Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ORGANISASI KURIKULUM

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Kurikulum dan
Pembelajaran yang diampu oleh Bapak Dr. Ali Muhtadi, S. Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

Naely Zumrotul Fauziyah 21105241034


Syerifa Salsabila 21105241036
Rizal Ahmad Rifaldi 21105241037
Ayuni Wulan Saputri 21105244008
Silma Acnesya Rosyana 21105244027
Syahnaz Zillah Rukmana 21105244033
Berlian Nofiarini 22105244010

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang mana atas rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Organisasi Kurikulum”. Adapun tujuan dari makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Kurikulum dan Pembelajaran serta sebagai sarana untuk menambah wawasan
dan ilmu bagi para pembaca dan penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ali Muhtadi, S. Pd., M.Pd.
Selaku dosen mata kuliah Kurikulum dan Pembelajaran Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada teman-teman yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, kami menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 18 Februari 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 2

A. Pengertian Organisasi Kurikulum ............................................................................... 2


B. Unusr Organisasi Kurikulum ...................................................................................... 3
C. Faktor dan Prosedur Organisasi Kurikulum ............................................................... 3
D. Bentuk-Bentuk Organisasi Kurikulum ....................................................................... 6

BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 14

A. KESIMPULAN .......................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam dunia
pendidikan. Tanpa adanya kurikulum, maka proses pendidikan tidak akan terarah dan
pada akhirnya tidak mencapai tujuan yang diharapkan. Kurikulum lebih luas daripada
sekedar rencana pelajaran, tetapi meliputi segala pengalaman atau proses belajar siswa
yang direncanakan dan dilaksanakan dibawah bimbingan lembaga pendidikan.
Kurikulum tidalk hanya berupa dokumen bahan cetak, melainkan rangkaian aktifitas
siswa yang dilakukan di dalam kelas, luar kelas, laboratorium, lapangan, maupun di
lingkungan masyarakat yang direncanakan serta dibimbing oleh sekolah.
Salah satu aspek yang perlu dipahami dalam pengembangan kurikulum adalah
aspek yang terkait dengan organisasi kurikulum. Organisasi kurikulum terkait dengan
pengaturan bahan pelajaran, yang selanjutnya memiliki dampak terhadap masalah
administratif pelaksanaan proses pembelajaran. Selain itu organisasi kurikulum sangat
terkait dengan pengaturan bahan pelajaran yang ada dalam kurikulum, sedangkan yang
menjadi sumber bahan pelajaran dalam kurikulum adalah nilai budaya, nilai sosial,
aspek siswa dan masyarakat serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Organisasi
kurikulum juga terkait dengan peranan guru dan siswa dalam pembinaan kurikulum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari organisasi kurikulum?
2. Apa unsur organisasi kurikulum?
3. Apa saja factor dan prosedur organisasi kurikulum?
4. Apa saja bentuk-bentuk organisasi kurikulum?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari organisasi kurikulum.
2. Untuk mengetahui unsur organisasi kurikulum.
3. Untuk mengetahui saja factor dan prosedur organisasi kurikulum.
4. Untuk mengetahui bentuk-bentuk organisasi kurikulum.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Organisasi Kurikulum


