurikulum
Pendidikan Geografi yang di bimbing oleh Ibu Dr. Andi Murniati, M.Pd Kami ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Dan kami
juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi yang telah membantu dalam
memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan
sebaik- baiknya.Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini
sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan
kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semuanya.

Pekanbaru, 26 Maret 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii

BAB I.............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................................2

C. Tujuan..................................................................................................................................2

BAB II............................................................................................................................................2

PEMBAHASAN............................................................................................................................2

A. Struktur Kurikulum PG.......................................................................................................3

B. Pengembangan Materi PG...................................................................................................8

BAB III.........................................................................................................................................13

PENUTUP....................................................................................................................................13

A. Kesimpulan........................................................................................................................13

B. Saran..................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah


Kurikulum sering kali dipandang sebagai program perencanaan terhadap kegiatan
pembelajaran dalam kegiatan sekolah yang dilakukan oleh guru terhadap peserta didik.
Pendapat tersebut tidaklah keliru, karena hal tersebut merupakan bagian dari pengertian
kurikulum. Namun pada hakikatnya kurikulum bukan sebuah program perencanaan saja
dalam kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh guru terhadap peserta didik.
Undangundang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir
19 menjelaskan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sehingga kurikulum
merupakan salah satu komponen pokok aktivitas pendidikan, dan merupakan penjabaran
idealisme, cita-cita, tuntutan masyarakat, atau kebutuhan tertentu.

Proses pendidikan Indonesia dianggap akan berkembang melalui kebijakan


kurikulum yang matang, oleh karena itu Indonesia mengalami perubahan kurikulum
secara bertahap. Beberapa kurikulum yang sudah diterapkan sejak kemerdekaan
Indonesia tahun 1945 hingga saat ini adalah: Kurikulum 1952, Kurikulum 1964,
Kurikulum 1975/1976, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004 (Kurikulum
Berbasis Kompetensi), Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), dan
Kurikulum 2013 (Wiji, 2012, Hlm. 125).Perubahan yang terakhir ini adalah amanat
perubahan metodologi pembelajaran dan penataan kurikulum dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

Selain itu, perubahan ini dilakukan sebagai penyempurnaan kurikulum dengan


metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk membentuk
manusia Indonesia yang berdaya saing dan berkarakter sesuai Instruksi Presiden Nomor
1 Tahun 2010. Ditinjau dari adanya RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional), pemerintah mulai melihat keungkinan-kemungkinan tentang perkembangan
yang akan dihadapi oleh masyarakat Indonesia terutama dibidang pendidikan pada
waktu yang akan datang.

1
B.Rumusan Masalah
1. Apa Saja Bentuk Struktur Kurikulum PG?
2. Apa Saja Pengembangan Materi PG?

C.Tujuan
3. Memahami Tentang Bentuk Struktur Kurikulum PG!
4. Memahami Tentang Pengembangan Materi PG!

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Struktur Kurikulum PG
Struktur kurikulum adalah susunan dan pola mata pelajaran yang harus ditempuh
oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Dari penjabaran diatas sudah sangat
jelas bahwa struktur kurikulum ialah berupa mata pelajaran, dalam kata lain struktur
kurikulum adalah bentuk penyusunan mata pelajaran. Struktur kurikulum dibedakan
menjadi dua macam, yaitu struktur vertikal dan struktur horizontal.

1. Struktur Horizontal
Di dalam organisasi kurikulum adalah bentuk penyusunan bahan pelajaran
yang akan disampaikan terhadap siswa. Hal ini berkaitan erat dengan isi pelajaran,
strategi pembelajarannya dan tujuan pendidikan. Berikut menurut A.Hamid Syarif,
bahwa struktur kurikulum adalah suatu kerangka umum program-program pengajaran
yang akan disampaikan terhadap siswa. Sehingga dapat dipastikan bahwa dalam
struktur horizontal ini berkaitan dengan penyusunan antara mata pelajaran satu
dengan mata pelajaran yang lain. Dalam kaitannya terhadaap struktur horizontal ini
terdapat tiga macam bentuk penyusunan kurikulum, yaitu:

a. Separated Curiculum (Mata Pelajaran Terpisah)


Kurikulum ini disebut demikian karena segala bahan pelajaran disajikan
dalam subject atau mata pelajaran yang terpisah-pisah. Sehingga bermacam-
macam jenis mata pelajaran menjadi sempit ruang lingkupnya. Jumlah mata
pelajaran yang diberikan bermacam-macam tergantung kepada tingkatan dan jenis
sekolah yang bersangkutan. Dalam pelaksanaan penyampaiannya, tanggung
jawabnya terletak pada setiap pendidik yang menangani terhadap mata pelajaran
yang diampunya.

