Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ORGANISASI KURIKULUM DAN KOMPONEN KURIKULUM

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 5

UMI NADILA (4191151001)


SHAKILA KHAIRA ARDIANI (4191151009)
RINDY IKA SYAHPUTRI (4191151012)
RIDA HAMMANDA (4192151004)
OKTRI INDAH SARI (4193351025)

KELAS : PENDIDIKAN IPA DIK B 2019


DOSEN PENGAMPU : Dra. Nurliana Marpaung, M.Si
MATA KULIAH : TELAAH KURIKULUM IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
OKTOBER 2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga makalah yang
berjudul“Organisasi Kurikulum Dan Komponen Kurikulum”dapat terselesaikan.
Terima kasih kepada Ibu yang telah membantu dan membimbing kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Kepada teman-teman yang telah mendukung dan membantu
kami sehingga dapat bersama-sama menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan laporan
ini. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk menjadi acuan
bagi penyusun untuk menjadi lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan para pembaca dan dapat bermanfaat
untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Medan, oktober 2020

Kelompok 5

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Organisasi Kurikulum

B. Jenis-Jenis Organisasi Kurikulum

C. Pengertian Komponen Kurikulum

D. Komponen-Komponen Kurikulum

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Telah kita pahami bahwa kurikulum merupakan sesuatu yang diperlukan dalam dunia
persekolahan/ pendidikan. Tanpa adanya sebuah kurikulum, dipastikan proses
pendidikan tidak akan terarah dan tidak dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Kurikulum lebih luas daripada sekedar rencana pembelajaran, tetapi meliputi segala
pemahaman atau proses belajar siswa yang direncanakan dan dilaksanakan di bawah
bimbingan lembaga pendidikan. Guru akan kesulitan menjabarkan urutan dan
cakupan materi pembelajaran yang ditempuhnya, proses pembelajaran yang
diselenggarakan, alat/ media yang digunakan, penilaian yang perlu dilakukan, dsb.
Salah satu aspek yang perlu dipahami dalam pengembangan kurikulum adalah aspek
yang berkaitan dengan organisasi kurikulum itu sendiri. Organisasi kurikulum
merupakan pola atau desain bahkan kurikulum yang tujuannya untuk mempermudah
siswa dalam mempelajari bahan pelajaran serta mempermudah siswa dalam
melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara
efektif.
Namun demikian, kita menyadari bahwa cara mengorganisasikan kurikulum itu
bermacam-macam. Tidak satu cara. Masing-masing cara memiliki kekuatan dan
kelemahan. Sebagai guru atau pendidik, Kita pun berperan sebagai pengembang
kurikulum yang perlu memahami dengan baik bagaimana kurikulum diorganisasikan.
Oleh karena itu, pada makalah ini penulis akan membahas tentang Jenis-jenis
Organisasi Kurikulum dan Komponen Kurikulum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan organisasi kurikulum?
2. Apa jenis-jenis organisasi kurikulum?
3. Apa yang dimaksud dengan komponen kurikulum?
4. Bagaimana komponen-komponen kurikulum?

C. Tujuan
1. Mengetahui arti organisasi kurikulum
2. Mengetahui jenis-jenis organisasi kurikulum
3. Mengetahui arti komponen kurikulum
4. Mengetahui komponen-komponen kurikulum