Organisasi kurikulum adalah bahan pelajaran yang akan diajarkan pada peserta didik.
Organisasi kurikulum termasuk dasar yang penting dalam pembinaan kurikulum.
Organisasi kurikulum menentukan aspek-aspek yang diperlukan dalam proses
pembelajaran. Organisasi kurikulum memiliki peran dalam menentukan pemilahan dan
pengorganisasian berbagai pengalaman belajar yang diadakan oleh lembaga pendidikan.
Organisasi adalah kelompok sosial yang bersifat tertutup atau terbuka dari pihak luar yang
berada di bawah aturan tertentu yang dapat melaksanakan bimbingan secara teratur dan
bertujuan.
Organisasi kurikulum merupakan susunan dari pengalaman dan pengetahuan yang
harus disampaikan dan dilakukan oleh peserta didik untuk mencapai tujuan atau
kompetensi yang diinginkan. Pengalaman ini bisa pengalaman langsung dan pengalaman
tidak langsung yang diterima oleh peserta didik selama masa proses pembelajaran.
Sedangkan pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan yang mungkin berkembang
sesuai dengan perkembangan zaman.
Menurut Muhammad Ansyar (2015) Organisasi kurikulum adalah susunan komponen
kurikulum, seperti konten kurikulum, kegiatan dan pengalaman belajar, yang diorganisasi
menjadi mata pelajaran, program, lessons, topik, unit, dan sebagainya untuk mencapai
efektivitas pendidikan. Sedangkan menurut Zainal Arifin (2011) Organisasi kurikulum
adalah susunan pengalaman dan pengetahuan baku yang harus disampaikan dan dilakukan
peserta didik untuk menguasai kompetensi yang telah ditetapkan.
Organisasi kurikulum mempunyai dua dimensi pokok yaitu dimensi isi dan dimensi
pengalaman belajar. Perbedaan dari dua dimensi tersebut yaitu :
a. Organisasi kurikulum yang bersifat logis mengutamakan dimensi isi dan melihat fakta
apa adanya.
b. Organisasi kurikulum yang bersifat psikologis lebih mengutamakan dimensi
pengalaman belajar dan kurang memperhatikan fakta atau isi setiap unsur yang bersifat
logis.
Berdasarkan pengertian di atas bahwa organisasi kurikulum adalah pola dan susunan
komponen-komponen kurikulum yang diorganisasi menjadi mata pelajaran, program,

2
lessons, topik, unit yang tujuannya untuk mempermudah siswa memahami apa yang
diajarkan sehingga menguasai kompetensi yang telah ditetapkan.

B. Unsur Organisasi Kurikulum


a. Konsep, yaitu definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala. Konsep
merupakan definisi dari apa yang perlu diamati, konsep menentukan adanya
hubungan empiris. Hampir setiap bentuk organisasi kurikulum dibangun
berdasarkan konsep, seperti peserta didik, masyarakat, kebudayaan, kuantitas, dan
kualitas, ruangan, dan evolusi.
b. Generalisasi, membuat kesimpulan-kesimpulan yang jelas dari suatu fenomena
disekitarnya.
c. Keterampilan, yaitu kemampuan dalam merencanakan organisasi kurikulum dan
digunakan sebagai dasar untuk menyusun program yang berkesinambungan.
Misalnya, organisasi pengalaman belajar berhubungan dengan keterampilan
komprehensif, keterampilan dasar untuk mengerjakan matematika, dan
keterampilan menginterpretasikan data.
d. Nilai-Nilai, yaitu norma atau kepercayaan yang diagungkan, sesuatu yang bersifat
absolut untuk mengendalikan perilaku. Misalnya, menghargai diri sendiri,
menghargai kemuliaan dan kedudukan setiap orang tanpa memperhatikan ras,
agama, kebangsaan, dan status sosial-ekonomi.
Mengorganiasi unsur-unsur kurikulum mampu memilih tujuan yang jelas yang
sesuai dengan kebutuhan peserta didik, baik minta maupun bakat peserta didik.

C. Faktor dan Prosedur Organisasi Kurikulum


Terdapat enam faktor yang harus dipertimbangkan dalam organisasi
kurikulum menurut Hilda Taba (1962):
1. Ruang lingkup (Scope)
Ruang lingkup kurikulum tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan peserta didik,
kebutuhan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Setiap organisasi mempunyai
ruang lingkup bahan pelajaran yang berbeda sehingga kegiatan dan pengalaman
belajar pun berbeda.
Menunjukkan keseluruhan, keluasan, kedalam dan batas-batas bahan pelajaran
yang disampaikan kepada peserta didik. Dalam pemilihan dan penentuan ruang
lingkup melibatkan pakar filsafat pendidikan, guru bidang studi, pakar psikologi