Kurikulum yang disusun secara terpisah lebih bersifat subject centered,


yakni berpusat pada bahan pelajaran daripada child centered yang berpusat
terhadap kebutuhan anak dan minat. Dari segi ini sudah jelas kurikulum yang
berbentuk terpisah, sangat menekankan terhadap pembentukan intelektual dan
kurang memprioritaskan pembentukan kepribadian anak secara menyeluruh. Dan
hal ini dianggap sebagai kelemahan dari kurikulum ini, karena dengan minat dan
kebutuhan peserta didik bertentangan.

b. Correlated Curiculum (Kurikulum Gabungan)


3
Correlated curriculum adalah susunan kurikulum yang menyatakan adanya
hubungan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, akan
tetapi tetap melihat terhadap karakteristik disetiap mata pelajaran tersebut. Searah
dengan pengertian di atas Hamid Syarif mengartikan sebagai organisasi kurikulum
yang menghubungkan terhadap mata pelajaran yang punya sisi sama, antara yang
satu dengan yang lain. Tanpa harus meniadakan esensi dari setiap mata pelajaran.

c. Integreted Curiculum (Kurikulum Terpadu)


Dalam integrated curriculum mata pelajaran dipusatkan kepada suatu
masalah atau unit tertentu. Dengan adanya kebulatan bahan pelajaran diharapkan
dapat terbentuk kebulatan pribadi siswa yang sesuai dengan lingkungan
masyarakatnya. Oleh karena itu, hal-hal yang diajarkan di sekolah harus
disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan masalah kehidupan di luar sekolah.
Agar bisa memadukan semua mata pelajaran bisa dilakukan dengan cara
pemusatan mata pelajaran pada satu masalah tertentu dengan alternatif pemecahan
melalui berbagai ilmu sehingga batas antara mata pelajaran itu ditiadakan.

2. Struktur Vertikal
Struktur vertical berhubungan dengan masalah sistem pelaksanaan kurikulum
sekolah.
Hal ini dapat menyangkut :
a. Sistem kelas
Pada sistem ini, penerepan kurikulum dilaksanakan melalui beberapa kelas
(sesuai dengan tingkatan) tertentu. Di SD misalnya, terdapat kelas 1 sampai
dengan 6; di SMP/MTs terdapat kelas 1-3 atau kelas 7-9; dan di SMA/MA atau
SMK/MAK terdapat kelas 1-3 atau 10-12. Kurikulum setiap jenjang telah
mencantumkan beberapa bahan yang wajib disampaikan, seberapa luas dan dalam
bahan tersebut, serta bagaimana urutan sajiannya terhadap masing kelas. Jadi,
bahan atau materi pelajaran yang diperuntukkan terhadap setiap kelas berbeda-
beda.
Kelemahan sistem kelas diantaranya terletak terhadap timbulnya efek
psikologis (juga orang tua) yang tidak naik kelas. Mereka berpeluang menjadi
tertekan, malu, dan bahkan frustasi. Syistem ini sering tidak dapat menangkal
factor subjektif yang biasa merugikan peserta didik.

b. Sistem Tanpa Kelas

4
Pelaksanaan kurikulum dalam syistem tanpa kelas tidak mengenal adanya
tingkat beberapa kelas tertentu. Setiap peserta didik diberi kebebasan untuk
berpindah program setiap waktu tanpa harus menunggu teman-temanya. dalam
artian jika ada siswa yang dirasa sudah mampu menguasai pelajaran, maka siswa
tersebut dipersilahkan mengambil pelajaran lain tanpa menunggu teman-temannya.