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Organisasi Kurikulum


Organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa
kerangka umum program-program pengajaran yang di sampaikan kepada peserta
didik guna tercapainya tujuan pendidikan atau pembelajaran yang di tetapkan.
Organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa kerangka
umum program-program pengajaran yang akan disampaikan kepada murid.
Organisasi kurikulum merupakan asas yang sangat penting bagi proses
pengembangan kurikulum dan berhubungan erat dengan tujuan pembelajaran, sebab
menetukan isi bahan pembelajaran, menentukan cara penyampaian bahan
pembelajaran, menentukan bentuk pengalaman yang akan di sajikan kepada terdidik
dan menentukan peranan pendidik dan terdidik dalam implementasi kurikulum.
Organisasi kurikulum terdiri dari mata pelajaran tertentu yang secara tradisional
bertujuan menyampaikan kebudayaan atau sejumlah pengetahuan, sikap dan
ketrampilan yang harus diajarkan kepada anak-anak. Setiap organisasi kurikulum
memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing baik yang bersifat teoritis
maupun praktis. Implementasi kurikulum di pengaruhi dan bergantung kepada
beberapa factor terutama guru, kepala sekolah, sarana belajar dan orang tua murid.
Dalam proses pengembangan kurikulum organisasi berperan sebagai suatu
metode untuk menentukan seleksi dan pengorganisasian pengalaman-pengalaman
belajar yang di selaenggarakan oleh sekolah, organisasi kurikulum menunjukkan
peranan guru, peserta didik dan lain-lain yang terlibat aktif dalam proses perencanaan
kurikulum. Struktur program dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu struktur
horizontal dan struktur vertical. Struktur horizontal berhubungan dengan masalah
pengorganisasian atau penyusunan bahan pelajaran kedalam pola tertentu, sedangkan
struktur vertikal berhubungan dengan masalah sistem-sistem pelaksanann kurikulum
sekolah, termasuk di dalamnya sistem pengalokasian waktu.
Organisasi kurikulum merupakan asas yang sangat penting bagi proses
pengembangan kurikulum dan berhubungan erat dengan tujuan pembelajaran, sebab
menetukan isi bahan pembelajaran, menentukan cara penyampaian bahan
pembelajaran, menentukan bentuk pengalaman yang akan disajikan kepada peserta
didik dan menentukan peranan pendidik dan peserta didik dalam implementasi
kurikulum. Implementasi kurikulum di pengaruhi dan bergantung kepada beberapa
factor terutama guru, kepala sekolah, sarana belajar dan orang tua murid. Dengan
adanya organisasi kurikulum yang merupakan pola atau desain bahan kurikulum
sehingga mempermudah siswa dalam mempelajari bahan pelajaran serta
mempermudah peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan
pembelajaran dicapai secara efektif. Setiap organisasi kurikulum memiliki
keunggulan dan kelemahan masing-masing baik yang bersifat teoritis maupun praktis.
Organisasi kurikulum sangat terkait dengan pengaturan bahan pelajaran yang
ada dalam kurikulum, sedangkan yang menjadi sumber bahan pelajaran dalam
kurikulum adalah nilai budaya, nilai social, aspek siswa dan masyarakat, serta ilmu
pengetahuan dan teknologi. Ada beberapa factor yang harus dipertimbangkan dalam
organisasi kurikulum, diantaranya berkaitan dengan ruang lingkup (scope), urutan
bahan (sequence), kontinuitas, keseimbangan, dan keterpaduan (integrated).

B. Jenis-Jenis Organisasi Kurikulum


Organisasi kurikulum berdasarkan mata pelajaran dibedakan atas empat pola,
yaitu Separated Subject Curriculum, Correlated Curriculum, Broadfelds Curriculum,
dan Integrated Curriculum.
1. Mata Pelajaran Terpisah (Separated Subject Curriculum)
Bentuk kurikulum ini sudah lama digunakan, karena organisasi kurikulum
bentuk ini sederhana dan mudah dilaksanakan. Tetapi tidak selamanya yang dianggap
mudah dan sederhana tersebut akan mendukung terhadap efektivitas dan efisiensi
pendidikan yang sesuai dengan perkembangan sosial. Mata pelajaran yang terpisah-
pisah (separated subject curriculum) bertujuan agar generasi muda mengenal hasil-
hasil kebudayaan dan pengetahuan umat manusia yang telah dikumpulkan secara
berabad-abad, agar mereka tak perlu mencari dan menemukan kembali dengan apa
yang telah diperoleh dari generasi terdahulu (Nasution, 1986).
Dalam proses pembelajarannya bentuk kurikulum ini cenderung kurang
memerhatikan aktivitas siswa, karena yang dianggap penting adalah penyampaian
sejumlah informasi sebagai bahan pelajaran dapat diterima dan dihafal oleh siswa.
Selain dari itu, bahan pelajaran yang dipelajari siswa umumnya tidak aktual karena
tidak sesuai dengan kebutuhan“, perkembangan masyarakat. Secara fungsional bentuk
kurikulum ini mempunyai kekurangan dan kelebihan, kekurangan pola mata pelajaran
yang terpisah-pisah (separated subject curriculum), yaitu:
1) Bahan pelajaran diberikan atau dipelajari secara terpisah-pisah, tidak
menggambarkan adanya hubungan antara materi satu dengan yang lainnya.
2) Bahan pelajaran yang diberikan atau yang dipelajari siswa tidak bersifat
aktual.
3) Proses belajar lebih mengutamakan aktivitas guru sedangkan siswa cenderung
pasif.
4) Bahan pelajaran tidak berdasarkan pada aspek permasalahan sosial yang
dihadapi siswa maupun kebutuhan masyarakat.
5) Bahan pelajaran merupakan informasi maupun pengetahuan dari masa lalu
yang terlepas dengan kejadian masa sekarang dan yang akan datang.
6) Proses dan bahan pelajaran sangat kurang memerhatikan bakat, minat, dan
kebutuhan siswa.
Sedangkan kelebihan pola mata pelajaran yang terpisah-pisah (separated subject
curriculum) adalah:
1) Bahan pelajaran disusun secara sistematis, logis, sederhana, dan mudah
dipelajari.
2) Dapat dilaksanakan untuk mewariskan nilai-nilai dan budaya terdahulu.
3) Kurikulum lni mudah diubah dan dikembangkan.
4) Bentuk kurikulum ini mudah dipola, dibentuk, didesain bahkan mudah untuk
diperluas dan dipersempit sehingga mudah disesuaikan dengan waktu yang
ada.
Bahan pelajaran yang sifatnya informasi sebagian besar akan diperoleh siswa dari
buku pelajaran. Siswa akan lebih banyak menghafal dalam mempelajari pengetahuan
yang sifatnya terlepas-lepas, sehingga kurang mengembangkan kemampuan dan
potensi siswa sebagai individu.