3
dan sosiologi. Adapun setelah memilih dan menentukan ruang lingkup bahan
pelajaran, kemudian disusun dalam organisasi kurikulum tertentu sesuai dengan
yang diinginkan.
2. Urutan bahan pelajaran. (Sequence)
Menunjukkan urutan bahan yang akan diberikan pada peserta didik. Cara
menyusun urutan bahan ajar yaitu urutan kronologis, kausal, struktural, logis dan
psikologis, spiral, rangkaian ke belakang, dan berdasarkan hirarki belajar. Menurut
Nasution (1993) terdapat faktor-faktor yang turut menentukan urutan bahan
pelajaran antara lain:
a) Kematangan anak
b) Latar belakang pengalaman atau pengetahuan
c) Tingkat intelegensi
d) Minat
e) Kegunaan bahan
f) Kesulitan bahan pelajaran
3. Kesinambungan (Continuity)
Menunjukkan adanya peningkatan, pendalaman dan perluasan bahan pelajaran
sehingga peserta didik dapat mempelajari bahan yang kompleks. Kontinuitas
kurikulum dalam organisasi kurikulum perlu diperhatikan, terutama berkaitan
dengan substansi bahan yang dipelajari siswa, jangan sampai terjadi pengulangan
ataupun loncat-loncat yang tidak jelas tingkat kesukarannya. Pendekatan spiral
merupakan salah satu upaya dalam menerapkan faktor ini. Artinya materi yang
dipelajari siswa semakin lama semakin mendalam yang dikembangkan
berdasarkan keluasan secara vertikal maupun horizontal (Rusman, 2009).
4. Terpadu (Integrated)
Terpadu harus dilakukan oleh peserta didik melalui pengetahuan dari berbagai
sumber belajar yang saling berhubungan agar mencapai pemahaman yang utuh dan
menyeluruh.
5. Keseimbangan (Balance)
Keseimbangan yang dimaksud adalah keseimbangan isi atau bahan pelajaran
dengan keseimbangan proses pembelajaran. Dalan menentukan keseimbangan isi,
maka perlu dipertimbangkan betapa penting dan perlunya masing-masing mata
pelajaran. Masalah keseimbangan atau balance ini kurang dirasakan pada sekolah
komprehensif yang menggunakan sistem kredit, akan tetapi keseimbangan ini juga
4
perlu dikaitkan dengan pembentukan pribadi peserta didik secara utuh dan
menyeluruh.
6. Waktu (Times)
Kurikulum akhirnya harus dituangkan dalam bentuk mata pelajaran atau kegiatan
belajar beserta waktu yang disediakan untuk masing-masing mata
pelajaran. Disini dihadapi masalah distribusi atau pembagian waktu yang harus
menjawab pertanyaan seperti berapa tahun suatu mata pelajaran harus diberikan,
berapa kali seminggu dan berapa lama tiap mata pelajaran. Distribusi waktu
kebanyakan didasarkan atas tradisi pengalaman, atau pertimbangan para
pengembang kurikulum. Sering juga terjadi tawar-menawar.
Adapun dalam pemilihan dan pengorganisasian kurikulum perlu prosedue, berikut
detailnya :
1. Employee
Peran pendidik penting karena pemilihan dan pengorganisasian kurikulum
ditentukan berdasarkan penguasaan isi kurikulum di kalangan pendidik, baik
secara individu maupun kelompok.
2. Buku mata pelajaran
Untuk menentukan isi dari kurikulum berdasar pada materi yang terdapat pada
buku pelajaran yang dipilih.
3. Survei pendapat
Dalam prosedur ini pemilihan pengorganisasian, atau pengorganisasisan
kembali isi kurikulum dimulai dengan mengidentifikasi pendapat beberapa
pihak dengan survei.
4. Studi kesalahan
Prosedur ini adalah menganalisis kesalahan dan kelemahan dari pengalaman
belajar, misalnya dengan memerhatikan tingkah laku yang didibentuk melalui
kurikulum tersebut.
5. Mempelajari kurikulum lainnya
Mempelajari bagaimana kurikulum di sekolah lain, pendidik atau sekolah
dapat melaksanakan dan menentukan isi kurikulum bagi lembaganya, yang
sejalan dengan tujuan yang diharapkan.
6. Analisis kegiatan orang dewasa