Keunggulan sistem ini terletak terhadap kebebasan yang dimiliki peserta


didik. Siswa boleh memilih beberapa tingkatan program sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya. Jadi, sistem ini sangat memperhatikan individu dan
perbedaan antar individu. Oleh karena itu, pelaksanaan system ini sangat menuntut
pendampingan peserta didik secara individual dan kesiapan satuan tingkatan
program.
Kelemahan sistem ini menyangkut substansi isi atau materi pelajaran dan
sistem pelaksanaan pendidikan secara makro di Indonesia. Dalam hal substansi
materi, dengan system ini sulit ditentukan cakupan urutan materi setiap program
untuk mencegah keterulangan materi yang sama. Terhadap sisi pelaksanaan, guru
akan mengalami kesulitan dan kerepotan.

c. Kombinasi antara Sistem Kelas dan Tanpa Kelas


Dengan system kombinasi ini, anak yang memiliki tingkat kepandaian
tertentu diberi kesempatan untuk terus maju, sehingga tidak harus terus bersama
dengan temantemannya. Namun tidak berarti pula ia meninggalkan kelasnya sama
sekali. Misalnya, ada 20 siswa SD kelas 3, kemudian ada beberapa siswa yang
sudah bisa menguasai mata pelajaran dikelas itu, maka siswa tersebut
diperbolehkan untuk mengambil mata pelajaran kelas lain misalnya kelas 4, tetapi
siswa tersebut statusnya tetap kelas 3. Sistem pendidikan seperti ini dapat disebut
sebagai sistem pengajaran modul.

d. Sistem Unit Waktu


Sistem unit waktu yang dikenal dalam pelaksanaan pendidikan adalah
system caturwulan dan sistem semester. Dalam sistem caturwulan, waktu satu
tahun dibagi menjadi tiga unit watu masing-masing empat bulan. Dari sini
kemudian dengan adanya caturwulan I, II, III. Pembagian unit waktu seperti ini
berimplikasi pada penyusunan kurikulum untuk berbagai tingkatan. Pada setiap
akhir caturwulan, anak akan mendapatkan nilai hasil belajar (rapor). Dimana yang
dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil dari proses kegiatan belajar, yang

5
berarti sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang telah diajarkan,
yang kemudian diikuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan
sesuatu dengan baik.
Sistem unit waktu yang kedua adalah sistem semester. Dalam sistem semester,
waktu satu tahun dibagi menjadi dua unit waktu. Masing-masing semester terdiri
atas enam bulan, dengan 16 hingga 20 minggu belajar efektif.

e. Pengalokasian waktu untuk setiap mata pelajaran


Pengelokasian waktu menyangkut jatahnya waktu untuk masing-masing
mata pelajaran dan isi program setiap mata pelajaran tersebut terhadap tingkatan
sekolah. Dalam pengalokasian waktu harus memperhatikan bobot dan tingkat
kesulitan terhadap masing-masing mata pelajaran. Jika tingkat kesulitannya tinggi
maka alokasi waktunya harus lebih banyak terhadap mata pelajaran tersebut,
begitu pula sebaliknya. Selain itu ada juga yang harus diperhatikan dalam
pengalokasian waktu ini ialah peranan mata pelajaran dalam menyiapkan
kelulusan. Artinya meminimalkan alokasi waktu dari mata pelajaran tertentu jika
pelajaran tersebut peranannya sedikit dalam menyiapkan peserta didik ketika lulus.

3. Strategi Pelaksanaan Kurikulum


Komponen strategi dari pelaksanaan kurikulum menurut H.Nana Sudjana
adalah dengan memberi petunjuk tentang bagaimana kurikulum itu hendak
dilakukan di sekolah. Kurikulum dalam artian program pendidikan masih dalam
batas niat, harapan, rencana yang harus di laksanakan di sekolah sehingga dapat
mengantarkan anak didik kepada tujuan dari pendidikan tersebut.