2. Mata Pelajaran Terhubung (Correlated Curriculum)


Pola kurikulum korelasi, yaitu pola organisasi isi kurikulum yang
menghubungkan pembahasan suatu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya,
atau satu pokok bahasan dengan pokok bahasan lainnnya. Materi kurikulum yang
terlepas-lepas diupayakan dihubungkan dengan materi kurikulum atau mata pelajaran
yang sejenis atau relevan dengan tujuan pembelajaran, sehingga dapat memperkaya
wawasan siswa. Dalam praktik pembelajaran di sekolah, para guru masih berpegang
pada latar belakang pendidikannya. Umpamanya, seorang guru sejarah yang
mengajarkan bidang studi IPS. Dalam pelaksanaannya, ia masih mengutamakan
pelajaran sejarah daripada substansi IPS itu sendiri. Demikian pula dalam
penilaiannya, cenderung banyak mengukur atau menilai substansi sejarahnya daripada
substansi IPS-nya. Salah satu penyebab adalah guru yang bersangkutan belum
memahami prinsip-prinsip pola penggabungan mata pelajaran tersebut.
Menurut Nasution, korelasi dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara
diantaranya :
1) Antara dua mata pelajaran diadakan hubungan secara insidental, yakni kalau
kebetulan ada pertaliannya dengan mata pelajaran lain. Misalnya, pada
pelajaran geografi dapat disinggung soal sejarah, ilmu hewan, dan sebagainya.
2) Terdapat hubungan yang lebih erat apabila suatu pokok atau masalah tertentu
diperbincangkan dalam berbagai mata pelajaran, misalnya soal Sawah
dibicarakan dalam pelajaran geografi, ilmu tumbuhtumbuhan, pekerjaan
tangan, menggambar, bernyanyi, dan sebagainya. Setiap mata pelajaran
diberikan pada jam-jam tertentu, jadi berdiri sendiri, tetapi memberi
sumbangan masing-masing untuk menyoroti masalah yang dihadapi.