5
Mempelajari berbagai kegiatan atau aktivitas yang ada dalam kehidupan. Hal
tersebut memiliki tujuan untuk menemukan kegiatan apa yang nantinya dapat
berguna bagi peserta didik di lingkungan sekolahnya
7. Fungsi-fungsi sosial
Prosedur ini berhubungan dengan analisis kegiatan, tetapi memiliki pandangan
yang sedikit lebih luas. Masyarakat dewasa melakukan banyak fungsi sosial
dalam kehidupan sehari-hari. Ada berbagai macam fungsi, dan pada dasarnya
berada dalam daerah kehidupan tertentu yang tidak terlepas dari situasi
kehidupan secara total
8. Minat dan kebutuhan remaja
Scope prosedur ini ditentukan berdasarkan berbagai fungsi kehidupan orang
dewasa yang diklasifikasikan persistent life problems. Adapun sequence dari
prosedur ini didasarkan pada latar belakang, kematangan, minat dan kebutuhan
para peserta didik secara kronologis dan logis. Dalam menjalankan prosedur
atau langkah ini, perlu melibatkan persistent problems, dengan scope dan
urutannya didasarkan pada para peserta didik itu sendiri dan berkaitan juga
dengan kegunaan secara personal dan sosial, selain untuk menyusun kesiapan
menjalani kehidupan berikutnya.

D. Bentuk-Bentuk Organisasi Kurikulum


1. Kurikulum mata pelajaran
Kurikulum ini bertujuan agar generasi muda mengenal hasil kebudayaan dan
pengetahuan umat manusia yang telah dikumpulkan sejak berabad-abad, agar
mereka tidak perlu mencari dan menemukan kembali apa yang telah diperoleh
generasi-generasi terhadulu. Dengan demikian mereka lebih mudah dan lebih cepat
membekali diri untuk menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya.
Organisasi kurikulum ini digolongkan sebagai bentuk kurikulum yang masih
tradisional. Kurikulum ini telah lama digunakan pada sekolah-sekolah dulu, hingga
muncul kurikulum baru pada tahun 1968 dan kurikulum tahun 1975.
Secara fungsional bentuk kurikulum ini mempunyai kekurangan dan kelebihan.
Kelebihannya ialah bahwa pengetahuan yang telah dimiliki itu telah disusun itu
secara logis dan sistematis dalam bentuk disiplin ilmu oleh para ahli dan ilmuan.
Disiplin ilmu tidak hanya mempunyai isi, atau bahan akan tetapi juga memiliki,
metode atau cara berpikir tertentu sehingga cabang ilmu itu dapat selanjutnya
6
dikembangkan. Jadi dengan mempelajari disiplin ilmu itu para siswa tidak hanya
memperluas pengetahuannya melainkan juga memperoleh cara-cara berpikir
tertentu. Dengan demikian mereka dibekali dengan produk dan proses berpikir
disiplin ilmu itu.
Selain kelebihan, tentu saja ada kekurangannya, diantaranya yaitu (1) bahan
pelajaran diberikan atau dipelajari secara terpisah-pisah, yang menggambarkan
tidak ada hubungannya antara materi satu dengan yang lainnya, (2) bahan pelajaran
yang diberikan atau yang dipelajari siswa tidak bersifat aktual, (3) proses belajar
lebih mengutamakan aktivitas guru, sedangkan siswa cenderung pasif, (4) bahan
pelaharan tidak berdasarkan pada aspek permasalahan sosial yang dihadapi siswa
maupun kebutuhan masyarakat, (5) bahan pelajaran merupakan informasi maupun
pengetahuan dari masa lalu yang terlepas dengan kejadian masa sekarang dan yang
akan datang, (6) proses dan bahan pelajaran sangat kurang memerhatikan bakat,
minat, dan kebutuhan siswa.