Ada beberapa komponen dalam strategi pelaksanaan kurikulum,yakni:


a. Proses belajar mengajar
Pelaksanaan kurikulum pada dasarnya adalah untuk mewujudkan
program pendidikan agar supaya bertugas mempengaruhi anak didik/siswa agar
supaya tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai. Salah satu wujud nyata dalam
pelaksanaan kurikulum adalah proses belajar-mengajar. Ada juga pendapat yang
mengatakan bahwa bahwa proses belajar mengajar adalah kurikulum nyata atau
kurikulum mikro. Yakni, kegiatan nyata dalam mempengaruhi anak didik dalam
suatu situasi yang memungkinkan terjadi adanya interaksi entah antara guru dan
siswa, siswa dan siswa maupun siswa dengan lingkungan belajarnya.

Adapun unsur-unsur yang seharusnya ada dalam proses belajar mengajar


untuk di gerakkan supaya tujuan dari pengajaran bisa dicapai adalah:
6
1) Bahan pengajaran atau isi pengajaran Unsur ini berfungsi memberikan isi
terhadap tujuan pengajaran

2) Mengajar dan alat bantu mengajar Metode dan alat bant upengajaran berfungsi
sebagai alat untuk mengantarkan bahan pengajaran menuju tujuan pengajaran

3) Penilaian atau evaluasi. Penilaian berfungsi untuk mengetahui tercapai


tidaknya tujuan pengajaran.

b. Bimbingan Menyeluruh
Bimbingan pada dasarnya adalah proses bantuan kepada para siswa dengan
melihat beberapa kemungkinan dan kenyataan yang ada tentang adanya kesulitan
yang di hadapi dalam rangka sebagai bentuk pengembangan pribadi siswa secara
optimal sehingga mereka dapat memahami dirinya, mengarahkan sikap dan
tindakannya sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga
dan masyarakatnya.

c. Sarana Kulikuler

Berikut yang termasuk diantara sarana kurikuler yang termasuk penting dalam
menunjang pelaksanaan kurikulum, diantaranya:

1) Sarana instruksional; mencakup alat-alat laboratorium, alat peraga pengajaran,


bukubuku pelajaran/perpustakaan

2) Sarana personil; aratinya terpenuhinya jumlah staf sekolah terutama tenaga


guru, tenaga administrasi dan tenaga non guru

3) Sarana material; berhubungan dengan kebutuhan alat-alat fasilitas seperti


ruangan kelas, ruang laboratorium, ruang rapat, ruang bimbingan, dan lain-
lain beserta perlengkapannya.

d. Penilaian hasil belajar


Adapun penilaian hasil belajar di lakukan oleh guru dalam dua tahap:
1) Tahap pertama
Adalah penilaian yang dilakukan diakhir belajar mengajar yang biasa disebut
dengan penilaian formatif. Dimana tujuan dari penilaian ini lebih di utamakan
guna memperbaiki proses belajar mengajar bukan hanya untuk menentukan
angka kemajuan belajar dari siswa.

7
Apabila hasilnya masih kurang, guru masih berkewajiban untuk
mengulang kembali bahan pelajaran tersebut sebelum melanjutkannya ke
materi pelajaran selanjutnya.
2) Penilaian tahap kedua
Adalah bentuk penilain yang dilakukan di akhir program unit dari
program, misalnya akhir catur wulan atau akhir semester. Penilaian ini di
namakan penilaian sumatif yang bertujuan untuk menetapkan angka kemajuan
dari belajar para siswa. Adapun standart yang di gunakan dalam menentukan
keberhasilan siswa untuk mencapai tujuan pengajaran, atau hasil belajar yang
dicapainya, yakni bisa dengan menggunakan dua cara, yaitu standar mutlak
dan standar relatif.

a) Standar mutlak adalah untuk menentukan hasil belajar siswa dengan


melalui usaha membandingkan hasil yang telah dicapainya dengan kriteria
yang telah ditentukan sebelumnya.

b) Sedangkan standar relatif adalah hasil belajar siswa di bandingkan


dengan norma kelompoknya.

B.Pengembangan Materi PG
Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan ajar
dijadikan sebagai salah satu sumber informasi materi yang penting bagi guru maupun
siswa.Keberadaan bahan ajar sangat penting karena bahan ajar merupakan komponen
yangharus dikaji, dicermati, dipelajari dan dijadikan bahan materi yang akan dikuasai
oleh siswa dan sekaligus dapat memberikan pedoman untuk mempelajarinya
(Hermawan, dkk. 2008).