3. Kurikulum Terpadu (Integrated Curriculum)


Kurikulum terpadu adalah kurikulum yang menyajikan bahan pembelajaran
secara unit dan keseluruhan tanpa mengadakan batas-batas antara satu mata pelajaran
dengan yang lainnya. lntegrasi berasal dari kata “integer” yang berarti unit. Dengan
integrasi dimaksud perpaduan, koordinasi, harmoni, kebulatan keseluruhan. Integrated
curriculum meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan
bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan. Yang penting bukan hanya
bentuk kurikulum ini, tetapi juga tujuannya. Dengan kebulatan bahan pelajaran
diharapkan kita membentuk anak-anak menjadi pribadi yang “intergrated”, yakni
manusia yang sesuai atau selaras hidupnya dengan sekitarnya. Orang yang
”integrated” hidup dan harmoni dengan lingkungannya. Kelakuannya harmonis dan ia
tidak senantiasa terbentur pada situasi-situasi yang dihadapinya dalam hidupnya. Apa
yang diajarkan sekolah disesuaikan dengan kehidupan anak di luar sekolah. Pelajaran
membantu anak dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan di luar sekolah.
Kurikulum ini memandang bahwa dalam suatu pokok bahasan harus terpadu
(integrated) secara menyeluruh. Keterpaduan ini dapat dicapai melalui pemusatan
pelajaran pada satu masalah tertentu dengan alternatif pemecahan melalui berbagai
disiplin ilmu atau mata pelajaran yang diperlukan, sehingga batas-batas antar mata
pelajaran dapat ditiadakan. Kurikulum ini memberikan kesempatan pada siswa untuk
belajar secara kelompok maupun secara individu, lebih memberdayakan masyarakat
sebagai sumber belajar, memungkinkan pembelajaran bersifat individu terpenuhi,
serta dapat melibatkan siswa dalam mengembangkan program pembelajaran. Bahan
pelajaran dalam kurikulum ini akan bermanfaat secara fungsional serta dalam
pembelajaran akan dapat meningkatkan kemampuan siswa baik secara proses maupun
produk. Bahan pelajaran selalu aktual sesuai perkembangan dan kebutuhan
masyarakat maupun siswa sebagai indivudu yang utuh, sehingga bahan pelajaran yang
dipelajari selalu sesuai dengan bakat, minat, dan potensi siswa. Dalam penerapan
kurikulum ini guru dituntut untuk memiliki kemampuan mengimplementasikan
berbagai strategi pembelajaran.

4. Kurikulum Inti (Core Curriculum)


Kurikulum inti merupakan bagian dari kurikulum terpadu (integrated
curriculum). Kurikulum ini selalu menggunakan bahan-bahan dari berbagai mata
pelajaran atau disiplin ilmu guna menjawab atau menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi atau yang dipelajari siswa. Tidak menutup kemungkinan bahwa aspek
lingkungan pun menjadi bahan yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan
kurikulum ini. Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa core curriculum adalah
bagian dari kurikulum integrasi atau kurikulum terpadu, sehingga program
pembelajaran untuk kurikulum ini harus dikembangkan secara bersama-sama antara
guru dengan siswa. Dalam prosesnya, kurikulum terpadu perlu didukung oleh
kemampuan guru dalam mengelola waktu dan kegiatan sehingga aktivitas dan
substansi materi yang dipelajari siswa agar lebih efektif, efisien, dan bermakna.
Pada umumnya, kurikulum inti (core curriculum) memiliki ciri-ciri pokok dan ciri-ciri
umum. Ciri-ciri pokok (essential characteristics) organisasi kurikulum ini adalah
sebagai berikut:
1) Core pelajaran meliputi pengalaman-pengalaman yang penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan semua siswa.
2) Core program berkenaan dengan pendidikan umum (general education) untuk
memperoleh bermacam-macam hasil (tujuan pendidikan).
3) Berbagai kegiatan dan pengalaman core disusun dan diajarkan dalam bentuk
kesatuan, tidak dibatasi oleh garis-garis pelajaran yang terpisah.
4) Core program diselenggarakan dalam jangka waktu yang lebih lama.
Ciri-ciri umumnya adalah sebagai berikut:
1) Perencanaan oleh guru-guru secara kooperatif.
2) Pengalaman-pengalaman belajar disusun dalam unit-unit yang luas dan
komprehensif berdasarkan tantangan, minat, kebutuhan, dan masalah dari
kalangan siswa dan masyarakat sekitarnya.
3) Core pelajaran menggunakan proses demokratis.
4) Banyak dari core program yang dikaitkan dengan bimbingan dan pengajaran.
Dalam hal ini, guru mempunyai tanggung jawab bimbingan terhadap the core
class.
5) Care program secara lebih luas menggunakan sumber pengajaran yang luas,
dan prosedur pengajaran yang lebih fleksibel dan variatif.
6) Penggunaan teknik problem solving dalam core program.