2. Kurikulum dengan mata pelajaran berkorelasi


Melihat adanya keterpisahan antara mata pelajaran, maka ada upaya baru untuk
menghubungkan berbagai mata pelajaran untuk membuat para peserta didik mudah
dalam memperoleh pemahaman yang disebut dengan korelasi. Pola korelasi ini
terdiri dari 2 macam, korelasi informal dan korelasi formal.
a. Korelasi informal, seorang pendidik mata pelajaran meminta agar pendidik
mata pelajaran lain menghubungkan pelajaran yang akan diajarkan di kelas
dengan bahan yang telah dipersiapkan oleh pendidik pertama.
Contoh : Pendidik Sejarah akan mengajarkan sejarah Perang Diponegoro.
Kemudian, pendidik ini meminta pendidik Ilmu Bumi untuk membahas tentang
daerah geografis terjadinya Perang Diponegoro tersebut. Selanjutnya pendidik
Bahasa diminta supaya memberikan pelajaran bercerita tentang suasana
masyarakat sewaktu terjadinya perang.
b. Sedang korelasi formal, beberapa pendidik secara kolektif merencanakan untuk
mengkorelasikan mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya sendiri.
Dengan cara, para pendidik bersangkutan lebih dulu menentukan fokus
permasalahan.
Misal, para pendidik menentukan topik tentang keluarga. Pendidik yang
mengampu pelajaran Bahasa memberikan cerita yang berhubungan dengan
7
kehidupan keluarga, pendidik yang mengampu pelajaran Menyanyi
mengajarkan nyanyian pengantar tidur, pendidik yang mengajar Ilmu Berhitung
memberikan catatan anggaran belanja dalam keluarga. Selanjutnya terus begitu,
sehingga para pendidik mata pelajaran lainnya dapat memberikan sumbangan
terhadap pembahasan topik tersebut.
Ciri kurikulum ini adalah mengkorelasikan berbagai mata pelajaran, ada usaha
untuk menghubungkan pelajaran dengan permasalahan kehidupan meskipun
tujuannya masih dalam lingkup penguasaan ilmu pengetahuan, mulai
mengupayakan penyesuaian pelajaran dengan minat dan kemampuan peserta
didik meski pelayanan terhadap perbedaan individual masih sangat terbatas,
menggunakan metode korelasi, meskipun terdapat banyak kesulitan, dan meski
pendidik masih berperan aktif, namun aktivitas peserta didik sudah mulai
dikembangkan.

Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dalam pola kurikulum ini.


Kekurangannya dalam adalah sebagai berikut:
a) Bahan pelajaran yang diberikan kurang sistematis serta kurang begitu mendalam
b) Kurikulum ini kurang menggunakan bahan pelajaran yang aktual yang langsung
berhubungan dengan kehidupan nyata siswa
c) Kurikulum ini kurang memerhatikan bakat, minat, dan kebutuhan siswa,
d) Apabila prinsip penggabungan belum dipahami, kemungkinan bahan pelajaran
yang disampaikan masih terlampau abstrak.

Sementara itu, kelebihan pola mata pelajaran gabungan (correlated curriculum)


adalah sebagai berikut:
a) Bahan bersifat korelasi walau sebatas beberapa mata pelajaran,
b) Memberikan wawasan yang luas dalam lingkup atau bidang studi,
c) Menambah minat siswa berdasarkan korelasi mata pelajaran yang sejenis.