Selain itu, bahan ajar harus dapat membuat peserta belajar secara mandiri, dapat
belajar kapan saja dan dimana saja, sesuai dengan kecepatan masing-masing, mampu
membuat peserta didik belajar urutan yang dipilihnya sendiri, membantu
mengembangkan potensi peserta didik menjadi pelajar yang mandiri, dan sebagai
pedoman bagi peserta didik mengarahkan semua aktivitas dalam proses pembelajaran
dan menguasai semua kompetensi yang sudah ditentukan. (Depdiknas, 2010).

Pengembangan materi dan bahan ajar geografi bertanggungjawab atas berbagai


variable pembelajaran, seperti ketepatan dalam memilih indikator keberhasilan siswa,
pemenuhanstandar ketuntasan dalam proses pembelajaran, kesiapan siswa dalam
menghadapi Ujian Nasional, pengaturan waktu pertemuan di kelas, penentuan metode,

8
dan lain-lain. Pengembangan materi dan bahan ajar geografi dapat dilakukan melalui
metode penelitian dan pengembangan (Research & Development), dengan hasil
produksi seperti bahan ajar pada materi mitigasi dan adaptasi bencana yang layak
sebagai sumber belajar pada siswa.Untuk mengembangkan materi dan bahan ajar
geografi, para guru dapat mengkaji cara terbaik dalam peningkatan mutu pembelajaran,
menilai siswa, mencari model pembelajaran, termasuk mencari solusi dalam organisasi
materi dan bahan ajar.

1. Hakikat Materi Pembelajaran


Bahan atau materi pelajaran (Learning Materials) adalah segala sesuatu yang
menjadi isi kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa, sesuai dengan kompetensi
dasar dalam rangka pencapaian standar kompetensi setiap mata pelajaran dalam
satuan pendidikan tertentu. Materi pembelajaran juga dapat diartikan sebagai bahan
yang diperlukan untuk pembentukan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus
dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.
Materi pelajaran dapat dibedakan menjadi pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan
keterampilan (psikomotor). Materi Pengetahuan (kognitif) berhubungan dengan
berbagai informasi yang harus dihafal dan didiskusikan oleh siswa, sehingga siswa
dapat mengungkapkan kembali. Merril (dalam Wina Sanjaya : 2011) membedakan isi
(materi pelajaran kognitif ) atas 4 macam, yaitu:

a. Fakta

Fakta adalah sifat dari suatu gejala, peristiwa, benda, yang wujudnya dapat
ditangkap oleh panca indra. Fakta merupakan pengetahuan yang berhubungan
dengan data-data spesifik (tunggal) baik yang telah maupun yang sedang terjadi
yang dapat diuji atau diobservasi. Contohnya pada pelajaran Sejarah, Peringatan
hari kemerdekaan 17 Agustus, dll.

b. Konsep

Konsep adalah abstraksi kesamaan atau keterhubungan dari sekelompok benda


atau sifat. Suatu konsep memiliki bagian yang dinamakan atribut. Atribut adalah
karakteristik yang dimiliki suatu konsep. Gabungan dari berbagai atribut menjadi
suatu pembeda antara satu konsep dengan konsep lainnya. Materi konsep
contohnya pengertian ekosistem, ciri-ciri tanaman , dll.

c. Prosedur

9
Prosedur adalah materi pelajaran yang berhubungan dengan kemampuan siswa
untuk menjelaskan langkah-langkah secara sistematis tentang sesuatu. Hubungan
antara dua atau lebih konsep yang sudah teruji secara empiris dinamakan
generalisasi.Contoh materinya langkah-langkah melakukan stek pada tanaman.

d. Prinsip.

Materi pelajaran tentang prinsip bisa berupa hasil penelitian/ sebuah teori yang
telah dibuktikan, sehingga dapat dipercaya. Seseorang akan dapat menarik suatu
prinsip apabila sudah memahami berbagai fakta dan konsep yang relevan.
Contohnya dalil phitagoras, rumus, dll.
Selain dari segi kognitif, pengembangan materi pelajaran juga dari segi
Afektif/sikap yakni berhubungan dengan sikap/nilai atau keadaan dari dalam diri
seseorang. Materi afektif termasuk pemberian respon, penerimaan nilai,
internalisasi, dll.