C. Pengertian Komponen Kurikulum


Komponen adalah bagian yang integral dan fungsional yang tidak terpisahkan
dari suatu sistem kurikulum karena komponen itu sendiri mempunyai peranan dalam
pembentukan sistem kurikulum. Sebagai sebuah sistem, kurikulum mempunyai
komponen-komponen. Seperti halnya dalam sistem manapun, kurikulum harus
mempunyai komponen lengkap dan fungsional baru bisa dikatakan baik. Sebaliknya
kurikulum tidak dikatakan baik apabila didalamnya terdapat komponen yang tidak
lengkap sekarang dipandang kurikulum yang tidak sempurna.
Suatu kurikum harus memiliki kesesuaian atau relevansi. Kesesuaian ini
meliputi dua hal. Pertama kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan, kebutuhan,
kondisi dan perkembangan masyarakat. Kedua kesesuaian antar komponen-komponen
kurikulum, yaitu sesuai dengan tujuan, proses sesuai dengan isi dan tujuan. Demikian
juga evaluasi sesuai dengan proses, isi dan tujuan kurikulum.
Kurikulum sebagai suatu sistem memiliki komponen-komponen yang saling
berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yakni tujuan, materi, metode, media,
evaluasi. Komponen-komponen tersebut baik secara sendiri maupun bersama menjadi
dasar utama dalam upaya mengembangkan sistem pembelajaran. Ada beberapa
pendapat yang menegaskan mengenai komponen kurikulum. Ralph W. Tyler
menyatakan ada empat komponen kurikulum yaitu tujuan, materi, organisasi dan
evaluasi. Senada dengan pendapat tersebut adalah Hilda Taba menulis bahwa
komponen-komponen kurikulum itu antara lain tujuan, materi pelajaran, metode dan
organisasi serta evaluasi. Komponen-komponen kurikulum saling berhubungan.
Setiap komponen bertalian erat dengan komponen lainnya. Tujuan menetukan bahan
apa yang dipelajari, bagaiamana proses belajarnya dan apa yang harus dinilai.
Demikian pula penilaian dapat mempengaruhi komponen lainnya.
Tohari Musnamar telah mengidentifikasikan dan merinci komponen-komponen yang
dipertimbangkan dalam rangka pengembangan kurikulum yaitu: dasar dan tujuan
pendidikan, pendidik, materi pendidikan, sistem penjenjangan, sistem penyampaian,
sistem evaluasi, peserta didik, proses pelaksanaan (belajar mengajar), tindak lanjut,
organisasi kurikulum, bimbingan dan konseling, administrasi pendidikan, sarana dan
prasarana, usaha pengembangan, biaya pendidikan, dan lingkungan. Sementara itu
Hasan Langgulung membagi unsur kurikulum menjadi empat yaitu: tujuan
pendidikan, isi atau kandungan pendidikan, metode pengajaran, dan metode penilaian.
Kurikulum harus memiliki kesesuaian atau relevansi. Kesesuaian ini meliputi dua hal,
pertama kesesuaian kurikulum tuntutan, kebutuhan, kondisi, dan perkembangan
masyarakat. Kedua, kesesuaan antara komponen-komponen kurikulum, yaitu sesuai
dengan isi dan tujuan, demikian juga dengan evaluasi sesuai dengan proses, isi dan
tujuan kurikulum.
Jadi, Salah satu fungsi kurikulum ialah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan
yang pada dasarnya kurikulum memiliki komponen pokok dan komponen penunjang
yang saling berkaitan dan berinteraksi satu sama lainnya dalam rangka mencapai
tujuan tersebut. Komponen merupakan satu sistem dari berbagai komponen yang
saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya, sebab kalau satu
komponen saja tidak ada atau tidak berjalan sebagaimana mestinya.

D. Komponen-Komponen Kurikulum
Komponen-komponen kurikulum pada prinsifnya terdiri dari empat macam
komponen yaitu: tujuan, materi, metode dan evaluasi.

1. Komponen Tujuan
Komponen tujuan adalah komponen kurikulum yang menjadi target
atau sasaran yang mesti dicapai dari melaksanakan suatu kurikulum.
komponen ini sangat penting, karena melalui tujuan, materi proses dan
evaluasi dapat dikendalikan untuk kepentingan mencapai tujuan kurikulum
dimaksud. Tujuan kurikulum dapat dispesifikasikan ke dalam tujuan
pembelajaran umum yaitu berupa tujuan yang dicapai untuk satu semester.
Sedangkan tujuan pembelajaran khusus yang menjadi target setiap kali tatap
muka. Dalam konteks kurikulum berbasis kompetensi tujuan pembelajaran
umum disebut dengan istilah standar kompetensi dan tujuan pembelajaran
khusus disebut dengan istilah kompetensi dasar.
Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa tujuan
pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan
mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut.
a. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
b. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
c. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai
dengan kejuruannya. Tujuan pendidikan institusional tersebut kemudian
dijabarkan lagi ke dalam tujuan kurikuler; yaitu tujuan pendidikan yang
ingin dicapai dari setiap mata pelajaran yang dikembangkan di setiap
sekolah atau satuan pendidikan.