3. Kurikulum Bidang Studi


Menurut pandangan sejumlah ahli, kurikulum bidang studi ini termasuk dalam
jenis kurikulum berkorelasi. Pandangan para ahli ini ada benarnya dikarenakan
bidang studi sudah merupakan perpaduan atau fusi sejumlah mata pelajaran sejenis,
yang memiliki ciri-ciri yang mirip.
8
Ciri-ciri kurikulum ini diantaranya yaitu :
a) Terdiri dari pengajaran yang di dalamnya terdapat perpaduan antara sejumlah
mata pelajaran, sejenis dan memiliki ciri-ciri yang sama,
b) Pelajaran bertitik tolak dari core subject, yang kemudian diuraikan menjadi
sejumlah pokok bahasan,
c) Berdasar pada tujuan kurikuler dan tujuan instruksional yang telah digariskan,
d) Sistem penyampaian bersifat terpadu,
e) Peran pendidik selaku pendidik bidang studi,
f) Penyusunan kurikulum mempertimbangkan minat, masalah, serta kebutuhan
peserta didik dan masyarakat meskipun masih dalam batas tertentu,
g) Terdapat berbagai jenis bidang studi.

4. Broad Field Curriculum (Cakupan Luas)


Hilda Taba dalam (Zainal Arifin, 2011) menegaskan agar tercapai gabungan
yang nyata, maka perlu adanya integrating threads dan focusing centers berupa
tujuan, prinsip-prinsip umum, teori atau masalah masyarakat dan kehidupan yang
dapat mewujudkan gabungan itu secara wajar. Ciri-ciri kurikulum bidang studi
dalam (Zainal Arifin, 2011) antara lain: 1) Kurikulum terdiri atas bidang studi yang
merupakan perpaduan beberapa mata pelajaran yang serumpun dan memiliki ciri-
ciri yang sama, 2) Bahan pelajaran bertitik tolak pada suatu ini masalah (core
subject) tertentu, kemudian dijabarkan menjadi pokok bahasan, 3) Bahan pelajaran
disusun berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah
ditetapkan, 4) Strategi pembelajaran bersifat terpadu, 5) Guru berperan sebagai guru
bidang studi, dan 6) Penyusunan kurikulum mempertimbangkan minat, masalah,
kebutuhan peserta didik dan masyarakat.

5. Kurikulum terintgrasi
Dalam kurikulum terintegrasi adanya batas-batas antara semua mata pelajaran
sudah tidak terlihat dikarenakan semua mata pelajaran sudah dirumuskan dalam
bentuk unit. Semuanya sudah terintegrasi atau terpadu sebagai satu kesatuan yang
utuh. integrasi atau keterpaduan ini dapat dicapai melalui pemusatan pelajaran pada
satu masalah tertentu dengan alternatif pemecahan melalui berbagai disiplin ilmu
atau mata pelajaran yang diperlukan sehingga batas-batas antara matapelajaran
dapat ditiadakan.
9
Ciri dari kurikulum ini antara lain :
a) Berdasarkan filsafat pendidikan demokrasi,
b) Berdasarkan psikologi belajar Gestalt atau organismik.
c) Berlandaskan sosiologis dan sosial budaya.
d) Berdasarkan kebutuhan, minat, dan tingkat perkembangan atau pertumbuhan
peserta didik.
e) Lebih luas, tidak hanya ditunjang oleh mapel yang ada. Bahkan bisa saja mata
pelajaran baru muncul dan digunakan sebagai pemecah masalah.
f) Sistem penyampaian yang digunakan adalah sistem pengajaran unit, baik
experience unit atau subject matter unit.
g) Peran pendidik dan peserta didik sama-sama aktif. Bahkan peran peserta didik
bisa lebih dominan dalam kegiatan belajar-mengajar dan pendidik hanya
berperan sebagai pembimbing.

Ada beberapa kekurangan maupun kelebihannya dalam kurikulum bentuk ini.