Contohya nilai-nilai kejujuran, kasih sayang, minat, kebangsaan, rasa sosial, dll.

Dari segi psikomotor yakni materi yang mengarah pada


gerak/keterampilan. Keterampilan adalah pola kegiatan yang memiliki tujuan
tertentu yang memerlukan manipulasi dan koordinasi informasi. Kompetensi
yang ingin dicapai dari gerak/keterampilan, misalnya lari, pencak silat, berenang,
dll. Keterampilan dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu:

a). Keterampilan intelektual yaitu keterampilan berpikir melalui usaha menggali,


menyusun dan menggunakan berbagai informasi, baik berupa data, fakta, konsep,
ataupun prinsip, dan teori.

b). Keterampilan fisik yaitu keterampilan motorik seperti keterampilan


mengoperasikan computer, keterampilan mengemudi, keterampilan memperbaiki
suatu alat, dan lain sebagainya.

Selain itu Hilda Taba (dalam Wina Sanjaya, 2011) juga mengemukakan
bahwa ada 4 jenis tingkatan bahan atau materi pelajaran, yakni fakta khusus, ide-
ide pokok, konsep, dan system berpikir. Fakta khusus adalah bentuk materi
kurikulum yang sangat sederhana. Ide-ide pokok bisa berupa prinsip atau
generalisasi. Konsep menurut Hilda Taba, lebih tinggi tingkatannya dari ide
10
pokok, hal ini dikarenakan memahami konsep berarti memahami sesuatu yang
abstrak sehingga mendorong anak untuk berpikir lebih mendalam. System
berpikir berhubungan dengan kemampuan untuk memecahkan masalah secara
empiris, sistematis dan terkontrol yang kemudian dinamakan berpikir ilmiah.

2. Macam Pengembangan Bahan Pembelajaran

a. Pengembangan Bahan Belajar Mandiri


Bahan belajar mandiri perlu dikembangkan apabila dalam kegiatan
pembelajarannya siswa belajar secara mandiri, tanpa tergantung pada kehadiran
pengajar. Bahan belajar mandiri mempunyai empat ciri pokok yaitu :
1). Mempunyai kalimat yang mampu menjelaskan sendiri
2). Dapat dipelajari oleh mahasiswa, sesuai dengan kecepatan belajar masing-
masing
3). Dapat dipelajari oleh mahasiswa menurut waktu dan tempat yang dipilihnya.
4). Mampu membuat mahasiswa aktif melakukan sesuatu pada saat belajar,
seperti mengerjakan latihan, tes, atau kegiatan praktik.

Untuk memproduksi bahan belajar mandiri, perancang pembelajaran dapat


melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Memilih dan mengumpulkan bahan pembelajaran yang tersedia dilapangan


dan relevan dengan isi pelajaran yang tercantum dalam strategi pembelajaran.

2) Mengadaptasikan bahan pembelajaran tersebut ke dalam bentuk bahan belajar


mandiri dengan mengikuti strategi pembelajaran yang telah disusun
sebelumnya.
3) Meneliti kembali konsistensi isi bahan belajar tersebut dengan strategi
pembelajaran.
4) Meneliti kualitas teknis dari bahan tersebut, yang meliputi tiga hal sebagai
berikut

a) Bahasa yang sederhana dan relevan


b) Bahasa yang komunikatif
c) Desain fisik

11
Untuk memproduksi bahan belajar mandiri, tim yang tergabung dalam
pengembangan pembelajaran ini harus bekerja sama. Ahli desain pembelajaran, ahli
materi atau pengajar, ahli media, dan ahli penyusun tes bekerjasama untuk
memproduksi bahan pembelajaran yang sesuai dengan strategi pembelajaran.