2. Komponen Isi/Materi
Komponen materi adalah komponen yang didesain untuk mencapai
komponen tujuan. Yang dimaksud dengan komponen materi adalah bahan-
bahan kajian yang terdiri dari ilmu pengetahuan, nilai, pengalaman dan
keterampilan yang dikembangkan ke dalam proses pembelajaran guna
mencapai komponen tujuan. Siswa belajar dalam bentuk interaksi dengan
lingkungannya, lingkungan orang-orang, alat-alat, dan ide-ide. Tugas utama
seorang guru adalah menciptakan lingkungan tersebut, untuk mendorong
siswa melakukan interaksi yang produktif dan memberikan dirancang dalam
suatu rencana mengajar. Materi pembelajaran disusun secara logis dan
sistematis, dalam bentuk:
a. Teori; seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang
saling berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik tentang
gejala dengan menspesifikasi hubungan-hubungan antara variabel-
variabel dengan maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
b. Konsep; suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari
kekhususan-kekhususan, merupakan definisi singkat dari sekelompok
fakta atau gejala.
c. Generalisasi; kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus,
bersumber dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.
d. Prinsip; yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang
mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.
e. Prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi
pelajaran yang harus dilakukan peserta didik.
f. Fakta; sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting,
terdiri dari terminologi, orang dan tempat serta kejadian.
g. Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang
diperkenalkan dalam materi.
h. Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan
untuk memperjelas suatu uraian atau pendapat.
i. Definisi:yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu
hal/kata dalam garis besarnya.
j. Preposisi, yaitu cara yang digunakan untuk menyampaikan materi
pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.
Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik
dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum
meliputi jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi program masing-
masing bidang studi tersebut. Bidang-bidang studi tersebut disesuaikan dengan
jenis, jenjang maupun jalur pendidikan yang ada. Kriteria yang dapat
membantu pada perancangan kurikulum dalam menentukan isi kurikulum.
Kriteria itu antara lain:
a. Isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan
siswa.
b. Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial.
c. Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji
d. Isi kurikulum mengandung bahan pelajaran yang jelas
e. Isi kurikulum dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan.