Kekurangan kurikulum dalam (Rusman, 2009) diantaranya sebagai berikut:
1) Ditinjau dari ujian akhir atau tes masuk yang uniform, maka kurikulum ini akan
banyak menimbulkan keberatan
2) Kurikulum ini tidak memiliki urutan yang logis dan sistematis
3) Diperlukan waktu yang banyak dan bervariasi sesuai dengan kebutuhan siswa
maupun kelompok
4) Guru belum memiliki kemampuan untuk menerapkan kurikulum bentuk ini,
5) Masyarakat, orang tua, dan siswa belum terbiasa dengan kurikulum ini.

Sementara itu, kelebihan kurikulum ini dalam (Rusman, 2009) adalah sebagai
berikut:
1) Mempelajari bahan pelajaran melalui pemecahan masalah dengan cara
memadukan beberapa mata pelajaran secara menyeluruh dalam menyelesaikan
suatu topik atau permasalahan,
2) Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar sesuai dengan bakat, minat,
dan potensi yang dimilikinya secara individu,
3) Memberikan kesempatan pada siswa untuk meyelesaikan permasalahan secara
komprehensif dan dapat mengembangkan belajar secara bekerja sama
(cooperative),
10
4) Mempraktikkan nilai-nilai demokrasi dalam pembelajaran,
5) Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar secara maksimal,
6) Memberikan kepada siswa untuk belajar berdasarkan pada pengalaman
langsung,
7) Dapat membantu meningkatkan hubungan anatara sekolah dengan masyarakat,
8) Dapat menghilangkan batas-batas yang terdapat dalam pola kurikulum yang
lain,
9) Bahan pelajaran tidak disusun secara logis dan sistematis,
10) Bahan pelajaran tidak bersifat sederhana,
11) Dapat memungkinkan kemampuan yang dicapai siswa akan berbeda secara
mencolok,
12) Memungkinkan akan memerlukan biaya, waktu, dan tenaga yang banyak.

Oleh karena itu, perlu adanya pengorganisasian yang lebih optimal sehingga dapat
mengurangi kekurangan-kekurangan tersebut.

6. Kuirikulum Inti
Kurikulum inti selalu menggunakan bahan-bahan dari berbagai mata pelajaran
untuk menjawab atau menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi atau
dipelajari siswa. Tidak menutup kemungkinan bahwa lingkungan juga harus
dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum ini.
Kurikulum inti memiliki ciri-ciri :
Essential characteristics
• Core pelajaran meliputi pengalaman yang penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan semua peserta didik
• Core program berkenaan dengan pendidikan umum untuk memperoleh berbagai
hasil
• Kesatuan dari kegiatan dan pengalaman inti
• Waktu pelaksanaan yang lama
7. Social Functions and Persistent Situation
Social Functions merupakan bagian dari kurikulum terpadu. Kurikulum ini
didasarkan atas analisis kegiatan manusia yang dilakukan dalam masyarakat.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan manusia sebagai individu dan bagian dari

11
masyarakat diantaranya : 1) memelihara dan menjaga kemananan masyarakat; 2)
perlindungan dan pelestarian hidup, kekayaan dan suber daya alam; 3) komunikasi
dan transportasi; 4) kegiatan rekreasi; 5) produksi dan distribusi barang dan jasa; 6)
ekspresi rasa keindahan; 7) kegiatan pendidikan; 8) integrasi kepribadian; 9)
konsumsi benda dan jasa. Dalam Social Function ini dapat diangkat berbagai
kegiatan manusia yang dapat dijadikan sebagai topik pembelajaran. Kegiatan
manusia di masyarakat setiap saat akan berubah sesuai dengan perkembangan era
globalisasi sehingga substansi social function harus bersifat dinamis.
Sebagai modifikasi dari social funtions adalah persistent life situation. Kajian
substansi dalam kurikulum ini lebih mendalam dan terarah. Dalam persistents life
situation karakteristiknya adalah situasi yang diangkat senantiasa yang dihadapi
manusia dalam hidupnya masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Secara
umum ada 3 kelompok situasi yang akan dihadapi manusia :
a. Situasi perkembangan individu manusia
• Kesehatan
• Intelektual
• Moral
• Keindahan
b. Situasi perkembangan partisipasi sosial
• Hubungan antar pribadi
• Hubungan antar kelompok
c. Situasi perkembangan kemampuan menghadapi faktor ekonomi dan lingkungan
• Bersifat alamiah. Gejala fisik tanaman, binatang, daya fisik
• Sumber teknologi
• Struktur dan daya sosial ekonomi. mencari nafkah, memperoleh barang dan
jasa, mengusahakan kesejahteraan sosial.
8. Kurikulum Experience (Experience curriculum)
Experience curriculum sering disebut juga dengan activity curriculum.
Kurikulum ini cenderung mengutamakan kegiatan-kegiatan atau pengalaman siswa
dalam rangka membentuk kemampuan yang terintegritas dengan lingkungan
maupun dengan potensi siswa. Kurikulum ini pada hakikatnya siswa berbuat dan
melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya vokasional, tetapi tidak meniadakan
aspek intelektual atau akademik siswa (Rusman, 2009). Activity curriculum