b. Pengembangan Bahan Pengajaran Konvensional


Bahan pengajaran konvensional jumlahnya sangat terbatas, karena disini
pengajar&bahan pengajaran adalah sumber inti kegiatan pembelajaran. Pengajaran
menyajikan isi pelajaran dengan urutan, metode, media, dan waktu yang telah
ditentukan dalam strategi pembelajaran.
Satu-satunya bahan yang diberikan kepada mahasiswa, adalah program
pengajaran. Untuk menyusun program pengajaran tersebut ada beberapa langkah
yang dapat membantu pengembang pembelajaran, antara lain :
1) Menulis deskripsi singkat isi pelajaran
2) Menulis topic dan jadwal pelajaran
3) Menyusun tugas dan jadwal penyelesaiannya yang diharapkan dilakukan
mahasiswa.
4) Menyusun cara pemberian nilai hasil pelaksanaan tugas dan tes.

c. Pengembangan Bahan PBS (Pengajar, Bahan, Siswa)


Inti dari bahan PBS (Pengajar, Bahan, Siswa) bersumber pada bahan
pembelajaran dan pengajar. Keduanya harus saling mengisi. Untuk mengembangkan
bahan PBS ini pengajar bisa mengumpulkan bahan pembelajaran yang tersedia di
lapangan dan relevan dengan strategi pembelajaran.
Berikut langkah-langkah yang dapat digunakan oleh pengembang pembelajaran
dalam mengembangkan bahan PBS:

1). Memilih dan mengumpulkan bahan pembelajaran yang kebetulan tersedia


dilapangan dan relevan dengan isi pelajaran yang tercantum dalam strategi
pembelajaran.

2). Menyusun bahan tersebut sesuai dengan urutan pada urutan U (uraian) yang
terdapat dalam strategi pembelajaran.

12
3). Mengindentifikasi bahan-bahan yang tidak diperoleh dari lapangan untuk ditutup
dengan penyajian pengajar.

4). Menyusun program pengajaran

5). Menyusun petunjuk cara menggunakan bahan pembelajaran yang dibagikan


kepada mahasiswa.

6). Menyusun bahan lain (bila masih diperlukan) yang berupa transparansi, gambar,
bagan, dan semacamnya.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Struktur kurikulum adalah susunan dan pola mata pelajaran yang harus ditempuh
oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Dari penjabaran diatas sudah sangat
jelas bahwa struktur kurikulum ialah berupa mata pelajaran, dalam kata lain struktur
kurikulum adalah bentuk penyusunan mata pelajaran.

Pengembangan materi dan bahan ajar geografi bertanggung jawab atas berbagai
variabelpembelajaran, seperti ketepatan dalam memilih indikator keberhasilan siswa,
pemenuhanstandar ketuntasan dalam proses pembelajaran, kesiapan siswa dalam
menghadapi UjianNasional, pengaturan waktu pertemuan di kelas, penentuan metode,
dan lain-lain.

Pengembangan materi dan bahan ajar geografi dapat dilakukan melalui metode
penelitiandan pengembangan (Research & Development), dengan hasil produksi seperti
bahan ajarpada materi mitigasi dan adaptasi bencana yang layak sebagai sumber belajar
pada siswa.Untuk mengembangkan materi dan bahan ajar geografi, para guru dapat
mengkaji caraterbaik dalam peningkatan mutu pembelajaran, menilai siswa, mencari
model pembelajaran,termasuk mencari solusi dalam organisasi materi dan bahan ajar.

B.Saran
Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya kami akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di
atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang dapat dipertanggung jawabkan.
Kami sangat menerima saran dan kritikan dari pembaca untuk membuat makalah ini
lebih baik lagi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Rofayatul, A, & Afifurrahman, A (2019). Organisasi dan Struktur Kurikulum


Pendidikan Islam. Ta'limuna

Yani, A. (2009). Pengembangan Materi dan Bahan Ajar Geografi.Ningrum, M. V. R., &
Saputra, Y. W. (2020).

Pengembangan Bahan Ajar Geografi BerbasisPendidikan Karakter Pada Materi Mitigasi


dan Adaptasi Bencana. Geoedusains: Jurnal PendidikanGeografi, 1(2), 84-93.

http://yelsipunyakarya.blogspot.co.id/2013/05/mengembangkan-bahan-materi-
pembelajaran.html
http://hendro-suhaimi.blogspot.co.id/p/blog-page_7.html#!/tcmbck

15

Anda mungkin juga menyukai