3. Komponen Metode
Strategi dan metode merupakan komponen ketiga dalam
pengembangan kurikulum. Komponen ini merupakan komponen yang
memiliki peran sangat penting, sebab berhubungan dengan implementasi
kurikulum. Strategi merujuk pada pendekatan dan metode serta peralatan
mengajar yang digunakan dalam pengajaran. Tetapi pada hakikatnya strategi
pengajaran tidak hanya terbatas pada hal itu saja. Pembicaraan strategi
pengajaran tergambar dari cara yang ditempuh dalam melaksanakan
pengajaan, mengadakan penilaian, pelaksanaan bimbingan dan mengatur
kegiatan, baik yang secara umum berlaku maupun yang bersifat khusus dalam
pengajaran.
Strategi pelaksanaan kurikulum berhubungan dengan bagaimana
kurikulum itu dilaksanakan disekolah. Kurikulum merupakan rencana, ide,
harapan, yang harus diwujudkan secara nyata disekolah, sehingga mampu
mampu mengantarkan anak didik mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum
yang baik tidak akan mencapai hasil yang maksimal, jika pelaksanaannya
menghasilkan sesuatu yang baik bagi anak didik. Komponen strategi
pelaksanaan kurikulum meliputi pengajaran, penilaian, bimbingan dan
penyuluhan dan pengaturan kegiatan sekolah.
Strategi meliputi rencana, metoda dan perangkat kegiatan yang direncanakan
untuk mencapai tujuan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana
tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan
berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Upaya untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar
tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, dinamakan metode.
Telah disampaikan di atas bahwa dilihat dari filsafat dan teori
pendidikan yang melandasi pengembangan kurikulum terdapat perbedaan
dalam menentukan tujuan dan materi pembelajaran, hal ini tentunya memiliki
konsekuensi pula terhadap penentuan strategi pembelajaran yang hendak
dikembangkan. Apabila yang menjadi tujuan dalam pembelajaran adalah
penguasaan informasi-intelektual, sebagaimana yang banyak dikembangkan
oleh kalangan pendukung filsafat klasik dalam rangka pewarisan budaya
ataupun keabadian, maka strategi pembelajaran yang dikembangkan akan
lebih berpusat kepada guru. Guru merupakan tokoh sentral di dalam proses
pembelajaran dan dipandang sebagai pusat informasi dan pengetahuan.
Sedangkan peserta didik hanya dianggap sebagai obyek yang secara pasif
menerima sejumlah informasi dari guru. Metode dan teknik pembelajaran
yang digunakan pada umumnya bersifat penyajian (ekspositori) secara massal,
seperti ceramah atau seminar. Selain itu, pembelajaran cenderung lebih
bersifat tekstual.
Strategi pembelajaran yang berorientasi pada guru tersebut mendapat
reaksi dari kalangan progresivisme. Menurut kalangan progresivisme, yang
seharusnya aktif dalam suatu proses pembelajaran adalah peserta didik itu
sendiri. Peserta didik secara aktif menentukan materi dan tujuan belajarnya
sesuai dengan minat dan kebutuhannya, sekaligus menentukan bagaimana
cara-cara yang paling sesuai untuk memperoleh materi dan mencapai tujuan
belajarnya. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik mendapat
dukungan dari kalangan rekonstruktivisme yang menekankan pentingnya
proses pembelajaran melalui dinamika kelompok.
Pembelajaran cenderung bersifat kontekstual, metode dan teknik
pembelajaran yang digunakan tidak lagi dalam bentuk penyajian dari guru
tetapi lebih bersifat individual, langsung, dan memanfaatkan proses dinamika
kelompok (kooperatif), seperti : pembelajaran moduler, obeservasi, simulasi
atau role playing, diskusi, dan sejenisnya. Selanjutnya, dengan munculnya
pembelajaran berbasis teknologi yang menekankan pentingnya penguasaan
kompetensi membawa implikasi tersendiri dalam penentuan strategi
pembelajaran. Meski masih bersifat penguasaan materi atau kompetensi
seperti dalam pendekatan klasik, tetapi dalam pembelajaran teknologis masih
dimungkinkan bagi peserta didik untuk belajar secara individual.
Dalam pembelajaran teknologis dimungkinkan peserta didik untuk
belajar tanpa tatap muka langsung dengan guru, seperti melalui internet atau
media elektronik lainnya. Peran guru dalam pembelajaran teknologis lebih
cenderung sebagai director of learning, yang berupaya mengarahkan dan
mengatur peserta didik untuk melakukan perbuatan-perbuatan belajar sesuai
dengan apa yang telah didesain sebelumnya. Berdasarkan uraian di atas,
ternyata banyak kemungkinan untuk menentukan strategi pembelajaran dan
setiap strategi pembelajaran memiliki kelemahan dan keunggulannya
tersendiri.