12
menonjolkan bahwa kurikulum itu mengutamakan kegiatan dan pengalaman anak,
walaupun dalam tiap kurikulum anak dapat diberikan berbagai kegiatan dan
pengalaman (Nasution, 1993).
Kurikulum harus disusun bersama oleh guru dan peserta didik dengan
penekanan utama pada prosedur pemecahan masalah. Kelebihan kurikulum ini
antara lain sesuai dengan kebutuhan dan minat peserta didik, memperhatikan
perbedaan individual, dan memberikan bekal kemampuan khusus untuk hidup di
masyarakat. Sedangkan kekurangannya, antara lain kebutuhan dan minat peserta
didik benlum tentu relevan dengan realitas kehidupan yang begitu kompleks,
kontinuitas dan urutan bahan masih sangat lemah, dan memerlukan guru yang
kompeten dan profesional yang tidak hanya menguasai mata pelajaran atau bidang
studi, tetapi juga memiliki kemampuan sosial (Abdullah Idi, 2007).

Setiap bentuk organisasi kurikulum tentu mempunyai kelebihan dan kekurangan


masing-masing. Secara teoritis boleh saja para penganut organisasi kurikulum
saling mengecam, karena dasar analisis psikologi dan teori belajar yang digunakan
memang berbeda. Tidak hanya itu, penentuan ruang lingkung dan urutan bahan
pelajaran juga berbeda. Dalam praktiknya organisasi kurikulum itu harus saling
berdampingan dan melengkapi (Zainal Arifin, 2011).

13
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Organisasi kurikulum merupakan susunan dari pengalaman dan pengetahuan yang
harus di sampaikan dan dilakukan oleh peserta didik ntuk mencapai tujuan atau kompetensi
yang diinginkan, baik itu pengalaman langsung maupun pengalaman yang didapatkan saat
pembelajaran. Unsur dari organisasi terdiri dari konsep, generalisasi, keterampilan, dan nilai-
nilai. Organisasi kurikulum terbagi menjadi beberapa bentuk, diantaranya kurikulum mata
pelajaran, kurikulum dengan mata pelajaran berkolerasi, kurikulm bidang studi, broad field,
kurikulum terintegrasi, kurikulum inti, social functions and persistens situations, dan
kurikulum experience. Masing-masing organisasi kurikulum tersebut tentunya terdapat
kekurangan dan kelebihannya, untuk mengetahui lebih jelasnya sudah ada pada pemaparan
materi diatas.

14
DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, W. (2020). Organisasi dan Desain Pengembangan Kurikulum. Islamika, 2(2), 208–
226. https://doi.org/10.36088/islamika.v2i2.711

Arifin, Z. (2011). Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Nasution. (1884). Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.

Nasution. (1993). Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Citra Aditya.

Ruhimat, T. ., & Alinawati, M. (2011). Model Pengembangan dan Organisasi Kurikulum.


Kurikulum Dan Pembelajaran, 1(2), 100.

Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

15

Anda mungkin juga menyukai