4. Komponen Evaluasi
Komponen evaluasi adalah komponen kurikulum yang dapat
diperbandingkan seperti halnya penjaga gawang dalam permainan sepak bola,
memfungsikan evaluasi berarti melakukan seleksi terhadap siapa yang berhak
untuk diluluskan dan siapa yang belum berhak diluluskan, karena itu siswa
yang dapat mencapai targetlah yang berhak untuk diluluskan,sedangkan siswa
yang tidak mencapai target (prilaku yang diharapkan) tidak berhak untuk
diluluskan. Dilihat dari fungsi dan urgeni evaluasi yang demikian, Dari sudut
komponen evaluasi misalnya, berapa banyak guru yang mengerjakan suatu
mata pelajaran yang sesuai dengan latar belakang pendidikan guru dan
ditunjang pula oleh media dan sarana belajar yang memedai serta murid yang
normal.
Komponen evaluasi sangat penting artinya bagi pelaksanaan
kurikulum. Hasil evaluasi dapat memberi petunjuk, apakah sasaran yang ingin
dituju dapat dicapai atau tidak. Di samping itu, evaluasi juga berguna untuk
menilai, apakah proses kurikulum berjalan secara optimal atau tidak. Dengan
demikian, dapat diperoleh petunjuk tentang pelaksanaan kurikulum tersebut.
Berdasarkan petunjuk yang diperoleh dapat dilakukan perbaikan-perbaikan.
Evaluasi kurikulum sepatutnya dilakukan secara terus menerus. Untuk itu
perlu terlebih dahulu ditetapkan secara jelas apa yang akan dievaluasi, dengan
menggunakan acuan dan tolok ukur yang jelas pula. Sehubungan dengan
rancang bangun kurikulum ini, evaluasi dilakukan untuk mencapai dua sasaran
utama, yaitu; pertama, evaluasi terhadap hasil atau produk kurikulum; kedua,
evaluasi terhadap proses kurikulum.
Evaluasi kurikulum dimaksudkan menilai suatu kurikulum sebagai
program pendidikan untuk menentukan efisiensi, efektivitas, relevansi, dan
produktivitas program dalam mencapai tujuan pendidikan. Efisiensi berkenaan
dengan penggunaan waktu, tenaga, sarana dan sumber-sumber lainnya secara
optimal. Efektivitas berkenaan dengan pemilihan atau penggunaan cara atau
jalan utama yang paling tepat dalam mencapai suatu tujuan. Relevansi
berkenaan dengan kesesuaian suatu program dan pelaksanaannya dengan
tuntutan dan kebutuhan baik dari kepentingan masyarakat maupun peserta
didik. Produktivitas berkenaan dengan optimalnya hasil yang dicapai dari
suatu program.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dari makalah ini adalah Organisasi kurikulum
merupakan hal yang terpenting dalam mencapai tujuan pendidikan, oleh sebab itu
pengorganisasian dalam kurikulum sangat diperlukan dan diharuskan untuk mencapai
tujuan pendidikan yang diharapkan. Melalui organisasi kurikulum ini, guru dan
pengelola pendidikan akan memiliki gambaran yang jelas tentang tujuan program
pendidikan, bahan ajar, tata urut dan cakupan materi, penyajian materi, serta peran
guru dan murid dalam rangkaian pembelajaran. Cara pengembang kurikulum
mengorganisasikan kurikulum akan berkaitan pula dengan bentuk atau model
kurikulum yang dianutnya.
Ada berbagai pengorganisasian kurikulum, yang isinya mengupas bagaimana
bentuk bidang study yang harus disajikan di depan kelas yang konsekuensinya akan
diikuti oleh tindakan bagaimana cara memilih bahan ajar dan cara menyajikan sera
cara mengevaluasinya. Organisasi kurikulum berdasarkan mata pelajaran dibedakan
atas empat pola, yaitu Separated Subject Curriculum, Correlated Curriculum,
Broadfelds Curriculum, dan Integrated Curriculum.
Komponen adalah bagian yang integral dan fungsional yang tidak dapat
dipisahkan dari suatu sistem kurikulum karena komponen itu sendiri mempunyai
peranan dalam pembentukan sistem kurikulum. Kurikulum mempunyai beberapa
dimensi yaitu kurikulum sebagai suatau ide, rencana tertulis, hasil dari belajar,
kegiatan dan sebagai disiplin ilmu dan sebagai suatu sistem. Komponen kurikulum
memiliki beberapa komponen yaitu : tujuan, materi, metode dan evaluasi. Kurikulum
dapat dikatakan sebagai suatu sistem, mengapa? Karena kurikulum memiliki tujuan
yang satu dan memiliki komponen-komponen yang saling berkaitan satu dengan yang
lainnya seperti sistem. Sistem adalah suatu kesatuan sejumlah elemen (objek,
manusia, kegiatan, informasi, dsb) yang terkait dalam proses atau struktur dan
dianggap berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam mencapai satu tujuan.
Jika pengertian di atas dipadukan, maka sangat mungkin dapat dikatakan
bahwa kurikulum merupakan suatu sistem, karena ada sejumlah komponen dalam
terbentuknya kurikulum yang saling berkaitan dan terikat, dan memiliki tujuan yang
utuh.
DAFTAR ISI

Amailik, Oemar, 2008, Kurikulum Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara.


Arifin, Zainal. 2011. Konsep & Model Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Dakir. 2010. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum.  Jakarta : Rineka Cipta.
Rusman. 2011. Manajemen Kurikulum. Jakara: Rajawali Pers.
Syarif, Hamid. 2009. Pengembanagan Kurikulum, Pasuruan: Garoeda Buana Indah,
Zaini, Muhammad. 2009. Pengembangan Kurikulum; Konsep Implementasi, Evaluasi
dan Inovasi. Yogyakarta: Teras.

Anda mungkin juga menyukai